Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 223797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Gathmyr
"Latar Belakang: Acute Kidney Injury pada COVID-19 merupakan komplikasi penting dan dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian diduga diperantarai kondisi inflamasi dan disregulasi imun, baik di awal maupun selama perawatan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara IL-6, IL-10, TNF-" dengan AKI dan memprediksi perburukan hematuria, dan kejadian AKI Metode: Studi potong lintang dan prospektif kohort melibatkan 43 pasien COVID-19 derajad sedang dan berat yang dirawat di Rumah Sakit Pertamina Pusat di Jakarta, Indonesia dari bulan November 2020 hingga Januari 2021. Selama observasi dilakukan pemeriksaan darah lengkap, serum kreatinin, urinalisis, kadar IL-6, IL-10, TNF-" pada hari pertama dan hari ketujuh pengobatan atau sebelum hari ketujuh jika pasien meninggal atau dipulangkan, dan perubahannya di analisis. Insiden AKI ditentukan ketika perubahan serum kreatinin dan urin output memenuhi kriteria pedoman Kidney Disease Improving Global Outcomes. Uji korelasi dilakukan terhadap peningkatan sitokin dengan perubahan hematuria dan kreatinin. Uji Wilcoxon dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar sitokin diantara status albuminuria. Selanjutnya dilakukan uji Receiver Operator Characteristic untuk melihat kemampuan prediksi IL-6, IL-10, TNF-" terhadap perburukan hematuria dan kejadian AKI, menggunakan AUC minimal 0,7 dengan batas bawah IK 95% lebih dari 0,5 dan nilai p <0,05 Hasil: Terdapat korelasi antara peningkatan kadar serum IL-10 dengan perubahan serum kreatinin (r= -0,343; p 0,024) tetapi tidak pada perubahan IL-6 dan TNF-a. Perubahan hematuria tidak berkorelasi dengan peningkatan ketiga kadar sitokin. Juga tidak ada perbedaan dalam kadar sitokin di antara kelompok albuminuria. Kadar serum TNF-" dihari pertama perawatan dapat memprediksi AKI pada hari ke tujuh, AUC 85%; p=0,045 (IK 0,737-0,963), tetapi tidak dapat memprediksi perburukan hematuria Kesimpulan: Terdapat korelasi antara peningkatan IL-10 dengan perubahan serum kreatinin. TNF-! pada hari pertama perawatan dapat memprediksi kejadian AKI di hari ketujuh perawatan pasien COVID-19 derajat sedang dan berat.

Background: Acute Kidney Injury is an important complication and is associated with increased risk of death in COVID-19 due to inflammatory conditions and immune dysregulation, both at the beginning and during treatment. Aim: To determine the relationship between IL-6, IL-10, TNF-α with AKI and their ability to predict the worsening of hematuria, and the incidence of AKI. Methods: 43 moderate and severe COVID-19 patients treated from November 2020 to January 2021 at Pertamina Central Hospital in Jakarta, Indonesia were included in this cross-sectional and prospective cohort study. During observation, tests including complete blood count, serum creatinine, urinalysis, levels of IL-6, IL-10 and TNF-α were performed on the first and seventh day of treatment, or before day 7 if the patient died or was discharged, and the changes were analyzed. The incidence of AKI is determined when changes in serum creatinine and urine output meet the criteria in the Kidney Disease Improving Global Outcomes guidelines. Correlation test was performed on increased cytokines with changes in hematuria and creatinine. Wilcoxon test was performed to obtain differences in cytokine levels among albuminuria status. Receiver Operator Characteristic test was then carried out to see the predictive ability of IL-6, IL-10, TNF- α on the worsening of hematuria and the incidence of AKI. Results: There was a correlation between increased serum IL-10 levels with changes in serum creatinine (r= -0.343; p 0.024), but not in IL-6 and TNF-a levels. On the other hand, changes in hematuria did not correlate with an increase in the levels of the three cytokines. There was also no significant difference in the levels of cytokines among albuminuria groups. Serum TNF-! levels on the first day of treatment were able to predict AKI on the seventh day (AUC 85%; p=0.045; 95%CI 0.737-0.963), but did not predict the worsening of hematuria. Conclusion: There was a correlation between increased serum IL-10 with changes in serum creatinine. TNF-! on the first day of treatment can predict the incidence of AKI on the seventh day of treatment for moderate and severe COVID-19 patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maily
"Latar Belakang: Prevalensi hipertensi yang terkait dengan kelainan metabolik semakin meningkat. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat keterkaitan antara inflamasi yang melibatkan TNF-α sebagai sitokin pro-inflamasi dengan hipertensi dan sindrom metabolik melalui stimulasi angiotensinogen. Penggunaan bahan yang berasal dari alam telah banyak diteliti sebagai alternatif obat hipertensi yang ada saat ini, Salah satunya adalah mangiferin (Mangifera indica Linn.) yang telah diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek mangiferin terhadap tekanan darah dan perubahan morfologi miokardium serta ekspresi mRNA dan kadar TNF-α di jantung, pada tikus yang diinduksi dengan diit tinggi fruktosa.
Metode: Tikus jantan galur Sprague-Dawley, dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok normal yang hanya diberi diit standar dan kelompok yang diberi diit standar disertai diit tinggi fruktosa. Induksi diit tinggi fruktosa dilakukan selama 6 minggu, dengan pemberian secara oral 60% fruktosa, dua kali sehari dengan dosis 1 mL per pemberian dan 10% fruktosa dalam air minum ad libitum. Kelompok diit tinggi fruktosa selanjutnya dibagi dalam 4 kelompok dengan pemberian terapi per oral selama 4 minggu sebagai berikut: kelompok pertama, sebagai kontrol negatif diberi carboxymethylcellulose 0,5% 1mL/hari; kelompok kedua diberi terapi mangiferin dosis 50 mg/kgBB/hari; kelompok ketiga diberi terapi mangiferin dosis 100 mg/kgBB/hari; dan kelompok keempat, sebagai kontrol positif diberi candersartan 10 mg/kg BB/hari. Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah 6 minggu masa induksi dan setelah 4 minggu masa terapi. Pengukuran kadar trigliserida darah dilakukan sebelum masa induksi, setelah 6 minggu masa induksi dan setelah 4 minggu masa terapi. Pada akhir masa studi, hewan didekapitasi dan organ jantung diambil sebagian untuk pemeriksaan histopatologi dan sebagian sisanya untuk pemeriksaan ekspresi mRNA dan kadar TNF-α. Analisis kadar trigliserida dilakukan pada sampel darah.
Hasil: Pemberian mangiferin dosis 50 dan 100 mg/kgBB/hari secara bermakna dapat menurunkan kadar trigliserida, tekanan darah, ekspresi mRNA TNF-α dan cenderung menurunkan kadar TNF-α pada jantung tikus, dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian kedua dosis mangiferin secara bermakna juga dapat memperbaiki morfologi miokardium dengan menurunkan respon hipertrofi, dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Mangiferin mempunyai potensi untuk mengatasi hipertensi terkait kelainan metabolik melalui hambatannya terhadap TNF-α yang teraktivasi akibat diit tinggi fruktosa.

Background: Prevalence of hypertension in metabolic disorder increased. Previous study showed that there were a significant correlation between inflammation that involved TNF-α as pro-inflammation cytokine with hypertension and metabolic syndrome through stimulating angiotensinogen production. Many researches have been conducted on plant-based ingredients as alternative to the current hypertension medicines, such as mangiferin (Mangifera indica Linn.) which is well-known to have antiinflammation property. The aims of the present study is to evaluate the effect of mangiferin on blood pressure, the changes in morphology of myocardium, mRNA expression and level of TNF-α in heart tissue of rat with high fructose diet.
Methods: Male Sprague-Dawley rats, divided in 2 groups, i.e., normal group fed with standard diet only and fructose group fed both standard and high-fructose diet. In the duration of 6 weeks, 60% fructose were given by direct oral ingestion, 1 mL twice a day and 10% fructose in drinking water ad libitum. The fructose group then divided further into 4 groups with different 4-week orally treatment. They were given: carboxymethylcellulose 0,5% 1mL/day, mangiferin at the dose of 50 mg/kgBW/day, mangiferin at the dose of 100 mg/kgBW/day, and candersartan at the dose of 10 mg/kg BW/day as positive control, respectively. The blood pressure was measured at the end of 6-week fructoce-induced and at the end of 4-week treatment. At the end of the study, all animals were decapitated. Half of the heart were taken for the histopathological assessment, and the remaining was for mRNA expression and level of TNF-α. The analysis of trigliseride level was conducted on blood samples.
Result: The administration of mangiferin decreased the trigliseride level, the blood pressure, the expression of mRNA TNF-α and tends to decrease the level of TNF-α. It also improved the histology changes caused by high fructose diet.
Conclusion: Mangiferin has a potency as antihypertension in high fructose rats at least in part related to its antiinflammation effect."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antasena Andra Sidqi
"Latar belakang: Cisplatin merupakan pilihan utama terapi kanker ovarium saat ini, namun memiliki efek samping diantaranya adalah hepatotoksisitas. Salah satu patofisiologi hepatotoksisitas ini adalah melalui jalur inflamasi dan fibrosis. Kurkumin merupakan senyawa yang memiliki efek antiinflamasi dan antifibrosis, namun memiliki bioavailabilitas yang rendah. Pemberian nanopartikel kurkumin diteliti dapat meningkatkan bioavailabilitas kurkumin dalam tubuh.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nanokurkumin pada hepatotoksisitas akibat cisplatin, ditinjau dari kadar TNF-α dan TGF-β1 pada jaringan hati.
Metode: Penelitian in vivo dilakukan pada tikus betina galur Wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan (1 kelompok normal/sham, dan 4 kelompok diinduksi DMBA untuk mendapatkan model kanker ovarium). Tikus model kanker ovarium diberikan perbedaan perlakuan lagi yaitu satu kelompok tidak diterapi, satu kelompok diterapi cisplatin 4 mg/kgBB secara intraperitoneal, satu kelompok diterapi cisplatin dan kurkumin konvensional 100 mg/kgBB oral, dan satu kelompok diterapi cisplatin dan nanopartikel kurkumin 100 mg/kgBB per oral. Setelah satu bulan pemberian terapi, tikus dikorbankan dan disimpan beku organ hatinya. Pengukuran kadar TNF-α dan TGF-β1 jaringan hati dilakukan dengan metode ELISA.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan pada kadar TNF-α (p=0.675), dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok terapi kurkumin dan nanokurkumin pada kadar TGF-β1 (p=0.992). Simpulan: Pemberian nanokurkumin tidak memengaruhi kadar TNF-α dan TGF-β1 di jaringan hati tikus model kanker ovarium yang mendapat terapi cisplatin.

Introduction: Cisplatin is currently the main choice for ovarian cancer therapy, but it has side effects including hepatotoxicity. One of the pathophysiology of cisplatin-induced hepatotoxicity is through inflammation and fibrosis. Curcumin is a compound that has anti-inflammatory and antifibrosis effects, but has a low bioavailability. The administration of curcumin nanoparticles under study can increase the bioavailability of curcumin in the body. Goals: This study aims to determine the effect of nanocurcumin on cisplatin-induced hepatotoxicity, in terms of levels of TNF-α and TGF-β1 in liver tissue.
Methods: In vivo research was carried out on female Wistar rats divided into 5 treatment groups (1 normal/sham group, and 4 groups induced by DMBA to obtain ovarian cancer models). The ovarian cancer model mice were further classified where one group got no treatment, one group treated with cisplatin 4 mg/kgBW intraperitoneally, one group was treated with cisplatin and conventional curcumin 100 mg/kgBW orally, and one group was treated with cisplatin and curcumin nanoparticles 100 mg/kgBW orally. After one month of therapy, the mice were sacrificed and kept their liver frozen. The measurement of TNF-α and TGF-β1 levels in liver tissue was carried out by the ELISA method.
Results: There was no significant difference between treatment groups in TNF-α levels (p = 0.675), and there was no significant difference between the curcumin and nanocurcumin therapy groups in TGF-β1 levels (p = 0.992).
Concluson: Nanocurcumin therapy did not affect TNF-α and TGF-β1 level in liver tissue in ovarian cancer model mice receiving cisplatin therapy.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilita Rina Yanti Eff
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Glukokortikoid memiliki efek penting terhadap proses seluler dan metabolik yang berperan dalam respon imun dan inflamasi. Masalah utama dalam penggunaan glukokortikoid adalah dalam timbulnya efek samping yang sering terjadi pada pemberian jangka panjang dengan dosis menengah. Penggunaan liposom sebagai pembawa obat, dalam hal ini metilprednisolon palmitat (MPLP) diharapkan dapat menurunkan efek samping yang ditimbulkan. Metilprednisolon palmitat adalah senyawa yang berhasil diinkorporasi ke dalam membran liposom, membentuk L-MPLP.
Penelitian ini bertujuan: 1) menilai efek biologik L-MPLP sebagai senyawa Baru, yaitu dengan menilai secara kuantitatif kadar TNF a yang diperoleh dari kultur limpa mencit jantan galur C3H menggunakan ELISA, setelah 48 jam pemberian MPLP intravena dengan dosis 2 mg/kg BB, 8mg/kg BB dan 16 mg/kg BB dan pemberian L-MPLP ke dalam kultur secara in vitro dengan konsentrasi 5x 10"3 mM, 5 x10`2 mM dan 5 x104 mM, dibandingkan dengan kontrol metilprednisolon (MPL). 2) Mengetahui apakah MPLP atau metabolitnya akan terdistribusi di hepar dan limpa dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan MPL pada jangka waktu dan pemberian yang sama, yang diukur dengan menggunakan TLC. Perhitungan kadar diiakukan menggunakan grogram Presto Page Manager dan Adobe Photo Shop 5.0.
Hasil dan Kesimpulan : Pada kultur in vivo, L-MPLP dengan dosis 8 nag/kg BB dan 16 mg/kg BB setelah 48 jam pemberian, menyebabkan hambatan proliferasi limfosit (penekanan kadar TNF a), yang berbeda bermakna (pc-0,05) dibandingkan kontrol MPL. Sedangkan pada kultur in vitro, L-MPLP dengan konsentrasi 5 x 10-1 mM menyebabkan hambatan proliferasi limfosit (penekanan kadar TNF a) yang berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan kontrol MPL . Distribusi MPLP atau metabolitnya di hepar dan limpa, walaupun tidak bermakna secara statistik (p>0,05), tetapi menunjukkan kecenderungan terdistribusi di hepar dan limpa dengan kadar yang lebih tinggi dibanding dengan kontrol MPL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T1693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktivia Chandra Mustika
"Infeksi virus dengue (DENV) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia dengan kejadian yang terus meningkat setiap tahunnya dan sekarang endemik di lebih dari 100 negara. DENV sebagai agen penyebab memiliki ukuran genom ±11kb tersusun dari RNA untai positif yang mengkode 3 protein struktural, 7 protein non-struktural, dan 2 bagian yang tidak ditranslasikan. Protein nonstruktural 1 (NS1) diketahui memiliki peran penting dalam keparahan infeksi DENV, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui induksi sitokin yang berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan NS1 rekombinan yang diekspresikan oleh plasmid pcNS1 pada sel mamalia CHO-K1 dalam menginduksi sekresi sitokin TNF-α, IL-1 α/β, IL-6, dan IL-10 dari PBMC. Kokultur sel CHO-K1 dengan PBMC dilakukan 48 jam pasca transfeksi dan pengukuran kadar sitokin dilakukan pada supernatan 48 jam pasca ko-kultur dengan menggunakan kit ELISA. Dari kelima sitokin yang dianalisis, sitokin TNF-α, IL-1 α/β, dan IL-10 menunjukkan adanya peningkatan produksi, tetapi tidak halnya dengan IL-6 dibandingkan dengan kelompok kontrol CHO-K1 yang ditransfeksi dengan pcDNA3.1. Namun, peningkatan produksi sitokin ini tidak signifikan secara statistik yang diduga dikarenakan rendahnya kadar protein NS1 rekombinan yang diproduksi dan waktu pengukuran sitokin yang kurang sesuai dengan waktu optimal produksi masing-masing sitokin. Penelitian ini menunjukkan bahwa protein NS1 rekombinan yang diekspresikan oleh pcNS1 mampu menginduksi sitokin pada adherent PBMC.

Dengue virus infection (DENV) is one of the health problems in the world with an increasing incidence every year and now is endemic in more than 100 countries. DENV as the causative agent has ±11kb genome size consist of positive strand RNA that encodes 3 structural proteins, 7 non-structural proteins, and two Untranslated Region (UTR). Non-structural protein 1 (NS1) is known to have an important role in the severity of DENV infection, both directly and indirectly through excessive induction of cytokines. This study aims to determine the ability of recombinant NS1 expressed by pcNS1 plasmid in CHO-K1 mammalian cells in inducing the secretion of cytokines TNF-α, IL-1 α/β, IL-6, and IL-10 from PBMC. CHO-K1 cell co-culture with PBMC was carried out 48 hours after transfection and measurements of the cytokine levels were carried out at the supernatant 48 hours after co-culture using an ELISA kit. The five cytokines analyzed, TNF-α, IL-1 α/β, and IL-10 cytokines showed an increase in production, but was not the IL-6 cytokines compared to the CHO-K1 control group transfected with pcDNA3.1. However, the increase of cytokine production is not statistically significant which is possibly due to the low levels of recombinant NS1 protein produced and the cytokine measurement time that is not in accordance with the optimal time of production of each cytokine. This study shows that the recombinant NS1 protein expressed by pcNS1 is able to induce cytokines in adherent PBMC."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estetika Yuli Asterini
"Meningkatnya penggunaan narkoba (narkotika, psikotropika dan berbahaya lainnya) di dunia, berdampak pada penyalahgunaan Methamphetamin (METH) khususnya di Indonesia. Efek METH dapat menginduksi neurotoksik, dimana terjadi kerusakan pada saraf terminal dopaminergik, serotonergik, apoptosis neuron, astroglia dan aktivasi mikroglia yang mengarah pada respon peradangan saraf di dalam otak. Studi menunjukkan efek NAC yang signifikan dalam memperbaiki TNF-α dan IL-6 pada fase infeksi akut atau kronis memotivasi pelaksanaan penelitian untuk mengevaluasi perubahan kadar IL-6 dan TNF-α pada pasien ketergantungan METH yang mengalami withdrawal pada kelompok yang mendapatkan terapi N- asetilsistein.
Penelitian ini menggunakan bahan biologis tersimpan (serum), untuk mengetahui kadar IL-6 dan kadar TNF-α sebagai indikator neuroinflamasi pada pasien dengan ketergantungan METH yang mendapatkan terapi NAC (n=30) atau Placebo (n=30) selama 30 hari (cross-sectional). Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Kinetik FKUI Salemba, Jakarta Pusat dan waktu penelitian pada bulan Agustus 2022 sampai bulan November 2022 dengan menggunakan metode ELISA.
Hasil penelitian didapatkan 15 sampel yang terukur dan hanya 7 sampel yang dapat dianalisis (NAC-Placebo, Pre-Post Intervensi). Hasil mean TNF-α (Pre NAC) = 78.403 (pg/ml) ± 108,02, dan mean TNF-α (Post NAC) = 55,3176 (pg/ml) ± 75,15. Hasil IL-6 didapatkan pre NAC= 13,52 pg/ml, dan post NAC= 7,57 pg/ml. Kesimpulan penelitian adalah kadar IL-6 pada kelompok yang mendapatkan NAC mengalami penurunan dan kadar TNF-α pada kelompok yang mendapat NAC mengalami penurunan. Saran untuk penelitian selanjutnya diperlukan sampel baru dengan subyek yang lebih banyak dengan parameter inflamasi lainnya, dan kit-reader yang sensitif untuk mendapatkan efek potensial anti-inflamasi NAC pada subyek ketergantungan METH.

The increasing use of drugs (narcotics, psychotropics and other dangerous drugs) in the world has had an impact on the abuse of Methamphetamine (METH), especially in Indonesia. The effects of METH can induce neurotoxicity, where there is damage to dopaminergic, serotonergic nerve terminals, neuronal apoptosis, astroglia and activation of microglia which leads to a neuroinflammatory response in the brain. The study shows the significant effect of NAC in improving TNF-α and IL-6 in the acute or chronic phase of infection motivating the implementation of research to evaluate changes in IL-6 and TNF-α levels in METH-dependent patients experiencing withdrawal in the group receiving N-acetylcysteine ​​therapy .
This study used stored biological material (serum), to determine IL-6 levels and TNF-α levels as indicators of neuroinflammation in patients with METH dependence who received NAC therapy (n=30) or Placebo (n=30) for 30 days (cross -sectional). The research was conducted at the Kinetic Pharmacology Laboratory, FKUI Salemba, Central Jakarta and the research period was from August 2022 to November 2022 using the ELISA method.
The research results showed that 15 samples were measurable and only 7 samples could be analyzed (NAC-Placebo, Pre-Post Intervention). Results mean TNF-α (Pre NAC) = 78.403 (pg/ml) ± 108.02, and mean TNF-α (Post NAC) = 55.3176 (pg/ml) ± 75.15. IL-6 results showed that pre NAC= 13.52 pg/ml, and post NAC= 7.57 pg/ml. The conclusion of the study was that IL-6 levels in the group that received NAC decreased and TNF-α levels in the group that received NAC decreased. Suggestions for further research require new samples with more subjects with other inflammatory parameters, and sensitive kit-readers to obtain the potential anti-inflammatory effect of NAC in METH-dependent subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yunita
"Latihan fisik bermanfaat menjaga kesehatan dan meningkatkan performa atlet. Ketika menghadapi kompetisi, atlet kadang meningkatkan beban latihan tanpa istirahat cukup sehingga terjadi overtraining syndrome (OTS). Pada OTS ditemukan berbagai gejala adaptasi patologis berbagai sistem organ tubuh, termasuk di jantung. Selain itu, terjadi peningkatan kadar IL-6 dan TNF-α sistemik. IL-6 akan berikatan dengan reseptornya dan mengaktivasi IL-6/MEK5/ERK5 sehingga terjadi hipertrofi jantung. Hibiscus sabdariffa Linn (HSL) diketahui memilki efek anti inflamasi.
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh overtraining dan pemberian HSL pada overtraining terhadap status inflamasi jantung. Penelitian menggunakan jaringan jantung dari 25 ekor tikus Wistar berusia 8-10 minggu, berat badan 300-350 gram. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kontrol (C), kontrol + Hibiscus (C+HSL), aerobik (A), Overtraining, dan Overtraining + HSL. Perlakuan dilakukan selama 11 minggu. Pada akhir penelitian, dilakukan pengukuran kadar IL-6, ERK5, dan TNF-α.
Hasil penelitian menunjukkan kadar IL-6 dan ERK5 tidak berbeda bermakna antar kelompok. Kadar TNF-α pada kelompok latihan fisik overtraining (206,7±40,96 pg/mg), lebih tinggi secara bermakna jika dibandingkan dengan kontrol (93,03±20,23 pg/mg). Pada kelompok overtraining + HSL, kadar IL-6 (17,62±14,42 pg/mg) dan TNF-α (44,95±6,252 pg/mg) lebih rendah secara bermakna bila dibandingkan kelompok overtraining. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa overtraining menyebabkan inflamasi di jantung dan pemberian HSL dapat menguranginya.

Physical exercise is beneficial for maintaining health and increasing the performance of athletes. When facing a competition, athletes sometimes increase their training load without adequate rest so overtraining syndrome (OTS) occured. Various symptoms of pathological adaptation in various body organ systems are found in OTS, including in the heart. In addition, there was an increase in IL-6 and systemic TNF-α levels. IL-6 will bind to its receptors and activate IL-6/MEK5/ERK5 resulting in cardiac hypertrophy. Hibiscus sabdariffa Linn (HSL) is known to have anti-inflammatory effects.
This study wanted to find out the effect of overtraining and administration of HSL in overtraining on the inflammatory status of the heart. The study used heart tissue from 25 Wistar rats aged 8-10 weeks, weighing 300-350 grams. Rats were divided into 5 groups, namely control (C), control + Hibiscus (C + HSL), aerobics (A), Overtraining, and Overtraining + HSL. The treatment was carried out for 11 weeks. At the end of the study, IL-6, ERK5, and TNF-α level were measured.
The results showed that level of IL-6 and ERK5 did not differ significantly between groups. TNF-α level in the overtraining exercise group (206.7 ± 40.96 pg/mg) were significantly higher when compared to the controls (93.03 ± 20.23 pg/mg). In the overtraining + HSL group, IL-6 levels (17.62 ± 14.42 pg / mg) and TNF-α (44.95 ± 6.252 pg/mg) were significantly lower than the overtraining group. It was concluded from this study that overtraining causes inflammation in the heart and administration of HSL can reduce it.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Elco Nora
"Secara global dikatakan bahwa insidens Inflammatory bowel disease (IBD) adalah 10 kasus per 100.000 penduduk. Fokus utama rencana Terapeutik IBD adalah upaya penghambatan kaskade proses inflamasi. Temu mangga (Curcuma mangga val) diketahui memiliki efek anti inflamasi. Dalam penelitian ini ingin diketahui efektivitas ekstrak Temu mangga (Curcuma mangga Val) dalam menurunkan kadar TNF-α dari serum mencit dan perbaikan gambaran histopatologi kolon model mencit Inflammatory bowel disease (IBD). Pengukuran TNF-α dengan metode Elisa dan gambaran histopatologi kolon dengan pewarnaan HE. Pada penelitian ini mencit diinduksi menggunakan DSS 2% yang dicampurkan dengan air minum dan diinduksi selama 9 hari dilanjutkan dengan pemberian ekstrak etanol Temu mangga selama 14 hari. Pada penelitian ini ada 6 kelompok hewan perlakuan yaitu K0 (baseline), DS,  PD, MD4, MD8, MD16. Perhitungan statistik menggunakan uji parametrik ANOVA untuk penurunan TNF-α, dan jumlah sel goblet. Skoring perubahan jaringan kolon (metode cooper). Hasil perhitungan menunjukkan penurunan kadar TNF-αterutama pada kelompok  MD16. Dimana penurunan TNF-α pada MD16 berbeda bermakna (p<0,05) dengan DS. Skor perubahan  jaringan kolon (metode cooper) MD16 memperlihatkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) dengan DS. Efek Perlakuan dengan dosis Temu mangga 16 mg/20 gram mencit memberikan hasil yang lebih baik pada regenerasi sel dibanding dosis 8 mg/20 gram mencit dan 4 mg/20 gram mencit. Hal ini ditunjukkan dari gambaran Histopatologi kolon yang ditandai peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan jumlah lokasi radang .

Globally it is said that the incidence of Inflammatory bowel disease. (IBD) is 10 cases per 100,000 population. The main focus of the plan is an attempt IBD Therapeutic inhibition of the inflammatory cascade process. Temu mangga ( Curcuma mangga val) is known to have anti-inflammatory effects. In this study we want to know effectiveness Temu mangga extract (Curcuma mangga Val) in lowering levels of serum TNF-α mice and improvement of colonic histopathology picture mice model of Inflammatory bowel disease (IBD). Measurement of TNF-α with Elisa method and description of colonic histopathology with HE staining. In this study, mice were induced using DSS 2% that is mixed with water and induced for 9 days followed by ethanol extract of Temu mangga appointment for 14 days. In this study, there are six groups of animals ie K0 treatment (baseline), DS, PD, MD4, MD8, MD16. Statistical calculations using ANOVA parametric test for the decline in TNF-α, and the number of goblet cells. Scoring changes in colonic tissue (method cooper). The calculations show decreased levels of TNF-α, especially in group MD16. Where the reduction in TNF-α in MD16 significantly different (p<0,05) with DS. Score changes in colonic tissue (method cooper) MD16 showed significantly different results (p<0,05) with DS. The treatment effects at a dose of 16 mg Temu mangga/20 gram mice provide better results in the regeneration of the cells compared to the dose of 8 mg/20 gram mice and 4 mg/20 gram mice. It is shown on the picture Histopathology of colonic marked increase in the number of goblet cells and decrease the number of locations inflammation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanik Sundari
"Latar belakang: Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tanaman herbal di Indonesia dan ekstrak air buah mahkota dewa telah terbukti memiliki efek hepatoprotektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan mekanisme kerja ekstrak air buah mahkota dewa dalam mencegah terjadinya fibrosis hati.
Metode: Penelitian dilakukan pada tikus Sprague-Dawley jantan yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4) secara intraperitoneal setiap 3 hari sekali selama 8 minggu. Hewan coba dibagi menjadi 6 kelompok: normal, CCl4, n-Acetyl cysteine (NAC) dosis 150 mg/kgBB, ekstrak air buah mahkota dewa dosis 50, 100 dan 150 mg/kgBB. Penilaian dilakukan terhadap parameter aspartat aminotransferase (AST), alanin aminotransferase (ALT), alkali fosfatase (ALP), histopatologi hati, kadar malondialdehid (MDA), rasio GSH/GSSG, kadar Tumor Necrosis Factor (TNF)-α dan kadar Transforming Growth Factor (TGF)-β1
Hasil: Hasil studi menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa dan NAC secara bermakna dapat melindungi hati dari cedera melalui penurunan aktivitas enzim ALT, AST, ALP dan penurunan persentase jaringan ikat pada pemeriksaan histopatologi. Ekstrak air buah mahkota dewa dan NAC dapat menghambat stress oksidatif melalui penurunan kadar MDA hati dan peningkatan rasio GSH/GSSG hati. Ekstrak air buah mahkota dewa dan NAC dapat menekan inflamasi melalui penurunan kadar TNF-α dan menghambat aktivasi sel stelata hati (HSC) yang ditandai dengan penurunan kadar TGF-β1.
Kesimpulan: Ekstrak air buah mahkota dewa dapat mencegah fibrosis hati pada tikus yang diinduksi CCl4. Pencegahan terhadap fibrosis tersebut terutama melalui aktivitas antioksidan dan kemampuan menekan sitokin inflamasi TNF-α, serta menghambat aktivasi HSC melalui penurunan sitokin fibrogenik TGF-β1.

Introduction: Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) is one of the Indonesian herbal plants. Hepatoprotective effect of aqueous extract of mahkota dewa fruits have been studied previously. This study was conducted to evaluate the activity of water extract of mahkota dewa in the prevention of liver fibrosis and its mechanism of action.
Method: Male Sprague-Dawley rats were induced by carbon tertrachloride (CCl4) given every 3 days by intraperitoneal injection for 8 weeks. Rats were randomly allocated into 6 groups: control group, n-acetyl cysteine/NAC (150 mg/kgBB), aqueous extract of mahkota dewa (50, 100 and 150 mg/kgBB). Aspartate aminotransaminase (AST), alanine aminotransferase (ALT), alkaline phosphatase (ALP), liver histopathology, malondialdehyde (MDA), ratio GSH/GSSG, Tumor Necrosis Factor (TNF)-α and Transforming Growth Factor (TGF)-β1 were examined.
Results: This study demonstrates that aqueous extract of mahkota dewa and NAC significantly protects the liver from injury by reducing the activity of AST, ALT, ALP and by reducing fibrosis percentage in histopatological examination. Aqueous extract of mahkota dewa and NAC attenuates oxidative stress by reducing the levels of MDA and increasing GSH/GSSG ratio. Aqueous extract of mahkota dewa and NAC suppresses inflammation by reducing the levels of TNF- α and inhibits hepatic stellate cells (HSC) activation by reducing the levels of TGF-β1.
Conclusions: Aqueous extract of mahkota dewa prevents CCl4-induced fibrosis in rats. The prevention of liver fibrosis most possibly through its antioxidant activities, suppression of inflammatory cytokines TNF-α and inhibition of HSC activation by reducing fibrogenic cytokines TGF-β1."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Alfa Agustina
"Glioblastoma multiforme adalah tumor otak ganas yang bersifat agresif dan invasif dengan tingkat kekambuhan yang tinggi. Pada lingkungan mikro tumor ditemukan berbagai sitokin dan kemokin yang disekresikan sel stroma yang memiliki peranan terhadap pertumbuhan, proliferasi sel, ketahanan hidup sel maupun apoptosis sel. Salah satu sitokin proinflamasi yang ditemukan pada conditioned medium sel punca tali pusat adalah TNF-a. Penelitian sebelumya pada sel glioblastoma multiforme yang diberikan conditioned medium sel punca tali pusat menunjukkan peningkatan ketahanan hidup sel, namun belum diketahui bagaimana pengaruh pensinyalan TNF-α pada ketahanan hidup sel tersebut. Dengan demikian tujuan penelitian ini untuk medeteksi TNF-a pada conditioned medium sel punca tali pusat dan menganalisis dampak pemberian conditioned medium terhadap ekspresi dan persinyalan TNF-a yang mempengaruhi ketahanan hidup sel glioblastoma multiforme. METODE: Dilakukan kultur sel glioblastoma T98G dengan DMEM komplit hingga subkonfluen. Kemudian sel punca tali pusat dikultur dengan medium aMEM komplit hingga subkonfluen. Setelah subkonfluen medium sel punca tali pusat diganti dengan medium aMEM tanpa serum untuk membuat conditioned medium (CM) dan diinkubasi selama 24 jam. Level TNF-a dianalisis dengan tehnik ELISA pada conditioned medium tersebut. CM dibuat dengan konsentrasi 50% (v/v) yang diberikan pada sel glioblstoma T98G. Setelah 24 jam, sel T98G diekstraksi untuk isolasi RNA dan protein. RNA total diperoleh dengan menggunakan reagen TriPure dan ekspresi mRNA TNFR1, TNFR2, TRAF2, dan NFκB dianalisis dengan qRT-PCR menggunakan reagen Sensifast SYBR NO ROX kit. Analisis ekspresi relatif menggunakan rumus Livak. Penghitungan kadar protein TNFR2 menggunakan metode sandwich ELISA. Ketahanan hidup sel yang dianalisis dengan menggunakan Trypan Blue. Analisa statistik menggunakan uji t independen dengan software SPSS 23. HASIL: TNF-α terdeteksi pada conditioned medium sebesar 4,4 pg/ml. Ekspresi relatif mRNA TNFR1 meningkat 1,4 kali (p=0,038), ekspresi realtif mRNA TNFR2 meningkat 4,9 kali (p=0,001), ekspresi relatif mRNA TRAF2 meningkat 5,5 kali (p=0,00), dan ekspresi relatif mRNA NFκB meningkat 1,8 kali (p=0,001) dari kontrol. Konsentrasi TNFR2 pada sel T98G yang diinduksi CM (11,2 pg/mg protein) meningkat 1,4 kali dibandingkan kontrol (7,7 pg/mg protein). Terdapat peningkatan proliferasi sel glioblastoma multiforme 1,7 kali pada sel T98G dengan pemberian CM dibandingkan dengan kontrol (p=0,002). KESIMPULAN: Conditioned medium sel punca tali pusat meningkatkan ekspresi pensinyalan TNF-α yang mempengaruhi ketahanan hidup sel GBM T98G.
Glioblastoma multiforme is a malignant primry brain tumor which is aggressive and invasive. Tumor microenvironment contained cytokines and chemokines produced by MSCs stomal cells, could affect cell growth, proliferation, cell survival and apoptosis. One of the proinflammatory cytokines found in CM UCSCs is TNF a. On previous studies glioblastoma multiforme cells treated conditioned medium umbilical cord mesenchymal stem cell showed higher cell survival, but it was not known yet how the TNF a signaling affected these proliferations. Thus the purpose of this study was to detect TNF-a in the conditioned medium umbilical cord mesenchymal stem cell and to analyze the impact of the conditioned medium on the expression and cell survival of glioblastoma multiforme cells through TNF-α signaling. METHODS: Gliolblastoma multiforme T98G cells were cultured with complete DMEM high glucose until subconfluence. Then umbilical cord derived mesenchymal stem cells (UCSCs) were cultured on the αMEM medium complete with serum until subconfluence. Then UCSCs medium is replaced with the αMEM medium to make conditioned medium for 24 hours. TNF α was detected in CM UCSC by ELISA. CM UCSCs concentration is 50% (v/v) to treat T98G cells. After 24 hours, T98G cells was extracted for RNA and protein. RNA samples were extracted using TriPure reagents and mRNA expressions TNFR1, TNFR2, TRAF2, and NFκB were calculated by qRT PCR with SYBR NO ROX kit. Analysis of relative expressions mRNA using the Livak formula. Protein levels TNFR2 was measured using sandwich ELISA. Cell survival was analyzed by Trypan Blue Exclucion Test. Statistics analysis using student t test and PASW 23. RESULT: TNF-α level detected in CM-UCSCs was 4,4 pg/ml. The relative expression of mRNA TNFR1 higher 1.4 fold (p=0.038), mRNA TNFR2 higher 4.9 fold (p = 0.001), mRNA TRAF2 higher 5.5 fold (p=0,000), and mRNA NFκB higher 1.8 fold (p=0,001) to control. Protein TNFR2 in CM treated cells (11.5 pg/mg protein) was higher 1.4 fold to control (7.7 pg/mg protein). There was increase of proliferation T98G cells higher 1,7 fold to control (p = 0.002). CONCLUSION: Conditioned medium umbilical cord derived mesenchymal stem cells (CM UCSCs) have increased the expression of TNF-α signaling for T98G glioblastoma multiforme cell survival."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>