Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Margaret Pardede Gauthama
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana partisipasi masyarakat khususnya daerah Kelurahan Palmeriam, Jakarta Timur dalam menanggulangi masalah sampah pmukiman di daerahnya, serta bagaimana peranan nasyarakat dalam pengelolaan sampah pemukiman tersebut di samping usaha pengelolaan yang telah dijalankan oleh Pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Robert C. Angel yang menyatakan bahwa faktor umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lama tinggal akan mempengaruhi partisipasi seseorang dalam melakukan kegiatan dilingkungannya maka penelitian ini mencoba untuk melihat apakah faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat itu sendiri dibatasi dalam bentuk keturut-sertaan masyarakat dalam kegiatan kebersihan, sikap spontanitas terbadap kebersihan di lingkungannya, kesediaan rnembayar iuran/retribusi sampah dan pemilikan tempat sampah.
Dari masalah tersebut di atas ditarik hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pengelolaan sampah di daerah pemukiman seperti Kelurahan Palmeriam tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya peranan dan partisipasi masyarakat. Sedangkan hipotesis ke dua adalah bahwa partisipasi masyarakat dalam penanggulangan masalah sampah di Kelurahan Palmeriam dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lama tinggal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sampah pemukiman di daerah tersebut dilakukan dalam suatu sistem operasional yang saling berkaitan yaitu antara partisipasi/swadaya masyarakat dan Pemerintah atau Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Tanpa partisipasi masyarakat usaha pengelolaan sampah pemukiman tidak dapat berjalan baik. Hal ini disebabkan kegiatan yang dilakukan Pemerintah belum dapat menjangkau sampai ke tingkat rumah tangga yang setiap saat menghasilkan sampah. Sebaliknya tanpa usaha Pemerintah pengelolaan sampah pemukiman tidak dapat berjalan karena usaha tersebut membutuhkan sarana, tenaga dan dana yang besar.
Faktor umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lama tinggal ternyata tidak lagi mempengaruhi partisipasi masyarakat. Dari pengamatan dan wawancara yang lebih mendalam ternyata partisipasi masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh adanya motivasi yang diberikan oleh aparat Pemerintah (Lurah atau RT/ RW) baik motivasi yang bentuk himbauan akan pentingnya menjaga kebersihan, atau motivasi yang berbentuk instruksi untuk melakukan kegiatan-kegiatan kebersihan.
Langkah yang perlu ditempuh untuk membantu pengelolaan sampah pemukiman di Kelurahan Palmeriam adalah : (1) membangun tempat penampungan sampah (TPS) yang memadai dan memenuhi syarat kebersihan lingkungan sehingga daerah tersebut bersih dari pemandangan sampah yang bertumpuk terutama di beberapa jalan besar dan pinggir kali, (2) bantuan peralatan dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, (3) penambahan frekuensi pengangkutan sampah, (4) penerangan akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat agar kesadaran penduduk akan kebersihan meningkat tidak hanya padsalingkungan di sekitar rumahnya tetapi di lingkungan yang lebih jauh lagi.
Pada penelitian yang lebih mendalam dengan mengadakan studi kasus ditemukan adanya tokoh masyarakat yang karena perilaku dan tindakannya membuat tokoh tersebut disegani oleh masyarakat dilingkungannya. Tokoh semacam ini diharapkan dapat dijadikan motivator/penggerak atau sebagai kader kebersihan yang dapat meningkatkan dan menyebar-luaskan kesadaran akan lingkungan yang bersih dan sehat kepada masyarakat."
1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soetopo
"ABSTRAK
Untuk mewujudkan hidup yang sehat, sangat diperlukan kondisi lingkungan yang bersih. Lingkungan yang bersih bisa terwujud apabila limbah dikelola dengan baik.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor,yang berperan dan mempengaruhi keberhasilan pengelolaan limbah serta faktor mana diantara berbagai faktor tersebut yang kurang atau tidak berfungsi dalam menunjang keberhasilan pengelolaan limbah di Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.
Persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, peranserta masyarakat, retribusi limbah, tenaga pengelola limbah, sarana dan prasarana serta penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan akan mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan limbah.
Dari uraian tersebut, telah disusun 6 hipotesis yaitu:
1. Semakin baik persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, semakin berhasil pengelolaan limbah.
2. Semakin tinggi peranserta masyarakat, semakin berhasil pengelolaan limbah.
3. Semakin besar iuran atau retribusi limbah, semakin berhasil pengelolaan limbah.
4. Tenaga pengelola limbah yang memadai, akan meningkatkan keberhasilan pengelolaan limbah.
5. Sarana dan prasarana yang memadai, akan meningkatkan keberhasilan pengelolaan limbah.
6. Semakin sering dilakukan penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan, semakin berhasil pengelolaan limbah.
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan limbah, dilakukan penelitian dengan cara membandingkan ciri-ciri atau karakteristik dari dua wilayah yaitu Kelurahan Menteng Atas yang kondisi pengelolaan limbahnya sudah cukup baik dan Kelurahan Karet Kuningan yang kondisi pengelolaan limbahnya belum baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan limbah di kedua wilayah penelitian terdapat dua sistem kegiatan operasionil yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah (meliputi pengangkutan limbah dari lokasi penainpungan sementara ke lokasi pembuangan akhir), serta kegiatan yang dilakukan oleh swadaya masyarakat (meliputi pengumpulan dan pengangkutan limbah dari rumah-rumah penduduk ke lokasi penampungan sementara).
Pengelolaan limbah tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh swadaya masyarakat. Sebaliknya tanpa usaha pemerintah, pengelolaan limbah juga tidak akan berjalan karena usaha tersebut membutuhkan sarana, prasarana, tenaga dan dana yang besar.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin baik persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, peranserta masyarakat yang tinggi, tersedianya tenaga pengelola limbah maupun sarana dan prasarana yang memadai, serta retribusi limbah yang tinggi dapat meningkatkan keberhasilan pengelolaan limbah. Di samping itu, sering diadakannya penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan juga dapat meningkatkan keberhasilan pengelolaan limbah.
2. Keenam faktor tersebut mempunyai hubungan dengan pengelolaan limbah dengan derajad sedang sampai kuat.
3. Di daerah yang kondisi pengelolaan limbahnya belum baik, ke enam faktor tersebut masih belum berfungsi dengan baik dalam menunjang keberhasilan pengelolaan limbah.

ABSTRACT
In establishing a healthy life, a clean environment' is a necessity. A clean environment would be accomplished if the waste were managed properly. This study is implemented to identify various factors that function and affect the success of the waste management. On the other hand, this study is also intended to identify factors, which do not support or only has little contribution to the success of the waste management in Sub district Setiabudi of South Jakarta.
Community participation, the availability of waste management personnel and labors, logistic and infrastructures, community perception on environmental cleaning regulation, money contribution for waste collection and extension program on, environmental cleanness are factors influencing the success of the waste management.
Based on this explanation, six hypotheses have been established, namely:
1. The better the community perception on environmental cleaning regulation, the more successful the management of the waste.
2. The higher the community participation the more successful the management of the waste.
3. The bigger the amount of waste collection fee, the more successful the waste management.
4. The availability of the waste management personnel and labors in an appropriate number will contribute to the success of the waste management.
5. Reasonable amount of logistic and infrastructure will give support towards a successful waste management.
The more frequent the information and education on environmental cleanness is given to the community, the more successful the management of the waste.
In order to identify various factors that influence the success of the waste management, this study has compared the characteristics of two different areas namely the one that had acquire good waste management, and the area that has not had a good waste management.
The result of the study shows that there are two operational systems in those two studied areas: firstly, the system operated by the government, which covers the transportation of the waste from a dumping location to a final dumping location.
Secondly, the system that is carried but by the community themselves which covers the collection and transportation of the waste from houses to a temporary dumping location.
Without the community active participation, the waste management can not be carried out properly since the services provided by the government have not reached household level that produce those waste.
On the other hand, without the Government involvement the waste management in the housing area will not work properly since the effort needs logistic, infrastructures, manpower and a lot of funds.
Based on the result of the data analysis, it can be concluded as the followings:
1. The high community participation, the availability of personnel, logistic and infrastructures, a reasonable amount of waste collection fee, a good community perception against environmental cleaning regulation and the more frequent extension program on the matter, will increase the success of the waste management.
2. The six factors mentioned earlier have a relationship to the waste management level, from fair to strong.
3. In the area where the waste management has not been operating properly, the six factors are proved to be not functioning yet in supporting the success of the waste management.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Sarijaya
"Masalah sampah erat sekali kaitannya dengan jumlah penduduk kota yang bermukim, dan berkaitan pula dengan bentuk kehidupan, kegiatan dan usaha dari penduduk itu. Oleh karena itu sampah merupakah salah satu masalah yang dihadapi oleh kota-kota metropolitan, besar dan sedang bahkan telah meniadi permasalahan nasional.
Pencemaran paling utama di Indonesia ialah pencemaran oleh limbah domestik terutama yang berasal dari rumahtangga. Oleh karena luasnya daerah pencemaran dan besarnya jumlah korban, maka pengelolaannya amat pelik dan harus diberi prioritas utama.
Namun begitu, upaya mengatasi permasalahan sampah tidak akan terselesaikan oleh pemerintah saja, melainkan masyarakat perlu juga diajak berperanserta secara aktif. Bagi Kotamadya Palembang, misalnya untuk menunjang Palembang BARI (Bersih Aman Rapih dan Indah) peranserta masyarakatnya sangat perlu digerakkan secara sungguh-sungguh.
Berdasarkan pengamatan dini yang dilakukan di Kelurahan 23 Ilir Kecamatan Ilir Barat I Kotamadya Palembang pada awal bulan Januari 1995, keberadaan sampah padat yang banyak berserakan di tanah patut diduga disebabkan oleh peranserta masyarakat yang relatif rendah.
Secara teoritis, rendah atau kurangnya peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah terkait dengan faktor-faktor seperti; umur, pendidikan, pekerjaan, lama tinggal, daerah asal dan pendapatan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah "random sampling" tanpa pengembalian. Pengumpulan data diperoleh dengan jalan wawancara berstruktur, observasi, dan studi dokumentasi. Dalam mengolah data digunakan pendapatan prosentase tampilan, kategorisasi. Adapun analisis data menggunakan distribusi frekuensi, rumus statistik nonparametrik, Khi kuadrat (X2), koefisien kontingensi C, koefisien phi (Phi Coefficient), dan varian cramer (Cramer's V).
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih lima bulan, mulai Maret sampai dengan Juli 1995, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut:
I. Sampah yang berserakan di tanah, selokan dan di sungai bila tidak ditanggulangi dapat menyebabkan permasalahan atau gangguan lingkungan antara lain; timbul perasaan tidak estetik, kotor, menjijikan dan masalah kesehatan. Disamping itu sampah yang berserakan di tanah tadi akan dikais oleh pemulung, binatang dan cenderung akan masuk ke selokan dan menyumbatnya sehingga akan terjadi banjir.
II. Dari hasil penelitian terhadap 105 responden, diparoleh gambaran bahwa;
a) tingkat pendidikan masyarakat dari SD sampai ke Perguruan Tinggi,
b) tingkat pendapatan keluarga sebagian besar dibawah Rp.200.000, yaitu 72,38%
c) sebagian besar pekerjaan penduduk adalah non PNS.
d) usia sebagian besar di atas 40 tahun.
e) lama tinggal antara 16 sampai 20 th ada 39%.
f) daerah asal didominasi oleh penduduk pendatang 64,8%.
III. Uji terhadap hipotesis menuniukkan bahwa:
a. Dari hasil jawaban responden dan pengamatan penulis maka hipotesis umum tentang relatif rendahnya peranserta masyarakat'di Kelurahan 23 Ilir Palembang dalam pengelolaan sampah dapat dilihat sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian bahwa ada 78,1% responden yang tidak membayar retribusi sampah sedangkan hanya 21,9% responden yang membayar retribusi sampah.
2. Dari hasil pengamatan bahwa kecilnya angka ketidak hadiran responden menghadiri pertemuan tentang kebersihan yaitu nol persen.
3. Dari hasil pengamatan bahwa kecilnya angka responder yang tidak melakukan kegiatan bersama-sama atau gotong royong yaitu nol persen.
4. Dari hasil penelitian bahwa terdapat 53,33% responder yang tidak mengetahui tentang Peraturan Daerah mengenai kebersihan dan 46,67% yang mengetahui tentang Peraturan Daerah tersebut.
b. Dengan menggunakan of = 0,01, hipotesis kerja tentang adanya perbedaan yang signifikan antara peranserta masyarakat di Kelurahan 23 Ilir dengan menggunakan program SPSS/PC+V3.0 terhadap uji Statistik Chi Square maka ada faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut:
- Usia, tidak berarti.
- Pendidikan, berarti.
- Jenis pekerjaan, berarti.
- Lama tinggal, tidak berarti.
- Daerah asal, tidak berarti.
- Pendapatan, berarti.
V. Pengawasan yang kurang atau tidak efektif dari petugas LKMD atau Kelurahan 23 Ilir terhadap pengelolaan sampah atau kebersihan dalam rangka melaksanakan Perda No.3 Tahun 1981 jo. Perda No.8 Tahun 1997 tentang Penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Kesehatan Umum dan Ketertiban Kota atau yang dikenal dengan Palembang kota BAPI (bersih, aman, rapih dan indah). Tidak dilakukan penyuluhan kebersihan oleh DKK dan ada 78,09% responden yang melanggar Peraturan Daerah di atas dengan membuang sampah sembarang dan membakar sampah, yang membuang sampah ke TPS ada 21,91. Dan ada 67,61% yang tidak mempunyai tempat pewadahan sampah sementara di rumahnya maupun di depan rumahnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditha Cahyani Isty Ningdiyah
"Sampah merupakan sisa dari suatu kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berwujud padat, keberhasilan pengelolaan sampah berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan segala bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah mulai dari proses prencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor sosiodemografi, pengetahuan, dan faktor eksternal terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Batu Ampar, Jakarta Timur pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan metode penelitian cross sectional dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Setelah dilakukan perhitungan besar sampel minimum menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi (Lemeshow, 1990) didapatkan besar sampel minimum sebanyak 114 sampel.  Hasil penelitian menyatakan bahwa mayoritas rumah tangga di Kelurahan Batu Ampar telah memiliki tingkat partisipasi tinggi dalam pengelolaan sampah rumah tangga yaitu sebanyak 60 responden (52,6%), dimana 54 responden lainnya (47,4%) memiliki tingkat partisipasi rendah dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Pada penelitian juga dinyatakan bahwa terdapat faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi pengelolaan sampah rumah tangga yaitu faktor sosiodemografi dan faktor eksternal. Faktor sosiodemografi yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi masyarakat adalah usia (nilai p 0,009; OR 10,26), sedangkan faktor eksternal yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi masyarakat adalah dukungan tokoh masyarakat (nilai p 0,002; OR 3,39). Untuk faktor sosiodemografi seperti jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan; pengetahuan; dan faktor eksternal berupa sarana prasarana tidak memiliki hubungan dengan partisipasi masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel usia dan dukungan tokoh masyarakat memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

Waste is the residue of daily human activities and natural processes in solid form, the success of waste management is related to the level of community participation. Community participation is all forms of community involvement in waste management starting from the process of planning, implementation, to evaluation. The aim pf this research is to analyze the relationship between sociodemographic factors, knowledge, and external factors on community participation in household waste management in Batu Ampar Subdistrict, East Jakarta, in the year 2023. This study employs an analytic survey method using a cross-sectional research design with stratified random sampling as the sampling technique. After calculating the minimum sample size using the hypothesis test formula for the difference in proportions (Lemeshow, 1990), the minimum sample size was determined to be 114 samples. The research result indicated that majority of households in Batu Ampar Subdistrict have a high level of participation in household waste management, with 60 respondents (52,6%), while the remaining 54 respondents (47,4%) have a low level of participation. The study also states that there are factors significantly associated with household waste management participation, namely sociodemographic and external factors. Sociodemographic factors significantly associated with community participation are age (p-value 0,009; OR 10,26), while the external factors significantly associated with community participation is community leader support (p-value 0,002; OR 3,39). Sociodemographic factors such as gender, education, occupation, and income; knowledge; and external factors such as facilities do not have significant relationship with community participation. In conclusion, age and community leader support variable are significantly associated with community participation in household waste management."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamka Hendra Noer
"Tingginya aktivitas manusia dan lajunya pembangunan fisik oleh Pemerintah akan berdampak terhadap lingkungan hidup. Salah satu dampak yang dihasilkannya adalah hasil buangan dalam bentuk peningkatan jumlah sampah. Akumulasi kuantitas sampah di Kotamadya Gorontalo meningkat terus seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk baik disebabkan oleh tingkat kelahiran maupun oleh urbanisasi dari desa ke kota, dengan angka pertumbuhan penduduk 0,87 % per tahun. Jika permasalahan sampah ini tidak segera ditanggulangi, maka akan menimbulkan pencemaran dan akhirnya akan merusak lingkungan. Rusaknya lingkungan dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan dalam penanganan masalah kebersihan ini, karena masalah kebersihan lingkungan bukan saja menjadi tugas dan kewajiban pemerintah daerah tetapi juga menjadi tugas dan kewajiban masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu partisipasi masyarakat sang at dibutuhkan dalam pelaksanaan, pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah ke tempat penampungan sementara, terutama di daerah-daerah permukiman dengan kondisi jalan yang sempit dan hanya bisa dilalui gerobak sampah saja.
Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk (1) mengetahui pola pengelolaan sampah yang dilakukan di Kotamadya Gorontalo, (2) mengetahui tingkat partisipasi masyarakat Kotamadya Gorontalo dalam pelaksanaan program kebersihan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah permukiman, dan (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarkat terhadap pelaksanaan program kebersihan, khususnya pengelolaan sampah permukiman. Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Gorontalo di Kecamatan Kota Barat (Kelurahan Tornulabotao), Kecamatan Kota Selatan (Kelurahan Limba U - I dan Limba U - Il), dan Kecamatan Kota Utara (Kelurahan Pulubala). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis sebanyak 348 responden Kepala Keluarga. Dalam penentuan banyaknya jumlah responden pads tiap-tiap kelurahan, faktor pendidikan kepala keluarga di tiap kelurahan dijadikan acuan. Adapun variabel yang diteliti yaitu 'l variabel tidak bebas dan 7 variabel bebas. Variabel tidak bebas adalah partisipasi masyarakat dalam program kebersihan khususnya pengelolaan sampah. Sedangkan variabel babas (1) umur, (2) tingkat pendidikan, (3) pendapatan, (4) keadaan Iingkungan permukiman, (5) lamanya tinggal, (6) keberadaan halaman, serta (7) bimbingan dan penyuluhan.
Untuk mendapatkan data primer di lokasi penelitian, selain wawancara dengan kepala keluarga, juga dilakukan wawancara dengan instansi terkait yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian ini. Sedangkan data yang dikumpulkan selain data primer, juga data sekunder yang ada hubungannya dengan penelitian. Pengolahan data primer dilakukan dengan 3 metode yaitu uji X2 (chi-square) untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel babas dengan variabel tidak babas. Uji korelasi spearman (rs) untuk mengetahui keeratan hubungan antara faktor-faktor pada variabel babas dan tidak babas. Selanjutnya untuk melihat signifikansi dari korelasi spearman (rs) dilakukan uji t. Tingkat signifikansi yang dipakai adalah 1 % (0,01) dan 5 % (0,05). Sedangkan data sekunder dipakai sebagai analisis komparatif penunjang pada data primer.
Dari basil penelitian terhadap 348 responden terhadap tingkat partisipasi masyarakat terhadap program kebersihan didapatkan reaksi terhadap halaman kotor, sang at tinggi (93,4 %); reaksi melihat orang membuang sampah sembarangan, tinggi (86,2 %); keikutsertaan dalam kerja bakti, sangat tinggi (94,3 %); mendukung gagasan mengenai kebersihan, sangat tinggi (89,7 %); kehadiran rapat untuk kegiatan kebersihan, sangat tinggi (96,0 %); membersihkan saluran 1 got, sangat tinggi (92,0 %); dan membayar retribusi, sangat tinggi (93,7 %). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan di Kotamadya Gorontalo adalah sangat tinggi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dari hasil perhitungan nilai chi-square (X2) dapat disimpulkan bahwa umur (13,391**), tingkat pendidikan (65,509**), pendapatan masyarakat (41,960**), keadaan Iingkungan permukiman (19,208**) berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman di Kotamadya Gorontalo. Sedangkan lama tinggal (8,361), keberadaan halaman rumah (2,839) serta bimbingan dan penyuluhan (3,361) tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman.
Dari hasil perhitungan nilai korelasi Spearman (rs) dapat disimpulkan bahwa umur (0,120*), tingkat pendidikan (0,408**), pendapatan masyarakat (0,304**) dan keadaan Iingkungan permukiman (0,208**) berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat, sedangkan lama tinggal (0,081), keberadaan halaman rumah (0,090) serta bimbingan dan penyuluhan (0,010) tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat.

The intense human activity and the rapid physical development by the government will have an impact to wards the environment. One of such an impact is the augmenting quantity of solid waste. The accumulating quantity of solid waste in Gorontalo is increasing along with the growing number of population caused both by birth rate as well as by urbanisation from village to town, and ended up with a population growth rate of 0,87 percent annually. If the solid waste problem is not immediately solved, it will cause pollution and finally destroy the environment. The destroyed environment will result in a decline in environmental quality Community awareness has to .be developed in order to handle this sanitation problem, because it is not only the local government responsibility but also the community in general. Therefore, community participation is highly needed in the implementation of collecting and transporting solid waste from houses to the nearest temporary disposal site particularly in residential areas with narrow roads where only waste carts could pass.
Based on the above mentioned matter, this research was carried out : (1) to ascertain the pattern of solid waste management in Gorontalo city, (2) to comprehend the level of community participation in Gorontalo city in implementing environmental sanitation programme, especially settlement solid waste management, and (3) to recognize the factors influencing the level of community participation with regard to the implementation of the sanitation programme, especially in settlement solid waste management. This research took place in Gorontalo city, Kota Barat sub district (Tomulabotao village), Kota Selatan sub district (Limba U - I and Limba U - II village), and Kota Utara sub district (Pulubala village). The sampling technique used was systematic random sample of 348 heads of families as respondents. In determining the number of respondents in every village, the education level of every head of family in each village became the determinant factor. The variables studied include 1 dependent variable and 7 independent variables. The dependent variable is community participation in the sanitation programme especially in solid waste management. Whereas the independent variables include (1) age, (2) education level, (3) income, (4) settlement environmental condition, (5) length of stay, (6) house yard, and (7) guidance and counselling.
To obtain the primary data in the research location, apart from interview with the heads of families, an interview with the institutions concerned is also undertaken and it could support the research process. In addition to the primary data, secondary data related to this research were also collected. The processing of primary data was carried out by 3 methods, including the X2 test (chi-square test) to recognize the influence of each independent variable to the dependent variable. Spearman correlation test is done to identity the solid relation between the factors included in independent variables and dependent variable. Furthermore, t test was undertaken to notice the significance of spearman correlation. The significance level used is 1 percent (0,01) and 5 percent (0,05). Whereas the secondary data is used as the supporting comparative analysis to the primary data.
The research results of 348 respondents with regard to the level of community participation concerning the hygiene programme, showed that there is a very high reaction towards dirty yard (93,4 percent), a high reaction of seeing people throwing solid waste at will (86,2 percent), a very high participation in cooperative work (94,3 percent), a very high response in supporting hygienic ideas (89,7 percent), a very high response in attending community meetings towards the implementation of the hygiene programme (96,0 percent), a very high activity in cleansing the canals (92,0 percent) and a very high awareness in paying retribution (93,7 percent).
Therefore, it can be concluded that the communityparticipation level in implementing the hygiene programme in Gorontalo is very high. In addition there are some factors influencing the community participation level as seen from the chi square (x) test results. And it can be affirmed that age (13,391**), education level (65,509**), income (41,960**), residential environmental condition (19,208**), give impact to the community participation level in managing domestic solid waste in Gorontalo. Whereas the length of stay (8,361), house yard condition (2,839) as well as guidance and information dissemination (3,361) don't give any impact to the community participation level in managing residential solid waste.
The spearman correlation (rs) test result disclosed that age (0,120*), education level (0,408**), income (0,304**), and residential environmental condition (0,208**) have obvious correlations with the community participation level. Whereas, length of stay (0,081), house yard (0,090) as well as guidance and counselling (0,010) don't have obvious correlations with community participation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrijani Anggraini
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2017
690 MBA 52:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudjoko
"Pertumbuhan penduduk yang pesat saat ini menuntut tersedianya prasarana dan sarana kota termasuk bidang persampahan yang memadai dan perhatian yang lebih besar dari pengelolaan kota. Isu-isu pengelolaan sampah dewasa ini adalah belum efesien dan efektifnya pelayanan, disamping masih tingginya subtidi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan mengidentifika ikan jenis pelayanan kebersihan (2) Mengetahui sejauh mana efesiensi & efektivitas pelayanan kebersihan di tinjau dari biaya transaksi ekonomi serta pendekatan sumber, proses dan saran (3) Menemukan model alternatif pengelolaan sampah dengan meiibatkan partisipasi sektor swasta (4) Memberikan rekomendasi terhadap delivery system yang lebih efesien dan efektif.
Dalam privatisasi mempunyai tujuan sedikit campur tangan pemerintah, lebih bersifat bisnis dan pengurangan beban pemerintah sehingga privatisasi akan lebih efektif dan efesien. Dalam Reinventing Government management tuntutan terhadap pelaku organisasi untuk mempunyai sikap inovasif dan sikap kewirausahaan.
Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan beberapa bentuk perpaduan metode diskriptif yaitu survey kelembagaan dan analisis dokummenter, studi kasus terhadap kinerja swasta yang melaksanakan kontrak pelayanan sampah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan sampah merupakan mixed goods (kuadran 2) dengan ciri-ciri non excludable rival untuk sampah komersial industri dan pasar dan ini hanya meliputi 20,5 % timbulan sampah. Sedangkan pelayanan yang merupakan pure public goods dengan ciri-ciri, non excludable, non rival (kuadran 4) untuk sampah berasal dari rumah tinggal dan fasilitas umum meliputi 79,5 % timbulan sampah. Efesiensi dan efektivitas organisasi dilihat dari pendekatan sumber, proses dan saran masih belum optimal. Retribusi kebersihan baru menyumbang 5;96 % dari jumlah anggaran kebersihan. Model alternatif pengelolaan sampah saat ini masih PSP (Private Sector Participation) perlu dikembangkan lebih jauh menjadi PPP ( Public Private Partnership) atau kontrak konsesi.
Akhirnya penulis menyarankan agar momentum Regom ini perlu dilanjutkan dan dikembangkan sesuai action plan, kerangka hukum perlu dirubah, dari Dinas menjadi Perusahaan Daerah, serta usaha-usaha peningkatan produktivitas personil dengan meningkatkan teknologi dan metode kerja, usaha-usaha mereduksi volume sampah serta peningkatan peran serta masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andie Pramudita
"Semakin bertambah pesatnya jumlah penduduk di kota, merupakan beban yang semakin berat bagl kota tersebut Apabila pertumbuhan penduduk kota yang sangat pesat jauh meninggalkan pertumbuhan fasilitas pe!ayanan yang disediakan, maka yang akan terjadi adalah kemerosotan kualitas kota. Kondisi yang terjadi saat ini bahwa di sebagian besar kota-kota di Indonesia adalah tidak tertanganinya permasalahan sampah katena rendahnya tingkat pelayanan di bidang kebersihan dan keindahan kota. Permasalahan sampah yang tidak tertangani banyak berakar dari pengelolaan sampah saat ini yang dilakukan dengan sistem terpusat, sehingga perlu dilakukan perubahan paradigma pengelolaan sampah menjadi sistem terdesentralisasl. Pada prinsipnya pengelolaan sampab harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya, rerutama diawali dengan proses pemilahan antara sampah organik dan anorganik di skala rumah tangga.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dekat dengan sumbernya menjadi salah satu alternatif utama bagi pengelolaan sampah di kota. Metode pengelolaan sampah ini sebagian besar keberhasilannya ditentukan oleh partisipasi masyarakat berupa pemilahan sampah darl sumbernya dan daur ulang. Secara garis besar, partisipasi masyarakat pada program pengeloiaan sampah rumah tangga, termasuk kegiatan pemilahan dan mendaur ulang sampah dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yaitu (1) informasi, (2) insetif, (3) Dukungan komunitas, serta (4) Akses ke program daur ulang.
Dari keempat faktor-faktor tersebut dilakukan pengembangan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat, sehingga diperoleh 3 (tiga) faktor yang bersifat internal. yaitu; (i) Persepsi kebersihan warga; (ii) Rasa kepemilikan warga; {iii) Harapan warga ke depan akan keberlanjutan program; dan 3 (tiga) faktor yang bersifat eksternal, yaiiu (i) Peran kepala kampung dan perangkat organisasl: (ii) Transfer pengetahuan pengelolnan sampah berbasis masyarakal; dan (iii} Ketersediaan infrastruktur alat.
Penelitian ini dilakukan sebngai scbuah studi kasus. dcngan lokasi yang rJipilih adalah Rawajati RW 03, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Penelitlan ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasls masyarakat khususnya da!am melakukan pemilihan sampah di skala rumah tangga. Metode penjelasan yang digunakan adalah deskriptif analitis, artinya bahwa temuan-temuan tidak hanya dijelaskan secara deskriptif, namun disertai dengan analisis penjelas, balk itu berupa analisis hubungan sebab akibat, analisis alas teori-teori terkait dan hasil-hasil penelitian sejcnis ataupun ana!isis peneliti berupa penjelasan kualitatif atas data kuantitatif yang diperoleh.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dalam menerapkan pcngelolaan sampah berbasis masyarakat pada suatu komunitas. maka yang lmrus dilakukan adalah: (i) Membentuk persepsi positif warga akan manfaat dari kebersihan melalui transfer pengetahuan: (ii) Menampung seluruh harapan-harapan dan aspirasi warga yang berkaitan dengan motivasi mereka untuk ikut berpartsipasi: (iii) Memperkuat institusi internal formal {RT/RW, PKK, dll} yang berperan sebagai penggerak dan pengendali warga; (iv) Menyediakan infrastrukur pengelo!aan sampah untuk mendukung warga berpartisipasi.

Rapid growth of urban population causes increasing burden to the city, When the
urban population growth goes further beyond the growth of service facilities that can be provided, it will result in the deterioration of urban quality of life. The current condition that happened in most big cities in lndonesia is the unsolved problem of solid waste disposal due to low level of service in urban cleanliness and beauty. The unsolved problem of solid waste is caused by the application of centralized system, so a new paradigm is needed for a decentralized system of solid wasted management. In principle, solid wasre management should be earried out as close as possible to the source, mainly started by segregation process of organics and inorganics materials at domestk leveL
Community-based solid waste management dose to the source becomes one main alternative tbr urban solid wasted management The success of this solid waste management method mostly determined by community participation in on-site solid waste segregation and recycling. Broadly, community participation in household solid waste management program. including solid wasted segregation nnd recycling activities are Influenced by 4 (four) main factors, those are: {I) Information, (2} lncentive, (3) CommuniLy support, also (4) Access to the recycling progmm.
The four influencing factors are developed into J (three) internal factors, those are: 0) Citizen's perception of cleanliness: (ii) Citizen's belonging of the neighborhood~ (iii) Citizen's expectation for the sustainability of the program; and 3 (three) external factors, those are: (i) Role of community leadership and the organization's personels; (ii) Knowledge transfer of community-based solid wasted management; and (iii) Availability of infrastructure and equlpments.
This research is carried out in the tbrm or a case study, and selected Rawajati RW 03, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan as the location of the study. The research investigates tbe the influencing factors of community participation in - community-based solid waste management, especially in solid wasted scgregarion at domestic scale. The explanation method applied in this research descriptive analysis, meaning that the research lindings will not be only explained in description but also followed by explanation analysis, either by causality relation analysis, related theories analysis, end similar study analysis. or qlllllitative analysis of the obtained quantitative data.
The result of this research is that in implementing community-based solid waste management, the measures should be taken arc: (l) Creating citizen·s positive perception on the advantage of cleanliness through transfer of knowledge: (ii) Accepting all citizct1s expectation and nspiration related to their motivation to participate (iii) Strengthening fotmal internal institutions (RT/RW, PKK. etc) that have roles to motivate and control the citizen; (iv) Providing solid wasted infrastructure to support citizen to participate.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fajrianti
"Penelitian ini membahas mengenai proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Komunitas Warga Peduli Lingkungan melalui program garbagepreneurship dan mendeskripsikan perubahan perilaku pengelolaan sampah warga RW 13 Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok yang mengikuti program garbagepreneurship. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat oleh Yayasan Komunitas Warga Peduli Lingkungan dilakukan melalui tahap persiapan, pengkajian, pelasanaan dan evaluasi dan terdapat perubahan perilaku pengelolaan warga baik dari domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

This thesis discuss about community empowerment process that been held by Komunitas Warga Peduli Lingkungan Foundation using their garbagepreneurship program and describe behavior changing in waste management RW 13 society, Kelurahan Pancoran Mas, Depok City who following garbagepreneurship program. This research using qualitative approach and descriptive type.
Result of this research are community empowerment process by Komunitas Warga Peduli Lingkungan foundation are readiness stage, assessment, implementation and evaluation also behavior changing in waste management happened in several domain such as cognitive, affective and psychomotoric.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutikno Citro
"Untuk mewujudkan hidup yang sehat diperlukan kondisi lingkungan yang sehat pula. Kondisi lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih, tertib, indah, aman dan nyaman. Lingkungan yang bersih dapat terwujud apabila sampah dikelola dengan baik.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dan berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan sampah padat rumah tangga di Kelurahan Khusus Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Pengelolaan sampah yang berhasil dengan baik mempunyai dampak positip terhadap lingkungan (mengurangi proses terjadinya pencemaran lingkungan). Pengelolaan sampah yang tidak berhasil dengan baik dapat berdampak negatip (menambah proses terjadinya pencemaran lingkungan). Partisipasi masyarakat terhadap kebersihan, persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, retribusi kebersihan, tenaga pengelola kebersihan, sarana dan prasarana serta penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan sampah padat rumah tangga, dan berhubungan dengan pencemaran lingkungan.
Dari uraian tersebut, dapat disusun 6 hipotesis seperti tersebut dibawah ini :
  1. Partisipasi masyarakat terhadap kebersihan, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  2. Persepsi masyarakat terhadap kebersihan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  3. Iuran atau retribusi kebersihan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  4. Tenaga pengelola kebersihan yang ada, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  5. Sarana dan prasarana yang ada, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  6. Penyuluhan terhadap kebersihan lingkungan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
Selanjutnya pengujian hipotesis menggunakan uji chi-square (X2), sedangkan pengolahan data dilakukan dengan media personal computer (PC) dan dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel ditentukan 2 (dua) RW (RW 01 dan RW 05) dipilih 'secara acak (random) dan dengan cara yang sama masing-masing RW ditentukan 60 (enam puluh) responden (KK), sehingga jumlah seluruhnya 120 (seratus dua puluh) responden (KK). Sampel yang terdiri 120 tersebut diwakili oleh Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga atau anggota keluarga lainnya yang dianggap dewasa dan dianggap dapat mewakili keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial RW. 01 jauh lebih baik dibandingkan dengan di RW 05, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, sarana dan prasarana kebersihan yang dimiliki termasuk rumah tempat tinggal yang mereka tempati. Kondisi sosial berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan kebersihan lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan sampah di RW 01 lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan sampah di RW 05.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengelolaan sampah di wilayah penelitian terdapat dua sistem kegiatan operasional yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta (meliputi pengangkutan sampah dari lokasi penampungan sementara ke lokasi pembuangan akhir), serta kegiatan yang dilakukan oleh Dinas TNI-AU dan swadaya masyarakat (meliputi pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk ke lokasi penampungan sementara).
Pengelolaan sampah tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh swadaya masyarakat. Dan sebaliknya tanpa usaha pemerintah, pengelolaan sampah juga tidak akan berjalan karena usaha tersebut membutuhkan sarana, prasarana, tenaga dan dana yang besar. Dengan demikian kerjasama antara masyarakat dan pemerintah merupakan kunci keberhasilan dalam menangani pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (terciptanya lingkungan yang sehat).
Berdasarkan hasil analisis data. dapat disimpulkan bahwa :
  1. Keenam faktor yang terdiri : partisipasi, persepsi, iuran atau retribusi, tenaga kebersihan, sarana dan prasarana kebersihan dan penyuluhan tentang lingkungan tersebut mempunyai hubungan dengan pengelolaan sampah.
  2. Disamping 6 (enam) faktor tersebut di atas faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, (penghasilan), lingkungan tempat tinggal dan lingkungan tempat kerja mempunyai hubungan dengan persepsi dan berhubungan dengan berhasilnya pengelolaan sampah.
  3. Di wilayah yang kondisi pengelolaan sampahnya belum berhasil dengan baik, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berperan dan berhubungan dengan pengelolaan sampah belum berfungsi dengan baik.
  4. Proses pengelolaan sampah dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.

For the realization of a healthful living, a healthy environmental condition is needed. An environmental condition that is healthy is that environment which is clean, ordered, beautiful, safe and comfortable. A clean environment can be realized when waste is managed properly.
This study is descriptive in nature, conducted to know the factors which play a role and related to the successful management of domestic solid waste at the special subdistrict of Halim Perdanakusuma, East Jakarta.
Waste management that is successful has positive impact towards the environment (reducing the process of environmental pollution occurence).Solid waste management that is not successful can have. negative impact (increase the process of environmental pollution occurence).
Community participation in cleanliness, community perception towards cleanliness regulations, cleanliness retribution, cleanliness manager, infrastructure, facilities and cleanliness communication, information and education on environmental cleanliness are related to the successful domestic solid waste management and in turn is also related to environmental pollution.
The elaboration above can be formulated into 6 hypothesis as follows:
  1. Community participation in cleanliness can help waste management to succeed.
  2. Community perception towards cleanliness can help waste management to succeed.
  3. Contribution or cleanliness manager can help waste management to succeed.
  4. The available cleanliness manager can help waste management to succeed.
  5. The available infra-structure and facilities can help waste management to succeed.
  6. Communication, information and education towards environmental cleanliness can help waste management to succeed.
In addition, hypothesis testing was carried out by using the Chisquare test, whereas data processing was undertaken by Personal Computer (PC) media analyzed descriptively. Two Hamlets (RW 01 and RW 05) were chosen randomly as samples. In a similar manner, 60 respondents (household heads) were determined for each RW, making up some 120 respondents. The sample of some 120 respondents were represented by the household head or house-wife or other members of the family who are considered as adults and can represent the respective family in question.
The results of the study showed that, the social condition of RW 01 is far better if compared with RW 05. This can be seen from the level of education, type of occupation, level of income, cleanliness infra-structure which are owned including the houses they are occupying. Social condition is related to successful environmental cleanliness management. Based on the above elaboration, a conclusion can be drawn that waste management in RW 01 is better than that in RW 05.
The study results disclosed that there are 2 operational activities' systems of waste management in the study area, namely activities conducted by government and non-government (covering the transportation of waste from the temporary disposal location to the final disposal site), as well as activities carried out by the TNI-AU (Indonesian Air force) service and community self-help (covering the collection and transportation of waste from the inhabitants' homes to the temporary disposal location).
Waste management cannot function properly without the support of community self-help. The reverse is true, without government effort, waste management cannot function also, because the Endeavour needs infra structure, facilities, manpower and funds. Thus, cooperation between community and government is the key towards success in handling waste management. Waste management constitutes a part of development which has as' objective to promote community welfare (the realization of a healthy environment).
Base on the result of data analysis, it can be concluded that :
  1. The 6 factors consisting of participation, perception, contribution or retribution, cleanliness hands, cleanliness infra-structure-and facilities and communication, information and education on environment have associations with waste management.
  2. Besides the 6 factors, age, educational level, occupation, income, living quarters environment and occupational 'environment have associations with perception and is related to the success of waste management.
  3. In areas where waste management conditions are not yet successful showed that factors which play a role and associated with waste management are not yet functioning properly.
  4. Waste management process can reduce the occurrence of environmental pollution.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>