Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114041 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S4655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggara Dialusi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya tayangan pada televisi yang mengeksploitasi perempuan. Tayangan-tayangan tersebut mengekspos seksualitas dan tubuh perempuan dan secara langsung merendahkan martabat perempuan. Tayangan seperti ini makin marak dengan adanya MTV (Music Television), saluran televisi yang khusus memutarkan video musik dari artis-artis baik lokal maupun internasional. Melalui MTV. perkembangan musik semakin maju dan beragam. Tentu saja perkembangan yang dimaksud adalah berasal dari musik yang sudah mendunia, yang kononnya berasal dari negara-negara maju seperti Amerika dan juga negara-negara di Eropa. Salah satunya adalah musik Hip-Hop, atau biasa disebut dengan Black Music yang berasal dari Amerika. Musik hip-hop membentuk konstruksi wacana sendiri, terutama dalam seksualitas perempuan. Melalui lirik, video musik, tarian, dan cara berpakaian, musik hip-hop telah merendahkan kaum perempuan. Seksualitas dan tubuh perempuan diekspos dimana-mana. Masalah seksualitas sekarang menjadi semakin kompleks, tidak hanya menjadi urusan pribadi. Ketika seksualitas dan tubuh manusia, dalam hal ini kaum perempuan, diangkat menjadi isu publik, maka keberadaannya seperti dimiliki bersama, terutama oleh kaum laki-laki. Untuk menyikapi hal ini, tentu diperlukan suatu kesadaran orang tersebut terhadap masalah seksualitas. Hal inilah yang disebut dengan kesadaran seksual. Kesadaran seksual adalah tingkatan sejauh mana kita mengetahui masalah seksual, baik mengenai diri sendiri, maupun hubungannya dengan orang lain ataupun masalah seksual pada umumnya. Karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan orientasi kesadaran seksual dengan sikap pada tayangan tersebut. Dan bagaimana perbedaan hubungan tersebut pada remaja laki-laki dan perempuan. Penelitian dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner yang disebar kepada 200 responden yang berasal dari 5 SMA di lima wilayah Jakarta, yaitu SMA 78, SMA 21, SMA 72, SMA 26, dan SMA 77. Remaja tersebut memiliki usia 15-18 tahun. Teknik penarikan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling. Hasil analisa data dengan Pearson s Correlation ditemukan bahwa terdapat hubungan antara orientasi kesadaran seksual dengan sikap seseorang terhadap tayangan yang mengeksploitasi perempuan. Kekuatan tersebut lemah, tetapi pasti. Ini menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang pengaruhnya lebih kuat dalam pembentukan sikap terhadap tayangan. Namun demikian, hipotesis penelitian yaitu semakin positif orientasi kesadaran seksual seseorang, maka semakin negatif sikapnya terhadap tayangan, terbukti keberlakuannya. Analisa data selanjutnya dilakukan dengan Split Partial Correlation untuk melihat ada tidaknya pengaruh jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap hubungan antara orientasi kesadaran seksual dengan sikap pada tayangan yang mengeksploitasi perempuan. Ternyata setelah dikontrol oleh jenis kelamin laki-laki, hubungan keduanya signifikan dengan kekuatan yang lemah tetapi pasti. Sedangkan jika dikontrol dengan jenis kelamin perempuan, hubungan keduanya menjadi menguat dengan hasil yang signifikan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian, yaitu jenis kelamin mempengaruhi hubungan antara orientasi kesadaran seksual dengan sikap terhadap tayangan, terbukti keberlakuannya. Temuan yang menarik adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan dalam pembentukan sikap terhadap tayangan dan pembentukan orientasi kesadaran seksual. Responden perempuan rata-rata lebih menunjukkan sikap negatif atau tidak mendukung terhadap tayangan yang mengeksploitasi perempuan, dibandingkan rata-rata responden laki-laki. Selain itu responden perempuan memiliki skor rata-rata orientasi kesadaran seksual yang lebih besar dibandingkan skor rata-rata orientasi kesadaran seksual responden laki-laki. Temuan-temuan dari penelitian ini sedikitnya dapat memberikan masukan bagi masyarakat mengenai kecenderungan perilaku seksual remaja saat ini dan bagaimana mereka menyikapi tayangan, dalam hal ini video musik yang mengeksploitasi perempuan."
2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhidayati
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya ikian-ikian yang menggambarkan perempuan berdasarkan stereotip gender. Selama ini ikian yang dianggap memojokkan perempuan tersebut mendapatkan kritik dari kalangan terbatas, seperti aktivis perempuan dan pemerhati masalah perempuan. Bagaimana tanggapan khalayak sebenarnya, dalam hal ini mahasiswa, terhadap iklan-ikian tersebut, masih perlu dikaji. Karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai sikap mahasiswa terhadap iklan yang menampilkan stereotip gender tentang perempuan, dalam hal ini ikian di televisi (TV Commercial), dan ada tidaknya hubungan antara tingkat kesadaran gender seseorang dengan sikap yang dimilikinya terhadap ikian-iklan tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan kuesioner yang disebar kepada 100 orang responden yang berasal dari mahasiswa/i S-1 Jurusan Komunikasi FISIP UI Angkatan 1996-2000, yang berusia 17-25 tahun. Teknik penarikan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling. Dad hasil analisa data ditemukan bahwa, responden rata-rata menunjukkan sikap negatif atau tidak mendukung terhadap iklan yang menampilkan stereotip gender tentang perempuan. Hasil analisa data dengan Pearson's Correlation ditemukan bahwa ternyata terdapat hubungan antara tingkat kesadaran gender dengan sikap seseorang terhadap ikian yang menampilkan stereotip gender tentang perempuan. Kekuatan hubungan tersebut Iemah, tetapi pasti. lni menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang pengaruhnya lebih kuat dalam pembentukan sikap terhadap iklan. Namun demikian temuan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian, yaitu semakin tinggi tingkat kesadaran gender seseorang semakin negatif sikapnya terhadap iklan, terbukti keberlakuannya. Analisa data selanjutnya dilakukan dengan Partial Correlation untuk melihat ada tidaknya pengaruh karakteristik demografis terhadap hubungan antara tingkat kesadaran gender dengan sikap terhadap iklan.Ternyata setelah dikontrol oleh jenis kelamin, hubungan keduanya menjadi tidak signifikan dan sangat Iemah, bahkan dapat diabaikan) Temuan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian, yaitu jenis kelamin mempengaruhi hubungan antara tingkat kesadaran gender dengan sikap terhadap iklan, terbukti keberlakuannya. Sedangkan usia dan pengeluaran bulanan tidak berpengaruh sama sekali terhadap hubungan tersebut, dan temuan ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian, yaitu usia dan pengeluaran bulanan mempengaruhi hubungan antara tingkat kesadaran gender dengan sikap terhadap iklan, tidak terbukti. Temuan yang menarik adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara responden berjenis kelamin lelaki dan perempuan dalam pembentukan sikap terhadap iklan dan pembentukan tingkat kesadaran gender. Responden perempuan rata-rata lebih menunjukkan sikap negatif atau tidak mendukung terhadap iklan yang menampilkan stereotip gender tentang perempuan, dibandingkan rata-rata responden lelaki. Selain itu responden perempuan rata-rata juga memiliki tingkat kesadaran gender lebih tinggi dibandingkan rata-rata responden lelaki. Temuan-temuan dari penelitian ini sedikitnya dapat memberi masukan bahwa dalam menggambarkan perempuan dalam iklan berdasarkan stereotip gender, harus berhati-hati untuk menghindari respon yang tidak baik dari khalayaknya, mengingat semakin baiknya tingkat kesadaran gender pada khalayak dengan adanya berbagai informasi tentang kesetaraan gender, terutama pada perempuan yang sering dijadikan model dan sasaran penjualan produk pada iklan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Saraswaty I.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F Jenny Renita P.
"Sinetron-sinetron bercirikan kemewahan dan menonjolkan gaya kelas atas masyarakat urban sempat mewarnai wajah televisi-televisi swasta di Indonesia dan menduduki rating tinggi berdasarkan survei AC Nielsen. Namun kini, wajah pertelevisian itu berubah dengan maraknya sinetron bernuansa religius Islami, yang juga terbukti mampu menduduki rating tinggi. Salah satu pelopornya adalah sinetron lepas Rahasia Ilahi di TPI yang menjadi kajian penelitian ini. Penulis tertarik untuk mengangkat sinetron ini karena ide ceritanya berasal dari kisah-kisah nyata yang merupakan aib seseorang, serta adanya pergeseran minat penonton Indonesia ke tayangan religius Islami. Episode "Jenasah Penuh Belatung" merupakan unit observasi penelitian ini karena satu minggu setelah penayangannya langsung menduduki peringkat pertama survei AC Nielsen, yaitu pada minggu ke-0507 (6 Februari-12 Februari 2005). TPI yang menjadi stasiun penayang juga berhasil menggeser posisi puncak televisi-televisi swasta lain dan menduduki peringkat pertama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji representasi komodifikasi pengalaman-pengalaman pribadi individu yang dikemas dalam sinetron Rahasia Ilahi. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis untuk melihat representasi komodifikasi pengalaman-pengalaman pribadi individu yang dikemas dalam sinetron Rahasia Ilahi. Sinetron Rahasia Ilahi episode "Jenasah Penuh Belatung" mengangkat kisah sebuah keluarga muslim yang ditinggal mati oleh sang kepala keluarga. Namun, isak tangis dan suasana duka di keluarga ini semakin bertambah karena menyaksikan berbagai hambatan dalam proses penguburan dan kejadian-kejadian aneh selama proses pemandian jenasah. Tujuan ditayangkannya sinetron ini adalah untuk memberi pelajaran moral agar manusia tidak melanggar ajaran-ajaran Allah. Jika dilanggar, maka mereka akan menerima azabNya. Terlebih lagi dengan kejadiankejadian aneh, seperti keluarnya belatung dari mulut jenasah, bisa menimbulkan efek psikologis takut pada penonton, hingga akhirnya mereka tidak berani berbuat seperti yang dilakukan tokoh utama. Di sini terlihat betapa kuatnya kemampuan audio visual televisi untuk mempengaruhi sikap khalayak agar berbuat seperti yang mereka harapkan. Namun, menurut ajaran Islam, jelas dikatakan bahwa menyebarkan aib seseorang adalah perbuatan dosa. Jadi, meski bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada penonton, tetap terbukti bahwa televisi telah menjadikan aib tersebut sebagai komoditas demi mendapat keuntungan. Analisis wacana kritis yang digunakan adalah metode analisis Norman Fairclough yang mengaitkan analisis level teks dengan analisis discourse practice dan sosiocultural practice. Pada tingkat teks digunakan metode analisis semiotika dari Saussure untuk melihat tanda-tanda dan makna yang menggambarkan penyebab dan akibat perbuatan buruk tokoh utama. Analisis level discourse practice menjelaskan kaitan antara faktor produksi teks dan konsumsi teks. Pada tingkat produksi, penulis mewawancarai produser pelaksana PT KEP Media, sedangkan pada konsumsi teks wawancara mendalam dengan empat orang informan (dua muslim, satu Katolik, dan satu Kristen Protestan). Dalam level sosiocultural practice, analisis dilakukan dengan melihat perkembangan industri televisi di Indonesia dan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang tergolong mayoritas pemeluk agama Islam dalam menanggapi perkembangan sinetron religiusitas yang sedang marak saat ini. Dari seluruh analisis ini, penulis menyimpulkan bahwa sinetron Rahasia Ilahi merupakan salah satu contoh tayangan yang dimanfaatkan oleh televisi untuk melakukan komodifikasi kisah nyata yang merupakan aib seseorang melalui kekuatan audio visualnya. Kesimpulan ini Iebih dipertegas lagi dari hasil analisis order of discourse bahwa adeganadegan dalam sinetron ini dimulai dari adegan klimaks berupa aib tokoh utama, kemudian konflik-konflik, dan berakhir dengan antiklimaks. Ini membuktikan bahwa, selain sebagai media komunikasi, televisi juga sekaligus industri bisnis yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan khalayak sebagai salah satu faktor penentu isi media.

Sinetrons—Indonesian TV dramas—that depict luxuriousness and demonstrate the upper class life style of urban people once dominate the screens of private television stations all over Indonesia and occupy high ratings according to a survey conducted by AC Nielsen. But currently we are watching a new phenomenon: the mushrooming of Islamic religious sinetrons, that are proven to have the capability to reach high ratings as well. One of the pioneers is a sinetron entitled Rahasia Ilahi aired on TPI, which becomes the object of analysis on this research. Writer is interested to analyze this sinetron based on the reasons that the story ideas are derived from true stories, which disgrace the people concerned and this sinetron shows a shift in the interest of Indonesian TV viewers into Islamic religious programs. An episode entitled "Jenasah Penuh Belatung" is the observation unit of this research because one week after its airing, it went immediately to the first rank of AC Nielsen's survey, on the 0507th week (February 6th-February 12th 2005). TPI as the broadcaster TV station also managed to move other TV stations' top position and became number one. The objection of this research is to discuss comodification of individual personal experience that is wrapped in Rahasia Ilahi. This research uses critical discourse analysis to see the representation of comodification of individual personal experience that is wrapped in Rahasia Ilahi. An episode of Rahasia Ilahi called "Jenasah Penuh Belatung" tells the tale of a muslim family whose chief—the father and husband—dies. The grievance and tears of this family get worse when they witness many obstacles that occur during the burial ceremony and bizzare happenings during the process of showering the corpse. The aim of airing this sinetron is to give moral lessons for human not to contravene Allah's doctrines. When they are violated, people will receive His punishment. Added with odd incidents, such as maggots coming out of the corpse's mouth, that evoke fearful psychological effects to the audience, it tries to convince the viewers to not do things that the main character in the sinetron does. In this case, we can see how strong televion's audio visual ability in affecting people's attitude the way they expect. But however, according to Islam's dogma, it is a sin to spread other people's shame. So, eventhough it carries noble purpose, that is to deliver moral values to the audience, it's proven that television have made the disgrace as a commodity to earn profits. The critical discourse analysis used is Norman Fairclough's analysis that correlates text level analysis with discourse practice analysis and sociocultural practice. On the text level, writer use semiotic analytical method from Saussure to see signs and meanings that describe the causes and the aftermaths of the main character's misconduct. Discourse practice level analysis explains the relation between the factor of text production and text consumption. On the production level, writer interviewed the managing producer of PT KEP Media, while on text consumption, writer provides in depth interviews with four informants (two muslims, satu Catholic, and one Christian). On sosiocultural practice level, the analysis is conducted by observing the development of television industry in Indonesia and the social and cultural condition of Indonesian people— majority of Muslims—in responding the recent development of the now popular and ubiquitous religious sinetrons. From all of these analyses, writer concludes that Rahasia Ilahi is one of the many examples of programs that are utilized by television to make comodification of real stories that disgrace the people concerned through their audio visual strength. This conclusion gets more emphasis from the result of order of discourse analysis that shows that the scenes in this sinetron are always opened with a climax scene that shows the main character's disgrace and then proceeded with conflicts and ended with anticlimax. It proves that, besides holding a role as a communication media, television also shows its character as a part of business industry that seeks for profits by making use of people—their audience—as one of the determinating factors of media contents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Jonatan
"Latar Belakang Pemenuhan nutrisi pada remaja sangat krusial. Gizi yang seimbang mampu memelihara tumbuh dan berkembang secara optimal serta index masa tubuh yang normal. Kesadaran akan diet sehat saat usia muda akan membangun kebiasaan baik yang dapat merubah gaya hidup hingga dewasa nanti.
Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang melalui pemberian kuesioner kepada murid di beberapa sekolah di Jakarta. Kuesioner diambil dari Survey Global Kesehatan Berbasis Sekolah tahun 2015. Ditujukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi remaja Jakarta terhadap diet sehat. Seluruh data terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS.
Hasil Dari 390 responden, 79.3% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang diet sehat. 47.9% dari responden dengan pengetahuan baik memiliki BMI normal, 37.9% underweight, dan sisanya overweight. Persepsi tentang membawa makanan ke sekolah, membeli jajanan dari pedagang pinggir jalan, dan konsumsi buah dan sayuran memiliki hubungan statistic (p=<0.05).
Kesimpulan Tingkat pengetahuan remaja tentang diet sehat adalah baik (73.9%). Sebagian besar remaja memiliki persepsi yang baik tentang diet sehat, dilihat melalui perilaku makan. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan BMI (p=0.0016) dan persepsi dan BMI (p=<0.05). Tingkat pengetahuan dan persepsi mungkin dipengaruhi oleh factor-faktor demografis, lingkungan, dan kebiasaan.

Background Proper nutrition intake during adolescence is crucial. Balanced diet could ensure ideal growth and development along with normal BMI. Awareness refinement toward a healthy diet during adolescence could build better habits and consequently, positive lifestyle changes.
Method This research is done by cross-sectional method through questionnaire distribution to selected schools in Jakarta. Questionnaire is adapted from Global School-based Student Health Survey 2015. It aims to assess knowledge level and perception toward healthy diet among adolescents and its relation to BMI. All the data collected is being analysed using SPSS.
Result From a total of 390 respondents, 79.3% respondents have overall good knowledge about healthy diet. From respondents who have good knowledge, 49.7% of respondents obtain normal BMI, 37.9% are underweight, and the remaining fall into the overweight category. Perceptions about bringing lunch to school, buying food from street vendors, and consumption of food and vegetables are statically relevant in explaining BMI (p=<0.05).
Conclusion Adolescence’ knowledge level about healthy diet is generally well perceived. Majority of the respondents have a good perception about a healthy diet that is being analysed through eating behaviour. There are statistically positive relations between knowledge and BMI (p=0.016), and perception and BMI (p=<0.05). Knowledge level and perception are influenced by several factors (demographic, media, environment, etc).
"
2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S6710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>