Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Andri Febru
"Mengubah fungsi sebuah bangunan menjadi fungsi yang berbeda dari sebelumnya merupakan permasalahan yang tidak mudah diatasi. Terlebih lagi apabila bangunan tersebut adalah bangunan cagar budaya dan fungsi yang selanjutnya adalah museum. Permasalahan yang saat ini muncul temyata keberadaan museum ini pun akhirnya malah memberi kesan bahwa museum itu adalah bangunan yang angker, sepi, tidak menghibur dan kumuh. Kenyataan menunjukan bahwa dengan ditetapkannya fungsi ini pada bangunan-bangunan tua di kota Jakarta khususnya di kawasan Taman Fatahillah ternyata masih belum berhasil. Sesuai dengan pendapat Morris yang mengacu pada pendapat Ruskin, penggantian (replacement) dari bagian-bagian yang hilang dari sebuah bangunan haruslah terintergerasi secara harmonis dengan keseluruhan, tetapi di waktu yang sama harus dapat menjadi pembeda dari keasliannya sehingga restorasi tidak akan mempersalahkan bukti-bukti artistik atau sejarah. Sedangkan museum pada sebuah bangunan haruslah dapat bersifat mendidik sekaligus menghibur dan menyenangkan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena penelitian ini bertujuan untuk dapat mempelajari lebih mendalam dan lebih fokus terhadap obyek penelitian yaitu museum sebagai hasil adaptasi dari bangunan tua.
Dalam analisis penulis akan menggunakan metode pattern-matching dalam multiple case studies berupa penelusuran perubahan pola ruang dan elemen arsitektur lainnya serta membandingkan dengan contoh yang dianggap berhasil pada obyek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa proses adaptive reuse memang telah dijalankan pada masing-masing museum itu. Perubahan yang paling terlihat adalah pada perubahan pola sirkulasi yang lebih cenderung menerus. Perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pola ruang. Tetapi perubahan itu tidak menimbulkan suasana baru yang membedakan antara yang lama dengan yang baru. Sedangkan cara untuk melakukan perubahan ini ternyata berbeda antara museum yang satu dengan museum yang lainnya. Hal ini disebabkan karena untuk masing-masing bangunan tersebut awalnya memiliki fungsi yang berbeda dan selanjutnya dijadikan sebagai museum dengan klasifikasi yang berbeda pula.
Penulis menyimpulkan bahwa proses Adaptive Reuse yang dijalankan pada bangunan-bangunan museum di kawasan Taman Fatahillah ternyata masih belum maksimal. Adanya keinginan untuk mengkonservasi dan mewujudkan bangunan museum itu ternyata masih lebih besar keinginan konservasinya. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas citra dari museum itu sendiri di Indonesia yang justru berbeda dari museum di luar negeri.

Changing function of a building to be a different function than before is a problem that not easy to solve. Especially when that building has used to be a cultural preserve and then changed to be a museum. The problem now is a fact about the surrounding of the museum that becomes looks scary, quiet, and unpleasant. The reality, showed that old buildings functioning as a museum in Jakarta, especially in Taman Fatahillah area, were not too success. According to Morris that referred to Ruskin 's opinion, replacement of the missing part of a building has to be harmonically integrated with all, but at the same time must be different with the origin so the restoration will not falsify the artistic or historic evidences. In the other part museum as a building should be educative, and also enjoyable and fun. This research employee?s case controls studies because its goals is to study in depth and more focusing on the object, museum, as an adaptation from an old building.
In the analysis, I apply pattern-matching method in multiple case studies, which search the changing of space pattern and other architectural elements, and also compare it with an example that considered being success as a research object before. In this research I found that adaptive reuse process was already begun in each museum. The change that looked dominantly was the space pattern. But it still does not give any differences between the old and the brand new one. And the approach for the change between one museum and others is completely different. It is because each wilding used to have its own function before it become a museum with different classification too.
My conclusion is that Adaptive Reuse process, which is used in museums in Taman Fatahillah area, was not run maximize. The desire to conserve is bigger than to perform the museums itself it makes a decline of the museums image in Indonesia that a different situation precisely happened in others of these nations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book describes two different museums using construction technology as the common language that brings architecture and engineering together. The first is the Museum of the Ibere Camargo Foundation at Porto Alegre, Rio Grande do Sul, Brazil, by Álvaro Siza and GOP, and the second is the Coach Museum at Lisbon in Portugal, by Paulo Mendes da Rocha and AFAconsult. Both projects put special emphasis on the design process as a construction language, achieved by a close collaboration promoted by the integrated design methodology that both teams follow. Besides its importance from an architectural and urban point of view, these two buildings suggest interesting topics that are present in current building research such as sustainability, the construction of façades with a heavy use of unrendered white concrete and the integration of all the technical infrastructure needed to build a successful high-tech museum. "
Switzerland: Springer Nature, 2019
e20509289
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Prayudi
"Bangunan cagar budaya adalah bangunan berusia 50 tahun atau lebih yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan pengetahuan sehingga harus dilestarikan keberadaannya. Dalam melestarikan bangunan cagar budaya, ada tujuh cara intervensi yang dapat dilakukan. Cara intervensi tersebut harus dilakukan dengan tetap memerhatikan keaslian bangunan cagar budaya, etika pelestarian, dan prinsip pelestarian. Pelestarian yang bergantung terhadap kondisi awal bangunan cagar budaya menyebabkan cara intervensi yang dilakukan akan berbeda-beda. Salah satu bentuk pelestarian bangunan cagar budaya adalah memanfaatkannya menjadi bangunan masa kini, yaitu museum. Museum adalah tempat di mana terdapat benda koleksi untuk dipamerkan dan juga dilestarikan. Untuk memenuhi kebutuhan pameran benda koleksi, dibutuhkan pola sirkulasi tertentu pada ruang pamer. Untuk memenuhi kebutuhan pelestarian benda koleksi, dibutuhkan ruang yang terhindar dari cahaya alami agar sinar ultraviolet tidak langsung mengenai benda koleksi yang sensitif dengan cahaya. Kebutuhan dan persyaratan ruang untuk arsitektur museum ini harus dapat terpenuhi selaras dengan pelestarian bangunan cagar budaya. Museum Seni Rupa dan Keramik dan Museum Fatahillah menjadi contoh yang berhasil dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya dengan memanfaatkannya sebagai museum, atau disebut juga dengan adaptive reuse.

Heritage building is a building that has been built for 50 years or more. It has some values such as history, culture, and knowledge which make them important to conserve. There are seven ways in terms of conservation of heritage building, they are called interventions. Interventions have to be done based on the authenticity value of the heritage building, conservation’s ethics, and conservation’s principles. Conservation of the heritage building depends on its existing condition that would decide which ways are appropriate to be done. Turning the heritage building as a building that can be used for another function in this time is an example of conservations. That building can be a museum. Museum is a place where heritage stuffs are being exhibited and preserved. To fulfill the needs of exhibition, an exhibition room must have certain pattern of circulations. To preserve, spaces in museum must be avoided from direct sunlight in order to keep ultraviolet light away from the heritage stuffs. Heritage stuffs are very sensitive to ultraviolet light. Needs and requirements of architecture museum should meet the interventions of heritage building in order to make the conservation works. Museum Seni Rupa dan Keramik and Museum Fatahillah could be the role model on how heritage building turns into museums, and this is called as an adaptive reuse of heritage building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bintang
"Penelitian ini mengkaji pengembangan ekshibisi di Museum Satriamandala untuk meningkatkan kualitas pameran melalui pendekatan "New Museology" yang menekankan inklusivitas, dinamisme, dan interaktivitas. Tujuan utama museum ini adalah mengabadikan perjuangan dan kontribusi para Jenderal TNI dalam sejarah Indonesia, serta menanamkan semangat jiwa korsa. Pada penelitian kali ini berfokus pada ruang yang didedikasikan untuk Jenderal Sudirman, Jenderal Oerip Soemohardjo, Jenderal A.H. Nasution, dan Jenderal H.M. Soeharto, dirancang ulang dengan integrasi konsep-konsep museologi untuk meningkatkan kesadaran dan kebanggaan nasional melalui edukasi sejarah. Usulan pengembangan ekshibisi meliputi fase konseptual dan fase pengembangan yang fokus pada penulisan alur cerita dan desain pameran yang interaktif. Evaluasi berkelanjutan dan penyesuaian berdasarkan umpan balik pengunjung juga ditekankan untuk meningkatkan efektivitas pameran. Dengan mengintegrasikan konsep "New Museology" dan menekankan narasi yang kuat serta koleksi yang relevan, penelitian ini bertujuan untuk memperkuat fungsi Museum Satriamandala sebagai pusat edukasi sejarah dan kebanggaan nasional, sekaligus menanamkan dan memperkuat semangat jiwa korsa.

This research examines the development of exhibitions at the Satriamandala Museum to enhance the quality of displays through the "New Museology" approach, which emphasizes inclusivity, dynamism, and interactivity. The primary goal of the museum is to commemorate the struggles and contributions of the TNI Generals in Indonesia's history, while instilling the Esprit de Corps. This study focuses on the spaces dedicated to General Sudirman, General Oerip Soemohardjo, General A.H. Nasution, and General H.M. Soeharto, redesigned with integrated museology concepts to enhance national awareness and pride through historical education. The proposed exhibition development includes conceptual and developmental phases, focusing on narrative writing and interactive exhibition design. Continuous evaluation and adjustments based on visitor feedback are also emphasized to improve exhibition effectiveness. By integrating the "New Museology" concept and emphasizing strong narratives and relevant collections, this research aims to strengthen the Satriamandala Museum's role as a center for historical education and national pride, while also instilling and reinforcing the Esprit de Corps."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azizza Drianti Putri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai terbentuknya augmented space akibat aplikasi teknologi pada ruang museum. Dengan berkembangnya teknologi, informasi dan nilai yang dimiliki tiap-tiap ruang museum berpotensi untuk ikut terpengaruh oleh masuknya data dan konektivitas. Teknologi yang digunakan pada media display pameran menjadi alat dalam rekonstruksi ruang pada museum kontemporer yang kemudian menimbulkan augmented space. Untuk melihat fenomena ini, analisis dilakukan pada dua museum dengan konteks dan jenis narasi yang berbeda. Hasil studi menunjukkan bahwa timbulnya augmented space pada museum dihasilkan oleh kemampuan interaksi dan immersion dari media yang digunakan, yang mana mendukung penyampaian konteks, narasi, serta pengalaman ruang pengunjung pada museum.

ABSTRACT
This thesis exposes the formation of augmented space in the museum. With the development of technology, information and value owned by spaces in museums have the potential to be influenced by data and connectivity. Technology works as a display media, then become a tool in reconstructing the space in contemporary museums which later led to the emergence of augmented space. To see this phenomenon, the analysis was carried out in two museums with different contexts and types of narratives. The result of the study shows that the emergence of augmented space in museums is based on the ability of interaction and immersion of media technology that is applied in supporting the translation of contexts, narratives, and visitor experiences in the museum."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Fajar Al Walidayn
"Museum Kebangkitan Nasional merupakan sebuah bangunan bersejarah yang ditinggalkan dari masa penjajahan kolonial Belanda yang pada awalnya berfungsi sebagai sekolah bagi para calon dokter pribumi. Seiring berjalannya waktu, terjadi berbagai perubahan fungsi dari bangunan ini hingga akhirnya menjadi sebuah museum. Mengingat terdapat berbagai perubahan fungsi, maka menjadi menarik untuk melakukan analisis pada gaya bangunannya. Dalam tulisan ini dilakukan analisis melalui metode penelitian arkeologi yang terdiri atas enam tahapan yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi tiap bangunan serta detail dari unsur struktural, unsur fungsional, dan unsur ornamental dari tiap ruangan dan bangunan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan terkait dengan gaya bangunan yang diterapkan berdasarkan berbagai gaya bangunan yang berkembang pada masa kolonial. Ditemukan bahwa bangunan Museum Kebangkitan Nasional bergaya percampuran Eropa Klasik diantaranya Indis, Romawi, Art Deco, Art & Crafts, dengan berbagai gaya bangunan lokal yang kemudian tidak terdapat perubahan yang signifikan meskipun terjadi beberapa kali alih fungsi peruntukkan bangunan.

The National Awakening Museum is a historic building that was left from the Dutch colonial period where this museum originally functioned as a school for doctors. Over time, there were various changes in the function of this building until it finally became a museum. Given that there are various changes in function, it becomes interesting to conduct an analysis of the style of the building. Furthermore, this paper analyzes through archaeological research methods which consist of six stages, namely formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation. The analysis is carried out by identifying each building and the details of the structural elements, functional elements, and ornamental elements of each room and building to then draw conclusions related to the building style applied based on various building styles that developed during the colonial period. It was found that the National Awakening Museum building was in the Classic European mix including Indische, Romanesque, Art Deco, Art & Crafts, with various local building styles style which later there were no significant changes even though there were several changes to the function of the building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Aulia Rachma
"Museum Puma Bhakti Pertiwi merupakan suatu bangunan museum yang dibangun atas prakarsa Ibu Tien Soeharto sebagai suatu wadah untuk menampung koleksi barang-barang pribadi dan cindera mata dari berbagai pihak agar dapat dinikmati oleh khalayak ramai. Bentuk kompleks bangunan utama Museum Puma Bhakti Pertiwi yang unik ternyata dibangun dengan menerapkan berbagai aspek nilai budaya Jawa yang mempunyai tiga makna simbolis. Untuk menginterpretasikan makna simbolis tersebut penulis menggunakan teori hermeneutik dari Dilthey dan Schleimarcher. Pendekatan antropologi budaya, digunakan untuk membantu penulis untuk menganalisis makna simbolis kompleks bangunan utama MPBP. Hasil akhir yang penulis dapat rumuskan pada penelitian ini adalah makna kesatuan simbolis Museum Puma Bhakti Pertiwi. Makna kesatuan simbolis Museum Puma Bhakti Pertiwi adalah kompleks bangunan utama Museum Puma Bhakti Pertiwi digunakan sebagai media penyampaian dan pernyataan pesan-pesan Soeharto yang terdiri dari pandangan hidup Jawa, legitimasi kekuasaan, serta keyakinan dan kepercayaan orang Jawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Dominika
"Penulisan skripsi ini mengenai pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya, berupa rumah singgah, menjadi Museum Tesktil di Jakarta. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya sebagai museum menyebabkan ada beberapa intervensi akibat kebutuhan persyaratan ruang di Museum Tekstil. Intervensi terhadap Bangunan Cagar Budaya dimungkinkan selama tidak merusak arsitektur asli bangunan.
Persyaratan ruang untuk kegiatan pelestarian di Museum Tekstil tidak membutuhkan intervensi yang bersifat permanen atau merubah arsitektur aslinya, sehingga pelaksanaan museum dapat dimungkinkan di bangunan bekas vila ini. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya tidak sebagai fungsi awalnya dimungkinkan, selama intervensi pada bangunan tidak merubah keaslian arsitekturnya.

The thesis contains a heritage building utilization from a shelter building into a texttiles museum in Jakarta. Heritage building utilization as a museum cause some intervention by the needs of space requirement from the museum itself. The interventions are allowed as long as no damage to the original architecture of the building are involves.
Space requirements for the conservation at the Textiles Museum does not require a permanent intervention nor change the original architecture, therefore the implementation was allowed in this former villa building. An utilization of heritage building not as the initial function is tolerable, as long the intervention does not change the original architecture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Sa`Adiah
"Tesis ini membahas tentang konsep edukasi di Museum Fauna Indonesia Komodo Taman Mini "Indonesia Indah". Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Bagaimana mengembangkan konsep edukasi melalui penerapan museologi baru yang didasarkan kepada teori edukasi konstruktivis. Konsep ini belum pernah diaplikasikan di MFIK & TR. Di era museum baru teori konstruktivis dapat diterapkan karena kini museum tidak hanya berperan sebagai sumber pengetahuan tetapi berkembang menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran bagi semua pengunjungnya. Konsep pembelajaran konstruktivis akan membangun pengetahuan dan pemahaman pengunjung dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

This thesis discusses the concept of education in Komodo Indonesian Fauna Museum and Reptile Park Taman Mini "Indonesia Indah". This research is a descriptive study with qualitative approach. How to develop a concept of education through the implementation of new museology is based on constructivist educational theory. This concept has never been applied in MFIK & TR. In the era of the new museum constructivist theory can be applied because the museum is now not only serves as a source of knowledge but it evolve into a facilitator in the learning process for all of its visitors. Constructivist learning concept will build knowledge and understanding for visitors from various different viewpoints."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mokodongan, Annita Intaniasari
"Tesis ini membahas tentang pembentukan identitas orang Hakka Indonesia yang kemudian di representasikan ke dalam tema-tema tata pamer Museum Hakka Indonesia-TMII di Jakarta. Museum adalah sebuah wadah atau lembaga non formal yang bisa dijadikan sebagai sumber atau rujukan untuk mempelajari kekayaan aneka ragam kebudayaan suku dan ras yang kita miliki. Museum Hakka Indonesia-TMII sebagai museum yang mengusung nama sebuah sub dialek Hakka idealnya adalah museum yang merepresentasikan identitas komunitas Hakka Indonesia ke dalam setiap bagian dari museum mulai dari gedung beserta isi museum yaitu koleksi, dimana identitas tersebut terbentuk berdasarkan sejarah panjang orang Hakka di masa lalu hingga sekarang. Dengan pemilihan tema, koleksi, alur cerita (storyline) dan program publik yang mencerminkan identitas orang Hakka, tesis ini bermaksud menjadikan museum Hakka Indonesia mempunyai ciri atau karakteristik sebagai museum komunitas Hakka.

These Thesis discusses about how Indonesian Hakka identity becoming for represented into the Hakka Museum at TMII Jakarta. Museum is a place or non formal institute that can be used as a source or reference to study a variety of ethnic cultural and races that we have. As a Museum that carrying the name of sub-dialect, Indonesia Hakka Museum is ideally to be a Museum that represents Indonesian Hakka community identity into part of Museum begin from the building style and content inside the Museum, when identity form based on long history of the Hakka from the past to present. By the selection of themes, collection, storylines, public programs that reflect the Hakka, the Thesis intends to make Indonesia Hakka Museum characterized as a community Museum of the Hakka.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>