Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulung Kanjaya Yunus
"Baja tahan karat austenitik merupakan jenis yang terluas pemakaiannya diantara keempat kelas baja tahan karat, yaitu sekitar 65-70% dari total kebutuhan baja tahan karat. Begitu luasnya pemakaian baja jenis ini karena sifat ketahanan korosi yang baik, mampu fabrikasi dan mampu las yang relatif baik. Kekuatan, ketangguhan dan keuletannya pada temperatur rendah maupun tinggi juga baik. Salah satu jenis baja austenitik yang sering digunakan adalah baja AISI 316L pada aplikasi pembuatan tabung pemanas air (SWH). Pada proses manufatur SWH, sebelum dilakukan proses pengelasan biasanya material baja AISI 31 6L telah mengalami proses deformasi dingin sampai tingkat tertentu yang cukup besar, sehingga hal ini dapat berpengaruh terhadap perubahan sifat mekanis, struktur mikro serta ketahanan korosi setelah dilakukan proses penyambungan dengan pengelasan TIG pada material baja tahan karat tersebut.
Pada penelitian ini digunakan jenis material AISI 316L dimana dilakukan proses pengelasan dengan metoda las TIG atau GTAW serta sebelum proses pengelasannya material tersebut telah dilakukan proses deformasi dingin dari 0%, 5% sampai 10%. Selain itu digunakan dua jenis filter metal yang berbeda yaitu ER 316L dan ER 316LSi dan juga dilakukan perlakuan material dasar sebelum dilas yaitu solution annealing dan juga perlakuan purging dan non purging selama pengelasan berlangsung serta perlakuan setelah dilas yaitu proses pasivasi pada daerah sambungannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya persen deformasi dari 0% sampai 10% memperlihatkan ketahanan korosi material menurun tetapi kekuatan mekanis material lasan meningkat. Sedangkan pengaruh perlakuan solution annealing, purging dan pasivasi memperlihatkan meningkatnya sifat ketahanan korosi material yang telah di las. Pemakaian filler metal jenis ER 316LSI dapat menjadi alternatif pengganti filler metal jenis ER 3I6L yang selama ini dipakai, karena dengan menggunakan jenis ER 316LSI terjadi peningkatan sifat ketahanan korosi material yang dilas.

The application of austenitic Stainless Steel, which is widely used among the types of stainless steels, is about 65 to 70 percent of the total production in the world. This is because of the properties of austenitic stainless steel having high corrosion resistance, good formability and good weldability. Their strength, toughness and ductility are very good either at low temperature or at high temperature application. One of the austenitic stainless steels being widely used is the type of AISI 316L, which is often applied for Solar Water heater (SWH) tube manufacture. During the production of Solar Water heater Tube, the base material has been subjected to several levels of cold working process. Hence those processes will influence to the mechanical properties, microstructure as well as the corrosion resistance of the stainless steel after joining by TIG welding process.
The research are carried on austenitic stainless steel plates which have been cold worked with the level of 0, 5 and 10 percent deformation are welded by TIG or GTAW process. In addition, the two types of filler wire used are ER 316L and ER 316LSi. Moreover, the plates have been treated by solution annealing process before welding and also treat by purging and non-purging during welding process. Other treatment process is passivation after welding done.
The results show that increasing percent deformation from 0% to 10 % increases the mechanical properties of welded plates but it decreases their corrosion resistance. The effect of solution annealing, purging and passivation treatment shows the increasing of corrosion resistance of welded plates. The use of ER 316LSi filler wire have better corrosion resistance of welded plates compared to the use of 316L filler wire. Therefore, the filler wire of ER 316 LSI can be used as the substitution of the ER 316L filter metal, which is always used for welding 316L plate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azman Muammar
"Baja AISI 316L yang digunakan sebagai bahan dasar tabung solar water heater (SWH) termasuk kategori baja tahan karat austenitik. Baja tahan karat austenitik merupakan jenis baja tahan karat yang memiliki ketangguhan dan keuletan yang bagus disamping ketahanan terhadap korosi dan sifat mampu las yang juga bagus. Baja AISI 316 L sebelum dilakukan pengelasan telah mengalami proses deformasi dingin (cold working) sebesar 0%, 5%, dan 10 % sehingga berpengaruh terhadap ketahanan korosinya setelah dilakukan penyambungan dengan menggunakan pengelasan TIG. Logam pengisi yang digunakan adalah ER 316 L dan ER 316 Lsi. Adapun perlakuan dasar terhadap material sebelum dilas berupa solution annealing, purging dan tanpa purging serta proses passivasi dgn HNO3 pada daerah sambungannya setelah proses pengelasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi persen deformasi yang dialami material maka ketahanan korosi cenderung menurun. Hal ini dilihat dari kehilangan berat per satuan luas, dimana pada deformasi 0% sebesar 0,0529 gr/cm2 , deformasi 5% sebesar 0,0589 gr/cm2 , dan pada deformasi 10 % sebesar 0,0623 gr/cm2. Pengaruh proses solution annealing terhadap material yang terdeformasi menunjukkan kehilangan berat yang semakin kecil pada persen deformasi yang identik yakni pada deformasi 0% sebesar 0,0518 gr/cm2, deformasi 5% sebesar 0,0537 gr/cm2 dan deformasi 10% sebesar 0,0518 gr/cm2 . Sedangkan pengaruh logam pengisi ER 316LSi lebih baik ketahanan korosi-nya daripada ER 316L hal ini ditunjukkan dengan luas kurva polarisasi ER 316 LSi yang lebih kecil daripada kurva polarisasi ER 316 L. Pengaruh perlakuan proses purging dan passivasi juga mampu meningkatkan ketahanan pitting, hal ini terlihat dari kehilangan berat per satuan luas yang paling kecil, yakni sebesar 0,02448 gr/cm2.

AISI 316L stainless steel, that is used as material for Solar Water Heater (SWH) tube, was classified as austenitic stainless steel. Austenitic stainless steel is a kind of stainless steel with good weldability and corrosion resistance. Before the welding process, stainless steel AISI 316 L have experienced a cold deformation process to the amount of 0 %, 5 %, and 10 %. There are two types of filler wire used in the process. It was ER 316L and ER 316 LSi. Meanwhile, basic treatments used for material before welding were solution annealing, purging and non purging. The passivation process using HNO3 was applied as well after welding process. The result shows that increasing deformation level decreases the corrosion resistance of material. It was indicated from the increasing of weight loss per unit area. The weight looses as much as 0.0529 gr/cm2 at no deformation, 0.0589 gr/cm2 in deformation level 5 %, and 0.0623 gr/cm2 in deformation 10% respectively. Sollution annealing process yields decreasing the weight loss. It was in the amount of 0.0518 gr/cm2 at no deformation, 0.0537 gr/cm2 in deformation of 5%, and 0.0518 gr/cm2 in deformation 10%. The use of ER 316 LSi filler wire influenced the material to have a better corrosion resistance than the use of ER 316 L, it shown by the smaller area of cyclic polarization curve on ER 316LSi than ER 316L. In additional, the effect of purging and passivation process increase the pitting corrosion resistance of 316L weldments. It was indicated from the smallest weight loss per unit area of 0.02448 gr/cm2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiansyah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldus Caesariano Ekaputra
"Seiring dengan meningkatnya investasi di sektor infratruktur, gedung-gedung pencakar langit, dan proyek otomotif berbanding lurus dengan permintaan pasar global akan baja perkakasdengan nilai USD 5.7 miliar di tahun 2023. Salah satu tipe baja perkakas yang umum digunakan di dunia industri sebagai pisau pemotong adalah baja AISI D2.Material ini dapat ditingkatkan kekuatan dan kekerasannya melalui proses perlakuan panas. Perlakuan panas dilakukan untuk mentransformasi fasa austenit menjadi martensit. Fasa austenit yang merupakan fasa induk memiliki peran penting dalam menghasilkan fasa akhir dengan sifat mekanis yang optimal oleh karena itu penelitian terkait fenomena penghalusan austenit atau yang dikenal dengan sebutan prior austenite grain (PAG) terus dikembangkan. Salah satu metode penghalusan butir austenit dilakukan dengan kombinasi dari proses deformasi plastis (canai dingin) sebelum dilakukan perlakuan panas.Dengan diterapkannya deformasi plastis, maka akan menghasilkan lebih banyak cacat kristal sebagai area nukleasi atau pengintian fasa austenit pada saat proses pemanasan serta lebih banyak energi yang tersimpan sebagai pendorong (driving force) proses pengintian. Penelitian ini berfokus pada analisa ukuran prior austenit grain (PAG) yang berdampak terhadap sifat mekanis dari baja perkakas AISI D2, terutama kekerasan dan ketahanan aus hasil dari proses deformasi sebelum perlakuan panas serta efek dari waktu tahan pada temperatur austenitisasi. Spesimen baja AISI D2 dengan kombinasi deformasi paling tinggi (24.6%) dengan waktu tahan pada temperatur austenitisasi 600s ternyata memiliki ukuran rata-rata PAG paling halus yakni 4.182 µm. Ukuran PAG yang halus berpengaruh terhadap nilai kekerasan dan ketahanan aus (nilai kehilangan volume) material yang paling tinggi yaitu 63.26 HRC dan 0.120mm3 yang turut dikonfirmasi melalui pengujian kekerasanRockwell C dan ketahanan aus metode abrasif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya persentasi deformasi maka terdapat kecenderungan untuk menghasilkan ukuran PAG yang semakin halus yang berdampak pada meningkatnya kekerasan dan ketahanan aus material.

Along with the increasing of investment in infrastructure, skycrapers, and automotive project, significantly increasing global market demand for tool steel with total value of USD 5.7 billion in 2023. One of the popular type of tool steel which have been used as cutting tool is AISI D2. This material is heat treatable to improve its strength and hardness. Heat treatment is conducted to transform austenite phase become martensite.Austenit as parent phase has primary role in resulting final phase with optimum mechanical properties, in which research that related with autenite or known as prior austenite grain (PAG) continuously developed. PAG refinement method in this research is a combination of plastic deformation (cold rolling) before heat treatment, which the greater deformation percentage, the more crystal defect formed as austenite nucleation area during heating also store the energy as nucleation driving force. The focus of this research will be the analysis of prior austenite grain (PAG) which affecting it mechanical properties, especially for hardness and wear resistance resulting for plastic deformation before heat treatment and the effect of austenitizatin soaking time.Specimen with combination of deformation percentage of 24.6% with austenitization soaking time 600s has the finest PAG with 4.182 µm. PAG size has effect on material’s highest hardness and wear resistance (volume loss) which is 63.26 HRC and  0.120mm3 which confirmed by Rockwell C hardness testing and abrasive wear resistance testing. From this research, it can be concluded that the higher deformation percentage has tendency in resulting to produce finer PAG size which affecting in improving material’s hardness and wear resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Ermawan
"SUS 316L dan 317L Austenite Stainless Steel merupakan material yang umum digunakan secara komersial baik untuk peralatan statik seperti perpipaan, tangki, maupun untuk peralatan rotating khususnya di pabrik Crude Terepthalic Acid (CTA) (1). Material ini sering mengalami kerusakan diakibatkan karena terjadinya pitting korosi. Pengujian korosi menggunakan larutan yang mendekati dengan mother liquor CTA plant. Dari pengujian larutan 70% CH3COOH 30% H2O 100 ppm/ 600 ppm/ 1200 ppm NaBr pada beberapa kondisi temperature 30°C, 60°C dan 90°C menggunakan 2 metode uji yaitu immersed solution dan polarisasi anodik cyclic.
Pengujian mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan ketahanan pitting potensial (Epit) ketika temperatur dan konsentrasi ion Br- dinaikkan dan terjadi peningkatan corrosion rate, density korosi pitting serta luasan diameter pitting ketika temperatur dan konsentrasi ion Br- dinaikkan, corrosion rate pada temperatur 30°C dan 60°C tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik pada material SUS 316L dan SUS 317L tetapi pada temperatur pada temperatur 90°C terjadi peningkatan corrosion rate yang sangat signifikan sekali. Hal ini disebabkan karena telah terjadinya kerusakan lapisan pasif film yang cukup besar sehingga mengakibatkan laju pitting korosi menjadi tinggi, serta temperatur dan konsentrasi Bromide yang sama, ketahanan pitting material SUS 317L sedikit lebih baik dibandingkan SUS 316L."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR Reni Indraswari
"Baja tahan karat jenis austenitik tipe 316L banyak digunakan di berbagai industri. Untuk menyambungkan antar pipa dilakukan pengelasan, akan tetapi dalam penggunaannya sering terjadi korosi pada sambungan lasnya. Pada penelitian ini dilakukan pengelasan pada logam SS 316L dengan ukuran 150 mm x 300 mm, tebal 1,5 mm dan 3 mm. Metoda pengelasan yang dilakukan adalah SMAW and GTAW dengan variasi jenis filler (ER316L dan TGX-R316LT1-5) dan penggunaan gas back purging/shielding argon. Gas pelindung yang digunakan untuk metoda GTAW adalah argon murni.
Setelah proses pengelasan, akan dilakukan beberapa pengujian seperti pengujian kekerasan, metallografi untuk melihat struktur mikro serta pengujian ketahanan pitting. Pengujian dilakukan dengan membedakan spesimen yang dipreparasi dan yang tidak dipreparasi sebelum dilakukan pengujian dengan mencelupkan ke dalam larutan ferric cholride.
Hasil dari penelitian ini yaitu data pengujian kekerasan yang menunjukkan bahwa daerah Weld Metal memiliki kekerasan yang paling tinggi dari daerah lainnya dan dari pengamatan struktur mikro ditemukan adanya presipitasi karbida. Pada pengelasan baja tahan karat jenis ini juga ditemukan adanya oksida-oksida permukaan karena temperatur tinggi dan fenomena sensitisasi yang tidak lepas mempengaruhi ketahanan korosi, khususnya korosi pitting.

Austenitic Stainless Steel type 316L is mostly used in various industries. Usually, joining between the pipes by welding. Although on the use often happened corrosion failure on the weld joint.
This research use SS316L materials with size 150 mm x 300 mm, thickness 1,5 mm dan 3 mm. Methods welding are SMAW and GTAW with variation in filler metals (ER316L and TGX-R316LT1-5) and using gas back purging/shielding. Than, will be researched by hardness test and metallography test to know microstructure and pitting resistance test. Tests carried out by distinguishing specimens that are not prepared and prepared prior to testing by dipping into a solution of ferric chloride.
The result of this analysis, hardness test which show that Weld Metal zone is the hardest from the other. From the microsturcture analize show carbide precipitation. In welding stainless steel types are also found the existence of surface oxides due to high temperature and sensitization phenomena that can?t be separated affecting corrosion resistance, particularly pitting corrosion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27966
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Naibaho, Cornel
"Baja tahan karat Austenitik tipe 304 merupakan jenis yang terluas pemakaiannya, yaitu sekitar 65 -70 % dari total kebutuhan baja tahan karat. Baja ini mempunyai sifat yang sangat reaktif pada temperatur di atas 500 _C, sehingga menimbulkan korosi batas butir ( intergranular corrosion ) pada temperature sensitization ( 500 ? 800 _C ) sesuai dengan beberapa kondisi, antara lain a). proses pengelasan b). perlakuan panas dan c). kondisi lapangan. Hasil pengelasan baja tahan karat austenitik dipengaruhi banyak faktor, antara lain jenis logam pengisi, persiapan material sebelum di las, perlakuan sebelum dan sesudah di las, gas pelindung yang digunakan dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh media pendingin terhadap struktur mikro dan sifat mekanis pengelasan austenitik tipe 304 dengan FCAW dan dengan media pendingin udara, air dan perlakuan preheating serta gas pelindung CO2 dan gas pelindung campuran (CO2 + Argon ). Hasil penelitian enam sampel yang diuji dengan parameter media pendingin yang berbeda dan gas pelindung yang juga berbeda, diperoleh kekuatan tarik dan kekerasan yang bervariasi, mulai dari kekuatan tarik 605 MPa sampai dengan 648 MPa dan kekerasan vickers di HAZ dari 220 HV sampai dengan 268 HV. Hasil pengelasan optimum terdapat pada Sampel B ( media pendingin air dan gas pelindung CO2 ). Pembentukan krom karbida di HAZ, paling banyak terdapat pada Sampel D ( krom 29, 42 wt% ) dan paling sedikit pada Sampel A ( krom 12,25 wt% )
Austenitic stainless steel type 304 is the most widely used type, which is about 65 -70% of the total demand for stainless steel. This steel has very reactive properties at temperatures above 500 _C, causing intergranular corrosion at temperature sensitization ( 500 ? 800 _C ) in accordance with several conditions, including a). welding process b). heat treatment and c). field conditions. The results of welding of austenitic stainless steel are influenced by many factors, including the type of filler metal, preparation of the material before welding, treatment before and after welding, the shielding gas used and others. This study aims to study the effect of the cooling medium on the microstructure and mechanical properties of type 304 austenitic welding with FCAW and with air cooling, water and preheating treatment as well as CO2 shielding gas and mixed shielding gas (CO2 + Argon). The results of the six samples tested with different cooling media parameters and different shielding gases, obtained varying tensile strengths and hardness, ranging from tensile strength of 605 MPa to 648 MPa and Vickers hardness in HAZ from 220 HV to 268 HV. The optimum welding results were found in Sample B (water cooling media and CO2 protective gas). The formation of chromium carbide in HAZ was most abundant in Sample D (chrome 29.42 wt% ) and the least in Sample A (chromium 12.25 wt% )."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gadang Priyotomo
"Baja tahan karat jenis austenitik AISI 304 mempunyai kerentanan terhadap korosi retak tegang di dalam larutan korosif klorida. Baja tipe ini juga rentan terhadap temperatur sensitasi antara 580°C - 815°C. Kerentanan tersebut jelas terjadi pada korosi batas butir. Batas butir mengandung krom karbida. Kombinasi antara internal material logam dan lingkungan memberikan efek korosi retak tegang. Lingkungan MgCl2 merupakan lingkungan korosif yang berperan dalam jenis korosi ini. Pengujian korosi retak tegang dilakukan dengan metode beban konstan (creep) melalui beban 20 kg/mm2, 25 kg/mm2, 30,5 Kg/mm2, dan 40 Kg/mm2 di larutan 42wt% MgCl2 bersuhu 106°C. Perlakuan material dibagi dua yaitu anil 1100°C, tahan 1 jam, kemudian celup cepat air dan tanpa anil. Kedua perlakuan tersebut disensitasi (600°C,700°C,800°C). Pengujian kualitatif karbida, pengujian komposisi bulk, larutan uji (AAS), pengujian kekerasan Vickers, metalografi (foto makro) dan pengujian SEM EDS dilakukan. Hasil menunjukkan pengujian kekerasan vickers pada suhu sensitasi 7000C mengalami penurunan berkisar 152,06 Hv (anil 1100°C) dan 199,1 Hv (non anil 1100°C) dibandingkan suhu sensitasi 600°C dan 800°C. Tren sama juga terjadi pada pengujian SCC beban konstan, pada temperatur sensitasi 700°C, waktu patah (tf) lebih pendek dibandingkan suhu sensitasi 600°C & 800°C di dua kondisi material berbeda. Waktu patah tercepat pada beban 25 Kg/mm2 3 detik di kondisi anil 1100°C,suhu sensitasi 700°C dan terlama pada beban 30,5 Kg/mm2 86400 detik di kondisi tanpa anil,suhu sensitasi 6000C. Laju pemuluran (iss) tertinggi pada beban 25 kg/mm2 4,80 mm/detik di kondisi anil 11000C,suhu sensitasi 700°C dan terendah pada beban 30,5 Kg/mm2 3.10-8 mm/detik di kondisi tidak anil 1100°C. Bentuk patahan SCC berbentuk intergranular (tidak dianil 11000C). Bentuk patahan transgranular dengan banyak struktur dimple (void-void) nampak banyak di material anil 1100 berbagai suhu sensitasi. Prosentase peningkatan kelarutan Fe kedalam larutan uji antara 484% hingga 2050% , Kation Cr antara 750% hingga 3540%, dan Kation Ni hingga 110%.

Austenitic Stainless steel (AISI 304) has a susceptibility of stress corrosion cracking inside corrosive chloride solution. This material also is susceptible from sensitizing temperature (580°C-815°C). This susceptibility of material clearly is undergone in intergranular corrosion. Grain boundaries contain chromium carbide. The combination of internal material and environment can contribute a great effect of stress corrosion cracking (SCC). MgCl2 circumstance have main role for SCC as corrosive solution. SCC test was conducted with constant load method (creep) of 20 Kg/mm2, 25 Kg/mm2, 30,5 Kg/mm2, and 40 Kg/mm2 in 42 wt% MgCl2 solution and constant temperature of 1060C. Material treatment is divided two sides : (1) annealing process (1100°C); holding 1 hour then quenching process and (2) without annealing. These two treatments were sensitized at 600°C, 700°C and 800°C. The qualitative test of carbide, the test of bulk chemical composition, solution test (AAS), Vickers hardness test, metallography, and SEM EDS test conducted. Test results show Vickers hardness value on sensitizing temperature of 7000C that was undergone the decreasing of range 152,06 Hv (annealing of 11000C) and 199,1 Hv (non annealing) by comparing sensitizing temperature of 600°C and 800°C. The same trend also was happen at the test of SCC. On sensitizing temperature of 7000C fracture time (tf) is shorter than sensitizing temperature of 600°C and 800°C in two different material conditions. The shortest fracture time is happened at load of 25 Kg/mm2 that is tf of 3 seconds in annealing condition of 1100°C and sensitizing temperature of 700°C. The longest fracture time is also happened at load of 30,5 Kg/mm2 that is tf of 86400 seconds without annealing process and sensitizing 600°C. The Highest Elongation rate (iss) at load of 25 Kg/mm2 is 4,80 mm/s in annealing condition of 1100°C for sensitizing temperature of 700°C. The lowest one at load of 30,5 Kg/mm2 is 3.10-8 mm/s without annealing condition of 1100°C. The average shape of fracture of SCC is intergranular form without annealing process of 11000C. The shape of transgranular fracture with surface structure of dimples was undergone at annealing material of 1100°C with various sensitizing temperatures. The increasing of dissolution percentage of Fe ions to test solution between 484% to 2050%, from 750% to 3540% (Cr ion), and up to 110% (Ni ion)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari
"Baja tahan karat austenitik merupakan jenis yang terluas pemakaiannya di antara keempat kelas baja tahan karat yang ada, yaitu sekitar 65 - 70% dari total kebutuhan baja tahan karat. Begitu luasnya pemakaian baja jenis ini dikarenakan sifat ketahanan terhadap korosi yang baik, mampu fabrikasi serta mampu las yang relative baik. Kekuatan, ketangguhan, dan keuletannya pada temperature rendah maupun tinggi juga baik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh penggunaan logam pengisi dan persen deformasi terhadap struktur mikro dan distribusi kekerasan hasil pengelasan TIG pelat baja AISI 316L. Variabel penelitian yang digunakan adalah peningkatan persen deformasi rolling pelat baja AISI 316L, mulai dari 0, 5%, 8% sampai 10% dengan menggunakan logam pengisi ER 316LSi. Dari masing-masing persen deformasi tersebut dilakukan pengelasan dengan,penggunaan logam pengisi yang berbeda kemudian dilakukan uji komposisi, uji radiografi neutron, analisa struktur mikro dan uji kekerasan mikro. Hasil penelitian bahwa pada semua sample komposisi kimia sesuai dengan standar (AISI 316L), dan tidak ada cacat retak pada hasil las. Struktur mikro pada daerah HAZ menunjukkan ukuran butir yang terkecil pada persen deformasi 0% dan terbesar pada persen deformasi 10%. Jumlah delta ferit pada deposit las dengan logam pengisi ER 316L sebesar 8,2% dan dengan logam pengisi ER 316LSi sebesar 8,6%. Urutan kekerasan mikro untuk semua sampel adalah HV deposit las > HV base metal > HV HAZ"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>