Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106419 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumual, Harry J.G.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirda Idram
"ABSTRAK
Astigmatisme adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar sejajar pada mata dibiaskan pada beberapa bidang meridian.
Penelitian ini tidaklah bertujuan memperbandingkan teknik sederhana dengan
teknik canggih, melainkan ingin membuktikan bahwa alat ini tidak berbeda hasilnya dengna teknik pengabutan dan silinder silang yang relatif memakan
waktu pemeriksaan lebih lama.
Setiap dokter mata dapat memanfaatkannya, karena sama
hasilnya sama dengan teknik pengabutan dan silinder silang. Ingin
dibuktikan kebenaran ini antara teknik pengabutan dan silinder
silang dengan celah stenopeik."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Herdiana
"Patients with lip and palate cleft often have difficulties in articulation, mastication, swallowing and esthetic problems. In general, these patients have characteristics of malocclusion that need special treatment. Interdisciplinary approach should be done. It would need long term of healing period after total reconstruction which includes physical, mental, emotional, and social conditions. Orthodontic treatment in patients with lip and palate cleft consist of several stages which are the periods of infant, deciduos dentition, mixed dentition, and permanent dentition. These periods could be followed by pre-orthognatic surgical treatment if it is necessary. The principal of orthodontic treatment in patients with lip and palate cleft is to treated the malocclusion and to reduce the dysharmony that may happen due to surgical procedure which occured during growth and development periods."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada saat orang tua mendapatkan anak dengan kelainan celah bibir dan langit-langit, reaksi orang tua pada anak tersebut mengikuti respon dari kehilangan pada suatu nilai atau objek yang berharga. Orang tua akan mengalami shock atau kaget, frustasi dan marah terhadap apa yang sudah terjadi padanya. Saat orang tua tidak dapat menerima kenyataan mereka akan menarik diri dari situasi secara fisik atau emosi. Mereka mungkin akan menolak untuk kontak dengan lingkungan sampai pada tahap penerimaan dan mau merawat anaknya. Banyak faktor yang mempengaruhi orangtua dalam penerimaan pada anak yang mengalami kelainan celah bibir dan langit-langit. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut, terbagi menjadi dua faktor. Faktor internal yang terdiri dari pengalaman, status emosi, spiritual, kesehatan status ekonomi dan kemampuan adaptasi. Faktor eksternal yang terdiri dari dukungan dari keluarga atau teman dan orang lain (petugas kesehatan). Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi penerimaan tersebut, penulis ingin rneneliti Faktor apa saja yang dominan didalamnya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sederhana dengan jumlah sampel 19 orang tua yang memiliki anak dengan kelainan celah bibir dan langit-langit sebelum dilakukan pembedahan, yang datang ke poliklinik khusus celah bibir dan langit-langit di RSAB Harapan Kita.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang dominan yang mempengaruhi penerimaan orang tua tersebut dibuat nilai / skoring tertinggi dari jawaban yang diberikan responden dalam kuesioner.
Faktor yang dominan yang mempengaruhi penerimaan orang tua pada anak yang mengalami kelainan celah bibir dan langit-langit sebelum dilakukan pembedahan adalah kemampuan adaptasi individu (84%) dan dukungan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan (63%) masing-masing dari faktor internal dan eksternal. Sedangkan factor-faktor lain adalah kesehatan fisik (74%) ,spiritual (63%), pengalaman (47%), status emosi (31%), status ekonomi (21%).
Penelitian ini diharapkan tidak hanya sampai disini, tetapi dapat ditindak lanjuti dengan penelitian lain yang dapat dilakukan di tempat lain dan dengan jumlah sampel yang lebih besar agar hasil penelitian yang diperoleh dapat digeneralisasikan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5084
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Tofani
"PENDAHULUAN
Penderita yang datang ke poliklinik gigi atau rumah sakit dengan anomali kongenital pada daerah oromaksilofasial khususnya celah bibir, pada umumnya mempunyai keluhan pada fungsi, estetika serta bicara. Keluhan ini pada tiap individu berbeda, ada yang sangat merasakan kelainan tersebut namun adapula yang tidak terlalu memikirkannya. Untuk mengatasi celah bibir, bukan tanpa hambatan atau komplikasi. Ada bermacam-macam komplikasi, diantaranya adalah yang disebut 'whistling', yang secara garis besarnya dapat diartikan suatu keadaan seperti orang bersiul. Dengan tehnik operasi yang makin disempurnakan, komplikasi 'whistling' ini sedikit demi sedikit diusahakan untuk diatasi.
Banyak metoda yang dipakai untuk merapihkan celah bibir, salah satunya adalah metoda 'flap triangular'. Metoda 'flap triangular' ini pun macam-macam pula tehniknya. Sebuah diantaranya adalah tehnik yang diajukan oleh Tennison. Bertolak dari tehnik dasar Tennison, kemudian telah banyak dilakukan modifikasi. Misalnya mulai dari titik pertemuan mukokutan (mucocutaneous junction) kearah sisi mukosa bibir ada yang membuat insisi garis lurus, serta adapula yang menggunakan insisi z-plasti.
Dalam tulisan ini akan dibandingkan kedua cara merapihkan celah bibir tersebut, yaitu yang menggunakan insisi garis lurus dan yang menggunakan insisi z-plasti.
Latar Belakang Masalah, Penderita yang membutuhkan tindakan merapihkan celah bibir, selalu menginginkan hasil yang terbaik. Akan tetapi sebelum tindakan dilakukan, penjelasan dan keterangan yang panjang lebar haruslah di berikan oleh operator, agar supaya penderita betul-betul memahami. Tanpa maksud untuk mengendurkan hasrat penderita, komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul harus diutarakan, termasuk 'whistling' tersebut. Pada umumnya diterangkan pula, kalau perlu, operasi kedua/sekunder dilakukan pada kesempatan berikutnya. Untuk mengurangi komplikasi, harus diusahakan merapihkan celah bibir dengan tehnik yang dianggap paling minimal komplikasinya.
Masalah, Untuk mengurangi komplikasi yang terjadi pasca bedah serta merugikan bagi penderita, maka cara dan tehnik merapihkan celah bibir manakah yang sebaiknya dilakukan?"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Ummu Islamee
"Kardiovaskular merupakan penyakit nomor satu di dunia saat ini. Hal yang sama juga terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit Kardiovaskular sebenarnya dapat dicegah dengan meminimalisasikan faktor risikonya. Upaya pengenalan lebih dini tentang faktor-faktor risiko terjadinya onset penyakit Kardiovaskular merupakan tindakan efektif untuk dapat menanggulangi penyakit ini, misalnya dengan deteksi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran faktor risiko kardiovaskular yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan Elektrokardiografi. Desain penelitian ini adalah Cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 100 orang yang ambil secara sistem purposif dengan analisis uji univariat dan bivariat.
Hasil penelitian uji univariat menunjukkan bahwa sebagaian besar responden mempunyai risiko berat menurut Skor Kardiovaskular Jakarta (44%). Berdasarkan gambaran faktor risiko responden terbesar adalah laki-laki (68%), kelompok umur 50-54 tahun (21%), tekanan darah normal tinggi (batas normal) (56%), IMT normal (52%), tidak merokok (79%), tidak Diabetes (94%), aktivitas fisik sedang (41%), ratio lingkar pinggang pinggul lebih (66%), HDL normal (50%), dan kadar total kolesterol tinggi (37%). Pemeriksaan EKG sebagian besar tidak ada kelainan (34%). Hasil uji bivariat yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan ada tidaknya kelainan pada hasil elektrokardiografi adalah tekanan darah dan kolesterol. Sedangkan jenis kelamin, umur, IMT, perilaku merokok, Diabetes Mellitus, aktivitas fisik, kadar HDL, rasio lingkar pinggang pinggul, dan nilai risiko berdasarkan Skor Kardiovaskular Jakarta tidak mempunyai hubungan yang bermakana dengan ada tidaknya kelainan jantung pada hasil pemeriksaan elektrokardiografi.
Perlu adanya perluasan promosi deteksi dini kardiovaskular sebagai pengendalian faktor risiko melalui konseling atau penyuluhan untuk masyarakat luas. Bagi lembaga mengoptimalisasikan pemantauan kesehatan para jamaah dengan mengadakan kegiatan deteksi dini ini secara berkala. Subdit Jantung dan Pembuluh Darah, Departemen Kesehatan RI sebagai instansi pemerintah khusus pembuat kebijakan penyakit Kardiovaskular dapat merangkul atau bekerjasama dengan Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Untuk para akademisi, perlu adanya penelitian lain atau penelitian yang lebih lanjut seperti uji multivariat atau kualitatif tentang faktor risiko kardiovaskular terhadap ada tidaknya kelainan pada hasil EKG untuk menggali faktor risiko kardiovaskular lebih mendalam."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Iqsan Nugraha
"Latar Belakang: Pengembangan teknologi rekayasa jaringan sebagai terapi CLP berpotensi untuk menggantikan terapi autologous bone graft. Rekayasa jaringan terdiri dari tiga komponen yang dikenal sebagai triad rekayasa jaringan, yaitu sumber sel punca, biodegradable scaffold, dan faktor pertumbuhan. DPSC merupakan salah satu sumber sel punca yang diketahui efektif dalam memperbaiki defek CLP dengan metode isolasi sel yang relatif lebih mudah, tidak invasif, dan efek samping minimal. Pada penelitian sebelumnya DPSC yang diisolasi dari pasien CLP menunjukkan ekspresi gen IGF-1 yang berlebih. Faktor pertumbuhan tersebut diketahui berperan dalam proliferasi dan diferensiasi sel, namun ekspresi berlebih IGF-1 pada DPSC pasien CLP tidak diikuti oleh peningkatan kemampuan proliferasi dan diferensiasinya. Dalam sistem sirkulasi, IGF-1 berikatan dengan IGFBP-3 yang dapat memperpanjang waktu paruhnya. IGFBP-3 memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap IGF-1 dibanding dengan IGF-1R, sehingga dapat meregulasi dan menghambat peran IGF-1. Fungsi IGF-1 dijalankan dengan berikatan dengan IGF-1R untuk mengaktifkan jalur pensinyalan hilir, salah satunya adalah jalur MAPK/ERK1/2. ERK1 dan ERK2 diketahui meregulasi fungsi proliferasi dan diferensiasi sel, namun belum diketahui secara pasti bagaimana ekspresi gen ERK1 dan ERK2 pada DPSC subjek normal dan CLP. Tujuan: Menganalisis pengaruh anti IGF-1R dan IGFBP-3 terhadap ekspresi gen ERK1 dan ERK2 pada DPSC subjek normal dan CLP.Metode: Sampel RNA DPSC pasien normal (n=4) dan CLP (n=3) sebelum dan sesudah perlakuan anti IGF-1R atau IGFBP-3 diperoleh dari bahan biologis tersimpan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dilakukan analisis ekspresi relatif gen ERK1, ERK2, dan GAPDH sebagai housekeeping gene dengan two-step Real-Time PCR (RT-PCR)Hasil: Tidak terdapat perbedaan ekspresi gen ERK1 dan ERK2 pada DPSC pasien CLP dibanding pasien normal, baik pada perlakuan anti IGF-1R maupun IGFBP-3. Kesimpulan: Inhibisi IGF-1 dengan anti IGF-1R dan IGFBP-3 tidak memengaruhi ekspresi gen ERK1 dan ERK2.

Background: The development of tissue engineering as a therapy for CLP have potential to replace the current autologous bone graft that is considered not ideal in repairing the bone defect in CLP patients. Tissue engineering consists of three parts known as the tissue engineering triad: stem cell source, biodegradable scaffold, and growth factors. DPSC is one such stem cell source that is known to effectively repair CLP defects with a relatively easy cell isolation, less invasive, and minimal patient compromise. Recent studies have found that DPSC isolated from CLP patients display a higher expression of IGF-1 gene expression. IGF-1 is known for its role in cell proliferation and differentiation, however the overexpression of IGF-1 gene in CLP patient’s DPSC is not followed by the increase of proliferation and differentiation capability. In the circulation system, IGF-1 binds to IGFBP-3 to extend its half time in the system. IGFBP-3 displays a higher affinity towards IGF-1 than IGF-1R, thus acting as a regulator and inhibitor to IGF-1 activity. IGF-1 functions by binding with IGF-1R and activating the downstream signalling pathway. One such pathway is the MAPK/ERK1/2 signalling pathway. ERK1 and ERK2 are both known for its role in regulating the proliferation and differentiation function in cells, but the exact gene expression characteristics in both normal and CLP subject’s DPSC are not known. Objective: To analyze the effect of anti IGF-1R and IGFBP-3 to ERK1 and ERK2’s gene expression in normal and CLP subject’s DPSC. Methods: RNA samples of DPSC of normal (n=4) and CLP subjects (n=3) before and after treated with anti IGF-1R and IGFBP-3 were obtained from the Oral Biology Laboratory of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. Relative gene expression of ERK1, ERK2, and GAPDH as the housekeeping gene were analyzed using two-step Real-Time PCR (RT-PCR) Results: There was no difference in both ERK1 and ERK2 gene expression between normal and CLP subject following anti IGF-1R or IGFBP-3 treatment. Conclusion: anti IGF-1R and IGFBP-3 treatment did not influence ERK1 and ERK2 gene expression"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Many factors have been found to be related to the timing of the eruption of permanent teeth in a population, e.g. racial composition, sex, climate and socio economic condition. The aim of the study is to compare the ages of eruption of permanent teeth in children with and without undernutrition problems. A number of 1216 school children aged 5-14 years selected from 5 underdeveloped villages in Kabupaten Serang and Pandeglang were taken as subjects. A tooth was considered to have erupted if any part of the crown had penetrated the gingiva. Undernutrition was assessed as such if the score of height-for-aged was less than 70% of median WHO-NCHS standard. The study found that 34,4% of the subjects had under nutrition problems and the average time of eruption of all upper and lower teeth of the boys and girls without undernutrition (normal) were significantly faster compare to that of boys and girls having undernutrition (p<0.001). Teeth eruption in boys with undernutrition problem were slower than that of the girls. Conclusion: Further study is recommended since undernutrition problems were important factors which may influence the time of tooth eruption in Indonesian children."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Ica Yulianti
"Tujuan:
Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan pemeriksaan mamografi dan atau USG payudara di Departemen Radiologi FKUI/RSUPN- Cipto Mangunkusumo
Metode:
Penelitian ini studi deskriptif analitik, menggunakan data sekunder untuk menilai akurasi hasil pemeriksaan mamografi dan atau USG payudara terhadap hasil pemeriksaan histopatologis dalam mendiagnosis kelainan payudara.
Hasil dan diskusi :
Hasil uji diagnostik perbandingan hasil pemeriksaan USG payudara dengan hasil pemeriksaan histopatologis akurasi diagnostik tinggi. Hasil pemeriksaan mamografi dan pemeriksaan kombinasi dibandingkan dengan hasil pemeriksaan histopatologis didapatkan asumsi akurasi rendah. Hasil pemeriksaan klinis dibanding dengan hasil pemeriksaan histopatologis didapatkan akurasi diagnostik yang tinggi.
Kesimpulan:
Pemeriksaan USG payudara dengan hasil pemeriksaan histopatologis didapatkan akurasi diagnostik yang tinggi.

Objective:
To get The evaluated hope can be increase examination mammography and ultrasound in departemenof radiology RSUPN-Cipto Mangunkusumo.
Methods :
This study is a descriptive analytic study assessment process using secondary data to assess the accuracy of the results of the examination / expertise mammography or breast ultrasound and the results of histopathologic examination in the diagnosis of breast abnormalities.
Results :
Diagnostic test results comparing breast ultrasound examination results with the results of histopathologic examination found a high diagnostic accuracy. The results of examination of the combination of mammography and compared with histopathologic examination results obtained assuming a low accuracy. The results of the clinical examination compared with the results of histopathologic examination found a high diagnostic accuracy.
Conclusion :
Ultrasound examination of the breast with histopathologic examination found a high diagnostic accuracy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yovela
"In the last few years, people from various age group are looking for orthodontic treatment, among them are adult. Adult patients in comparison with children or adolescent, have different condition in regard to their teeth and periodontal tissue. These differences will affect treatment plan we are making for adult patients. Orthodontic treatment for adult patients requires the use of light force, bondable tube and ligature wire. These steps are taken as an effort to overcome chief complaint and to prevent periodontal breakdown."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>