Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A.M. Hermina Sutami
"Bahasa Mandarin Baku adalah bahasa yang tidak menunjukkan perubahan morfologis pada verbanya untuk menunjukkan waktu terjadinya perbuatan yang digambarkan oleh verba. Tetapi bahasa Mandarin Baku mempunyai alat sintaktis untuk menunjukkan apakah suatu situasi sedang berlangsung atau sudah selesai. Bahasa-bahasa yang menunjukkan gejala demikian digolongkan sebagai bahasa yang mempunyai sistem aspek. Sebaliknya bahasa yang menunjukkan perubahan morfologis pada verbanya untuk menunjukkan waktu terjadinya perbuatan seperti pada bahasa Inggris, digolongkan sebagai bahasa yang mempunyai sistem kala.
Tesis ini akan membahas aspek perfektif dalam linguistik Cina. Topik ini tetap hangat diperdebatkan karena adanya unsur sintaktis lain yang berhomofoni dengan le penanda aspek perfektif ini.
Sebelum sampai pada pembahasan, di bawah ini akan disajikan situasi kebahasaan di negara Cina secara singkat dan apa yang dimaksud dengan bahasa Mandarin Baku.
1.2 Bahasa Mandarin Baku
"Bahasa Mandarin Baku", istilah yang digunakan dalam tesis ini merupakan istilah yang sejajar dengan Putonghua 'Bahasa Umum'. Putonghua adalah istilah yang penggunaannya diresmikan di ARC pada waktu Konperensi Standardisasi Bahasa Nasional pada bulan Oktober 1955. "Mandarin" masih tetap dipertahankan dalam tesis ini mengingat istilah itu lebih banyak dikenal oleh kalangan umum. Di samping itu juga dimaksudkan untuk menghindari pemakaian istilah yang beraneka ragam, seperti Huayu yang digunakan di Singapura, Guoyu di Taiwan atau Hanyu, padahal semuanya mengacu kepada apa yang disebut "Bahasa Mandarin". Selain itu, ditambahkan Baku karena Bahasa Mandarin yang dimaksud adalah yang sudah dibakukan oleh pemerintah RRC pada konperensi bahasa tahun 1955 di atas.
"Mandarin", istilah yang lazim di dunia Barat, tetapi banyak digunakan di Indonesia, berasal dari mandarin dalam bahasa Portugis. Istilah ini berasal dari mantri dalam bahasa Melayu yang berarti 'menteri'. Kata mantri ini berasal dari bahasa Sansekerta mantrin yang berarti 'penasehat' (Americana 1964, vol xviii:210; Webster 1951:1493). Kata ini merupakan terjemahan dari Guanhua` 'bahasa pejabat'. Pada mulanya istilah itu digunakan untuk menunjuk kepada bahasa yang digunakan di kalangan pemerintahan di ibukota Beijing.
Menurut Li dan Thompson (1981:2-3) bahasa Mandarin yang digunakan di Beijing merupakan salah satu dialek dari bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin adalah salah satu cabang dari keluarga bahasa Cina yang termasuk rumpun bahasa Sino-Tibet. Selain Mandarin, bahasa-bahasa lainnya dari keluarga bahasa Cina adalah Wu (dikenal dengan nama bahasa Shanghai), Xiang (dikenal dengan nama bahasa Hunan), Gan (dikenal dengan nama bahasa Jiangxi), Hakka (dikenal dengan nama bahasa Ke), Min (dikenal dengan nama bahasa Hokian) dan Yue (dikenal dengan nama bahasa Kanton)l). Bahasa Mandarin merupakan bahasa yang daerah pemakaiannya paling luas, yaitu di negara Cina sebelah utara, barat laut , barat daya dan muara sungai Yangzi. Dengan demikian jumlah pemakainya juga menempati urutan teratas, yaitu 70% dari jumlah keseluruhan penduduk RRC. Di samping ini masih terdapat bahasa-bahasa yang digunakan oleh suku-suku minoritas yang tidak termasuk di dalam keluarga bahasa Cina.
Bahasa Mandarin terdiri dari empat dialek: Utara, Barat Laut, Barat Daya dan Muara Sungai Yangzi. Bahasa Mandarin yang digunakan di kota Beijing termasuk dialek Utara.
Keluarga bahasa Cina masih belum didapat kesepakatan penuh. Seperti telah disebutkan di atas, Li dan Thompson (1981:2-3) menyarankan tujuh bahasa. Sarjana lain, Li Fang Kuei (1973:1-13) mengusulkan delapan bahasa: Mandarin Utara, Mandarin Timur, Mandarin Barat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
1993
RB 00 S 440
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yulie Neila Chandra
"Penelitian mengenai keimperfektifan ini bertolak dari adanya perbedaan pendapat para ahli dalam pengklasifikasian aspek imperfektif Keadaan tersebut juga terjadi dalam linguistik Mandarin. Dalam bahasa Mandarin, keimperfektifan dapat diungkapkan secara gramatikal dan leksikal.
Secara gramatikal, dinyatakan dengan mengimbuhi sufiks -zhe (-4) di belakang verba. Secara Ieksikal, dinyatakan dengan menggunakan adverbia Ma (A), zhang a), dan zhdngzai (EA). Penggunaan pemarkah tersebut tidak terlepas dari peranan makna inheres verba serta interaksi verba dengan fungsi sintaktis lain seperti subjek, objet, keterangan, dan pelengkap. Dengan demikian, meskipun aspek dan aklinnsart (ragam perbuatan) merupakan kategori yang berbeda, keduanya saling berkaitan.
Hasil analisis data berdasarkan pemarkah aspek, menunjukkan aspek imperfektif dalam bahasa Mandarin dibedakan atas aspek progresif, aspek kontinuatif, dan aspek progresif kontinuatif. Hampir semua pemarkah aspek imperfektif dapat muncul bersama verba keadaan, verba pencapaian, verba aktivitas, dan verba kegandaan (sari). Tipe situasi yang dapat muncul dalam kalimat beraspek imperfektif adalah berarah, mandiri, dan kompleks. Selain itu, hal yang berbeda dalam bahasa Mandarin adalah bahwa ternyata dalam kalimat beraspek imperfektif, khususnya aspek kontinuatif dengan pemarkah -zhe (t), dapat memunculkan situasi -ragam perbuatan (-aksional) yang menggambarkan keadaan, habitual, dan karakteristik subjek.

The research on the imperfectivity began from difference perceptions among the linguists in classifying the imperfective aspects. The Mandarin linguistics has the same experiences. In Mandarin language, the imperfectivity could be grammatically and lexically expressed.
Grammatically, it can be affirmed by giving the suffix -zhe (-) after the verb and it can also be lexically affirmed by using the adverb zai (E), zheng (I), and zh ngzai (CIE). The usage of these markers is close to the role of inherent meaning of the verb and also the interaction between the verb and other function of syntactic such as subject, object, adverbial and complement. Thus, even though the aspect and akrionsart (kind of action) come from different category, but both is related to each other.
The result of data analysis based on marker aspect reveals the imperfective aspects in Mandarin language classified into progressive aspect, continuative aspect and progressive-continuative aspect. Most of the markers of the imperfective aspect appear with state verb, achievement verb, activity verb, and series verb. The type of situation that might appear in sentence which has imperfective aspect, are directed, self-contained, and complex. In addition, another different thing in Mandarin language is that in the sentence that has imperfective aspect, particularly continuative aspect with the marker -the (s ), might reveal the situation -actional that describes states, habits, and characterizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnetia Maria Cecilia Hermina Sutami
"Bahasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manusia, karena digunakan sebagai alai berkomunikasi di antara mereka (Lyons 1977:32,57). Melihat perannya yang begitu penting dan besar dalam kehidupan manusia, tidak mengherankan bila penelitian tentang bahasa sudah dilakukan sejak beberapa abad sebelum Masehi. Linguistik modem di Eropa dan Amerika dewasa ini diturunkan clan penelitian bahasa di zaman Yunani Purba yang dipelopori oleh nama-nama filsuf besar seperti Plato, Sokrates, dan Aristoteles. Linguistik Eropa-Amerika inilah yang mempengaruhi penelitian bahasa di Indonesia (Harimurti 199lb:99-127). Bahwasanya bahasa adalah sistem tanda disepakati para sarjana bahasa; tetapi apa hakikat tanda tidak ada kesepakatan. Ketidaksepakatan ini sudah ada sejak zaman Yunani Purba. Penelitian tentang semiotika pada masa purba itu belum disebut semiotika, melainkan masih disebut kajian tentang tanda bahasa.
Perdebatan mengenai masalah bahasa apakah physei atau thesei disebut dalam "The Problem of Cratylus" dan dialog Plato. Bahwa bahasa adalah physei yakni ada kemiripan antara bahasa dengan realitas; disebut juga non-arbitrer atau ikonis-itu merupakan pendapat Plato. Bahwa bahasa adalah thesei-yaitu tiadanya kemiripan antara bahasa dan realitas, disebut juga arbitrer atau non-ikonismerupakan pendapat Aristoteles (Simone 1995:vii). Perbedaan itu menyebabkan timbulnya perbedaan di antara paradigma Plato dan paradigma Aristoteles yang mempengaruhi perkembangan wawasan tentang bahasa. Paradigma Plato dianut oleh kaum naturalis yang menolak kearbitreran; sedangkan paradigma Aristoteles dianut oleh kaum konvensionalis yang menerima adanya kearbitreran antara bahasa dan kenyataan.
Pada abad Pertengahan (abad 17-18 M) kajian tentang tanda bahasa tetap dijalankan, kontroversi di antara kaum konvensionalis dan naturalis tetap berlangsung. Pada masa itu kita jumpai nama-nama filsuf seperti Locke, Berkeley, Leibniz, Hume, dan Lambert yang memberi sumbangan pada semiotika.
Pada permulaan abad modem (abad 19) kita jumpai dua nama besar yang dianggap sebagai pelopor semiotika modem yang mewakili paradigma yang berbeda, yakni Saussure dengan paradigma Aristotelesnya dan Peirce dengan paradigma Platonya. Teori kedua tokoh ini seringkali dijadikan teori dasar dalam mengkaji satuan-satuan bahasa yang menggunakan sudut pandang semiotika."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
D367
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chia Haris
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
495.1 CHI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irzanova, Alicia
"Kalimat merupakan salah satu satuan sintaksis. Kalimat bukanlah deretan kata yang dirangkai sesuka hati pemakainya, melainkan merupakan rangkaian yang berstruktur. lni berarti untuk memahami suatu ujaran atau menghasilkan ujaran yang dapat dipahami lawan bicara, orang tidak saja memperhatikan kata-kata beserta maknanya, melainkan juga makna gramatikal rangkaian kata-kata. Salah satu yang menentukan makna gramatikal adalah bentuk kalimat. Bahasa pada umumnya memiliki dua bentuk kalimat, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Setiap bahasa memiliki perubahan yang khas yang terjadi pada transformasi kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Dalam skripsi ini yang akan dibicarakan adalah kalimat pasif dalam Bahasa Mandarin. Skripsi ini juga membicarakan dan memberi informasi baru mengenai kalimat yang dalam beberapa buku tata bahasa Mandarin disebut sebagai kalimat pasif makna. Skripsi ini terdiri dari lima puluh empat halaman isi dan sepuluh halaman lampiran data"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
"Hampir setiap saat manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Sebuah komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila pihak yang melakukan komunikasi tersebut yaitu pembicara dan kawan bicara memahami bahasa yang digunakan. Untuk memahami sebuah bahasa, seorang penutur dituntut untuk memahami kaidah_-kaidah yang ada dalam bahasa tersebut. Dalam bahasa terdapat kaidah leksikal dan kaidah gramatikal. Kaidah leksikal merupakan kaidah dalam bahasa yang berhubungan dengan perbendaharaan kata. Kaidah gramatikal merupakan kaidah bahasa yang berhubungan dengan struktur bahasa tersebut. (Kentjono,I982 : 16). Kaidah gramatikal bahasa mencakup morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari kata, bagian kata serta proses pembentukannya. Sintaksis adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari bagian yang lebih besar dari kata seperti (rase, klausa dan kalimat, serta hubungan di antara satuan-satuan tersebut (Kentjono, 1982: 39).Salah satu satuan linguistik yang dibahas dalam sintaktis adalah kalimat. Tentang definisi kalimat Kenneth L. Pike dalam bukunya Grammatical Analysis (1977: 489) menyatakan : Sentence is an independent clause initialing the cognitive part of conversation, or a proportional unit combining clause with clause and initiating into independent unit; or a minimum reply; or exclamation , greeting or other .Definisi kalimat di atas menjelaskan bahwa masih ada satuan linguistik yang lebih besar dari kalimat misalnya percakapan. Kalimat itu sendiri merupakan bagian dari sebuah percakapan. Menurut Pike kalimat dapat berupa sebuah jawaban singkat, seruan, salam ataupun yang lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryanata
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan kausalitas Bahasa Mandarin secara sintaktis, semantis, dan pragmatis, serta peran konjungsi dalam hubungan tersebut. Dari hasil analisis ditemukan bahwa kalimat hubungan kausalitas Bahasa Mandarin memiliki struktur dasar konjungsi + klausa + konjungsi + klausa dengan klausa utama menyatakan akibat dan klausa subordinatif menyatakan sebab serta ditemui pula variasi dalam jumlah klausa dan konjungsi. Analisis menunjukkan bahwa pola sebab-akibat merupakan bentuk dasar hubungan kausalitas Bahasa Mandarin dan pola akibat-sebab merupakan variasi dari pola dasar tersebut berdasarkan pada fokus kalimat. Konjungsi berperan sebagai dasar identifikasi dan klasifikasi hubungan antarklausa serta menghindari ambiguitas makna kalimat

Abstract
This thesis analyzes the syntax, semantics, and pragmatics of the causeeffect relationship in Mandarin Chinese. Analysis shows that the basic structure of ause-effect relationship is conjunction + clause + conjunction + clause where the ain clause states effect and the subordinate clause states cause, with variations occurring in the numberof clause and conjunction. Analysis also shows that thecause-effect pattern is the unmarked form of the relationship while the effectcause pattern is the marked form based on the sentence_s focus. Conjunction acts as the basis of identification and classification of relationships among clauses as well as avoiding ambiguity."
2010
S13067
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Natasha
"师shī banyak dijumpai dalam Bahasa Mandarin, misalkan dalam kata 老师laoshi, 教师 jiaoshi dan lain-lain. Kedua contoh kata tersebut menunjukkan profesi yaitu guru, dan kata yang bergabung dengan 师shī berasal dari kelas kata yang berbeda. Artikel ini berfokus pada tiga masalah, yaitu 1) apa makna 师shī, 2) kelas kata apa saja yang mendampingi 师shī, dan 3) profesi apa yang diacu pada kata yang mengandung 师shī, oleh karena itu artikel ini memiliki tiga tujuan, yaitu 1) mengetahui makna 师shī, 2) mengetahui kelas kata yang mendampingi 师shī, dan 3) mengetahui profesi apa saja yang diacu pada kata yang mengandung师shī. Hasil penelitian menunjukkan makna dari师shī adalah orang yang memiliki keahlian di suatu bidang tertentu. Kelas kata yang mendampingi师shī yaitu verba, nomina, adjektiva, kata gabungan nomina + verba dan kata gabungan verba + verba. Kelas kata terbanyak yang mendampingi 师shī adalah verba. Profesi yang diacu pada kata yang mengandung 师shī sebagian besar adalah profesi pekerja profesional dan semi-profesional.

师shī is often found in Mandarin, for example in the words 老师 laoshi, 教师 jiaoshi, and more. Both examples of these words indicate professions, namely teachers, and the word that joins 师 shī has a different word class. This article focuses on three questions: 1) what is the meaning of 师 shī, 2) what kind of word classes that accompanies 师 shī, and 3) what profession refers to words containing 师 shī, so this article has three purposes: 1) knowing the meaning of 师 shī, 2) knowing the word classes that accompanied 师 shī, and 3) knowing what profession was referred to in the word containing师shī. The results of the study show that the meaning of师 is a person who has expertise in a particular field. The word classes that accompany 师 shī are verbs, nouns, adjectives, combined words nouns + verbs and combined words verbs + verbs. The most word classes that accompany 师 shī is a verb. The profession refers to the word containing 师 shī, mostly professional and semi-professional workers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Herawati
"Frase nominal (FN) memiliki susunan yang terdiri dari induk yang berkelas kata nomina dan pewatas. Namun FN dalam Bahasa Mandarin tidak hanya terdiri dari induk dan pewatas saja, masih perlu ada partikel yang disisipkan di antara induk dan pewatas sehingga membentuk susunan pewatas ? partikel ? induk. Salah satu jenis FN adalah FN yang bersusunan subyek (S) predikat (P). Artikel ini membahas tentang susunan FN yang bersusunan SP dalam Bahasa Mandarin. Hasil penelitian artikel ini menunjukkan bahwa FN bersusunan SP dalam Bahasa Mandarin memiliki susunan SP sebagai pewatas, lalu diikuti oleh partikel 的de, kemudian oleh induk FN. Selain itu, artikel ini juga menunjukkan bahwa kemunculan FN bersusunan SP dapat mengisi fungsi sintaktis yang
beragam.

Noun phrases (NP) have a composition consisting of a noun as the head and modifiers. However, NP in Mandarin does not only consist of head and modifiers. It needs a particle to be inserted between the head and modifiers to form the composition of modifier - particle - head. One type of NP is an NP which acquires a structure of subject (S) and predicate (P). This article discusses this type of NP in Mandarin. The result of this research in this article shows that, in Mandarin, the NP with the structure of SP will have a composition consisting of the SP as modifiers, followed by the particle 的de, and then finally by the head of the NP. In addition, this article also shows that the emergence of NP with a structure of SP can fill diverse syntactic function."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>