Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Sudiro Waspodo
"Pendahuluan
Sirosis hati (SH) telah diketahui merupakan suatu keadaan yang ireversibel di dalam perkembangannya, SH dapat berakhir dengan gagal hati, hipertensi portal, atau dapat menunjukkan aktivitas yang dapat dikelompokkan menjadi kelompok yang mengalami progresi, regresi atau menetap. Keluhan subyektif pada stadium awal penyakit SH biasanya sangat sedikit dan tidak jelas. Sedangkan pemeriksaan jasmani sering tidak dapat dipakai sebagai ukuran kecuali bila telah terjadi tanda dekompensasi. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipakai untuk pegangan mengikuti perjalanan penyakit seperti transaminase, bilirubin, kolesterol, BSP, dan Indocyanin green.
Pemeriksaan tersebut mempunyai beberapa kelemahan seperti sifat tidak spesifik pada pemeriksaan transaminase, gambaran bilirubin tidak hanya mencerminkan kerusakan parenkim hati, penurunan kolesterol bare terjadi pada penyakit yang berat, sedangkan pemeriksaan BSP mengandung bahaya alergi.
Akhir-akhir ini telah diperkenalkan kegunaan pemeriksaan kadar garam empedu serum sebagai alat penyaring adanya penyakit hati dan untuk mengikuti perjalanan penyakit hati. Berbagai hasil penelitian telah membuktikan pemeriksaan kadar garam empedu serum post prandial lebih sensitif sebagai alat penyaring adanya penyakit hati bila dibandingkan dengan pemeriksaan kadar garam empedu serum puasa. Namun sebaliknya telah dibuktikan bahwa nilai kadar garam empedu serum puasa lebih spesifik untuk penyakit hati. Juga dibuktikan bahwa tinggi rendahnya nilai rata-rata garam empedu serum puasa sesuai dengan berat ringannya penyakit Sirosis hati, meskipun masih didapatkan adanya angka-angka yang tumpang tindih.
Kegunaan pengukuran kadar garam empedu serum puasa sebagai petanda prognostik penyakit SH telah dilaporkan di luar negeri dan Indonesia, meskipun penelitian di Indonesia memberikan hasil yang berbeda. Penderita SH dengan kadar garam empedu total serum puasa yang tinggi mempunyai risiko mati yang lebih besar pada tahun pertama dibandingkan dengan penderita SH dengan kadar garam empedu total serum puasa, yang rendah.
Bertolak dari hal tersebut di atas ingin dikaji kembali manfaat lebih lanjut dari kadar garam empedu serum puasa sebagai salah satu alat prognostik dan sarana untuk mengikuti perkembangan penyakit sirosis hati."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Agung Wibowo
"Latar Belakang dan tujuan: Penyakit hati kronik pada pasien pediatrik merupakan salah satu masalah utama kesehatan pada populasi anak-anak dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Penilaian derajat fibrosis hati diperlukan untuk menentukan tatalaksana yang sesuai, menentukan prognosis, dan tindak lanjut pasca pengobatan. Pemeriksaan USG elastografi acoustic radiation force impulse ARFI merupakan metode penilaian derajat fibrosis hati yang bersifat tidak invasif, mudah dan cepat dikerjakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai titik potong derajat fibrosis USG elastografi ARFI pada pasien pediatrik dengan penyakit hati kronik.
Metode: Pasien pediatrik dengan penyakit hati kronik menjalani pemeriksaan USG elastografi ARFI. Didapatkan nilai shear wave velocity SWV dari pemeriksaan ARFI yang menunjukkan elastisitas jaringan hati pada 18 subjek dan dihubungkan dengan hasil biopsi hati METAVIR . Kurva receiver-operating characteristic ROC dilakukan untuk menentukan titik potong derajat fibrosis hati.
Hasil: Rerata nilai median ARFI pada pasien pediatrik dengan penyakit hati kronik tanpa fibrosis hati 1,21 m/s; fibrosis ringan F1 1,13 m/s; fibrosis signifikan F2 ; fibrosis berat F3 2,76 m/s; dan sirosis F4 3,84 m/s. Kurva ROC menunjukkan titik potong ARFI pada 1,98 m/s memiliki sensitivitas 100 untuk mendeteksi derajat fibrosis ge;F3.
Kesimpulan: USG elastografi ARFI merupakan metode yang dapat diandalkan, cepat, dan non invasif untuk menentukan derajat fibrosis berat dan sirosis pada pasien pediatrik. Hasil pemeriksaan ARFI dapat membantu klinisi dalam tindak lanjut pengobatan dan alternatif biopsi hati pada kondisi tertentu.

Background and objectives: Chronic liver disease in pediatric patients is one of the major health problems with high rates of morbidity and mortality. Assessment of the degree of liver fibrosis is needed to determine appropriate management, determine prognosis, and post treatment follow up. Ultrasound acoustic radiation force impulse ARFI elastography examination is a non invasive, easily and rapidly performed liver fibrosis assessment method. The objective of this study was to obtain the cut off value of fibrosis degree with ARFI examination in pediatric patients with chronic liver disease.
Methods: Pediatric patients with chronic liver disease underwent ARFI ultrasound measurements. Shear wave velocity SWV value obtained from ARFI examination showing elasticity of liver tissue in 18 subjects and associated with liver biopsy results METAVIR . The receiver operating characteristic ROC curve is performed to determine cut off value of degree of liver fibrosis.
Results Mean of SWV value in pediatric patients with chronic liver disease without liver fibrosis 1.21 m s mild fibrosis F1 1.13 m s significant fibrosis F2 severe fibrosis F3 2.76 m s and cirrhosis F4 3.84 m s. The ROC curve shows the cut off at 1.98 m s yielded a 100 sensitivity to detect the degree of fibrosis ge F3.
Conclusions USG elastographic ARFI is a reliable, rapid, and non invasive method for determining the degree of severe fibrosis and cirrhosis in pediatric patients. The results of the ARFI examination may assist the clinician in the follow up of treatment and alternatives of liver biopsy in certain condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzaki Abubakar
"Pendahuluan: Prevalensi sirosis tinggi di Indonesia yang mayoritas populasinya adalah muslim. Pada saat menjalani puasa Ramadhan yang merupakan kewajiban umat muslim terjadi berbagai proses metabolik yang dapat mempengaruhi keadaan klinis, nutrisi dan bokimiawi pasien sirosis hati . Penelitian tentang efek puasa Ramadhan pada pasien sirosis hati di Indonesia belum pernah dilakukan.
Tujuan: Untuk mengetahui perubahan status nutrisi, status fungsi hati, pembentukan badan keton dan keseimbangan nitrogen pada pasien sirosis hati yang menjalankan puasa Ramadhan.
Metode: Penelitian "pre dan post" dengan consecutive sampling dilakukan pada pasien sirosis hati yang berpuasa Ramadhan. Penilaian status fungsional hati dengan skor Child-Pugh (CP), antropometrik dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT), ketebalan triceps skinfold (TSF) menggunakan kaliper Holtain, mid-arm muscle circumference, asupan makanan 24 jam, kadar 3-β-hidroksi butirat darah, serta pengukuran ekskresi nitrogen urin 24 jam, dilakukan pada minggu ke-4 Ramadhan dan 4 minggu pasca Ramadhan.
Hasil: Didapatkan 24 pasien sirosis hati, 16 orang (66,7%) laki-laki dan 8 orang (33,3%) perempuan yang menjalankan puasa Ramadhan dengan rerata umur 60 tahun. Etiologinya virus hepatitis B 54,2%, hepatitis C 20,8%, dan penyebab yang tidak diketahui 25%. Status fungsi hati CP A 19 orang (79,2%), CP B 2 orang (8,3%), dan CP C 3 orang (12,5%). Tidak ada perubahan skor CP pasca Ramadhan. Rerata (SD) IMT, ketebalan TSF, MAMC saat puasa Ramadhan berturut-turut adalah 25,112 (4,05) kg/m2, 7,40 (3,61) mm, 25,77 (3,077) cm dan pasca Ramadhan berturut-turut 25,25 (4,01) kg/m2 (p = 0,438), 7,89 (4,33) mm (p=0,024), 25,96 (3,42) cm (p=0,228). Kadar 3-β-hidroksi butirat darah saat Ramadhan adalah 0,14 (0.07) mmol/L, pasca Ramadhan 0,11 (0.09) mmol/L (p=0,166). Rerata (SD) keseimbangan nitrogen saat puasa Ramadhan 2,44 (2,93) gram/24 jam, pasca Ramadhan 0,51 (3,16) gram/24 jam (p=0,037).
Simpulan: Tidak ada pebedaan status fungsi hati dan kadar 3-β-hidroksi butirat darah pada saat dan pasca Ramadhan. Indeks massa tubuh dan ketebalan TSF membaik pasca Ramadhan. Keseimbangan nitrogen lebih positif saat Ramadhan. Puasa Ramadhan tampaknya tidak membahayakan pasien sirosis hati terutama pada kondisi fungsi hati yang terkompensasi.

Introduction: The prevalence of cirrhosis is high in Indonesia which most of are predominantly moslems. There were various metabolic changes happened in Ramadhan fasting that obligated for moslems that could influence clinical, nutritional, and biochemistry condition of cirrhotic patients.The study of effects of Ramdhan fasting in cirrhotics patients (pts) in Indonesia has never been investigated.
Aim of Study: To evaluate changes of liver functional status, nutritional status, serum 3-β-hidroxy butyric and nitrogen balance in cirrhotic patients during Ramadhan fasting.
Methods: This was a ‘pre and post’ study with consecutive sampling conducted in cirrhotic patients during Ramdhan fasting. Assessment of liver functional status by Child-Pugh (CP) score, anthropometric by measuring body mass index (BMI), triceps skinfold (TSF) thickness measured by Holtain caliper, and mid-arm muscle circumference, 24-hours food intake, serum 3-β-hidroxi butyric, and 24-hours urine nitrogen excretion, were performed at fourth week and four weeks after the end of Ramadhan fasting.
Results: Of 24 cirrhotic patients, 16 male (66,7%) dan 8 female (33,3%) who performed Ramadhan fasting were 60 years old in this study. Etiologies were hepatitis B viral (54,2%), hepatitis C ( 20,8%), and unknown (25%). Liver functional status were CP A 19 pts (79,2%), CP B 2 pts (8,3%), and CP C 3 pts (12,5%). No changes of this status after Ramadhan. Mean (SD) of BMI, TSF thickness, MAMC at Ramadhan concecutively were 25,112 (4,05) kg/m2, 7,40 (3,61) mm, 25,77 (3,077) cm and after Ramadhan 25,25 (4,01) kg/m2 (p = 0,438), 7,89 (4,33) mm (p=0,024), 25,96 (3,42) cm (p=0,228). Mean (SD) of serum 3-β-hidroxy butyric at Ramadhan was 0,14 (0.07) mmol/L, after Ramadhan 0,11 (0.09) mmol/L (p=0,166). Mean (SD) of nitrogen balance at Ramadhan was 2,44 (2,93) gram/24 hour, after Ramadhan 0,51 (3,16) gram/24 hour (p=0,037).
Conclusion: No difference of liver functional status and serum 3-β-hidroxy butyric during and after Ramadhan. Body mass index and triceps skinfold were better after Ramadhan. Nitrogen balance was more positive during Ramadhan compared to after Ramadhan. Ramadhan fasting is likely harmless especially in compensated liver cirrhosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dwi Fathinasari
"Sirosis hati SH merupakan tahap akhir dari penyakit hari kronik yang ditandai dengan fibrosis hati dan mikro maupun makronodul. Penyakit hati kronik mempengaruhi metabolisme lipid sehinga menggangu profil lipid pasien. Adanya kerusakan hati dideteksi dengan penilaian fungsi hati di mana salah satu penilainnya adalah analisis kadar albumin serum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar profil lipid dan apakah terdapat korelasi antara profil lipid dengan fungsi hati albumin pada pasien SH.
Penelitian menggunakan desain cross sectional pada 73 penderita SH 56 laki-laki dan 17 perempuan didapatkan dari rekam medis Laboratorium Patologi Klinik RSCM. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida rata-rata 158.07, 39.05, 94.07, dan median 92 dan dengan uji Pearson menunjukkan korelasi antara kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan albumin semua.

Cirrhosis is an end stage of chronic inflammatory liver disease with fibrosis and micro or macro nodule. Chronic liver disease affects lipid metabolism and disrupts patient rsquo s lipid profile. Cirrhosis can be detected by assessing liver function, one of which is analyzing serum albumin. The aim is to study the lipid profile in patients with cirrhosis and to determine the correlation between serum lipid profile and serum albumin in patients with cirrhosis.
Design of the study is cross sectional, 73 patients with cirrhosis 56 men and 17 women were obtained from the medical records of the Laboratory Clinical Pathology RSCM. The results of the study were analyzed with Kolmogorov Smirnov test showed serum total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol, and triglyceride mean of 158.07, 39.05, 94.07 and median of 92 , Pearson test showed a correlation between total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol and albumin all.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Prihatini,author
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Saut Horas Hatoguan
"Latar Belakang: Sirosis hati dengan dekompensasi akut merupakan masalah
kesehatan dengan beban biaya yang besar dan berpengaruh negatif terhadap
produktivitas dan kualitas hidup. Belum diketahui sepenuhnya prediktor mortalitas
dalam perawatan pasien sirosis hati dekompensasi akut di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui proporsi dan prediktor mortalitas dalam perawatan pasien
sirosis hati dekompensasi akut di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Studi kohort retrospektif berbasis data rekam medis pasien sirosis hati
dekompensasi akut di RSCM (2016-2019). Analisis bivariat dan multivariat regresi
logistik dilakukan untuk mengidentifikasi prediktor mortalitas dalam perawatan.
Dua sistem skor dikembangkan berdasarkan identifikasi faktor-faktor tersebut.
Hasil: 241 pasien dianalisis, sebagian besar adalah laki-laki (74,3%), menderita
hepatitis B (38,6%) dan Child-Pugh B dan C (40% dan 38%). Perdarahan saluran
cerna ditemukan pada 171 pasien (70,95%) dan 29 pasien (12,03%) meninggal
dalam perawatan. Prediktor independen mortalitas dalam perawatan adalah usia
(adjusted OR:1,09 [1,03–1,14]; p=0,001), infeksi bakterial (adjusted OR: 6,25
[2,31–16,92]; p<0,001), kadar bilirubin total (adjusted OR: 3,01 [1,85– 4,89];
p<0,001) dan kadar kreatinin (adjusted OR: 2,70 [1,20–6,05]; p=0,016). Skor
logistik dan aditif untuk prediksi mortalitas dalam perawatan memiliki nilai
AUROC masing-masing 0,89 dan 0,86.
Simpulan: Proporsi mortalitas dalam perawatan pasien sirosis hati dekompensasi
akut di RSCM adalah 12,03%. Prediktor independen dari mortalitas dalam
perawatan antara lain usia, adanya infeksi bakterial, kadar bilirubin dan kreatinin.
Telah dikembangkan sistem skor prediksi mortalitas dalam perawatan pasien sirosis
hati dekompensasi akut.

Background: Acutely decompensated liver cirrhosis is associated with a high
medical cost and negatively affects productivity and quality of life. Data on the
predictors of in-hospital mortality in acutely decompensated liver cirrhosis patients
in Indonesia is still limited.
Objective: To determine the proportion and predictors of in-hospital mortality in
acutely decompensated liver cirrhosis patients at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: Retrospective cohort study using the hospital database of acutely
decompensated liver cirrhosis at Cipto Mangunkusumo Hospital (2016-2019).
Bivariate and multivariate logistic regression analyses were performed to identify
predictors of in-hospital mortality. Two scoring systems were developed based on
the identified factors.
Results: 241 patients were analyzed, mostly male (74,3%), suffering from hepatitis
B (38.6%) and Child-Pugh B and C (40% and 38%). Gastrointestinal bleeding was
found in 171 patients (70,95%) and 29 patients (12,03%) died during
hospitalization. The independent predictors of in-hospital mortality were age
(adjusted OR: 1,09 [1,03-1,14]; p = 0,001), bacterial infection (adjusted OR: 6,25
[2,31-16,92]; p <0,001), total bilirubin levels (adjusted OR: 3,01 [1,85-4,89]; p
<0,001) and creatinine levels (adjusted OR: 2,70 [1,20-6,05]; p = 0,016). The
logistic and additive scoring system for predicting in-hospital mortality had
AUROC values of 0,89 and 0,86, respectively.
Conclusion: The proportion of in-hospital mortality in acutely decompensated liver
cirrhosis at Cipto Mangunkusumo Hospital was 12,03%. The independent
predictors of in-hospital mortality were age, bacterial infection, bilirubin, and
creatinine levels. The in-hospital mortality prediction scoring systems have been
developed for acutely decompensated liver cirrhosis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Faisal
"Tujuan :
Untuk meningkatkan peran radiodiagnostik dalam mendeteksi adanya varises esofagus yang belum berdarah serta menilai ketepatan diagnostik pemeriksaan barium esofagogram dalam mendiagnosis varises esofagus pada pasien dengan sirosis hati.
Bahan dan Cara :
Pemeriksaan esofagogram dilakukan pada 25 pasien, dengan usia antara 23 tahun-80 tahun. Jenis kelamin terbanyak laki-laki 17 orang (68 %) sedangkan perempuan 8 orang (32%), semua pasien dengan kelainan sirosis hati yang belum berdarah (hematemesisl melena) dan hipertensi portal. Varises esofagus yang belum berdarah telah diperlihatkan dengan baik dengan pemeriksaan esofagogram yang hasilnya dikorelasikan dengan temuan endoskopi sebagai bake emas.
Hasil dan Kesimpulan
Pada uji statistik didapat hasil sensitifitas pemeriksaan esofagogram 84% dengan spesifisitas 0%, nilai PPV 100%. dan NPP 0%. Nilai Kappa dari pemeriksaan ini 0,79 didapat kesesuaian baik. Hasil penelitian ini memperlihatkan esofagogram dapat dipergunakan untuk menilai adanya varises esofagus pada pasien sirosis hati yang belum berdarah. Dari penelitian ini juga didapat kesesuaian yang baik antara pemeriksaan endoskopi dan esofagogram.

Purpose :
To improve the role of radiodiagnosis in detecting unruptured esophageal varices and to evaluate the accuracy of barium esophagogram in establishing the diagnosis of esophageal varices in patients with liver cirrhosis.
Material and method :
Esophagogram is performed in 25 patients (23-80 years old). 17 patients (68%) are male and 8 patients (32%'- are female. All patients are suffering from uncomplicated liver cirrhosis (no hematemesis or nrelena) and portal hypertension. Unruptured esophageal varices is visualized well using esophagogram, and the result is compared to endoscopic finding as gold standard.
Result and conclusion :
Statistical analysis concluded that esophagogram has 84% sensitivity, 0% spesfficity, 100% PPV value and 0% NPP value. Kappa score from this examination is 0,79 with good correlation. This study shows that esophagogram can be used to evaluate esophageal varices in patients with uncomplicated liver cirrhosis. There is good correlation between esophagogram and endoscopic examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T20868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oska Mesanti
"Latar Belakang: Kondisi dekompensata tanpa infeksi bakteri pada pasien sirosis hati dapat meningkatkan kadar prokalsitonin (PCT). Belum ada penelitian yang secara khusus membandingkan kadar PCT berdasarkan kompensasi hati dan ada tidaknya infeksi bakteri.
Tujuan: Mengetahui peran PCT dalam membantu menegakkan diagnosis infeksi bakteri pada pasien sirosis hati.
Metode: Studi potong lintang dilakukan terhadap pasien sirosis hati yang berobat jalan dan dirawat inap di RSUPNCM Jakarta dari April sampai Mei 2016. Pada pasien dilakukan pemeriksaan PCT dan penentuan ada tidaknya infeksi bakteri berdasarkan pemeriksaan standar sesuai jenis infeksi yang dicurigai. Dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan rerata kadar PCT pada pasien sirosis hati yang tidak terinfeksi bakteri dan yang terinfeksi bakteri, serta pencarian nilai titik potong PCT untuk mendiagnosis infeksi bakteri pada sirosis hati dekompensata dengan menggunakan receiver operating curve (ROC).
Hasil: Didapatkan 55 pasien sirosis hati, pria sebanyak 65,5%, dengan rerata usia 55,34±1,308 tahun. Sebanyak 38 (69,1%) pasien sirosis hati dekompensata yang 22 (57,9%) diantaranya tidak terinfeksi bakteri dan 16 (42,1%) terinfeksi bakteri. Pada pasien yang tidak terinfeksi bakteri terdapat perbedaan rerata kadar PCT yang bermakna antara pasien dekompensata (0,738ng/mL±1,185) dibandingkan dengan 17 pasien kompensata (0,065ng/mL±0,022). Rerata kadar PCT pasien dekompensata yang terinfeksi bakteri (3,607ng/mL±0,643) lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi bakteri(0,738ng/mL±1,185). Dari kurva ROC, kadar PCT pada pasien sirosis hati dekompensata didapatkan area under curve (AUC) 0,933 (IK 0,853-1,014) untuk diagnosis infeksi bakteri. Nilai titik potong kadar PCT untuk mendiagnosis infeksi bakteri pada pasien sirosis hati dekompensata adalah 2,79ng/mL dengan sensitivitas 87,5% dan spesifisitas 86,4%.
Kesimpulan: Pada pasien sirosis hati yang tidak terinfeksi bakteri, kadar PCT pasien dekompensata lebih tinggi dibandingkan dengan yang kompensata. Kadar PCT pasien sirosis hati dekompensata yang terinfeksi bakteri lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi bakteri. Sementara nilai titik potong kadar PCT untuk mendiagnosis infeksi bakteri pada pasien sirosis hati dekompensata adalah 2,79ng/mL.

Background: Liver decompensated without bacterial infection may increase procalcitonin (PCT) level in liver cirrhosis patients. Previous studies did not provide conclusive results about the differences of PCT level due to specific liver compensation and bacterial infection.
Objective: To examine the role of PCT in assisting the diagnosis of bacterial infection in liver cirrhosis patients.
Methods: A cross sectional study was conducted in liver cirrhosis patients who were outpatients and admitted to Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta between April and May 2016. Procalcitonin were examined and bacterial infection were identified using standard criteria for each type of infection being suspected. Analysis were performed to determine differences in the level of PCT among liver cirrhosis patients without bacterial infection and with bacterial infection, also to get cut off point of PCT for bacterial infection diagnosis in decompensated liver cirrhosis patients using receiver operating curve (ROC).
Results: There were 55 patients with liver cirrhosis, 65,5% male, with mean of age 55,34±1,308 years. A total of 38 (69,1%) patients had decompensated liver cirrhosis, while 22 (57,9%) of them without bacterial infection and 16 (42,1%) with bacterial infection. In the absence of bacterial infection, there was significant difference between PCT level in decompensated patients (0,738ng/mL±1,185) and 17 compensated patients(0,065ng/mL±0,022). Decompensated patients with bacterial infection (3,607ng/mL±0,643) had significantly higher PCT levels than those without bacterial infection(0,738ng/mL±1,185). From ROC, level of PCT for bacterial infection in decompensated liver cirrhosis was area under curve (AUC) 0,933 (IK 0,853-1,014). Cut off point of PCT for bacterial infection diagnosis in decompensated liver cirrhosis patients was 2,79ng/mL with a sensitivity of 87.5% and specificity of 86,4%.
Conclusion: In the absence of bacterial infection, PCT levels of decompensated patients was higher than compensated ones. Procalcitonin levels of decompensated liver cirrhosis patients with bacterial infection was higher than those without bacterial infection.Cut off point of PCT for bacterial infection diagnosis in decompensated liver cirrhosis patients was 2,79ng/mL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sin Hariyanto Budiarta
"Latar Belakang: Penderita sirosis hati sering mengalami gangguan sistem hemostasis yang kompleks dan komplikasi perdarahan akut varises gastroesofageal. Peran gangguan sistem hemostasis dalam perdarahan akut varises gastroesofageal penderita sirosis hati masih belum jelas.Tujuan: Mengetahui perbedaan jumlah trombosit, nilai PT, nilai APTT dan kadar protein C penderita sirosis hati yang mengalami dan yang tidak mengalami perdarahan akut varises gastroesofageal.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada penderita sirosis hati. Subjek penelitian diperoleh dari penderita yang berobat di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Seluruh penderita dilakukan pemeriksaan jumlah trombosit, nilai PT, nilai APTT dan kadar protein C. Penderita dengan gejala perdarahan akut saluran cerna bagian atas dilakukan pemeriksaan Esofago-Gastro-Duodenoskopi EGD. Diagnosis perdarahan akut varises gastroesofageal ditentukan dari hasil pemeriksaan EGD. Untuk mengetahui perbedaan jumlah trombosit, nilai PT, nilai APTT dan kadar protein C penderita sirosis hati yang mengalami dan yang tidak mengalami perdarahan akut varises gastroesofageal dipakai uji T indepedent dan uji Mann-Whitney.
Hasil: Terdapat total 63 penderita sirosis hati yang ikut serta dalam penelitian, 21 penderita mengalami perdarahan akut varises gastroesofageal dan 42 penderita tidak mengalami perdarahan akut varises gastroesofageal. Perbedaan jumlah trombosit penderita sirosis hati yang mengalami perdarahan dan yang tidak mengalami perdarahan akut varises gastroesofageal mempunyai nilai p>0,05. Jumlah trombosit.

Background Patients with liver cirrhosis have complex hemostatic system disturbances and acute gastroesophageal varices bleeding frequently. The role of hemostatic system disturbances in acute gastroesophageal varices bleeding has not been yet clear in liver cirrhosis.Objective To know the difference of thrombocyte count, PT, APTT and protein C level in liver cirrhosis patients with and without acute gastroesophageal varices bleeding.
Methods: This was a cross sectional study. Patients with liver cirrhosis were enrolled from Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. All patients underwent examination for thrombocyte count, PT, APTT and protein C level. Patients with acute upper gastrointestinal bleeding underwent examination for esophago gastro duodenoscopy EGD. Diagnosis of acute gastroesophageal varices bleeding based on the result of EGD examination. To know the difference of thrombocyte count, PT, APTT and protein C level in liver cirrhosis patients with and without acute gastroesophageal varices bleeding, T independent test and Mann Whitney test were used for statistical analysis.
Results There are 63 patients with liver cirrhosis in this study, 21 patients with acute gastroesophageal varices bleeding and 42 patients without acute gastroesophageal varices bleeding. The difference of thrombocyte count in liver cirrhosis patients with and without acute gastroesophageal bleeding has p value 0,05. Thrombocyte count.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhirahman Alam Soeroto
"Latar belakang: Sirosis pada hati merupakan suatu hati stadium akhir dengan tingkat kematian tertinggi nomor enam di Indonesia. Pada pasien sirosis terdapat kelainan fungsi hati dalam pengaturan sintesis lipid trigliserida, HDL, LDL, dan kolesterol total karena fungsi jaringannya terganggu. Tingginya jumlah prevalensi penyakit sirosis membuat pemeriksaan penunjang seperti APRI yang mudah dipakai oleh seluruh tenaga medis, bermanfaat untuk mendeteksi derajat keparahan penyakit sirosis.
Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk melihat perbedaan yang signifikan antara profil trigliserida, HDL, LDL, dan kolesterol total terhadap derajat keparahan sirosis hati menggunakan skor APRI.
Metode: Metode yang digunakan adalah cross sectional menggunakan jumlah 60 sampel pasien dari data laboratorium Patologi Klinik dan rekam medis RSCM. Jumlah data kemudian dibagi dalam tiga kategori berdasarkan skor APRI yaitu APRI kurang dari 0,5. 0,5 sampai 2,0. dan lebih dari 2,0.
Hasil: Hasil penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov memperlihatkan profil trigliserida, HDL, LDL, dan kolesterol total masing-masing dengan hasil rerata 92,5. 38,9. 89,3. dan 145,9 (trigliserida normal, HDL tidak normal, LDL normal, kolesterol total normal). Sedangkan, menggunakan uji Kruskal Wallis didapatkan hasil ketiga kategori APRI memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05). Pada penggunaan uji post-hoc didapatkan hasil trigliserida, kolesterol total, dan LDL terdapat perbedaan bermakna pada skor APRI kurang dari 0,5 dan APRI 2,0 serta APRI 0,5 hingga 2,0 dan APRI di atas 2,0. Untuk HDL ditemukan perbedaan bermakna pada skor APRI kurang dari 0,5 dan lebih dari 2,0 serta skor APRI 0,5 hingga 2,0 dan lebih dari 2,0.
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar trigliserida, HDL, LDL, dan kolesterol total terhadap derajat sirosis hati menggunakan skor APRI.

Background: Liver cirrhosis is an end stage of liver diseases which also the sixth highest mortality rate in Indonesia. There are functions defect on cirrhosis patients that infect lipid synthesis such as synthesis of triglycerides, HDL, LDL, and cholesterol. High rate of mortality makes diagnosis methods like APRI is more applicable to detect the stage of the disease because it is easier to use.
Objectives: Objective of this study is to see the significance between triglycerides, HDL, LDL, and cholesterol tocirrhosis stadium using APRI score.
Methods: Methods of this study is cross-sectional using 60 sampels data from Clinical Pathology and medical records of RSCM. Total data divided into three categories based on APRI score which are below 0.5; 0.5 to 2.0 and above 2.0.
Results: Result of the study using Kolmogorov-Smirnov test within triglycerides, HDL, LDL, and cholesterol states that the level are lower than it should be. Using Kruskal Wallis, significance differences are found between lipids profile. Using post-hoc methods, it is found that triglyceride, cholesterol, and LDL has significance differences between APRI score ofless than 0.5 and 0.5 tob2.0 also less than 2.0 and more than 2.0. As for HDL, it is found significance differences at APRI score below 0.5 and above 2.0 also APRI score 0.5 to 2.0 and above 2.0.
Conclusion: Significant difference is found when comparing triglycerides, HDL, LDL, and cholesterol to stadium of cirrhosis using APRI score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>