Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115537 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Santi Indra Astuti
"Ramadhan merupakan saat ibadah yang istimewa bagi umat Islam. Keistimewaan ini lantas dirayakan oleh stasiun-stasiun televisi di Indonesia, dengan menghadirkan program-program bemuansa Ramadhan, ketika bulan Ramadhan berlangsung kurang Iebih selama 30 hari. Pertanyaan yang kerap dilontarkan adalah apakah kehadiran program-program tersebut menandakan kesalehan ritual dalam industri televisi kita ketika Ramadhan tiba? Ada 2 wacana yang bertemu ketika Ramadhan tiba disambut gegap gempita oleh televisi. Media massa, sebagai industri yang bergerak dalam pasar bisnis, membawa wacana yang berasal dari wilayah yang relatif sekuler. Sedangkan Ramadhan memiliki esensi nilai yang bersumber dari wacana religius-sebuah domain yang disakralkan. Lantas, bagaimana wacana religius tersebut ditransfer dalam media massa dengan wacana sekuler-nya? Hasilnya adalah program religius yang maknanya dikonstruksi bersama bukan oleh kalangan agamawan sendiri, tetapi Iebih banyak oleh pelaku produksi dan kalangan media.
Mengambil paradigma konstruktivisme, dengan pendekatan kognisi sosial Van Dijk, penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Penelusuran data maupun analisis dilakukan pada tiga level: level teks dengan mencermati teks-teks program Sahur Ramadhan, level organisasi dengan meneliti mode produksi serta kognisi sosial pembuat program, level societal dengan menganalisis posisi wacana religius di tengah ruang sosial masyarakat dewasa ini, seperti tercermin dari temuan penelitian.
Wawancara untuk mengetahui mode produksi dan skema kognisi sosial dilakukan pada para informan di stasiun televisi yang diteliti (RCTI, TPI, Indosiar, SCTV, Trans TV dan Metro 1V), terdiri dari para produser dan kru yang terlibat secara langsung dalam proses produksi program Sahur Ramadhan. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap para pengamat media, Amir Siregar dan Ade Armando, untuk mengetahui konteks pemlasalahan dan aspek industri media, dilengkapi dengan wawancara terhadap sejumlah narasumber yang mewakili wacana religius, mulai dari anggota MUI hingga ustadz atau da'i yang terlibat dalam acara-acara tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan hasil-hasil sbb. (1) Pada level teks, terlihat kuatnya gejala infotainmentization program-program sahur Ramadhan tayangan entertainment/komedi situasi, yang berujung pada inkonsistensi penyampaian makna substansial Ramadhan; (2) Pada level organisasional, terlihat bahwa gejala infotainmentization ini terlihat pada program dengan mode produksi yang menggunakan tolok ukur sukses program berdasarkan rating dan audience share. Program sahur Ramadhan didominasi oleh komedi dan infotainment karena pendekatan inilah yang disukai masyarakat di saat Ramadhan maupun bukan Ramadhan; (3) Masih di level organisasional, pemetaan skema kognisi sosial memperlihatkan adanya perbedaan memaknai Ramadhan dan fungsi-fungsi media, di antara pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tak langsung dalam produksi wacana religius di televisi. Makna Ramadhan yang dominan bagi stasiun televisi adalah sebuah momen produksi yang bisa digunakan untuk meraih pemasukan sebesar-besamya. Makna ini didukung oleh sebagian kalangan agamawan yang -apapun dalihnya-bersedia tampil di televisi tanpa mengritisi peran, porsi, maupun substansi wacana religius yang dibawakannya; (4) Pada level societal, gejala infotainmentization program sahur Ramadhan menampakkan kuatnya 'ideologi hiburan' yang dicekokkan kepada pemirsa, bahkan ketika muatan yang akan ditransfer adalah wacana-wacana religius. Dalam konteks sosiokultural yang lebih luas, terlihat bahwa mediasi antara wacana religius dalam raang media komunikasi massa dalam industri budaya saat ini telah memosisikan agama sebagai pihak yang dimarjinalisasikan saat berhadapan dengan stasiun televisi.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa perpindahan wacana religius (maupun wacana lainnya) ke dalam raang media, bukan sekadar persoalan mentransfer pesan. Perpindahan medium pada dasamya adalah sebuah proses mediasi-yaitu transformasi mode komunikasi yang mengandung implikasi-implikasi sosiokultural. Perubahan-perubahan ini berpangkal dari konstruksi dan rekonstruksi makna yang menjadi fokus penelitian ini.
Apa yang diperlihatkan dalam kesimpulan penelitian ini, yaitu konstruksi seputar makna religius (khususnya makna Ramadhan) dalam program-program televisi, memperlihatkan berlakunya paradigma konstruktivisme yang mengasumsikan bahwa realitas tidaklah muncul begitu saja, melainkan dibentuk melalui interaksi di antara para pelaku produksi dalam sebuah konteks tertentu. Interaksi tersebut dapat menghasilkan negosiasi, negasi, bahkan seleksi atas makna-makna-yang -disepakati bersama-dan ini terlihat dari `kerjasama' pekerja media dan sebagian kalangan agamawan selaku para pelaku produksi dalam memproduksi tayangan sahur Ramadhan.
Interaksi yang berlangsung dalam level (konsensus) pemaknaan ini, dalam sejumlah aspek krusial seperti hubungan antar para pelaku produksi, temyata kuat dipengaruhi oleh struktur. Pada banyak situasi, struktur lembaga sangat mempengaruhi dan mengerangka pemaknaan individu selaku agent. Namun, yang menarik, agent juga bisa mempengaruhi struktur ketika kedua entitas ini dapat mencapai konsensus mengenai makna bersama. Lagi-lagi, ini memperlihatkan bahwa realitas merupakan produk konstruksi sosial, dan bukan semata-mata pemaksaan realitas secara sepihak."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaenal Aripin
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008
347.01 JAE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adilah Adzhani Amanda
"Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia menjadikan bulan Ramadan sebagai bulan dirayakan dengan suasana religius, memiliki budaya dan nilai, serta perubahan pola konsumsi. Pola konsumsi yang berubah pada bulan Ramadan ini juga berpengaruh pada perilaku food waste seseorang. Terdapat pola berulang setiap tahunnya bahwa saat bulan Ramadan sampah makanan meningkat, hal ini juga menjadi isu penting mengingat Indonesia juga merupakan salah satu negara yang menyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Bulan Ramadan dengan food waste yang meningkat menjadi sesuatu hal yang kontradiktif dengan esensi bulan Ramadan itu sendiri yaitu menahan hawa nafsu dan berbagi. Penelitian ini menggunakan theory of planned behavior (TPB) untuk menganalsiis faktor pendorong perilaku konsumen dalam mengurangi food waste di bulan Ramadan. Selain itu, ada sejumlah variabel penjelas lainnya untuk turut meninjau sejauh mana faktor pendorong dapat memengaruhi perilaku mengurangi food waste di bulan Ramadan. Penelitian ini diolah dengan mengumpulkan responden sebanyak 313. Kuesioner penelitian disebarkan secara online dan analisis data dilakukan dengan metode Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPB berpengaruh pada intention. Attitude towards behavior memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan subjective norms terhadap intention. Dimana intention dan food surplus juga berimplikasi berpengaruh terhadap food waste. Food choice motives dan financial attitudes berpengaruh terhadap planning routines seseorang. Pola konsumsi di bulan Ramadan seseorang berpengaruh terhadap tingkat food waste. Namun, planning routines tidak berpengaruh terhadap food surplus.

Indonesia is a country with the largest Muslim population in the world, making Ramadan a month celebrated with a religious atmosphere, having culture and values, as well as changing consumption patterns. The changing consumption patterns in the month of Ramadan also affect a person's food waste behavior. There is a recurring pattern every year that during the month of Ramadan food waste increases, this is also an important issue considering that Indonesia is also one of the countries that contributes the second largest food waste in the world. The month of Ramadan with increasing food waste becomes something that is contradictory to the essence of the month of Ramadan itself, which is to hold back lust and share. This study uses the theory of planned behavior (TPB) to analyze the factors driving consumer behavior in reducing food waste in the month of Ramadan. In addition, there are a number of other explanatory variables to participate in reviewing the extent to which the driving factors can influence the behavior of reducing food waste in the month of Ramadan. This study was processed by collecting 313 respondents. Research questionnaires were distributed online and data analysis was carried out using the Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. The results showed that TPB had an effect on intention. Attitude towards behavior has a greater influence than subjective norms on intention. Where intention and food surplus also have implications for food waste. Food choice motives and financial attitudes affect a person's planning routines. Consumption patterns in a person's Ramadan affect the level of food waste. However, planning routines have no effect on food surplus."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto Zuhdi
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2017
361.9 INT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Basista, Ronny
Riau: Riau Cultural Institute, 2004,
323.4 Tab
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Administrasi desa dalam dekade terakhir memiliki perkembangan yang relatif maju dalam berbagai aspeknya. Setidaknya apa yang kemudian disebut dengan alokasi dana desa (ADD) merupakan salah satu wujud dari kemajuan tersebut."
321 KYBER 2:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Julwan Pribadi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T59026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhadjir Effendy, 1956-
Jogjakarta: Bentang dan Resist, 2002
303.4 MUH m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>