Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ricody, Cornia
"Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu bersama Instalasi Pengembangan Pembudidayaan Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu dalam kegiatan Bengkulu Regional Development Project (BRDP) telah melakukan serangkaian kegiatan ?Adopsi Teknologi Pertanian Berbasis Pedesaan". Kegiatan adopsi teknologi pertanian berbasis pedesaan yang dilaksanakan oleh BPTP Bengkulu merupakan suatu kegiatan untuk menyiapkan, menerapkan dan mengembangkan teknologi pertanian yang tepat guna, spesifik lokasi dan mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang ada serta berwawasan agribisnis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabulasi dan Regresi Berganda dari Nilai Statistik beberapa variabel seperti output pertanian, input produksi, produktivitas dll.
Paket rekomendasi adopsi teknologi yang dilakukan di beberapa kecamatan di Provinsi Bengkulu menunjukan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat diketahui dad hasil produksi gabah kering yang dihasilkan oleh petani. Sebelum mengikuti paket teknologi yang dianjurkan rata- rata produksi padi mencapai 4,1 ton per hektar. Hasil panen ini meningkat sebesar 22% atau menjadi 5,0 ton per hektar setelah mengikuti paket adopsi teknologi pertanian yang dikenal dengan Sistem Tanam Legowo.
Mengingat program Bengkulu Regional Development Project (BRDP) cukup berhasil dilakukan di Provinsi Bengkulu, sebaiknya program serupa dapat dilaksanakan di daerah lain."
Depok: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damin
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang upaya pengentasan kemiskinan melalui pelaksanaan Program BRDP di desa Pagar Agung Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu. Program ini muncul seiring dengan terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 dan gempa bumi tektonik pada tahun 2000 yang berkekuatan 6,5 skala rikter yang berimplikasi meningkatnya jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun di Propinsi Bengkulu, dimana 23,37 % dari jumlah penduduk 1.592.926 jiwa tahun 2002, masih tergolong miskin.
Hal ini disebabkan karena posisi tawar yang dimiliki oleh masyarakat sangat lemah, karena dihadapkan pada kondisi berusaha yang tidak kondusif, akibatnya menimbulkan kerawanan-kerawanan sosial dan terjadinya eksploitasi penggundulan hutan secara besar-besaran terutama pada hutan lindung Taman Nasional. Kerinci Sebelat (TNKS) untuk membuka ladang atau kebun yang akhirnya mengancam kelestarian hutan lindung yang ada di perbatasan Propinsi .Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, kondisi ini terjadi karena mereka tidak mampu mengatasi masalah dan memanfaatkan potensi yang ada untuk mereka kembangkan di desa, disamping itu belum adanya lembaga yang dapat menyatukan pandangan, gerak langkah mereka secara bersama-sama untuk keluar dan kemelut kemiskinan yang ada.
Menyikapi hal tersebut di atas, maka pemerintah mengintervensi desa-desa yang rawan kemiskinan dengan menggulirkan salah satu program pengentasan kemiskinan yaitu melalui program BRDP (Bengkulu Regional Development Project). Sebenarnya telah ada program-program serupa dilaksanakan sebelumnya, namun belum mampu mengurangi jumlah penduduk miskin di Propinsi Bengkulu. Hal ini diduga masih kuatnya campur tangan pihak aparat pelaksana pada tingkat proses maupun tingkat pelaksanaannya, yang indikasinya belum memberdayakan dan memanfaatkan dana dimasyarakat, sehingga masyarakat cenderung terabaikan dan kurang diikutsertakan dalam pengambilan keputusan, untuk itu adanya kemungkinan segelintir masyarakat sebagai pengelola programlproyek yang menuai manfaatnya.
Program BRDP merupakan program pemberdayaan yang dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif dengan bantuan dana bergulir. Namun dalam pelaksanaannya, apakah program ini mampu membawa perubahan dalam peningkatan pendapatan di masyarakat, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang lebih, mendalam dalam rangka untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program di lapangan, serta bagaimana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan program tersebut dan kendala/hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan di lapangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptip yang mendeskripsikan dan menganalisa data berdasarkan temuan di lapangan dari informasi-informasi yang didapat dan informan yang terpilih sebanyak 18 orang, dan mereka adaiah orang-orang yang terlibat Iangsung dalam kegiatan program BRDP baik di tingkat Propinsi, Kabupaten dan Desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan melalui pelaksanan program BRDP di masyarakat masih diwarnai dengan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak pengelola yang indikasinya belum sepenuhnya melibatkan peran aktif masyarakat. Penyimpangan banyak terjadi pada tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Setiap pengambilan keputusan didasarkan atas musyawarah desa, namun banyak hasil keputusan yang dilaksanakan bersifat semu karena dominasi kepentingan dari berbagai pihak masih terialu kuat. Untuk itu hasil yang dicapai dari proses pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program ini secara keseluruhan masih belum maksimal, karena terbukti banyaknya masyarakat yang masih menunjukkan sikap apatis terhadap pelaksanaan program yang cenderung hanya menginginkan untuk mendapatkan pinjaman uang. Sedangkan ditinjau dari peningkatan pendapatan masyarakat menunjukkan adanya indikasi perubahan, dimana tampak telah meningkatnya daya bell masyarakat dan telah adanya gairah untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi serta masyarakat telah mulai menerapkan informasi-informasi teknologi walaupun dalam prakteknya masih terdapat kendafalhambatan yang dihadapi baik ditingkat pelaksana maupun pada tingkat masyarakat itu sendiri.
Agar program ini benar-benar dapat memberikan manfaat kepada masyarakat diharapkan pihak pengelola proyek/program balk tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten serta pihak LSM dalam pelaksanaannya lebih banyak memperioritaskan keberpihakan kepada masyarakat. Masyarakat perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar usaha yang dikelolanya tidak bersifat spekulatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal perlu lebih menanamkan kesadaran dan motivasi yang kuat baik kepada aparat pelaksana maupun kepada masyarkat. Sedangkan untuk menghidari faktor-faktor hambatan dalam pelaksanaan program dilapangan dapat diadakan pendekatan secara individual dan pendekatan kelompok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusliyawati
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran. Peran teknologi informasi dan sistem informasi di bidang pendidikan tinggi salah satunya dapat dilihat dalapenggunaan media ajar di dalam ruang perkuliahan, pemanfaatan laboratorium, dan sistem informasi akademik yang dapatmemperlancar pelaksanaan kegiatan akademik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah implementasi sistem informasi/ teknologi informasi (SI/TI) berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di perguruan tinggi, dengan studi kasus pada Politeknik Negeri Jakarta khususnya jurusan Teknik Elektro. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan analisis statistik infrensial untuk menggambarkan korelasi implementasi sistem informasi dan media ajar terhadap kualitas pembelajaran
Keyword : Implementasi SI/TI, Media Ajar"
2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purwowidodo
Semarang: [publisher not identified], 1982
631.4 PUR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S7192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Djamaluddin
"Masalah adopsi atau pengangkatan anak ini bukan suatu masalah baru lagi karena masalah adopsi atau pengangkatan anak ini sudah ada sejak dulu. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini tujuan utama dari pengangkatan anak telah bergeser, kalau pada waktu tujuan utama dari pengangkatan anak adalah untuk meneruskan keturunan dan yang boleh diangkat adalah anak laki-laki. Tapi, untuk masa sekarang ini tujuan dari pengangkatan anak untuk menolong anak-anak yang terlantar dan memberikan kepada mereka kesejahteraan lahir dan batin. Pengangkatan anak atau adopsi dilakukan dengan motif yang berbeda-beda salah satunya adalah mengangkat anak sebagai pancingan yang berarti bahwa dengan mengangkat anak maka pasangan suami-isteri ini akan memperoleh anak sendiri. Hal ini merupakan suatu kepercayaan yang masih tumbuh dalam masyarakat. Selain itu motif mengangkat anak yang lain adalah karena merasa iba atau kasihan terhadap anak miskin atau yang terlantar. Dan motif mengangkat anak harus mengutamakan kepentingan si anak bukan untuk memenuhi kepentingan orangtua yang mengangkatnya. Sehingga dalam hal ini muncul Lembaga Pengangkatan Anak yang bertujuan untuk membantu masyarakat atau keluarga yang ingin mengangkat anak dan juga untuk melindungi kepentingan si anak. Lembaga Pengangkatan Anak ini sangat membantu sekali dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Dan dalam perkembangan masyarakat dewasa ini peraturan yang mengatur tentang adopsi atau pengangkatan anak ini masih dianggap memadai selama menunggu dibuatkan suatu undang-undang yang khusus mengatur tentang adopsi. Tapi, kepentingan masyarakat semakin banyak dan hubungan antara bangsa yang satu dengan yang lain juga semakin luas maka sangat diperlukan suatu undang-undang yang khusus mengatur tentang adopsi karena adopsi itu sendiri tidak hanya terjadi pada warganegara Indonesia tetapi juga terjadi pada warganegara Asing yang mengangkat anak Indonesia."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1997
S20698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rekho Adriadi
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan pemekaran daerah dengan munculnya Murman Effendi sebagai “bos lokal” di kabupaten Seluma, serta dampaknya terhadap praktek pemerintahan di kabupaten Seluma. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan wawancara mendalam dan studi dokumen. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori “bossisme lokal”.
Pemekaran daerah merupakan bentuk dari keganjilan struktur lembaga negara. Di Indonesia pemekaran daerah merupakan suatu fenomena yang muncul pasca runtuhnya pemerintahan Orde Baru, melalui desentralisasi dan otonomi daerah terbuka peluang bagi daerah untuk membentuk daerah otonomi baru. Terbukanya peluang bagi daerah untuk membentuk daerah otonomi baru dimanfaatkan oleh elite-elite politik lokal untuk mendapatkan kekuasaan di tingkat lokal. Elite lokal inilah yang kemudian menjadi bos-bos lokal di daerah pemekaran. Melalui desentralisasi dan otonomi daerah para bos lokal mempunyai kekuasaan untuk mendominasi seluruh sektor politik, sosial, ekonomi dan budaya di daerah. Kabupaten Seluma yang merupakan sebuah kabupaten baru masih dalam tahap perkembangan baik fisik maupun sumber daya manusia, peranan Murman Effendi sebagai bos lokal sangat sentral.
Dampak dari bossisme lokal di Seluma yaitu tidak terwujudnya pemerintahan yang baik, ketiadaan lembaga yang kuat seperti legislatif dan civil society sebagai penyeimbang dari kekuasaan eksekutif membuat Murman Effendi menjadi bos lokal di kabupaten Seluma. Murman Effendi sebagai bos lokal mendominasi kekuasaan di kabupaten Seluma. Implikasi teori menunjukkan bahwa Murman Effendi merupakan “bos lokal” yang muncul pasca runtuhnya Orde Baru, namun Murman Effendi tidak menggunakan intimidasi dan kekerasan dalam menjadi ”bos lokal”.

ABSTRACT
This research aims to know the relation between regional expansions with the emergence of Murman Effendi as “local boss” in Seluma regency and also to know the impact to the governance practices in Seluma regency. Researcher used qualitative method with an interview approach deeply and document study. The theory which was used in this research was local bossism theory.
Regional expansion is a manifestation of national institution structure peculiarity. In Indonesia regional expansion is a phenomenon which is arise after the collapse of new order governance, through decentralization and regional autonomy. The opportunity for a regional to form a new regional autonomy has been used by local political elites in order to gain power in local level. These local elitesare the ones which become local bosses in regional expansion. Through decentralization and regional autonomy, local bosses have power to dominate every sector such as politics, social, economy and culture in regional. Seluma regency is new regency which is still in development stage both physics and human resources, the role of Murman Effendi as local boss is important.
The impact of local bossism in Seluma was that there was no realization of good governance, there were no strong institutions such as legislative and civil society as the balancer from executive power which causes Murman Effendi became local boss in Seluma regency. Murman Effendi as a local bos dominated power in Seluma regency. The theory implication shows that Murman Effendi was a local boss which arised after the collapse of new order but Murman Effendi did not use intimidation and violence."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanni Andreisa Kartadimadja
"Penelitian ini melakukan analisis penerapan salah satu konsep CSR, yaitu Creating Shared Value (CSV), serta kinerja dan prosedur dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PTPN VII Distrik Bengkulu. Metode penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, di mana data primer dan sekunder dianalisis berdasarkan teori, fakta, dan standar yang diakui. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah PKBL di PTPN VII Distrik Bengkulu belum melaksanakan konsep CSV namun program tersebut telah memenuhi konsep dasar CSR. Selain itu, kinerja pelaksanaan PKBL sudah mematuhi peraturan yang berlaku serta pelaksanaannya cukup efektif. Walaupun demikian, masih ada hal-hal yang bisa diperbaiki dalam program tersebut sehingga dampak yang dirasakan masyarakat di sekitar perusahaan bisa menjadi lebih besar.

This study aims to analyze the application of the CSR concept called Creating Shared Value (CSV) and to analyze the performance and procedures in the implementation of Partnership and Community Development Program (PKBL) at PTPN VII Bengkulu District. The primary and secondary data in this study was analyzed based on the theories, facts, and generally accepted standards using the qualitative analysis method. The conclusions of this study is, first, the PKBL program at PTPN VII Bengkulu District has not yet implemented the CSV concept, but the program has met the requirements for the CSR concept. Second, the implementation of PKBL has already complied with the rules and working quite effectively. However, there are still some issues that can be improved in the program so that the effect on society becomes more useful."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Rianto
Jakarta: LIPI Press, 2008
303.483 3 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>