Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulham
"Maraknya program-program bernuansa hantu dan alam gaib atau yang lebih dikenal dengan "dunia lain" (supranatural) di sejumlah besar stasiun televisi swasta nasional di tanah air dalam pasca reformasi 1998 lalu, telah menciptakan suatu kondisi yang cukup memprihatinkan bagi dinamika perkembangan media penyiaran Indonesia itu sendiri. Tiada hari tanpa hantu (mistis) di layar kaca pemirsa kita. Demikian kritikan sejumlah kalangan masyarakat di berbagai kesempatan dan diekspos di berbagai media massa, yang memprihatinkan mengapa tontonan semacam ini begitu tumbuh subur. lronisnya, walau pandangan miris terus berkembang, toh program-program bernuansa penampakkan makhluk-makhluk halus dari "dunia lain" itu justru kian bertambah. Makin dihujat, malah makin bertambah-tambah. TransTV sebagai pendatang baru dalam industri televisi swasta pun tak mau ketinggalan memproduksi dan mendistribusikan (praktik komodifikasi) program sejenis, yang disebut dengan Program Dunia Lain, yang saat ini bahkan ditayangkan sebanyak 3 (tiga) kali seminggu: Selasa, Kamis dan Sabtu malam.
Menyikapi kondisi program-program televisi swasta bertemakan nuansa kegaiban ini (yang oleh sebagian kalangan kerap disebut sebagai cerminan tontonan yang berselera rendah, mudah memproduksinya dan murah dalam pembiayaannya), peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang apa yang sesungguhnya menjadi latar belakang televisi swasta kita itu (TransTV) mengkomodifikasinya ke dalam programnya, dan pertimbangan-pertimbangan ekonomi politik seperti apa yang dijadikan landasan.
Merujuk pada hal ini, ke-concern-an tesis ini adalah untuk berusaha "membongkar" dan mengkritisi praktik-praktik komodifikasi dalam perspektif ekonomi-politik komunikasi media, dan mencoba mengungkapkan "motif tersembunyi" di balik argumentasi bahwa program semacam ini yang tengah digandrungi stasiun televisi dan oleh sebagian besar pemirsa kita sebagai refleksi dari selera masyarakat kita. Bukan karena persoalan rating dan iklannya.
Dalam mengkritisi fenomena program bernuansa hantu dan alam gaib (dunia lain) ini, tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan paradigma kritis, dan bersifat deskriptif. Sementara metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi literatur (kepustakaan), wawancara mendalam sejumlah narasumber yang berkompeten di TransTV, serta melakukan observasi langsung terhadap tayangan Program Dunia Lain tersebut.
Hasilnya ditemukan bahwa dengan semakin ketatnya persaingan antar industri televisi swasta nasional saat ini (yang notabene hampir seluruhnya mengkomodifikasi program semacam ini, kecuali MTV Indonesia, Global TV dan TVRI, mendorong para pengelola stasiun televisi untuk menciptakan peluang-peluang bisnis tertentu melalui rating dengan menciptakan strategi programming yang disukai pemirsanya. Alibi bahwa media televisi yang merupakan industri bisnis yang luar biasa investasinya, seolah "memaksa" mereka untuk berargumentasi bahwa selama pemirsa dan pengiklan menyukai tayangan bemuansa kegaiban ini, maka selama itu pula mereka akan memproduksi dan menayangkan (mendistribusikan) ke layar kaca pemirsanya.
Bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa membanjirnya iklan (sold out) ke Program Dunia Lain, mendorong manajemen TransTV untuk tens menambah frekuensi penayangannya, dari yang semula sekali kini telah menjadi tiga kali dalam seminggunya. Ironisnya, program yang semula diklaim memiliki ciri khas dengan sentuhan teknologi kamera dan audionya itu, ternyata dalam perjalanannya tak lebih hanya sekedar sebagai bagian dari tekno kapitalis.
Implikasi hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa studi terhadap masalah-masalah isi program televisi bagi pemirsanya, khususnya studi ekonomi-politik yang terkait dengan komodifikasi program-program mistik atau supranatural di stasiun televisi swasta kita, pada dasarnya perlu dikaji lebih lanjut secara kritis dan holistik dengan menyertakan dua entry point lainnya, yakni spasialisasi dan strukturasi.
Apa yang pemah diungkapkan oleh Ishadi SK sebagai kondisi vicious circle (lingkaran tak berujung), dikotomis antara bisnis dan idealisme dalam kehidupan media (di mana dalam derajat tertentu para perencana program karena terlalu mengacu pada rating, terdorong untuk melupakan, mengesampingkan, bahkan cenderung meremehkan idealisme dalam arti tidak mempertimbangkan sisi pengaruh jelek dari program yang ditayangkannya), kini pun menimpa stasiun televisi TransTV yang sekarang dipimpinnya. Komitmen untuk bertanggungjawab sosial seolah sekedar retorika, ada tapi tiada mirip dengan substansi program semacam ini.

The flourishing ghost and supernatural nuance programs or known as "the other world" program in a number of national private television stations after the reformation era 1998, has created a condition which caused a concern for the dynamic development of broadcasting media itself in Indonesia. There is no day without ghost (mystic) in the screen our viewers. The criticism of some people in various occasions is exposed in various mass media. The thing, which caused the concern, is why such views grow abundantly. Ironically, even though such a concern continue to increase, however, the programs that have a nuance of supernatural creatures from "the other world" is even more increasing. The more people condemn it, the more it grows. TransTV as a new corner in the private television industry also produces and distributes similar programs (commodification practices) which is called as Program Dunia Lain, and currently it even casts 3 (three) times a week: on Tuesday, Thursday and Saturday night.
In anticipating the private television programs that have the topics of supernatural world (which is often called by some people as the reflection of the low taste of the viewers which is easy to produce and inexpensive in its financing), researcher encouraged to perform a research regarding what is actually the reason of our private television (TransTV) to commodification such a program and what political and economical considerations that they have in mind.
Referring to this problem, This thesis concern to attempt to "reveal" and criticize the commodification practices in the economical and political perspective of media communication, and attempt to reveal the "hidden motive" behind the argumentation of such program which is preferred by the television stations and most of the viewers reflect the taste of our people. It is not because of the problem of rating and the advertising.
In criticizing the phenomena of ghost-nuances and supernatural programs, this thesis use a qualitative approach, with a critical paradigm, and descriptive in nature. While the data collection method in this research is done through literature study (bibliography), in-depth interview and a number of competent resource person in TransTV, and direct observation towards such casting of the Program Dunia Lain.
The results indicates that with the increasingly severe competition between the current national private television stations (almost all of the stations perform such corn modification, except MTV Indonesia (Global TV) and TVRI), has encouraged the television station managers to create a programming strategy that the viewers like. The reason that the television media is a high investment industry forced them to argument that as long as the viewers and the advertisers like the supernatural nuance casting, they will produce and cast (distribute) it to the screen for the viewers.
The evidence that found out indicates that the increasing advertising (sold out) to the Program Dunia Lain, has encouraged the management of TransTV to continue to increase its casting frequency from once into three times a week. Ironically, the program, which claims that it has a special characteristic with a high tech camera touch and its audio, it turned that it is only a part of the capitalistic technology.
The implication of this research indicates that the study towards the content of television programs on the viewers is needed. Especially the political economy study related to commodification of mystic or supernatural program in our private television stations, basically must be further studied critically and in an holistic manner, by including two other entry points, namely spatialization and structuration.
What has been said by Ishadi SK as a vicious circle condition, a dichotomy between business and idealism in the media aspect (in which to some extent the program planners is very much oriented to the rating, which caused them to overlook and set aside, even tend to undervalue the idealism, in the sense they do not consider the negative impacts of the casting of the programs), now it is taking place at the TransTV television station which is now under his supervision. The commitment for social responsibility is only lip service, it is there but doesn't exist which is similar to such kind of programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cosmas Gatot Haryono
"

Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam era globalisasi ini, media tidak lagi dilihat dan dikelola sebagai entitas bisnis special dengan tata kelola khusus. Sebaliknya, media diperlakukan layaknya entitas bisnis biasanya yang dikelola dengan menggunakan logika-logika industri pada umumnya. Maka tidak mengherankan bila tata kelola media tidak jauh dari tata kelola bisnis pada umumnya yang mengedepankan spirit khas kapitalisme dalam mengelola bisnis, yaitu pengeluaran biaya sedikit mungkin untuk mencapai laba sebesar mungkin. Dalam konteks produksi program siaran dunia media, hal itu kemudian diterjemahkan dengan penetapan share dan rating menjadi satu-satunya justifikasi dari kesuksesan sebuah program.

Akibatnya, pengelola media berupaya dengan berbagai cara untuk mencapai rating yang tinggi sehingga terjadilah komodifikasi pekerja. Para pekerja televisi dikondisikan untuk bekerja mati-matian tanpa pernah memperhatikan jam kerja dan hak-hak dasar mereka demi tercapainya rating yang tinggi. Dengan slogan profesionalisme dan tuntutan kerja, mereka sering bekerja dengan beban yang lebih, tapi dengan penghasilan yang pas-pasan. Banyak pekerja media yang dituntut multi tasking (mempunyai peran dan tanggungjawab yang lebih banyak) tetapi tidak digaji semestinya. Celakanya, sebagian besar pekerja media televisi menikmatinya dan terjebak dalam suatu kesadaran palsu yang membuai kehidupan mereka.

Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Teori yang digunakan adalah teori ekonomi politik media yang dikembangkan oleh Vincent Mosco. Peneliti juga menggunakan teori strukturasi untuk melihat bagaimana agen dan struktur melakukan constraining dan enabling. Fokus penelitian ini adalah tentang komodifikasi pekerja media, dimana peneliti berusaha untuk menngungkap bagaimana komodifikasi pekerja media terjadi dalam produksi program siaran televisi dan bagaimana kesadaran palsu pekerja media berperanan besar dalam memperkokoh komodifikasi tersebut.

Hasil dari penelitian ini antara lain: komodifikasi pekerja televise di Indonesia muncul dalam bentuk eksploitasi pekerja yang telah dimulai sejak persetujuan kontrak kerja. Struktur eksploitatif ini kemudian diterima pekerja dan direproduksi dalam sistem kerja televise di Indonesia. Reproduksi struktur eksploitatif ini pada dasarnya merupakan perwujudan atau cermin dari “ketidakberdayaan” pekerja terhadap struktur eksploitatif yang ada. Ketidakberdayaan pekerja ini pada dasarnya merupakan sedimentasi dari keberulangan praktek sosial yang “salah” tetapi tidak dikritik atau dipertanyakan oleh agen. Para agen justru hidup dalam kesadaran palsu yang membelenggu sedari awal bekerja di industri televisi dan justru menikmatinya sebagai bentuk pencapaian hidup.


This Research demonstrate that in globalization era, the media no longer seen and managed as a special business entity with special management. On the contrary, the media is treated like an ordinary business entity that is managed with the logic of industry in general. Capitalist has penetrated into the world of media (including television) in Indonesia and ultimately leads to the fulfillment of the "economic interest" of capital owners, translated by rating placement as central to all broadcasting management. As aresult, media managers strive with various ways to achieve a high rating so that there is a labor commodification. Television labor are conditioned to work desperately without ever paying attention to their working hours and basic rights in order to achieve a high rating.

The focus of this study is on the commodification of television labor, where reseacher try to uncover how the commodification of labor occures in the production of television broadcasting program and how false cosnciousess plays a big role in strengthening this commodification. This research use Mosco's political economic of communication theory and structuration theory of Antony Giddens in critical paradigm.

The result of this study include: commodification of television labor in Indonesia appearing in the form of exploitation of labor which has been started since the approval of the employment contract. This exploitative structure then accepted and reproduced in Indonesian television work system. Reproduction of this exploitation structure is basically an embodiment or miror of the “helplessness” of worker against the existing exploitative structure. Basically, this ”helplessness of worker” is sedimentation of the repetition of “wrong” social practices, but not critized or questioned by workers as agents. As agents, television workers actually live in the false consciousness which shackles from the beginning of working in the televisison industry and even they observes it as a form of the achievement of life.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2018
D2547
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Sani
"Penelitian dalam tesis ini membahas mengenai persoalan penayangan
film-film dan sinetron-sinetron serial bertema horor di televisi, yang dewasa
ini nampak semakin marak. Semua stasiun televisi swasta memiliki jam
tayang khusus untuk cerita-cerita mistik tersebut, dengan berbagai judul,
RCTI memiliki Kembalinya Si Manis Jembatan AncoL dan Impian
Pengantin. Indosiar menayangkan Mariam: si Manis Jembatan Ancol dan
film-film misteri tiap Jum?at malam. An-Teve menayangkan Kisah Misteri
tiap Kamis malam. Demikian juga dengan SCTV, Misteri Mirah Delima
dan TPI dengan film-film horor yang sudah pernah di putar di bioskop.
jika diamati, dalam film-film tersebut ada kecenderungan terdapatnya
penyimpangan dari nilai-nilai yang sebenarnya diajarkan agama Islam
melalui Al-Qur?an dan hadist Rasulullah Muhammad SAW. Penyimpangan
mana diakibatkan kuatnya melebih-lebihkan fungsi hiburan, dengan maksud
menarik minat penonton. Bagi kalangan Ulama, tayangan ini dianggap
sebagai suatu hal yang merugikan upaya pembinaan mental keagamaan
masyarakat, karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Namun demikian, berdasarkan penelitian ini diketahui, ternyata di
kalangan ulama sendiri meskipun sama-sama mendasarkan penilaian pada
A1-Qur?an dan Hadist, ulama yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU)
berbeda pandangan dengan ulama yang berasal dari kalangan
Muhammadiyah dalam menilai film dan sinetron horor tersebut. Bagi
kalangan ulama NU, sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab peninggalan
ulama terdahulu, pelukisan alam ghaib bukan merupakan hal yang asing,
sedangkan bagi kalangan Muhammadiyah, kepercayaan semacam itu
dianggap hanya akan membawa manusia ke arah kemusyrikan. Dengan
demikian, peniaian fungsional atau disfungsionalnya siaran televisi swasta
ini berbeda antara ulama dengan latar belakang golongan yang berlainan."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Junaedi
"Kehadiran televisi baru di tanah air semakin menambah keberadaan stasiun televisi, baik swasta maupun TVRI yang sudah terlebih dahulu ada Kebangkitan jurnalisme di televisi, yang dimulai dengan kemunculan Seputar Indonesia di RCTI dan Liputan 6 SCTV kini diikuti dengan kehadiran program berita sejenis di berbagai televisi.
Tidak sedikit gaya manajemen pemberitaan di media cetak diterapkan begitu saja di dunia televisi karena ketiadaan pengalaman para wartawan televisi, yang sebelumnya memang bergiat di media cetak. Terus terang saja, dunia jurnalistik televisi swasta tergolong lahan baru bagi jurnalis Indonesia untuk berkarya.
Demikian pula halnya dengan pendirian televisi swasta tidak terlepas dari alokasi sumber-sumber ekonomi di seputaran lingkaran rezim Soeharto. Gaya-gaya patronisasi dan nepotisme kerap melekat dalam pengelolaan televisi di Indonesia. Latar belakang pemilik dan pendiri stasiun televisi swasta pun juga beragam. Sebagian besar malah berasal dari pengusaha.
Dengan latar belakang sebagai pengusaha, maka ukuran untung rugi selalu menjadi dasar utama bagi penyiaran program-program di televisi. Terkadang karena alasan penghematan dan efisiensi, sebuah program direposisi atau dipindahkan tanpa ada parameter yang baku atau periodisasi tertentu. Jika sebuah program direposisi tanpa ada parameter yang jelas maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap minat pemasang iklan dan pemirsa untuk menonton. Pemasang iklan akan dirugikan karena strategi segmentasi dan sasaran khalayak akan mengalami perubahan jika sebuah program tayangan direposisi tanpa ada periodisasi. Pemirsa akan kebingungan dengan program acara yang mulai digemarinya, karena perubahan jam tayang yang mendadak.
Penelitian ini lebih memfokuskan kepada metode penelitian analisis deskriptif dengan menitikberatkan kepada pengamatan di lapangan serta wawancara secara mendalam dengan narasumber yang berkompeten.
Dan pendekatan ekonomi media, gaya pengelolaan manajemen televisi di Lativi ditelaah dengan kajian ilmu komunikasi maupun dari aspek-aspek ekonomi. Seharusnya, gaya pengelolaan manajemen televisi bersifat fleksibel dengan menerapkan azas-azas organisasi yang modern. Penguasaan manajemen secara terpusat atau komando jelas sangat tidak cocok diterapkan di stasiun televisi swasta. Gaya otoriter yang tidak mau mendengarkan saran saran dari pekerja profesional jelas suatu kemunduran dalam pengelolaan manajemen media televisi.
Oleh karena itu dengan memahami pengelolaan manajemen media diharapkan carut marut pengelolaan televisi di Indonesia bisa berkembang ke arah penyempurnaan. Diharapkan pula, hasil penelitian ini menjadi masukan yang berharga bagi pengembangan dan pengelolaan program berita di televisi swasta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Juwarno
"To those who run the private television station business, news program is marked as company flag carrier. This program has become a determination to know whether this station being operated seriously or not. Therefore, every private television station makes serious efforts to present the program attractively, actual and exclusively as well, to be placed in accordance with each airtime.
One of the news programs that have been evaluated to be successful based on rating, informative and the most favorite, being chosen by the viewers, is ?Seputar Indonesia? produced by RCTI. The result of research finding indicated that people are, with many reasons, are fond of this news program. It has actual news, the journalistic comes to fulfill the wish of public, and the news presenter really understand to keep the profession properly.
Despite the news program with high rating and the most favorite to viewers, yet, there are many things they must put into attention. This is in reference with the research finding that the more people watch certain program, it is not always to say that people are fond to this program. It is ?Patroli? produced by Indosiar and ?Liputan 6? produced by SCTV appeared to be potential competitors to ?Seputar Indonesia?. Therefore, the management of ?Seputar Indonesia? must take innovation in presenting information to the public aiming to the wish and the need of people to get information.
This research provided by second data analyze, from where all survey being done by Asia market Intelligence (AMI) in accordance with the outline of positioning all RCTI program. By changing the presentation of quantitative to qualitative, it can be described why people watch ?Seputar Indonesia? news program and how people evaluate that news program to fulfill the need of information.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T3352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Nama Noviyani NuraeniProgram Studi SosiologiJudul Pergeseran Wewenang Struktur Formal Dalam Proses Produksi Program Hiburan Televisi Dengan Soft Systems Methodology Kasus Program Hiburan Susuya Penelitian ini ingin melihat pergeseran wewenang struktur formal yang diakibatkan oleh kuatnya struktur informal dalam program Susuya MNC TV Hasil observasi awal menunjukkan adanya pergeseran wewenang dari Produser kepada Host Dengan menggunakan metode Soft Systems Methodology ditemukan beberapa kondisi problematik yang terjadi yaitu Host secara tidak langsung menjadi pemimpin leader dalam proses produksi program Susuya terutama yang berhubungan dengan konten dan gimmick lalu dilapangan pun terlihat seolah olah Produser itu sejajar dengan Kreatif Selain itu ternyata Host lah yang mempunyai andil yang besar dalam pembuatan konsep program Susuya tersebut sedangkan Produser belum memiliki pengalaman dalam memproduksi program seperti program Susuya sehingga Host merasa memiliki kewenangan lebih dalam program tersebut Sistem Pengembalian Wewenang dari Host Kepada Produser dengan Pengawasan dan Evaluasi yang terdiri dari delapan human activity system dan Sistem Pengembalian Wewenang ke tangan Produser dengan Peningkatan Kemampuan dan Keahlian Produser yang terdiri dari sembilan human activity systems ini dipilih oleh peneliti sebagai sistem yang akan dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan berbagai perangkat yang ada dalam Soft Systems Methodology seperti CATWOE PQR dan 3E Lalu hasil implikasi teori dalam penelitian ini adalah pada dimensi Legitimization of legitimacy studi ini menunjukkan bahwa konsep yang dikemukakan oleh Meyer dan Rowan mengenai cara mempertahankan legitimasi dengan menggunakan cara ceremonial inspection and evaluation kurang tepat untuk menggambarkan kondisi yang terjadi pada program Susuya tersebut Dengan menggunakan kritik dari Courpasson mengenai kontrol dan koordinasi ldquo lunak rdquo yang juga didukung oleh Gordon Kornberger dan Clegg ini menunjukkan bahwa cara tersebut justru memunculkan struktur dominasi dari Host Lalu pada dimensi yang kedua yaitu sensemaking and legitimacy studi ini menunjukkan bahwa konsep dari Meyer dan Rowan yang mengatakan bahwa untuk memenuhi kendala kontekstual biasanya organisasi menggunakan strategi retoris dan teknik ini cukup sesuai untuk menggambarkan apa yang terjadi pada organisasi produksi program Susuya Namun mengacu kepada konsep sensemaking and legitimacy yang dikemukakan oleh Gordon Kornberger dan Clegg ini menjelaskan bahwa mereka mengasosiasikan legitimasi menjadi sesuatu yang tidak hanya harus terlihat sah tetapi juga masuk akal Maka dari itu apabila Produser ingin meraih kembali kewenangannya maka Produser perlu melakukan upaya upaya tindakan langsung yang terlihat lebih masuk akal agar dapat mengurangi dominasi Host dalam produksi program Susuya tersebut Kata Kunci Pergeseran wewenang legitimasi struktur formal dan informal kekuasaan struktur dominasi legitimization of legitimacy sensemaking and legitimacy program televisi Susuya MNC TV dan Soft Systems Methodology , Name Noviyani NuraeniMajor SosiologiTitle Shifting Authority Formal Structure In Entertaintment Television Program Production Process With Soft Systems Methodology Case Susuya Entertainment Program This study wants to see a shift in the formal structure of authority caused by strong informal structure in Susuya MNC TV programs Results of preliminary observations indicated a shift of authority from the producer to the Host By using the Soft Systems Methodology found some problematic conditions that occur are hosts indirectly become the leader in the production process of the Susuya program especially relating to the content and gimmick and the field also looks as though it is parallel between Creative and Producer In addition The host have a significant role in drafting the program Susuya while the Producer has no experience in producing programs such as Susuya program that hosts feel has authority over the program The process Transformation of Authority Returns Systems Authority of Host To Producer with Control and Evaluation which consisted of eight human activity system and The Transformation Process of Authority Returns Systems with Upgrades of Producer Ability and Skill which consisted of nine human activity systems have been selected by the researchers as a system to be analyzed further by using a variety of devices that exist in the Soft Systems Methodology as CATWOE PQR and 3E Then the results of the theoretical implications of this research is on the dimensions of Legitimization of legitimacy this study shows that the concept proposed by Meyer and Rowan on how to maintain the legitimacy of the use of inspection and evaluation ceremonial way less up to describe the conditions that occur in the Susuya program By using criticism of Courpasson of ldquo soft rdquo control and coordination which is also supported by Gordon Kornberger and Clegg have demonstrated that it actually led to the dominance of the Host structure Then in the second dimension is sensemaking and legitimacy this study shows that the concept of Meyer and Rowan who said that to meet the contextual constraints usually organizations use rhetorical strategies and techniques is quite appropriate to describe what is happening in the organization of production Susuya program However referring to the concept of sensemaking and legitimacy proposed by Gordon Kornberger and Clegg explained that they associate legitimacy into something that does not just have to look legitimate but also reasonable Therefore if the producer wants to regain its authority the producer needs to make efforts to direct action that looks more reasonable in order to reduce the dominance of Hosts in the production of the Susuya program Keywords Shifting authority legitimacy formal and informal structures power dominance structure Legitimization of legitimacy sensemaking and legitimacy television programs Susuya MNC TV and Soft Systems Methodology ]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elena Zachnas
"Program "Indonesian Idol" adalah program reality show dalam bentuk kontes menyanyi dimana memiliki pesaing terbesar dalam tayangan sejenis yang lebih dulu muncul yaitu program Akademi Fantasi Indosiar (AFI). Pihak stasiun televisi dalam hal ini RCTI dan Fremantle Media sebagai pemilik format "Idol" bekerjasama untuk membuat program 'Indonesian Idol? menjadi program yang dipilih oleh seluruh kalangan pemirsa televisi di Indonesia.
Penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana preferensi khalayak terhadap tayangan Indonesian Idol" dilihat dari perubahan rating yang diperoleh sebagai dasar rujukan sebuah kesuksesan tayangan. Bagaimana strategi komunikasi promosi pemasaran yang telah diiakukan agar membuat program ?Indonesian Idol? ditonton oleh khalayak luas yang dilihat dari kenaikan rating program.
Teori mengenai media khususnya televisi, khalayak dan komunikasi pemasaran digunakan sebagai kerangka pemikiran yang mendasari penelitian dan menjawab permasalahan tesis ini.
Hasil dari penelitian adalah program "Indonesian Idol" menjadi pilihan program yang diminati oleh hampir seluruh kalangan dengan fokus pada usia remaja dan dewasa dengan kelas sosial ekonomi menengah keatas. Program "Indonesian Idol" dipilih karena dianggap mampu memberikan tayangan hiburan yang memiliki kualitas yang bagus baik dari segi kemasan maupun kualitas suara para finalis. Dalam pelaksanaan strategi promosi terdapat perubahan-perubahan yang dilakukan untuk dapat membuat "Indonesian Idol" digemari masyarakat yang lebih luas dengan perolehan rating program yang lebih baik. Rekomendasi akademik untuk penelitian ini adalah dengan melakukan ekplorasi faktor lain yang berpengaruh pada preferensi pemirsa dengan melihat efektifitas promosi dan evaluasi preferensi pemirsa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isabella Muliawati Fawzi
"Produk Film dan serial TV India sudah bukan hal yang asing lagi di Indonesia. Banyaknya masyarakat Indonesia yang menyukai program India membuat beberapa stasiun TV nasional memutar program bertema India, salah satunya MNC TV. MNC TV bekerja sama dengan PH Shandika Widya Cinema memproduksi program ldquo;Bollywood Update rdquo;. Namun sejalan dengan perkembangannya, kondisi tersebut turut memicu tingginya tingkat persaingan diantara sesama pengusaha dibidang sejenis MNC TV dan PH production house Shandika Widya Cinema harus terus menerus melakukan evaluasi strategi dan terobosan agar mampu bertahan serta terus melakukan pengembangan, merumuskan bentuk strategi baru, agar dapat bersaing. Penelitian ini dimulai dengan melakukan wawancara mendalam mengenai penerapan Manajemen Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Elemen-elemen IMC, dan Program TV Bollywood Update di MNC TV yang diproduksi PH Shandika Widya Cinema. Dari hasil wawancara mendalam terhadap dua narasumber dari PH Shandika Widya Cinema dapat disimpulkan bahwa kewenangan televisi dalam mengambil keputusan lebih besar dibandingkan dengan PH. Untuk itu disarankan agar TV lebih banyak melibatkan PH dalam proses kebijakannya serta mengembangkan segala potensi yang sebenarnya dimiliki oleh program Bollywood Update.Kata kunci: Manajemen Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Elemen-elemen IMC, dan Program TV.

Indian TV serials and Indian movies known as Bollywood is no longer unknown in Indonesia. A lot of Indonesian people watch Indian movies and serials. It makes several national TV station in Indonesia have programs with Indian theme. One of them is MNC TV who collaborated with Shandika Widya Cinema PH production house produced an infotainment program called Bollywood Update that aired on MNC TV. But, unfortunately, the situation had created a high competition tension among players. MNC TV and PH production house Shandika Widya Cinema has to evaluate its strategy to be able to be sustainable and well developed by formulating a new strategy so that they can compete with others.The research begins with in depth interview about the practice of communication management, marketing communication, IMC Elements, and TV Program Bollywood Update on MNC TV which produced by PH Shandika Widya Cinema. From the in depth interview with the two sources from PH Shandika Widya Cinema came to a conclusion that in decision making process TV takes a bigger role than the production house itself. The researcher suggest the TV to involved the production house giving more contributions in the policy process and also develop the potentials that Bollywood Update has.Key words Communication Management, Marketing Communication, IMC Elements, and TV Program."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Milhana
"Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya memiliki potensi yang besar untuk industri televisi. Argumen ini tidak lepas dari faktor jumlah penduduk Surabaya yang besar dan ditunjang dengan konsumsi media mereka yang cukup tinggi, terutama untuk media audio visual. Dengan demikian, untuk memenangkan kompetisi dalam menarik perhatian khalayak Surabaya, pengelola televisi perlu mengenali kebutuhan khalayak Surabaya terhadap program acara televisi. Penelitian ini menggali lebih jauh tentang kebutuhan khalayak Surabaya terhadap program acara televisi dan psikografisnya. Populasi penelitian ini adalah penduduk Surabaya dengan jumlah sampling sebanyak 250 orang.
Penelitian ini berangkat dari teori atau pendekatan uses and gratification tentang media menyatakan bahwa audiens bersifat aktif dalam memilih media untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan tersebut dapat terpuaskan melalui penggunaan media maupun non-media (Katz, 1974). Penelitian ini menggunakan metoda penelitian survey dengan analisis deskriptif. Pemilihan sampel dengan cara multistage cluster sampling.
Dari pengolahan hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk Surabaya terdiri dari 3 cluster psikografis dimana diantara ketiga cluster tersebut tidak terdapat perbedaan yang terlalu menonjol terhadap program acara televisi yang dibutuhkan. Selain itu secara garis besar, khalayak Surabaya telah merasa puas dengan program acara televisi yang ada saat ini. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung klaim yang diberikan oleh pihak televisi bahwa program-program acara tersebut berangkat dari permintaan pemirsa. Sementara bagi pelaku indutri televisi baru yang ingin memasuki pasar Surabaya sebagai televisi lokal masih memiliki peluang yang besar.
Secara umum, hasil penelitian ini memperkuat teori uses and gratifications. Penelitian ini memberikan kontribusi akademis dengan memperkaya teori dan temuan-temuan yang telah dihasilkan pada penelitian sebelumnya. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan atas temuan data, diketahui bahwa khalayak Surabaya dalam memilih acara televisi didasarkan pada kemampuan program acara tersebut dalam memenuhi harapan mereka. Dan dari temuan data pula, dapat diketahui bahwa mayoritas khalayak Surabaya telah puas dengan format acara yang disajikan oleh berbagai stasiun televisi dewasa ini. Dengan kata lain, pihak televisi lokal perlu menyusun strategi produksi acara dengan memadukan kandungan lokal dengan kemasan nasional.
Xii + 199 halaman + 58 tabel + 59 gambar + 6 lampiran + daftar pustaka : 33 buku (1976-2000) + lain-lain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fachrudin M.
"Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, dan berpenduduk terbesar ke empat di dunia dengan jumlah 203,5 juta jiwa. Hal tersebut menjadi sangat erat hubungannya dengan perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi saat ini, yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan keluarga masyarakat untuk memperkokokoh ketahanan nasional.
Menurut data Biro Pusat Statistik/BPS (survey aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap media massa tahun 2000) Aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap televisi sebesar 78,22%, yang bila dihitung dari 203,5 juta jiwa adalah 168 juta jiwa penduduk, televisi terbukti sangat besar diminati oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media massa lainnya. Sedangkan penduduk Indonesia sebagian besar 67,34% tinggal di pedesaan dengan taraf hidup dan pendidikan yang masih relatif rendah, serta kegemaran membaca pada masyarakat Indonesia juga dikenal paling rendah didunia. Dengan kenyataan yang demikian menyebabkan peran serta televisi sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan dan membina kesadaran masyarakat dalam berbangsa serta membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas.
Program siaran televisi merupakan karya budaya demikian pula dengan prilaku anggota keluarga yang dapat berubah karena dipengaruhi menjadi negatif ataupun positif. Keluarga sebagai lembaga yang paling penting dan paling mendasar dalam masyarakat adalah sebagai bagian dari ketahanan nasional.
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Sampai sejauh mana pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga pada masyarakat pedesaan di Banten?
2. Program siaran televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten?
3. Stasiun televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten? dimana efektivitas penyebaran pesan-pesan pembangunan melalui siaran televisi dapat membina kesadaran berbangsa. Namun hal itu dipengaruhi oleh faktor faktor sosial budaya yang hidup di masyarakat dengan latar belakang adat istiadat, agama, pendidikan, kebudayaan yang beraneka ragam dan taraf hidup yang masih relatif rendah serta jangkauan media cetak yang masih terbatas terrnasuk minat membaca yang kurang.
Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga masyarakat pedesaan di Banten.
2. Menganalisis program siaran televisi yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
3. Menentukan stasiun televisi nasional yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
Metode penelitian yang dipakai adalah Metode Analisis pada tujuan penelitian pertama, serta Tabel Analisis pada tujuan penelitian kedua dan ketiga dengan mengunakan data primer dan sekunder yang didapat dari jawaban kuesioner responden.
Adapun hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Semua variabel program siaran televisi (siaran berita, hiburan, dan niaga) signifikan pada taraf 5%, kecuali variable X3 (siaran pendidikan) tidak signifikan. Variabel siaran berita adalah variabel yang terbesar mampu meningkatkan ketahanan keluarga apabila ditambah satu unit yaitu sebesar 69%.
2. Sedangkan R2 = 0,85 atau 85% yang berarti program siaran televisi secara bersama-sama mampu menjelaskan variansi ketahanan keluarga sebesar 85%, adapun 15% lagi dipengaruhi oleh variabel lainnya.
3. Selanjutnya program siaran televisi yang paling disukai oleh responden adalah program siaran berita sebesar 53,3% di televisi SCTV, yang terbesar dipilih oleh kelompok Bapak 40,6%.
4. Serta stasiun televisi yang paling disukai oleh responden adalah stasiun televisi INDOSIAR dimana program siaran hiburan 33,3% dan siaran niaga 26,6% mendapat prosentase terbesar.
Dunia pertelevisian Indonesia dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya TVRI, selanjutnya berkembang pesat pada tahun 1979 setelah diluncurkannya Satelit Komunikasi PALAPA yang mendukung penerimaan siaran televisi diseluruh tanah air yang terbentang luas dari Sabang hingga Marauke. Masyarakat Indonesia ketika itu telah jenuh dengan sajian seremonial dan gambaran kehidupan miskin yang selalu ditampilkan TVRI, Masyarakat terlihat antusias sejak berdirinya televisi swasta pertama yaitu RCTI pada tahun 1989, yang berturut-turut muncullah TPI, SCTV, ANTV dan INDOSIAR dan saat ini telah/siap mengudara METRO-TV, TRANS-TV, TV-7, LA-TV, GLOBAL-TV. Yang semuanya kenyataan menuju siaran nasional (program siaran sarat kekerasan dan pornografi) tanpa menghiraukan perbedaan pendidikan, taraf hidup, dan sosial budaya masyarakat di seluruh Indonesia.
Program siaran televisi swasta sebagian besar hanya menjual mimpi yang laku dipasar (produk import dan produk lokal yang cenderung meniru budaya asing) berdasarkan research dari konsultan internasional yang lebih dipercaya dibandingkan mengaca kepribadian bangsa Indonesia yaitu AC-NIELSEN. Hanya program siaran TVRI yang selalu mengedepankan rasa kebangsaan dengan membina kesadaran berbangsa melalui layar kaca, seperti menampilkan penyiar multikultural, kebudayaan daerah-daerah melalui stasiun penyiarannya, menyuguhkan berita yang menyejukkan, dan menyiarkan produk import hanya 5 %. Akan tetapi TVRI justru seakan ingin ditekan agar tidak berkutik oleh penguasa, kalangan DPR, dan konglomerat yang sebagian besar memang memiliki asset di televisi swasta dengan tidak memberikan TVRI siaran iklan dan kesepakatan 12,5% dari transaksi iklan TV swasta, adapun yang diberikan dana pada TVRI hanya dari APBN yang hanya bisa menghidupi 10 % saja dari kegiatan operasionalnya. Namun betapapun besarnya beban yang dipikul TVRI, dengan penanganan yang benar akan mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan resiko rusaknya mental bangsa sehingga dapat memperkuat ketahanan keluarga.
Propinsi Banten menjadi lokasi penelitian karena sebagai daerah penyanggah lbukota Jakarta, daerah pariwisata, dan jalur transportasi penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra.
Pihak manajemen seluruh televisi di Indonesia sebaiknya melakukan berbagai perbaikan terhadap penanganan program siaran televisi yang akan ditampilkan pada masyarakat Indonesia secara nasional, dengan memperhatikan rasa kebangsaan dan pembinaan ketahanan keluarga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T1853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>