Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zainuddin S.
"Ekstraksi ion Hg(II) menggunakan Membran Cair Emulsi (MCE) dengan fasa organik yang baru diusulkan telah dilakukan. Fasa organik yang digunakan adalah asam oleat sebagai ekstraktan, Span-80 sebagai surfaktan tunggal, Span-80 dan Tween-20 sebagai surfaktan campuran, dan kerosin sebagai pelarut organik.
Untuk memperoleh persen ekstraksi ion Hg(II) maksimum, terlebih dahulu dilakukan uji kestabilan emulsi pertama (w/o) dengan berbagai konsentrasi asam oleat, surfaktan tunggal, dan surfaktan campuran, serta berbagai waktu pengadukan. Pada pembuatan emulsi kedua (w/o/w) atau tahap ekstraksi ion Hg(II), dilakukan percobaan dengan memvariasikan parameter-parameter berikut; rasio volum membran emulsi terhadap volum fasa akuatik umpan (Ve : Vu), kecepatan pengadukan, dan waktu pengadukan.
Ekstraksi ion Hg(II) maksimum diperoleh pada konsentrasi ekstraktan 0,3 M, konsentrasi surfaktan campuran 3%(w/v) dengan rasio Span-80 terhadap Tween-20 sebesar 96, 8 %(wt) : 3, 2 %(wt), rasio Ve : Vu sebesar 1 : 4, waktu pengadukan emulsi pertama 30 menit, waktu pengadukan emulsi kedua 25 menit, dan kecepatan pengadukan emulsi kedua 300 rpm. Kehadiran ion Ni(II), Cu(II), dan Mg(II) sebagai ion dalam fasa umpan tidak memberi efek yang signifikan pada kemampuan ekstraktan asam oleat untuk memisahkan ion Hg(II).
Hasil percobaan menunjukan bahwa membran cair emulsi dengan fasa organik yang terdiri dari ekstraktan asam oleat, surfaktan campuran, dan pelarut kerosin efektif mengekstraksi ion Hg(II) hingga 98,48 % dalam satu tahap pemisahan.

Separation of Hg(Il) using emulsion liquid membrane with new organics phase has been reported Organic phase used were oleic acid as extractant, span-80 as single surfactant, span-80 and tween-20 as mixture surfactants, and kerosene as organic solvent.
The maximum extraction of Hg(II), initiated by stabilization of first emulsion (w/o) with various step concentrations of oleic acid, single surfactant, mixture surfactant, and time of mixing. The second emulsions (w/o/w) or Hg(II) extraction step conducted using various parameters such as; ratio emulsion volume to aquatic external volume (Ve : Vu), speed mixing, and time of mixing.
Maximum extraction of Hg(II) is resulted from 0.3 M extractant concentration, 3% (w/v) mixture surfactant with ratio of span-80 to tween-20 as much as 968% (wt) : 3.2% (wt), ratio of Ve : Vu is 1 : 4, 30 minute time of mixing first emulsion, 25 minute time of mixing second emulsions, 300 rpm speed of mixing second emulsions. The presence such as Ni(M,Cu(I2), and Mg(II) as other ions in the external phase showed no sign j1cant effect to the extraction ability of oleic acid to separate Hg(II).
The results of experiment indicated that emulsion liquid membrane with organic phase consists of oleic acid extractant, mixture surfactants, and kerosene solvent were effective to extract Hg(II) up to 98.48% in one stage separation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ketut Alam Wangsa Wijaya
"Penelitian proses ekstraksi logam nikel dari larutan yang mengandung logam temba,ga dengan metnde ekstraksi pelarut dengan menggunakan ekstraktan asam Versatic-6 yang dilarutkan dalam toluena merupakan salah satu studi awal dari perkembangan teknik akstraksi dengan metode ekstraksi pelarut. Taknik ekstraksi dengan metode ekstraksi pelarut mempunyai banyak parameter, di antaranya ialah jenis ekstraktan, jenis logam yang akan diekstraksi, pH larutan, dan konsentrasi ekstraktan. Pada penelitian kali ini digunakan asam V ersatic-6 yang merupakan salah salu produk Shell Company yang ban yak digunakan pada industri petrokimia. Tingkat keasaman pada larutan dibatasi pada daerah yang memungkinkan ion logam dapat bereaksi sempuma dengan ekstraktan pada kondisi kesetimbangan, yaitu pH 3-7, sedangkan untuk konsentrasi ekstraktan ditentukan antara 0,1-0,5 M. Logam yang akan diekstraksi adalah logam Ni dengan pengotor Cu, kedua logam golongan transisi ini mempunyai perilaku secara kimiawi yang bampir sama, seperti misalnya bentuk ikatan yang terjadi jika bereaksi dengan ekstraktan tertentu, hal ini tentu ekan menyulitkan proses ekstrakan dan hal ini yang menentukan selektivitas ekstraktan. Pada awal penelitian dilakukan peroobaan kinetika untuk mengetahui waktu ekstraksi yang diperlukan, yaitu waktu tercapainya kesetimbangan antara ion-ion logam dengan ekstraktan Karakteristik ekstraktan dapat dilihat dari hasil penelitian ini dan dengan mengetahui kemampuan ekstraksinya serta tingk:at selektivitasnya dapat direncanakan proses tambahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal Salah satu hasil penelitian ini ialah adanya indikasi bahwa keberadaan ion logam Cu pada proses ekstraksi nikel dengan metode ekstraksi pelarut menimbulkan kompetisi positif artinya keberadaan ion Cu mengakibatkan proses ekstraksi menjadi lebih optimum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Azka Hikmawati Aulia
"[Natrium diklofenak merupakan obat anti-inflamasi non steroid (AINS) yang mengalami efek lintas pertama dihati sehingga bioavailabilitasnya hanya sebesar 50-60%. Selain itu natrium diklofenak juga memiliki efek samping induksi tukak lambung. Untuk mengatasi masalah tersebut dikembangkan teknologi untuk mengontrol pelepasan obat, salah satunya adalah sistem penghantaran mikrospons. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut terhadap pembentukan granul mikrospons dan mengetahui presentase jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi. Formulasi granul mikrospons dilakukan dengan optimasi perbandingan zat aktif dan polimer (1:1, 1:3 dan 1:5), dilanjutkan dengan optimasi jumlah pelarut yaitu diklorometan (5, 10, 15 dan 20 mL). Formula M5 dengan perbandingan zat aktif dan polimer 1:3 dan 10 mL diklorometan dipilih sebagai formula paling optimum. Selanjutnya formula M5 diformulasikan menjadi sediaan gel. Berdasarkan hasil yang ada, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pelarut yang digunakan dalam pembuatan mikrospons maka akan menghasilkan ukuran partikel dan uji perolehan kembali yang semakin besar. Presentase jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi dari gel kontrol menunjukkan hasil sebesar 18,89%. Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan gel mikrospons yaitu sebesar 25,77%., Diclofenac sodium is a non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) that experiences first pass metabolism so its bioavaliabilty only 50-60%. Moreover, diclofenac sodium also induces gastric ulcers. To solve those problems, controlled release technology of drugs have been developed. One of the technologies is microsponge delivery system. This study aim to determine the effect of solvents on the formation of granules microsponges diclofenac sodium, and determine the percentage of the cumulative amount of diclofenac sodium that penetrated . The formulation was done by optimizing the ratio of active substance and the polymer (1:1; 1:3; and 1:5) followed by optimizing the amount of solvent, dichloromethane (5, 10, 15 and 20 mL). Formula M5 with the ratio of active substance and the polymer 1:3 and 10 mL dichloromethane was chosen as the optimal formula. Formula M5 was formulated into a gel. Based on the results, it could be concluded that the more solvent used in the manufacture of microsponge, the greater its particle size and production yield. The percentage of cumulative amount of diclofenac sodium that penetrated from conventional gel was 18,89%. Those results give smaller result than microsponges gel which gives percentage of cumulative amount that penetrated around 25,77%.]"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S60490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mulyazmi
"Penelitian ini mengenai teknik pemisahan pemisahan ion Hg (II) menggunakan sistem Membram Cair Emulsi (MCE) yang komponen penyusunnya adalah fasa akuatik dalam fasa organik dan surfaktan. Fasa akuatik dalam adalah H2SO4 6N. Fasa organik terdiri dari ekstraktan (asam oleat), peiarut organik (kerosin). Surfaktan yang digunakan terdiri dari span-80 sebagai surfaktan tunggal, span-80 dengan tween (20,80,81,85 ) dan triton X-100 sebagai surfaktan campuran.
Untuk memperoleh suatu membran cair emulsi yang stabil dilakukan beberapa pengamatan yaitu penentukan nilai HLB campuran surfaktan yang tepat berdasarkan kelarutan maksimum fasa air dalam fasa minyak, penentuan nilai tegangan permukaan dan tegangan antarmuka cairan yang digunakan serta pengamatan terhadap kestabilan emulsi emulsi yang dihasilkan dengan variasi jenis dan konsentrasi surfaktan, waktu pengadukan dan konsentrasi ekstraktan.
Sistem Membran Cair Emulsi (MCE) dengan komposisi asam oleat 0,5 M, kerosin, 3% (w) surfaktan campuran span-80 dan tween-20 pada nilai HLB campuran 4,8, dapat menghasilkan suatu emulsi yang stabil selama 4 jam. Emulsi ini dapat mengektraksi ion Hg (H) dari larutan umpan sebanyak 97,3%. dengan menggunakan kecepatan pengadukan 300 rpm, rasio volume membran emulsi dengan fasa umpan sebesar 3:8 dan waktu pengadukan 35 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Abdul Manan Usman
"[ABSTRAK
Lubricant Oil diproses untuk berbagai keperluan dalam bentuk cairan, padat atau gas. Tujuan utama adalah untuk mengurangi gesekan dan menghaluskan gerakan dan menghaluskan gerakan satu permukaan atas yang lain. Used Lubricant Oil yang digunakan biasanya dibuang ke lingkungan dan menyebabkan banyak kerusakan seperti kesehatan (penyakit kanker). Sebagai pencegahan, re-refining adalah satu treatment untuk menghasilkan base oil yang berkualitas bagus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memodelkan dan mensimulasikan used lubricating oil re-refining process menggunakan Aspen Plus. Hasil simulasi dibandingkan dengan Abdul Karim (2004) bersama kalkulasi Percent Sludge Removal (PSR). Hasil PSR menggunakan Aspen Plus di bandingkan dengan data eksperimen dan data simulasi CHEMCAD dalam bentuk grafik yang menunjukkan bahwa Aspen Plus memiliki trend yang mirip dengan eksperimen dan CHEMCAD. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa PSR meningkat dengan meningkatnya optimum value pada 2g KOH/L isopropanol.
ABSTRACT
Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol;Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol, Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Fajrin
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini, MOF disintesis sebagai adsorben ion logam kadmium (II) karena kerangka organik logam (MOF) memiliki area pori dan permukaan yang besar serta sifat potensial dan aplikasi seperti pengolahan air yang mengandung ion logam berat. Sintesis MOF dilakukan berdasarkan logam lantanida menggunakan lantanum dan itrium, dengan mereaksikan logam nitrat (Y (NO3) 3.6H2O dan La (NO3) 3.6H2O) dengan asam suksinat dan N, N-dimethylformamide (DMF) dan pelarut air menggunakan metode solvothermal. Dua MOF yang disintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, TGA, BET dan SEM. Hasil dari karakterisasi menyatakan bahwa La-succinate MOF lebih baik daripada MO-succinate Y. Selanjutnya, dua MOF yang disintesis digunakan sebagai adsorben ion logam kadmium (II) dengan berbagai variasi seperti pH, waktu kontak, jumlah adsorben dan konsentrasi adsorbat. Kapasitas adsorpsi yang dihasilkan oleh La-succinate MOF lebih besar dari Y-succinate MOF serta hasil dari isoterm adsorpsi oleh La-succinate dan MOF-succinate Y. La-succinate MOF memiliki R2 sebesar 0,9946 dengan nilai kapasitas adsorpsi Freundlich sebesar 2.296 mg / g dan MO-succinate Y memiliki R2 sebesar 0.8812 dengan nilai kapasitas adsorpsi Freundlich sebesar 1.543 mg / g.

ABSTRACT
In this research, MOF was synthesized as cadmium (II) metal ion adsorbent because the organic metal framework (MOF) has a large pore and surface area as well as potential properties and applications such as water treatment containing heavy metal ions. MOF synthesis was carried out based on lanthanide metal using lanthanum and yttrium, by reacting metal nitrate (Y (NO3) 3.6H2O and La (NO3) 3.6H2O) with succinic acid and N, N-dimethylformamide (DMF) and water solvents using the solvothermal method. Two MOF synthesized were characterized using FTIR, XRD, TGA, BET and SEM. The results of the characterization stated that La-succinate MOF was better than MO-succinate Y. Furthermore, two MOF synthesized were used as adsorbent of cadmium (II) metal ions with various variations such as pH, contact time, amount of adsorbent and adsorbate concentration. The adsorption capacity produced by La-succinate MOF is greater than Y-succinate MOF and the results of adsorption isotherms by La-succinate and MOF-succinate Y. La-succinate MOF has an R2 of 0.9946 with a Freundlich adsorption capacity value of 2,296 mg / g and MO-succinate Y has R2 of 0.8812 with a Freundlich adsorption capacity value of 1,543 mg / g."
2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kandungah mineral pada lahan bekas tambang nikel menunjukkan variasi yang cukup signifikan. Kondisi pH tanah yang masam, kandungan Ni(lI) dan mineral ikutan lainnya yang berada pad a golongan yang sama dengan Ni(lI) masih menunjukkan konsentrasi yang tinggi dalam artian apabila lahan tersebut dikembangkan untuk pertanian maka akan menjadi faktor pembatas dan kemungkinan menjadi hambatan dalam proses berproduksi. penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan bahan organik,bakteri pelarut fosfat dan bakteri pereduksi logam dalam merehabilitasi lahan bekas penambangan nikel PT Inco Sorowako, dilaksanakan pada Agustus 2011-Apri12012 di Akademi Teknik Industri Makassar dan Universitas hasanuddin. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Petak-Petak Terpisah. Bahan organik sebagai petak utama, bakteri pelarut fospat sebagai anak petak dan bakteri pereduksi logam sebagai anak-anak petak. Bahan organik 400 g/polybag (19 ton/ha), Bacillus megaterium 2x106 sel/ml dengan dosis 20 ml/tanaman dan Pseudomonas aeruginosa 2x106 sel/ml, mampu meningkatkan fospat tersedia 42,355%, mengurangi konsentrasi Ni(ll) 25,83%,meningkatkan pH tanah 4,19 menjadi 7,5 (44,13%) dan mernberikan peningkatan berat biji tanaman sebesar 100%."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Wulan Alindi
"Indonesia sebagai negara agrikultural tentunya memiliki permasalahan mengenai serangan hama dan limbah organik. Salah satu jenis hama yang tersebar di Indonesia adalah spesies baru ulat grayak (Spodoptera frugiperda) yang baru muncul pada Maret 2019. Limbah organik menjadi permasalahan besar karena jumlahnya yang memenuhi 60% total sampah Indonesia. Salah satu limbah organik yang banyak ditemukan di Indonesia adalah durian yang kulitnya diperkirakan menghasilkan limbah sekitar 556.360 ton per tahunnya. Durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, alkaloid, triterpenoid, dan tannin yang bersifat racun terhadap hama. Pengambilan senyawa bioaktif kulit durian dilaksanakan menggunakan metode ultrasonic-assisted extraction yang merupakan metode ekstraksi maserasi yang dimodifikasi berbantukan gelombang ultrasonik dengan variasi polaritas pelarut yaitu etanol absolut, 70%, 50%, 30%, dan akuades. Proses ekstraksi dilaksanakan pada suhu 40oC, 53 kHz, dan waktu 20 menit. Variasi pelarut tersebut memberikan pengaruh yang berbeda terhadap yield ekstrak kasar dan persentase mortalitas ulat grayak. Yield tertinggi dihasilkan oleh pelarut akuades dengan persentase sebesar 87,05 ± 1,56%. Dilakukan pula uji efikasi dari seluruh ekstrak dan diperoleh hasil bahwa ekstrak kulit durian terbukti memiliki kemampuan sebagai bioinsektisida dengan persentase mortalitas tertinggi sebesar 27% untuk pelarut etanol 30%. Uji GC-MS dilaksanakan pada ekstrak terbaik dan diperoleh senyawa kolekalsiferol sebagai senyawa berpotensi sebagai pestisida tertinggi dengan peak area sebesar 23,68%. Senyawa identifikasi GC-MS diuji dengan docking molekuler dengan asetilkolinesterase sebagai salah satu reseptor insektisida dan diperoleh nilai docking tertinggi sebesar -6,8 kkal/mol untuk senyawa asam palmitat dan 1-Oktadekena serta persen kemiripan interaksi dengan ligan kontrol tertinggi dimiliki oleh 1-Oktadekena sebesar 80%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>