Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Noorkamillah
"Tesis yang menggambarkan proses pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah padat di kampung Sukunan, Kab. Sleman, DI Yogyakarta ini merupakan hasil penelitian deskriptif dengan metode kualitatif, yang dilaksanakan selama kurang lebih 5 bulan, sejak bulan Agustus sampai Desember 2005. Bila ditinjau dari ilmu kesejahteraan sosial, hal ini menjadi penting dan menarik, karena sampah merupakan salah satu elemen yang dapat mempengaruhi kesejahteraan hidup manusia, bahkan selama manusia masih melakukan aktivitas di atas bumi ini, karena sampah ditimbulkan dari adanya aktivitas manusia.
Sampah merupakan salah satu penyebab kerusakan alam dan lingkungan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itu, upaya yang sangat baik untuk mengatasi masalah besamya sampah adalah dengan menangani sampah langsung pada sumbernya, yaitu rumah tangga sebagal penimbul sampah terbesar. Upaya inilah yang coba dilakukan oleh masyarakat kampong. Sukunan dengan menerapkan sistem pengelolaan sampah padat berbasis masyarakat.
Dengan diterapkannya sistem pengelolaan sampah padat tesebut, berbagai manfaat telah dapat dinikmati oleh warga masyarakat kampung Sukunan. Hal ini menunjukkan bahwa diterapkannya sistem pengelolaan sampah padat tersebut telah menjadikan warga kampung Sukunan lebih berdaya dalam hal mengelola sampah. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, bagaimanakah upaya-upaya pemberdayaan tersebut dilakukan oleh warga masyarakat kampung Sukunan, menjadi permasalahan yang menarik untuk diteliti.
Sebagai sebuah penelitian studi kasus, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman khusus warga masyarakat kampung Sukunan dalam mengelola sampah padat berbasis masyarakat, yang dalam prosesnya melahirkan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Adapun penarikan sampel didasarkan pada threoritical sampling yang terbagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok penggagas atau perintis kegiatan, kelompok Um pengelola sampah dan kelompok ketiga dari warga masyarakat Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 9 orang informan, yang penentuannya dibatasi oleh sejauh informasi yang dibutuhkan dirasa telah cukup.
Melalui penelitian ini, diketahui bahwa dengan adanya pengelolaan sampah padat di kampung Sukunan telah mampu menggeser kebiasaan buruk warga kampung dalam memperlakukan sampah. Hampir dapat dipastikan seluruh warga kampung Sukunan mengerti dan memahami sistem pengelolaan sampah padat berbasis masyarakat yang diterapkan di kampung ini, meskipun pada pelaksanaannya, masih ada sebagian kecil warga kampung yang masih enggan mengikuti perubahan ini (defensive).
Proses pemberdayaan masyarakat itu sendiri berlangsung melalui berbagai tahapan dalam sebuah proses pemberdayaan masyarakat, yakni tahap assessment, tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi dan tahap pengembangan. Pada pelaksanaannya, proses pemberdayaan masyarakat ini lebih merupakan proses pembinaan terhadap warga kampung Sukunan, yang mengarah pada tiga bidang pembinaan, yakni pembinaan sosial budaya, pembinaan elaonomi dan pembinaan Iingkungan. Pembinaan itu sendiri berlangsung dalam suatu mekanisme pembinaan yang merupakan sinergi dari tiga lakon utama, yakni penggagas program, pengelola sampah dan tokoh masyarakat yang dalam hal ini berperan menjadi kader pengelola sampah. Sedangkan hal yang menjadi kunci sukses keberhasilan upaya pemberdayaan masyarkat ini adalah, adanya partisipasi aktif warga masyarakat dalam setiap tahapan pemberdayaan yang dilakukan.
Berbagai hambatan yang ditemui dalam upaya.pemberdayaan masyarakat tersebut, bersumber dari tiga hal, yakni dari sistem pengelolaan sampah, baik instrumen maupun tekhnis, kemudian hambatan dari sumber daya manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas dan hambatan dari warga masyarakat sendiri yang belum mau melakukan perubahan (defensive). Umumnya kendala-kendala tersebut mampu diatasi dengan baik oleh tim pengelola sampah, meskipun masih ada yang belum dapat diselesaikan seperti hambatan akan kualitas SDM.
Upaya pembverdayaan masyarakat ini, telah menghasilkan berbagai keuntungan yang dapat dirasakan langsung oleh warga masyarakat (tangible) seperti uang, maupu keuntungan yang tidak dapat diraba-rasakan (intangible) seperti kesadaran, akses informasi dan pengetahuan. Di samping itu juga terjadi perubahan pandangan terhadap posisi diri (self image) masyarakat kampung Sukunan, dari negatif menjadi positif."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Wihantoro
"Dalam mengemban tugas pendistribusian hasil-hasil pembangunan, pelaksanaan pembangunan di daerah masih menghadapi berbagai masalah, beberapa diantaranya justru membutuhkan pemecahan yang mendasar, seperti pelimpahan wewenang perencanaan, ketimpangan pendapatan antar daerah dan laju pertumbuhan, serta penciptaan lapangan kerja di daerah. Menghadapi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bersifat darurat, yang dikenal dengan program Instruksi Presiden (Inpres). Program ini juga ditujukan untuk menunjang otonomi daerah.
Program Inpres Dati II (Inpres No.611984) bertujuan: mempertinggi hasil produksi, memperlancar distribusi bahan dan basil pertanian dalam waktu singkat serta memperbaiki lingkungan hidup masyarakat berpenghasilan rendah, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, meningkatkan partisipasi penduduk dalam pembangunan daerah.
Maksud dari Program Inpres Dati II untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah, yaitu : penyerahan urusan pembangunan daerah kepada Pemerintah Daerah, penciptaan kemandirian daerah (Keuangan Daerah), meningkatkan sistem perencanaan pembangunan daerah dengan sistem buttom up planning, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah serta meningkatkan profesionalisme aparatur daerah.
Penelitian ini bersifat kualitatif dan kesimpulannya lebih bersifat deskriptif. Di dalam penelitian menggunakan sumber data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, keputusan pemerintah dan berbagai kebijaksanaan lainnya. Data primer di sini adalah data yang diperoleh langsung dalam penelitian di lapangan, baik berupa hasil wawancara maupun observasi.
Program Inpres Dati II telah memberikan dampak positif, yaitu transportasi lancar, meningkatnya hasil pertanian, meningkatnya taraf hidup masyarakat dan perekonomian daerah. Dan dampak utama yang diharapkan tersebut di atas Program Inpres Dati II telah menimbulkan dampak sampingan yang tidak diharapkan yaitu ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat. Di samping itu, tujuan/maksud Program Inpres Dati II sebagian besar tidak tercapai dan Program Inpres Dati II berdasarkan analisis/penelitian di Kab. Sleman belum berperan dalam pelaksanaan otonomi daerah, disarankan kepada Pemerintah Pusat segera mengambil kebijakan agar Program Inpres Dati II berperan dalam pelaksanaan otonomi daerah."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suria Darma
"Lahan pertanian perlu memperoleh penggantian dan penambahan unsur hara untuk mengganti yang telah terserap dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama dengan unsur hara yang berasal dari pupuk buatan. Demikian pula diperlukan penambahan bahan-bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah dan tersedianya unsur hara mikro. Penambahan bahan-bahan organik ini dapat berupa pemupukan dengan pupuk kandang, pupuk hijau atau sisa-sisa tanaman lainnya.
Kebutuhan akan bahan organik dalam tanah, seyogyanya terus ditingkatkan sejalan dengan makin menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah, rendahnya daya ikat terhadap air hujan dan menurunnya persediaan bahan organik dalam tanah. Mengingat kondisi yang demikian maka kompos sebagai salah satu pupuk alam (organik) akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan pupuk hijau.
Limbah pasar merupakan salah satu waste dari proses pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hidupnya. Limbah pasar umumnya mempunyai kandungan bahan organik yang relafif tinggi dan dapat bersifat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Potensi ini perlu dimantaatkan menjadi sumberdaya yang berguna, misalnya untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Penelitian pemanfaatan kompos limbah pasar dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan lahan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RCBD: Randomized Completed Block Design) dengan 6 taraf perlakuan pemberian kompos limbah pasar (K4) ton/ha, K1=10 ton/ha, K2=20 ton/ha, K3=30'ton/ha, K4=40 ton/ha dan K5=50 ton/ha) yang diulang sebanyak 5 kali.
Penelitian telah dilaksanakan mulai dan persiapan pada bulan November 1994 sampai selesai, pada bulan Mei 1995 di Desa Pampang, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Ilir Kotamadya Dati II Samarinda.
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah limbah pasar dapat dimanfaatkan, sebagai sumber bahan organik untuk meningkatkan pemanfaatan lahan
2. Mengetahui berapa banyak bahan organik limbah pasar yang diperlukan untuk mencapai produksi tanaman uji optimum/ha lahan
3. Memberikan gambaran sebagai suatu alternatif pilihan untuk pengelolaan limbah perkotaan (khususnya limbah pasar) sebagai sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos limbah pasar adalah sebagai berikut :
1. Hasil analisis pengomposan limbah pasar menunjukkan bahwa jumlah kandungan hara Nitrogen tersedia adalah 1.21% (terdapat 1.21 g Nitrogen dalam 100 g kompos), Fosfat tersedia adalah 763.98 ppm (terdapat 0.076 g Fosfat tersedia dalam 100 g kompos) dan Kalium tersedia adalah 178.88 ppm (terdapat 0.017 g Kalium tersedia dalam 100 g kompos), serta bahan organic adalah 29.13% (terdapat 29.13 g bahan organik dalam 100 g kompos); lebih baik (banyak) dari jumlah kandungan hara sejenis yang terdapat di dalam tanah tempat penelitian dilaksanakan, yakni kandungan hara Nitrogen tersedia 0.07-0.08% (terdapat 0.07 g - 0.08 g Nitrogen dalam 100 g tanah), Fosfat tersedia 11.70 - 26.10 ppm (terdapat 0.0011 g - 0.0026 g Fosfat tersedia dalam 100 g tanah}, dan Kalium tersedia 101.29-158.40 ppm (terdapat 0.010 g - 0.015 g Kalium tersedia dalam 100 g tanah, serta bahan organik 0.9-1.56% (terdapat 0.9 g - 1.56 g bahan organik dalam 100 g tanah).
2. Perlakuan pemberian kompos limbah pasar menunjukkan beda sangat nyata pada rata-rata tinggi tanaman umur 1, 2 dan 3 bulan; lebar daun umur 1 bulan; panjang tongkol; diameter tongkol; berat biji perpetak, berat biji konversi ton/ha, berat 1 000 biji dan berat biomassa. Menunjukkan beda nyata pada rata-rata umur keluar bunga jantan; umur keluar bunga betina, umur panen, jumlah biji perbaris tetapi tidak untuk pada rata-rata lebar daun umur 2 dan 3 bulan; jumlah baris biji pertongkol tanaman jagung Hibrida CP-2.
3. Setelah perlakuan pemberian kompos limbah pasar meningkatkan produksi biji kering tanaman jagung Hibrida CP-2 pada lokasi Kotamadya Dati II Samarinda bila dibandingkan terhadap kontrol (tidak diberi kompos) yakni sebagai berikut: K1=5.56% (3.23 ton/ha), K2 = 26.14% (3.86 ton/ha), K3 = 51.63% (4.64 ton/ha), K4 = 43.14% (4.38 ton/ha), Ks = 38.56% (4.24 ton/ha)_ Ada kecenderungan bahwa produksi biji kering tertinggi diperoleh pada perlakuan K3 (30 ton kompos limbah pasar/ha).
4. Dan data produksi biji kering ton/ha, kompos limbah pasar, berpotensi dapat dimanfaatkan untuk keperluan meningkatkan pemanfaatan lahan di daerah Kotamadya Dati II Samarinda terutama untuk produksi tanaman jagung Hibrida CP-2.
5. Banyaknya kompos limbah pasar yang ditebarkan berpengaruh terhadap banyaknya produksi biji kering (economical yield) dan biomassa (biological ,yield).
6. Pemberian kompos limbah pasar berpengaruh positif terhadap produksi tanaman jagung Hibrida CP-2 pada lokasi Kotamadya Dati II Samarinda.
7. Kompos limbah pasar yang dibuat menghasilkan 29.43% bahan organik (29,43 gr bahan organik dalam 100 g kompos) dan bahan anorganik, dari segi lingkungan akan memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya meningkatkan kemampuan lahan khususnya tanah podzolik merah kuning.
Daftar Kepustakaan : 33 Buku, 24 Artikel (karya ilmiah, jurnal) (1973 - 1995)

The Use of Market Waste Compost to Optimize the Land Utilities (A Case Study at Samarinda District)Land needs nutrients changes and additional nutrients to replace the lost nutrients used in growth and development of plant, mainly by the using of artificial fertilizing_ It also needs additional organic matters to improve the physical, chemical and land biological characteristic of the soil and to make the micro nutrients available. Additional of those organic matters may be in the form of manures, green manure, and other rotten plants.
The needs of organic matters in the soil continues to increase in accordance with land fertility decreasing, the damage of physical characteristic of the soil, low water adsorb capability and the decreased of the availability of organic matters in the soil. Considering those conditions, compost is as considered an important alternative substitute to manure and green manure.
Garbage (market wastes) is one of the waste of people's fulfillment needs process impact. It usually has relatively high organic matters contain and may pollute the environment if it is not wisely managed. So this potential should be used as beneficial resources, to example to increase land productivity.
The research on the garbage compost use to optimize utility was according to RCBD (Randomized Complete Block Design) with 6 dosages level of compost, consisting of (Koh tonnage/ha, K1=10 tonnage/ha, K2=20 tonnage/ha, K3=30 tonnage/ha, K4=40 tonnage/ha and K5=50 tonnage/ha) replicated in 5 replication.
This research was carried out from November 1994 till May 1995 at Pampang Village, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Ilir, Kotamadya Dati II Samarinda.
The purpose of this research:
1. 'lb know whether the market sewage can be used as an organic matter source to optimize the land utility.
2. To know how much compost needed to reach optimum of plant production of the test plants/ha of land.
3. To describe one alternative of the market sewage management in the use of available resources to increase land productivity.
The results of this research are :
1. The analysis of the market sewage compost that the total Nitrogen nutrient content is 1.21 % (1,21 Nitrogen in 100 g of compost), available Phosphate is 763.98 ppm (0.076 g the available Phosphate in 100 g of compost) and available of Potassium is 178.88 ppm (0.017 g the available Potassium in 100 g of compost), and 29.13 % of organic matter (29.13 g organic matter in 100 g of compost), which is higher than similar nutrient content found in the soil of the test plot, where the nutrient content of total Nitrogen is 0.07-0.08% (0.07-0.08 g of total Nitrogen in 100 g of soil), available Phosphate is 11.70-26.10 ppm (.0011-0.0026 g the available Phosphate 100 g of soil), available Potassium is 101.29﷓158.40 ppm (0.010-0.015 g the available Potassium in 100 g of soil), and organic matter is 0.9-1.56% (0.9-1.56 g organic matter in 100 g of soil).
2. The market sewage compost treatment show very significant differences at the plant height average at the age of 1, 2 and 3 months; average leaves width at the age of 1 month plant age; average cob length, average cob diameter, grain weight per-plot, grain weight in tonnage convection tonnage/ha, 1 000 grain weight and Biomass weight. Showing significant difference at the average of tasseling, the average of earring, the average of harvest, the average of grain number of row and the average of biomass weight; but not significant for leave width of the age 2 and 3 months, the average number of grain row per-cob Hybrid corn CP-2.
3. All the market sewage compost treatment increase the dry grain production of the hybrid corn CP-2 (at test plot in the district of Samarinda compare to the controlled plot (no compost treatments) with K1= 5.56 % (3.23 tonnage/ha), 1(2= 26.14 % (3.86 tonnage/ha), K3 = 51.63 % (4.64 tonnage/ha), K4 = 43.14 % (4.38 tonnage/ha), K5 = 38.56 % (4.24 tonnage/ha). There is a tendency of heighest seeds production at K3 treatment (30 ton of market sewage compost/ha).
4. Seen from the dry seeds production data of to/ha, it can be concluded that market sewage compost is potential enough to be used for increasing the land utility as it has been prove in the District of Samarinda particularly for Hybrid Corn CP-2 production.
5, The number of market sewage compost used influences the number of dry seeds production (economical yield) and the biomass weight (biological yield).
6. The use of market sewage compost has positive impact on the production of Hybrid Corn CP-2 as seen in the District of Samarinda.
7. The market waste compost that produced 29.43 % organic matters (29.43 g organic matters in 100 g compost) and anorganic matters, from the environment side, gives significant contribution to optimize the land utilities particularly for the red yellow podsolic.
Total of References : 33 books, 24 articles (Paper, Journal). (1973-1995)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Roy Charles
"ABSTRAK
Pengolahan sampah organik, dapat berjalan dengan baik apabila sampah tersebut mempunyai kadar air dan komponen organik besar. Karakteristik sampah di kawasan PT. Bumi Serpong Damai yang terbanyak adalah sampah organik, yaitu mencapai 80 % dari seluruh sampah yang dihasilkan.
Dengan adanya pengolahan sampah organik sistem composting di PT. Bumi Serpong Damai, maka sampah-sampah yang seharusnya di buang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dapat dimanfaatkan kembali untuk dijadikan kompos.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai C/N rasio dalam sampah organik dan proses pengomposan yang optimal agar proses pengomposan dapat berjalan dengan baik serta kompos yang dihasilkan mengandung unsur hara yang besar.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah organik yang ada di kawasan Bumi Serpong Damai, dengan perlakuan sebagai berikut : sampah organik C/N.rasio maksimal (> 20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-1), sampah organik C/N rasio optimal (20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-2), sampah organik C/N rasio minimal (< 20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-3), sampah organik C/N rasio maksimai (> 20-40 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-4), sampah organik C/N rasio optimal (20-40 : 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-5), sampah organik C/N rasio minimal (< 20--40 : 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-6). Kemudian diulang sebanyak lima kali.
Sampah organik yang telah berubah menjadi kompos, berwarna kehitaman setelah mengalami pembusukan secara aerob sulit dikenali lagi dari bahan asal dan terjadi perubahan sifat kimianya.
Komposisi sampah organik (perbandingan C/N rasio) berpengaruh positif dengan lama proses pengomposan dan kandungan unsur hara dalam kompos (N, P, K, Ca, Mg, C, C/N). Sedang proses pengomposan berpengaruh negatif dengan lama proses pengomposan.
Kandungan logam berat dalam kompos menunjukkan bahwa pada semua perlakuan menghasilkan kompos yang mengandung logam berat jauh di bawah standar US Environmental Protection Agency (EPA).
Menerapkan pengolahan sampah organik dengan sistem komposting dengan bahan baku yang mempunyai perbandingan C/N rasio optimal (sampah buah-buahan), di PT. Bumi Serpong Damai.
ABSTRACT
The Effect of Organic Waste Variation C/N Ratio by This organic processing plant runs well only when the waste contains water and main organic component. The organic waste at PT. Bumi Serpong Damai reaches as high as 80 percent of the total garbage.
With the existence of this compost system organic waste processing plant, PT. Bumi Serpong Damai can recycle the organic waste and make use of the resulted compost. And such an advantage prevents the waste from being disposed at the final garbage dump.
Specific study had been conducted to figure out the C/N ratio contained in the organic waste and in the optimal compost process so that the compost process ran in order and the compost had sufficient fertile substances.
The raw material used in such a specific study was the organic waste found at PT. Bumi Serpong Damai. This organic waste had certain characteristics and went through the following treatment : organic waste having maximum C/N ratio of being > 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-1), organic waste having optimum C/N ratio of being 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-2), organic waste having minimum C/N ratio of being < 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-3), organic waste having maximum C/N ratio of being > 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-4), organic waste having optimum C/N ratio of being 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-5), organic waste having minimum C/N ratio of being c 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-B). This treatment is subject to a five-time repetition.
The resulted compost has dark and blackish color after going through the decaying process and its origin becomes unidentifiable, due to the chemical characteristic changes.
Organic waste composition, or the C/N ratio, influences the length of the compost process and the fertile substances contained in the resulted compost such as N, P, K, Ca, Mg, c, and C/N. On the other hand, the compost process negatively affects its length.
The treatment applied in the processing plant has produced compost in which the amount of heavy metal substances contained in the compost is lower than the EPA standard.
The use of compost system organic waste processing plant with raw material of having optimum C/N ratio (disposed fruits) at PT. Bumi Serpong Damai.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Novia Indrianti
"Pesatnya pertumbuhan pariwisata diiringi dengan munculnya pertanyaan mengenai alasan orang-orang melakukan kegiatan wisata. Alasan yang menyebabkan seseorang melakukan perjalanan wisata disebut sebagai motivasi wisata. Yogyakarta menjadi daerah tujuan para wisatawan asing yang jumlahnya selalu meningkat setiap tahun. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menjadi dua daerah tujuan wisata favorit dibanding tiga kabupaten lainnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini mengkaji alasan yang mendorong para wisatawan asing melakukan perjalanan ke Yogyakarta sehingga dapat dikaitkan dengan tingginya jumlah wisatawan asing yang datang ke Yogyakarta. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan spasial dan analisa deskriptif. Dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa motivasi wisatawan asing di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman tidak dipengaruhi oleh jenis wisata yang ada di daerah tujuan.

The rapid growth of tourism followed by the emergence of questions about the reasons people do tourist activities. Reasons that cause a person to travel referred to as tourist motivation. Yogyakarta became the destination of foreign tourists whose number is increasing every year. Yogyakarta city and Sleman district into two favorite tourist destination compared to three other districts in the province of Yogyakarta.
This study examines the reasons that encourage foreign tourists to travel to Yogyakarta so it can be attributed to the high number of foreign tourists come to Yogyakarta. The method of analysis used in this study is the approach of spatial and descriptive analysis. From the research, it was concluded that the motivation of foreign tourists in the city of Yogyakarta and Sleman District was not influenced by the type of tourism in the destination.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Faradila
"Sebagaiman dipahami dalam teori pemidanaan, bahwa idelanya pembinaan
terhadap anak yang berhadapan dengan hukum memerlukan perlakuan khusus sesuai
dengan tingkat perkembangan anak serta tingkat pelanggaran hukum yang
dilakukannya sehingga dalam proses pembinaannya harus dipisahkan dengan orang
dewasa agar tidak terjadi “pencemaran” pembinaan yang membahayakan masa depan
anak. Di Indonesia karena adanya alasan klise yaitu negara masih belum amapu
membangun lembaga pemasyarakatan khusus anak, maka proses penggabungan
pembinaan tidak bisa dihindarkan. Pembinaan anak didik pemasyarakatan di lembaga
pemasyarakatan dewasa dapat dikategorikan merupakan pembinaan gabungan. Meski
anak-anak dipisahkan bloknya dengan narapidana dewasa, namun dalam
kenyataannya tidak ada program pembinaan khusus yang ditujukan kepada anak,
tidak ada pedoman yuridis yang menjadi rambu-raambu yantg harus dilakukan oleh
para kepala lembaga pemasyarakatan dan para petugas dalam proses pembinaan anak
didik pemasyarakatan. Anak didik pemasyarakatan acap kali bertemu dan disatukan
dengan narapidana dewasa dalam proses pembinaan, anak didik pemasyarakatan
kerap kali harus mendapatkan ancaman, intimidasi, dan contoh buruk dari narapidana
dewasa. Situasi-situasi ini menyebabkan pembinaan anak didik pemasyarakatan di
lembaga pemasyarakatan dewasa telah mencapai pada tahap kronis dan
membahayakan masa depan anak. Penelitian ini menggunakan metode normatif aitu
mengkaji sumber data sekunder yang terdiri dari peraturan-peraturan yang terkait
dengan anak yang berhadapan dengan hukum, tentang lembaga pemasyarakatan serta
penelitian-penelitian sebelumnya. Selain itu peneliti juga melakukan penelitian
hukum empiris dengan melakukan wawancara dengan staff Kanwil Hukum dan Hak
Asasi Manusia Provinsi DIY, Kepala Lembaga Pemasyarkatan kelas II B Sleman,
Yogyakarta seta Kasubsi Registrasi dan Bimkemas. Dari penelitian ini peneliti
merekomendasikan: sebelum dilakukan pemisahan pembinaan maka perlu disusun
kebijakan dari kementerian Hukum dan HAM tentang pola pembinaan anak didik
pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan dewasa dengan mempertimbangkan
adanya penataan ruang khusus bagi anak yang benar-benar terpisah dengan
narapidana dewasa, penataan bangunan blok yang memperhatikan estetika dan ramah
anak, adanya petugas dan psikolog / koselor anak, membuat program-program yang
khusus untuk anak yang terpisah dengan narapidana dewasa serta memastikan anak
tidak mendapatkan perlakuan negatif dari narapidana dewasa

This research describes about punishment the child prisoners in correction
institution class II B Sleman, Yogyakarta, which aims to determine child prisoners
development combined with adult prisoners coaching process, the obstacles
encountered when coaching is done and the implications of this development for
mental development and psychological child. As understood in the theory of
punishment, that ideally guidance to children in conflict with the law is different from child prisoners punishment process. Children in conflict with the law requiring special treatment in accordance with the child's developmental level and the level of violation of the law it does so in its development process should be separated from adults, to avoid "contamination " that jeopardize the future development of the child .
In Indonesia because of the cliche that the State has not been able to build
special prisons child, then the process of combining punishment unavoidable. Child
prisoners in adult correctional institutions can be categorized a combined punishment.
Although the blocks separated children with adult prisoners, but in reality there is no specific training programs aimed at children, there are no guidelines juridical be signs that must be made by the head of the penitentiary and officials in the correctional process of child prisoners. They often meet and together with adult prisoners in the process of punishment, child prisoners must obtain a correctional often all threats, intimidation, and bad examples from adult prisoners. These situations lead to punish child prisoners within prisons has reached the chronic stage and jeopardize the future of the child.
This research used a method that examines the normative law of secondary
data sources consisting of rules relating to children in conflict with the law, about the correctional institution as well as previous studies. In addition, researchers also conduct empirical legal research by conducting interviews with staff offices and human rights law Yogyakarta Province, Chief Correctional Institution Class II, Sleman, Yogyakarta and Kasubsi Registration and Bimkemas .
From this study, the researcher recommends: prior to the separation of
punishment will need to establish a policy of the ministry of law and human rights on the pattern formation protege adult prisons within child prisoners to consider if a particular spatial arrangement for the child who is completely separate with adult prisoners, arrangement of room blocks attention to aesthetics and child, the presence of officers and psychologists /counselors child, making special programs for separated children with adult prisoners and make sure children do not get the negative treatment of adult prisoners.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Sulaeman
"Tempat Pembuangan Akhir adalah ujung proses dari pengelolaan sampan secara konvensional. TPA yang saat ini digunakan di sebagian besar kota di Indonesia menerapkan sistem open dumping. Deegan sistem tersebut maka sampah organik yang tertimbun di TPA akan mengalami proses dekomposisi secara anaerobik yang akan menghasilkan CH4 (gas metan). Gas metan merupakan salah satu gas rumah kaca (GRID) yang berpotensi menyebabkan pemanasan global (global warming).
Salah satu cara untuk mengurangi emisi gas metan dari TPA adalah melakukan pengomposan sampah organik kota. Pengomposan dipilih karena beberapa pertimbangan yaitu ketersediaan bahan baku dan penggunaan teknologi tepat guna, kesesuaian karakteristik sampah dan mendukung usaha produktif masyarakat. Proses produksi kompos harus dilakukan secara benar dengan mengacu pada prinsip-prinsip pengomposan yang optimum dan ramah lingkungan. Selain itu produk yang dihasilkan hams memenuhi standar tertentu agar aman untuk diaplikasikan pada budidaya tanaman. Berdasarkan kajian awal terhadap dokumen Final Report pelaksanaan Program Subsidi Kompos pada 2 tahun pelaksanaan, tidak ditemukan informasi dan pembahasan mengenai kontribusi program ini pada pengurangan gas metan. Hasil observasi awal pada beberapa lokasi pengomposan peserta Program Subsidi Kompos didapatkan kondisi lingkungan pengomposan yang tidak baik.
Berdasarkan masalah tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1). Mengkaji kontribusi pengomposan sampah perkotaan Program Subsidi Kompos pada pengurangan gas metan, dan (2). Mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan pengomposan sampah perkotaan Program Subsidi Kompos terhadap syarat pengelolaan lingkungan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode ex post facto. Populasi dari penelitian ini adalah produsen kompos yang mengikuti pengomposan sampah perkotaan Program Subsidi Kompos pada periode 31 Desember 2003 - Juni 2005 yaitu sebanyak 21 produsen. Sampel penelitian beijumlah 21 produsen kompos. Variabel penelitian meliputi produsen kompos, sampah perkotaan, bahan bake kompos, proses produksi kompos, kualitas kompos, pengurangan pencemaran gas metan dari TPA, pengelolaan air lindi (leachate), pengelolaan air larian (run ofj), pengendalian kebisingan, dan pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja.
Data yang dikumpulkan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif dilakukan untuk menghitung bahan organik yang digunakan pada proses pengomposan menggunakan rumus Outerbridge (1991), menghitung gas metan yang timbul di TPA menggunakan IPCC Methodology 1996 dan menghitung gas metan dari kotoran ternak menggunakan rumus IPCC Methodology 1996. Analisa kualitatif dilakukan dengan memaparkan secara deskriptif pelaksanaan kesesuaian pengomposan sampah perkotaan dengan persyaratan lingkungan yang meliputi pengelolaan lingkungan dan syarat kualitas kompos.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa:
1. Program Subsidi Kompos menggunakan sampah organik sebesar 96.679,5 ton, dari jumlah tersebut proporsi sampah yang berasal dari bahan organik yang seharusnya dibuang ke TPA berjumlah 80.215,2 ton atau 83% dari keseluruhan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi kompos. Bahan lain yang digunakan adalah limbah temak sebanyak 16.464,3 ton atau 17% dari keseluruhan bahan baku yang digunakan untuk pengomposan dan tidak dibuang ke TPA. Gas metan yang direduksi Program Subsidi Kompos berjumlah 4.005 ton, yang berasal dari sampah kota sebesar 4.000 ton metan dan dari kotoran ternak sapi sebesar 5 ton metan.
2. Pengelolaan lingkungan yang disyaratkan pada Program Subsidi Kompos meliputi pengendalian pencemaran air lindi, pengendalian air larian, pengendalian kebisingan, dan pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja. Pengelolaan lingkungan menjadi syarat bagi produsen untuk mengikuti Program Subsidi Kompos tetapi tidak menjadi syarat yang terdapat dalam dokumen kontrak.
Kondisi ini menyebabkan hanya sedikit produsen yang melakukan pengelolaan lingkungan sesuai yang disyaratkan. Disamping itu syarat yang ditetapkan belum efektif untuk mengendalikan pencemaran yang ditimbulkan dari kegiatan pengomposan.
Berkaitan dengan standar kualitas kompos, maka persyaratan kualitas kompos Program Subsidi Kompos hanya mengatur 6 parameter dari 31 parameter kualitas kompos pada SNI 19-7030-2004. Minimnya parameter yang diatur berpotensi untuk menimbulkan dampak lingkungan berupa potensi perkembangbiakan organisme patogen dan penyebaran penyakit, potensi pencemaran logam berat pads tanah, dan potensi pencemaran bahan asing pada produk kompos dan tanah.
Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa:
1. Kontribusi pengurangan gas metan karena dilaksanakannya pengomposan sampah perkotaan Program Subsidi Kompos sebesar 4.005 ton. Nilai tersebut berasal dari sampah kota sebesar 4.000 ton metan dan dari kotoran ternak sapi sebanyak 5 ton metan. Bila dibandingkan dengan potensi timbulnya gas metan dari sampah organik di TPA pada tahun 2004, Program Subsidi Kompos berkontribusi mengurangi gas metan sebesar 0,67%. Pengurangan gas metan juga mempunyai manfaat lingkungan yaitu berupa pengurangan gas rumah kaca sebesar 84.105 ton CO2 equivalent.
2. Produsen kompos sampan perkotaan yang mengikuti Program Subsidi Kompos tidak ada yang melaksanakan pengelolaan lingkungan usaha pengomposannya dengan baik, namun tetap mendapatkan pembayaran subsidi kompos. Tidak dilaksanakannya ketentuan pengelolaan lingkungan oleh produsen kompos karena Kementerian Lingkungan Hidup tidak mengatur syarat pengelolaan lingkungan secara jelas, tegas dan konsisten serta tidak adanya mekanisme sanksi bagi produsen kompos yang tidak melaksanakan syarat tersebut. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T17961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
S8030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>