Ditemukan 120834 dokumen yang sesuai dengan query
"Sepanjang sejarahnya, teori mengenai migrasi telah mengalami pasang-surut. Dimulai dri sudut pandang ekonomi, hingga pada posisi aktor pelaku individu. Namun perkembangan teori migrasi melupakan satu faktor penting: perempuan. Tulisan ini memiliki tujuan ganda. Pertama, melakukan kritik atas bangunan teori migrasi yang mengabaikan perempuan, baik sebagai pelaku migrasi maupun sebqagai pihak yang berkepentingan untuk mengontruksi bangunan teori migrasi. Kedua, tidak berhenti pada kritik, tulisan ini mencoba memberikan tawaran feminisme atas bangunan teori migrasi dan apa implikasinya atas bangunan itu sendiri."
Depok : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
300 AIJ 31:3 (2010)
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Depok: Fakultas Hukum UI, 2000
301 ANT
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sidi Gazalba
Jakarta: Bulan Bintang, 1974
303.4 SID a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jakarta: Rajawali, 1984
306 MAN
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996
306 MAN
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Mahjunir
Jakarta: Bhratara, 1967
306 MAH m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
C.H.M. Palm
Bandung: Jemmars, 1980
306.09 PAL s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Baal, Jan van
Jakarta: Gramedia, 1987
306.09 BAA s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Engelbertus Aur Bero
"Ritual dan modernitas merupakan dua isu yang akan selalu beririsan. Masyarakat adat disuatu daerah tertentu akan selalu berupaya untuk melestarikan nilai-nilai tradisi yang sudah ada terbentuk turun temurun. Kebudayaan yang selalu berkembang seiring berjalan waktu kemudian menghasilkan atau memperlihatkan proses-proses yang saling berkait meskipun berangkat dari latar belakang yang berbedasatu sama lain. Masyarakat Manggarai merupakan salah satu contoh dari sekian banyak masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai adat mereka. Pangble yang merupakan istirahat masyarakat lokal yaitu tempat bagi roh-roh yang sudah meninggal dunia yang juga menempati dunia yang sama namun berbeda bentuk. Berangkat dari kepercayaan tersebut, hampir semua ritual adat akan selalu berporos pada roh nenek moyang yang dijadikan perantara doa untuk Mori Kraeng (Tuhan), salah satunya yaitu Ritual Kepok. Isu modernitas yang akan dibahas kemudian erat kaitannya dengan proses politik elektoral. PILKADA merupakan sebuah proses pemilihan pemimpin di suatu daerah (provinsi). PILKADA yang merupakan buah dari sistem politik demokrasi dianggap asing bagi Masyarakat Manggarai. Tulisan ini ingin memaparkan sebuah analisis deskripsi terkait proses masa kampanye PILKADA NTT 2018 dari salah satu calon yaitu Benny K. Harman dengan Ritual Kepok menjadi mediator. Penggunaan Ritual Kepok dalam konteks politik elektoral kemudian menjadi menarik karena Ritual Kepok yang awalnya sebagai ritual penerima tamu kemudian diterapkan dalam proses masa kampanye.
Ritual and modernity will always intersect with each other. Indigenous people ini certain regions will always try to preserve traditional values that have been formed for generations. Culture always develops over time, then produces interrelated processes with itself even though it's departing from different backgrounds from one another. The Manggarai society is one example of many societies that still uphold their customary values. Pangble which is the term of the local society, known as a place for spirits who have died, but also occupy the same world with the living, but in different forms or dimensions. Departing from this belief, almost all customary rituals will always pivot on the spirits of the ancestors who were used as intermediaries in prayer ti Mori Kraeng (God), one of the rituals is the Kepok Ritual. The issue of modernity which will be discussed later is closely related to the electoral political process. PILKADA is a process of electing leader in province areas, which is a form of the democratic political system that the Manggarai Society considers foreign. This paper wishes to present a description analysis related the process of the 2018 NTT Tegional Election Campaign from one of the candidates, Benny K. Harman with the Kepok Ritual as the mediator. The use of the Kepok Ritual in the context of electoral politics then became intresting because the Kepok RItual which was originally a reception ritual was then applied in the process of the campaign period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library