Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tatang S. Wiradidjaja
"Realisasi pencapaian peserta KB baru maupun aktif di Kotamadya Palangkaraya masih rendah, pada bulan Februari 1986, pencapaian akseptor baru, hanya 56,15 % dari target yang ditentukan, sedangkan pencapaian akseptor aktif hanya 67,56% dari target. Salah satu kemungkinan penyebab rendahnya pencapaian target tersebut adalah masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam Program KB yang tentunya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan serta sikap masyarakat. Masalah yang dirasakan adalah belum diketahuinya Pengetahuan, sikap dan Praktek KB Masyarakat Dayak di Kotamadya Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Tujuan penelitian adalah ingin mendapatkan gambaran tentang hubungan pengetahuan, sikap, karakteristik serta penilaian terhadap pelayanan KB yang tersedia, dari masyarakat Dayak dengan praktek KBnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan unit penelitian adalah ibu-ibu pasangan usia subur masyarakat Dayak di Kotamadya Palangkaraya. Uji statistik yang digunakan adalah uji perbedaan proporsi, chi kuadrat, pada derajat kemaknaan 5 %.
Dari tujuh subhipotesis, lima dinyatakan sebagai tesis yaitu subhipotesis yang variabelnya secara statistik bermakna berhubungan dengan Praktek KB yaitu Pengetahuan KB, Sikap KB. Umur ibu, jumlah anak serta penilaian terhadap pelayanan KB yang tersedia. Subhipotesis yang tidak dapat dinyatakan sebagai tesis adalah subhipotesis yang variabelnya secara statistik hubungannya tidak bermakna dengan praktek KB, yaitu pendidikan dan pekerjaan ibu. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Arifin
"Keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Berencana secara nasional oleh BKKBN dalam 2 dasawarsa terakhir nampak sangat tajam peningkatannya. Laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan dengan sangat tajam. Pertumbuhan penduduk yang pada awal pelaksanaan program KB mencapai 2.8% (hasil sensus 1971), turun menjadi 1.97% pada tahun 1991 (hasil sensus 1991). Namun demikian, keberhasilan dalam angka yang nampak tajam peningkatannya tersebut, belum sepenuhnya dapat dijadikan jaminan untuk keberhasilan-keberhasilan pada masa yang akan datang. Banyak kendala yang pada suatu saat dapat menjadi picu merosotnya keberhasilan program yang telah dicapai. Kendala ini nampak terutama dengan masih adanya kesenjangan antara pengetahuan, sikap dan praktek KB diantara kelompok sasaran program KB. Hal ini telah dibuktikan dalam berbagai penelitian mengenai masalah KB yang secara eksplisit menggambarkan, bahwa tingginya tingkat pengetahuan KB belum menjamin (sufficient condition) untuk bersikap positif dan melaksanakan program KB (Hasil penelitian N Hidayat, 1980, BKKBN 1989, 1990).
Berdasarkan kerangka permasalahan diatas, tujuan penelitian ini, adalah menjelaskan faktor-faktor apa sajakah (komunikasi dan non--komunikasi) yang mempunyai kontribusi dalam membentuk kesenjangan Pengetahuan (Pe), Sikap (S) dan Praktek (Pr) KB tersebut. Penelitian yang merupakan reanalisis terhadap hasil penelitian 'Karakteristik Khalayak KIE-KB, 1990' dengan sasaran penelitian istri Mupar (muda paritas rendah dengan rentang usia dari 15-29 tahun) di 3 kabupaten Jawa barat, sepenuhnya mengandalkan tehnik manipulasi statistik melalui analisis diskriminan. Data yang sebelumnya hanya menggambarkan karakteristik khalayak mengenai aspek KB dalam besaran persentase dari total sampel 540, maka dengan analisis diskriminan sebagai analisis 'multivariate' akan dapat menjelaskan faktor-faktor (dari 12 faktor yang dipilih) yang paling dominan mempunyai kontribusi dalam membentuk kesenjangan Pe--S, Pe-Pr, dan S-Pr mereka.
Dari pengolahan data yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada level uji signifikansi perbedaan antara kelompok yang mempunyai kesenjangan dan tidak mempunyai kesenjangan, hampir seluruh variabel yang dipilih (12 variabel independen) mempunyai signifikansi yang cukup kuat. Tercatat hanya variabel usia menikah, komunikasi dengan penyuluh KB dan komunikasi KB kelompok serta penggunaan majalah yang tidak mempunyai signifikansi cukup untuk membedakan kesenjangan tersebut.
Selanjutnya pada tahap analisis diskriminan, dimana ke 12 variabel diskriminan (faktor-faktor komunikasi dan nonkomunikasi) secara bersama dikaitkan dengan variabel kesenjangan, hasilnya berbeda bila dibanding dengan hasil analisis uji signifikansi. Dari hasil analisis diskriminan, ternyata hanya 5 variabel ,untuk dimensi kesenjangan pengetahuan-sikap (Pe-S), 3 variabel untuk pengetahuan-praktek (Pe-Pr) dan 4 variabel untuk dimensi kesenjangan sikap praktek (5-Pr), yang secara nyata mempunyai kontribusi pada pembentukan kesenjangan pengetahuan, sikap dan praktek KB tersebut. Variabel-variabel tersebut antara lain tingkat pendidikan, frekuensi komunikasi KB dengan suami, komunikasi dengan teman/tetangga, frekuensi mendengarkan radio/menonton televisi dan lamanya menikah. Dan dari variabel-variabel ini, ternyata hanya variabel tingkat pendidikan dan frekuensi menonton televisi yang mempunyai kontribusi untuk membentuk ketiga dimensi kesenjangan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Astrida
"Program KB Mandiri mulai dicanangkan dengan adanya seruan Presiden RI, Suharto, pada tanggal 28 Januari 1987, yang intinya menyerukan supaya dikembangkan "KB Mandiri" mulai dari kota-kota besar (termasuk DKI Jakarta) dan masyarakat yang sudah maju (Suyono: 1988: 22). Pengertian KB Mandiri pada tingkat individual dan keluarga adalah Kelompok penduduk yang melaksanakan KB bukan karena anjuran dan ajakan saja, tetapi telah tumbuh dari kesadaran dan rasa tanggungjawabnya sendiri terhadap kesejahtraan pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsanya. Sehubungan dengan itu hadir atau tidak hadirnya para petugas KB mereka tetap melaksanakan KB dan dimana perlu pergi mencari pelayanan walau dengan biaya sendiri (Suyono: 1988: 19).
Sampai saat ini pengertian Program KB Mandiri yang lazim dipakai dan dikemukakan, misalnya pada kegiatan-kegiatan operasional di lapangan, evaluasi Program KB ataupun dalam Pencatatan Pelaporan Program adalah: Program yang mengarahkan masyarakat/individu untuk menggunakan jasa pelayanan KB jalur swasta dan membayar sendiri jasa pelayanan serta kebutuhan kontrasepsinya. Sejak kegiatan Program KB Mandiri dilaksanakan sampai kini, dikenal sebutan akseptor mandiri yaitu: akseptor yang membayar sendiri pelayanan kontrasepsi yang diperolehnya di tempat - tempat pelayanan KB milik swasta. Lainnya adalah akseptor yang menggunakan jasa pelayanan KB milik Pemerintah untuk memperoleh pelayanan kontrasepsi. Sehubungan dengan itu, maka perbedaan antara 2 (dua) kategori akseptor tersebut terletak pada membayar sendiri dengan tidak membayar dan tempat pelayanan yang digunakan, yaitu milik Pemerintah dengan Swasta.
Kampanye secara besar-besaran KB Mandiri dimulai pada bulan Mei 1987. Terlebih dahulu Program ini dikembangkan di kota-kota besar. Asumsinya kehidupan perkotaan yang begitu kompleks dan heterogen baik pada aspek sosial, ekonomi, politik, budaya dan keakraban dengan teknologi canggih, mengakibatkan masyarakat kota lebih kritis serta mempunyai harapan yang lebih mengenai pelaksanaan pelayanan KB Mandiri dibandingkan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu mereka dianggap lebih siap menerima Program tersebut. Namun sejalan dengan percepatan operasional Program KB umumnya dan khususnya KB Mandiri, salah satu masalah yang perlu segera dibenahi dan dicari langkah-langkah keluarnya adalah masalah kesiapan balk masyarakat maupun pengelola program. Sebab proses alih kelola yang mengarah pada kemandirian ini menyangkut banyak perubahan di dalamnya, antara lain arah pendekatan dari supply oriented menjadi demand oriented, artinya masyarakat yang semula lebih banyak menerima karena diajak dan diberi oleh petugas Program, kini Iebih aktif mencari dan meminta, sedangkan petugas lebih banyak melayani.
DKI Jakarta termasuk salah satu kota yang sejak awal telah ditunjuk untuk mengawali pelaksanaan Program KB Mandiri. Pada dasarnya perkembangan hasil program KB di DKI Jakarta secara kuantitatip dan kualitatip relatif meningkat dari tahun ke tahun. Secara kuantitatif terlihat dari jumlah Akseptor Aktif yang menunjukkan kenaikan baik dilihat dari jumlah fisik maupun persentasenya terhadap jumlah pasangan usia subur (PUS). Pada akhir Pelita II (197811979) jumlah akseptor aktif di DKI Jakarta adalah sebesar 188.000 atau 21,6% dari PUS, kemudian menjadi 581.000 atau 51,7% dari PUS pada akhir Pelita III - (198311984). Dan pada akhir Pelita IV (198811989) yang lalu jumlah tersebut telah mencapai 854.615 atau 67,28 % dari PUS. Pada akhir Pelita V diharapkan akan mencapai 994200 atau 61,20 % dari PUS.
Sebagai dampak dari keikutsertaan KB aktif itu adalah perubahan yang terus terjadi terhadap berbagai ciri kependudukan di DKI Jakarta ke arah mutu penduduk yang relatif lebih baik. Perubahan yang paling bermakna adalah tingkat pertumbuhan (alami) penduduk dapat dikendalikan, walaupun persentase penurunannya relatif kecil. Periode 1961 - 1971, 1971 - 1980 dan 1980 - 1985 berturut-turut adalah (secara eksponensial): 4,32% ; 3,9% ; dan 3,7% per-tahun. Gejala penurunan tingkat pertumbuhan penduduk tersebut diperkuat dengan berbagai ciri demografis yang lain seperti jumlah anak yang dilahirkan hidup/per wanita kawin dari 3,64 pada tahun 1980 menjadi 3,065 pada tahun 1985; serta penurunan persentase penduduk kelompok umur 15 tahun ke bawah dari 39,04% pada tahun 1980 menjadi 35,23% pada tahun 1985.
Sedangkan pencapaian hasil kualitatif dari program KB DKI Jakarta adalah makin tampak kesadaran masyarakat untuk menanggulangi masalah kependudukan melalui program KB, yang mencerminkan bahwa program KB merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah dengan segenap lapisan masyarakat. Keadaan ini dibuktikan oleh kegiatan partisipasi masyarakat yang makin meluas, seperti kelompok-kelompok akseptor sampai ke tingkat?"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Anggreni
"Memasuki era tahun 1990, Gerakan KB di Indonesia khususnya dalam bidang KIE menghadapi tiga tantangan yang salah satu diantaranya adalah perlu melakukan orientasi strategi KIE untuk menjawab kebutuhan pelayanan kontrasepsi yang tidak terpenuhi dan melakukan desentralisasi manajemen KIE GKBN.
Untuk menjawab tantangan tersebut, UNFPA memberikan bantuan dana untuk pengembangan program yang diberi judul Pengembangan dan Peningkatan Pelayanan KIE untuk sasaran khusus di Indonesia. Salah satu kegiatan dari program tersebut adalah Pengembangan Strategi dan Intervensi KIE untuk sasaran khusus yang dilaksanakan di lima Propinsi. Penelitian ini adalah suatu studi evaluasi yang diiaksanakan dalam rangka mengevaiuasi kegiatan tersebut di atas.
Studi ini menggunakan metodologi kualitatif dengan melakukan Diskusi Kelompok Terarah dan Wawancara mendalam untuk mengumpulkan informasi tentang masukan, proses dan luaran dan kegiatan tersebut. Untuk mendapatkan gambaran karakteristik responden dilakukan wawancara dengan menggunakan daftar isian. Tipe dari studi evaluasi ini adalah Summative Evaluation.
Temuan hasil penelitian : a) Masukan : Di tiga Propinsi daerah penelitian tidak ada Tenaga pengelola khusus untuk kegiatan ini, kecuali di Jawa Tengah dan KalSel di bentuk tim khusus untuk mengelola kegiatan ini. Mengenai jumlah dana yang diterima, tiga dari lima Propinsi daerah penelitian mengatakan cukup, kecuali di Kalimantan Selatan dan SulTeng yang mengatakan bahwa besar dana kurang memadai, masalah yang dihadapi dalam hal pendanaan umumnya dalam bidang administrasi pendanaan yaitu pembuatan SPJ dan waktu pendropingan dana dari Pusat. Metode pelaksanaan kegiatan umumnya ke lima Propinsi daerah penelitian sudah menerapkan tahapan-tahapan dalam P Process, b). Proses : Kegiatan KIE dilapangan di empat dari lima Propinsi daerah penelitian sudah dilakukan secara rutin, kecuali di KalBar. Metoda komunikasi yang digunakan di lima Propinsi adalah komunikasi kelompok. c). Luaran : Semua responden mengatakan media yang digunakan sudah cukup menarik, hanya masih perlu ada perbaikan dan penyesuaian dengan budaya setempat. Umumnya responden mengatakan penyuluhan yang dilakukan oleh ulama dapat menambah keyakinan mereka tentang KB. Mengenai kesan mereka terhadap PLKB, hampir semua responden mengatakan dapat menambah pengetahuan mereka tentang KB dan dirasakan sangat bermanfaat.
Secara umum kegiatan Pengembangan Strategi dan Intervensi KIE untuk sasaran khusus ini belum dapat dikatakan berhasil, karena masih banyak yang belum mencapai tujuan yang diharapkan. Walaupun demikian kegiatan ini dirasakan sangat bermanfaat.
Secara umum kegiatan Pengembangan Strategi dan Intervensi KIE untuk sasaran khusus ini belum dapat dikatakan berhasil, karena masih banyak yang belum mencapai tujuan yang diharapkan. Walaupun demikian kegiatan ini dirasakan sangat bermanfaat.
Saran-saran : a) Untuk BKKBN Kabupaten : Kerja sama petugas KIE di lapangan di semua Kabupaten di lima Propinsi agar ditingkatkan, waktu penyiaran pesan-pesan KB melalui radio agar disesuaikan dengan waktu luang sasaran (Kab. Banjar dan Kab. HSU), Pengelola program tingkat Kabupaten bekerja sama dengan Ulama bersama-sama menyusun jadwal kegiatan KIE , b). Untuk BKKBN Propinsi: Untuk Propinsi KalSel pesan KB melalui radio agar dibuat lebih menarik, Media cetak yang diproduksi diseluruh propinsi agar ditingkatkan mutunya, untuk mengatasi masalah dalam pembuatan SPJ diseluruh Kabupaten, agar diberi petunjuk cara-cara membuat SPJ yang lebih jelas, Dalam menentukan besar dana untuk Kabupaten agar deperhatikan kondisi daerah masing-masing. c) Untuk BKKBN Pusat : Agar kegiatan seperti ini dapat diteruskan karena dirasakan besar manfaatnya bagi masyarakat, selain itu dalam hal menentukan segmentasi sasaran untuk intervensi selanjutnya motion deperhatikan sasaran bapak-bapak, untuk mengatasi masalah dalam pembuatan SPJ di seluruh Propinsi agar diberi petunjuk cara membuat SPJ yang lebih jelas, Untuk mengatasi bervariasinya penerapan P Process di lima Propinsi, perlu diadakan lokakarya untuk menyamakan persepsi.
Daftar bacaan : 37 (1953 -1994)

Evaluation of Strengthening Strategy and IEC Intervention FP Programme for Specific Target Groups in Five Provinces (Central Java, South Kalimantan, West Kalimantan, Central Sulawesi and North Sulawesi) on 1995Entering 1990 era, the movement of FP in Indonesially especially in the area of IEC facing three challenges, one of them is the need to do orientation strategy of IEC to answer the need of contraceptive services which could not fulfill and do decentralization IEC management.
To answer those challenges UNFPA gave donation to developing programmed called Improving and Strengthening IEC services for specific target Groups in Indonesia one of the activities of that programmed is Strengthening Strategy and IEC intervention for specific target which was done in five provinces.
This research was an evaluation study which was done to evaluate the activities. This study used qualitative methodology by doing Focus Group Discussion and in-depth interview to gather information about input, process and output from those activities. To get the description respondent characteristic we got the information by using questionnaire. The type of evaluation study is Summative Evaluation.
The result are : a). Input : There no specific people to run this activities, except in South Kalimantan and Central Java About the fund all provinces said enought but not enough for Central Sulawesi and South Kalimantan, the main problem for this are the making SPJ and the time the central office drops the fund. In general all activities have used the P Process stages. b). Process : In general IEC activities in the field have done continuously except in West Kalimantan, Communication method which used is Group Communication. c). Output : All respondents said that media which was used was interesting enough but still needed correction and adjustment with the local culture, The respondents said that information given by Moslem leader could convince them about FP, their impression about PLKB, almost all respondents said that it could add their knowledge about FP and they felt it was really useful.
In general Strengthening Strategy an IEC intervention for specific target group has not been successful yet, because there are so many areas have not reached the target, but these activities are really useful.
Sugestion : a). For BKKBN district : improve group work, time adjustment for FP information in radio, manager programmed and moslem leader work together to make schedule. b) BKKBN Proviency : For South Kalimantan make interesting PF programmed in radio, improve the quality of posters and flipchart, give clear points to make SPJ, adjust the fund according to the area. c) Central BKKBN : Keep on doing those activities because they are useful and give attention to the audience man, give clear points to make SPJ, to prevent the various assembling of P Process in five Provinces seminar for generalization needed.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Ummu Salmah
"KB Mandiri adalah gerakan KB Nasional yang dimaksudkan untuk mendorong perwujudan terciptanya suatu perilaku melalui persiapan mental dan lingkungan dukung dengan kemampuan dan kesadaran sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap akseptor KB menuju KB mandiri pedesaan di tiga kecamatan tersebut diatas.
Penelitian ini mencoba mengkaji tiga faktor dari peserta KB yang meliputi 13 variabel yaitu 1) Faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak dan pengetahuan responden), 2). Faktor pemungkin (ketersediaan tempat pelayanan KB, jarak tempat pelayanan KB, ketersediaan kelompok gotong royong KB dan pendapatan responden) dan 3). Faktor penguat (pengaruh Kepala Desa, Ibu Ketua PKK Desa, Jupen KB, PPKBD dan Suami responden), yang kesemuanya ini adalah variabel independen (bebas) sedangkan variabel dependen (terikat) adalah sikap membayar pelayanan KB.
Selanjutnya, pengolahan dan analisa data menggunakan program STATPACK. Dalam pada itu, untuk melihat gambaran distribusi responden menurut berbagai karakteristik dilakukan analisis persentasi dan uji Kai Kuadrat digunakan untuk melihat adanya perbedaan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat, yang juga secara tidak langsung menunjukkan adanya hubungan. Sedangkan keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut ditentukan dengan melihat besarnya koefisien dari phi, cramar's V dan contingency coefisien.
Dari hasil uji Kai Kuadrat didapatkan lebih dari separuh variabel peneilitian menunjukkan adanya hubungan dengan sikap membayar pelayanan KB. Secara rinci variabelvariabel tersebut adalah sebagai berikut : 1). Untuk faktor predisposisi adalah variabel pendidikan dan variabel pengetahuan yang meliputi tentang pernah mendengar KB mandiri, tahu arti KB mandiri dan tahu tempat memperoleh pelayanan KB mandiri; 2). Faktor pemungkin adalah variabel jarak tempat pelayanan KB, variabel ketersediaan tempat pelayanan KB mengenai Bidan dan dokter praktek swasta serta Puskesmas/Puskesmas pembantu dan dari variabel tentang ketersediaan kelompok gotong royong adalah kelompok akseptor KB dan kelompok KB dan UPPKA (usaha peningkatan pendapatan keluarga akseptor); sedangkan 3). Dari faktor penguat kelima variabelnya menunjukkan adanya hubungan, yaitu pengaruh kepala desa, Ibu ketua PKK desa, Jupen KB, PPKBD dan pengaruh suami responden. Dengan keeratan hubungan bervariasi antara 0.005 - 0.291.
Berdasarkan sikap masyarakat tentang keinginan membayar pelayanan KB yang cukup memadai(78.6 %) dibarengi dengan peluang yang ada dimasyarakat, maka disarankan untuk melakukan intervensi KB Mandiri pedesaan dilokasi tersebut. Dilain pihak, untuk mengkaji lebih jauh tentang bagaimana gambaran karakteristik dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian ber-KB dari peserta yang sudah mandiri disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Archipas Sumbung La`lang
"Keberhasilan Gerakan KB Nasional dalam mengajak PUS menjadi peserta KB memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan. Akan tetapi, keberhasilan ini masih menghadapi kendala. Salah satunya masih ada PUS yang tidak ingin anak lagi tetapi tidak memakai kontrasepsi modern.
Sejalan dengan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui faktor apa yang mempengaruhi sehingga timbulnya unmet need akan kontrasepsi di Sulawesi Tengah. Faktor itu dilihat dari segi demografi, sosial ekonomi serta faktor hubungannya dengan program.
Penelitian ini merupakan penelitian secara cross sectional dengan menganalisa data sekunder SDKI 1994.
Pengambilan data yang berasal dari SDKI 1994 dilakukan dengan merujuk pada daftar pertanyaan sesuai dengan kerangka konsep. Dari jumlah sampel sebanyak 725 PUS, dilihat PUS yang tidak pakai kontrasepsi modern, yang sedang hamil tapi tidak diinginkan/tidak disengaja dan yang subur tapi tidak ingin anak lagi atau ingin tapi 2 tahun kemudian. Data tersebut kemudian diolah secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 26,3 % responden dengan unmet need. Variabel yang berhubungan bermakna dengan unmet need adalah aktivitas seksual dan kunjungan petugas KB. Pada analisa ini juga dilakukan interaksi dan hasilnya menunjukkan ada interaksi antara jumlah anak hidup dengan pendidikan dan jumlah anak hidup dengan kunjungan petugas KB.
Dari hasil penelitian tersebut, disarankan untuk dilakukan pendekatan baru dengan menambahkan kegiatan dari program yang selama sudah ada. Hal tersebut penting artinya karena program yang selama ini telah ada belum dapat menurunkan angka unmet need. Disamping itu ketersediaan dana, tenaga, sarana dan metoda juga diperlukan. Perlu ditingkatkan kerjasama dengan instansi terkait khususnya dalam upaya peningkatan pendidikan bagi PUS.
Semakin dimantapkan institusi masyarakat yang selama ini telah ada. Peningkatan kunjungan petugas KB terutama PUS dengan jumlah anak banyak serta yang berpendidikan rendah.
Pembentukan kelompok KB baru lebih ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan peserta KB.

Factor that Influence Unmet Need of Family Planning in Central Sulawesi (Secondary Analitical Data SDKI 1994) The success of the National Family Planning Program in persuading fertile couples to participate in Family Planning has proven to be successful. However this success still face same problem among time their are still fertile couples how are going true an a result of not using modern contraception method.
The another in this cases has riset influence the factor of Unmet Need of contraception in central Sulawesi. This factor have been recorded by statically demographi (age, sexual activity, number of children, living condition), Social Economic (education and work status), the relationship with Family Planning Program (knowledge of contraception, National Family Planning employ visit, active participation in the program).
The riset has been conducted using cross sectional analysis with SDKI 1994. Data was taken from questioner survey SDKI 1994. From total of 725 fertile couples survey, the data was categories to does how that not using modern contraception method, does how are carrying un wanted pregnancy and does do not was to have another child or are planning to have another child with in 2 years.
Data in process univariat, bivariat and multivariat. From the riset it has been show there are 26,3 % respondent with unmet need. Variable there is significant relationship between unmet need are sexual activity and national family planning employ visit. Analysis has been conducted with conform their is an interaction between number of children with education level and number of children with national family planning employ visit.
From the riset result it is advisable to try new approached and intensity current program. This is because current event has not lower unmet need. Thus operational fund and power and facilities need to be provide.
The need to be corporation with another sector to increase education of fertile couples. The number outlet of Sub PPKBD, need to be increase to a level of 1 in each RW.
Visit by national family planning employ must be increase ini corelation with the number of children and education level of an area. Formation of additional family planning group need be to increase to improve family welfare and increase number of participation in the program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antika Nurinda
"Angka CPR Indonesia menunjukkan adanya peningkatan berarti semenjak 2002/2003 hingga 2007. Namun begitu, data SDKI 2007 menyebutkan angka pemenuhan KB yang tidak terpenuhi juga masih cukup tinggi. SDKI 2007 menuliskan bahwa ada sebesar 61,4 % wanita yang menggunakan kontrasepsi dan sebesar 9,1% wanita berstatus unmet need.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pendidikan, pengetahuan KB, dan otonomi wanita terhadap kejadian unmet need (kebutuhan KB tidak terpenuhi) di Provinsi Yogyakarta dan NTT menurut SDKI 2007. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Hasil multivariat menyebutkan bahwa interaksi antara media dengan pengetahuan menjadi faktor utama dalam menyebabkan kejadian unmet need di Yogykarta. Sedangkan jumlah anak masih hidup merupakan faktor utama dalam menyebabkan kejadian unmet need di NTT. Pendidikan rendah, pengetahuan kurang, dan kurang memiliki otonomi menyebabkan unmet need lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi, pengetahuan baik, dan memiliki otonomi di Yogyakarta dan NTT.

Contraceptive prevalence rate of Indonesia showed a significant improve since 2002/2003 to 2007. However, unmet need of family planning still high on 9,1 % in IDHS (2007). IDHS describes that there are 61,4 of 100 women using contraceptive and there are 9 of 100 women are unmet need. The purpose of this study was to determine the relationship of education, knowledge of family planning, and women's autonomy for unmet need in Yogyakarta and NTT according to IDHS 2007. Regression analysis shows that several variables are significantly related to total unmet need in Yogyakarta dan NTT. The findings in Yogyakarta show that interaction between media and knowledge is a major statistically significant relationship. But in NTT, total number of children is a major statistically significant relationship. Although, education, knowledge, and autonomy have no significant association with unmet need, low of education, knowledge, and no having autonomy give higher total unmet need in Yogyakarta and NTT. Therefore recommended that inYogyakarta and NTT, health care services make full use of opportunities to provide family planning information and services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anny Veradiani
"Tulisan ini mengkaji tentang proses pengambilan keputusan dan pencitraan dirisebagai konsekuensi dari pilihan metode persalinan water birth. Water birthmerupakan alternatif baru dalam metode persalinan normal di Indonesia yangdiyakini dapat meminimalisir rasa sakit pada saat melahirkan. Kajian inimenggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data pengamatan,wawancara mendalam dan studi literatur. Penelitian ini menunjukkan bahwapilihan water birth dilakukan berdasarkan pertimbangan yang meliputi aspekekonomi, psikologi, dan sosial budaya pada setiap penggunanya, yang memilikikonsekuensi terbentuknya citra eksklusif terhadap mereka yang menggunakanmetode persalinan ini.
This article is study about decision-making process and self image as a consequence from preference water birth method. Water birth be new alternative in normal birth method in Indonesia that is believed can minimize birth pangs at the time of give birth to. This study use qualitative method with data collecting technique include observation, in-depth interview and literature study. This research shows that water birth preference done based on consideration that cover economy aspect, psychology, and social-cultural in every the user, which has consequence to construct exclusive image towards them whose use the birth method."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mallarangeng, Mustarim Andi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran berapa besar jumlah pasangan usia subur miskin dan tidak miskin, di Sulawesi. Secara umum penelitian ini mempelajari "perbedaan proporsi ber KB dan tidak ber KB" antara pasangan usia subur miskin dan tidak miskin, serta untuk mempelajari karakteristik sosial ekonomi demografi pasangan usia subur di Sulawesi.
Penelitian ini menggunakan data kor Sulawesi Susenas 1992. Jumlah responden penelitian ini 4476 pasangan usia subur, diantaranya miskin 30,21 persen. Karena yang mau dipelajari adalah karakteristik Sosial Ekonomi dan demografi sedangkan variabel terikatnya (dependen) adalah data kategorik, dengan demikian metode analisis yang digunakan adalah "regresi logis tik berganda". Untuk mempelajari besarnya nilai perbedaan kelompok digunakan Analisis Statistik Odds Rasio.
Hasil penelitian menyatakan bahwa 44,0E persen dari 4476 responden sedang menggunakan kontrasepsi (KB) dalam berbagai metode pada saat wawancara. Proporsi ber KB pasangan usia subur miskin 47,41 persen lebih besar dibanding dengan yang tidak miskin 42,64 persen. Variabel bebas (pendidikan) berpengaruh secara positif terhadap proporsi ber KB baik yang miskin maupun tidak miskin. Dari semua variabel bebas yang diperhatikan (pendidikan, lapangan pekerjaan, status ekonomi, usia, anak masih hidup dan wilayah), semuanya menunjukkan bahwa proporsi ber KB pasangan usia subur miskin lebih besar bila dibandingkan dengan pasangan usia subur yang tidak miskin.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa, variabel pendidikan mempunyyai pengaruh penting tehadap keikutsertaan dalam ber KB (pemakaian kontrasepsi). Oleh sebab itu disarankan pentingnya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, khususnya dalam kegiatan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi). Dalam hal ini termasuk pemahaman terhadap masalah KB. Dengan demikian dapat diharapkan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan KB di Sulawesi dan di Indonesia pada umumnya akan dapat diwujudkan."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kahar
"ABSTRAK
Salah satu tujuan implementasi program kependudukan dan Keluarga Berencana adalah menurunkan tingkat fertilitas sebagai upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Selama kurun waktu 20 tahu pelaksanaan program KB, sejak dimulai secara resmi tahun 1970 telah membawa berbagai kebehasilan. Antara lain dapat dilihat dari cakupan pemakaian kontrasepsi hingga tahun 1989/1990 tercatat jumlah peserta KB aktif {68,6 %) dari seluruh Pasangan Usia Subur di tanah air. Demikian pula terjadi penurunan fertilitas sebesar 37,91 % selama 20 tahun terakhir dari TFR 5,61 {1970) menjadi 3,40 (1989). Tingkat penurunan tersebut akhir-akhir ini semakin tajam seiring meningkatnya penggunaan kontrasepsi.
Pada tingkat regional Propinsi Bengkulu keberhasilan pelaksanaan program KB cukup tinggi, terutama dilihat dari cakupan kontrasepsi 'sampai tahun 1989/1990 tercatat (72,9 %) dari seluruh PUS melebihi pencapaian secara nasional. Namun belum diikuti dengan penurunan fertilitas yang sepadan, yakni TFR pada tahun 1989 sebesar (4,200) jauh lebih tinggi dibanding TFR secara nasional. Disamping itu meskipun. perencanaan program diatur dan ditetapkan secara nasional serta ditangani melalui susunan organisasi dalam pola yang sama, namun tingkat keberhasilannya di lapangan (tingkat desa) menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan yang cukup menyolok.
Penelitian ini bertujuan mengkaji herhagai faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pelaksanaan: program KB di lapangan, baik kesertaan ber KB maupun dampak.program (penggunaan kontrasepsi) terhadap penurunan fertilitas. Faktorfaktor tersebut mencakup (1) faktor program yakni kegiatan motivasi KIE dan pelayanan kontrasepsi, (2) faktor. lingkungan setempat yakni keberadaan tokoh masyarakat, institusi dan kelompok sebaya, dan (3) faktor individu yakni tingkat sosial ekonomi.
Untuk maksud tersebut penelitian ini menggunakan metode survei terhadap responden (PUS) dan wawancara mendalam terhadap informan. Disamping dalam bentuk participant observation, serta dukungan data sekunder. Analisa data betsifat kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan ketiga faktor (variabel) di atas berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan program KB di lapangan. Faktor program yakni motivasi KIE dan pelayanan kontrasepsi sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program KB. Sementara faktor lingkungan setempat, yakni institusi, tokoh masyarakat dan kelompok sebayla sangat menentukan tingkat kesertaan ber KB. Meskipun hubungan tersebut tidak begitu nyata terhadap pilihan untuk ,memakai metode efektif yang digunakan oleh akseptor. Demikian 'pula faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kesertaan ber KB dan penurunan fertilitas.
Semetara perbedaan keberhasilan yang cukup menyolok menurut lokasi (desa) lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungan setempat dan faktor sosial ekonomi responden. Baik tingkat kesertaan ber KB (penggunaan kontrasepsi) maupun dampak program terhadap penurunan fertilitas.
Keberhasilan implementasi program KB tidakterlepas dari kemajuan dalam sektor-sektor lain terutama kemajuan tingkat sosial ekonomi yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan, dapat mempercepat terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahatera."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>