Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Everson, Rolan
"Dewasa ini perusahaan semakin dituntut lebih efisien disamping tetap mempertahankan kualitas produk dan/atau jasa yang dihasilkannya. Hal ini disebabkan karena persaingan diantara dalam satu industri semakin ketat dalam usaha untuk merebut dan/atau mempertahankan pangsa pasar.
Di lain pihak, konsumen semakin kritis terutama mengenai masalah kualitas dan harga yang kompetitif. Produsen semakin tidak mempunyai pilihan. Selain dituntut untuk memenuhi kehendak konsumen dalam hal kualitas dan harga.
Untuk meningkatkan efisiensi yang pada akhirnya berpengaruh pada harga jual suatu perusahaan dituntut untuk dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan.
Agar pihak perusahaan dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan, perusahaan dituntut untuk mengetahui bagaimana terjadinya dan mengapa terjadi biaya tersebut.
Sebagaimana diketahui, biaya dikeluarkan karena adanya aktivitas yang dilakukan. Jadi dengan memahami aktivitas yang dilakukan dalam menghasilkan produk dan/atau jasa, maka perusahaan akan dapat untuk mengendalikan biaya.
Salah satu komponen biaya yang sulit untuk dikendalikan karena tidak dapat secara langsung dihubungkan ke obyek biaya adalah biaya tak langsung (overhead).
Dengan pengalokasian biaya tak langsung, metode Activity Based Costing berbeda dengan metode tradisional dalam penggunaan pemicu (driver). Pemicu yang digunakan mencerminkan aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing obyek biaya. Jadi, metode Activity Based Costing sangat berkepentingan dengan aktivitas dalam melakukan proses produksi.
Ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan agar penggunaan metode Activity Based Costing dapat diimplementasikan dengan lebih baik, yaitu besarnya biaya tidak langsung dan beragamnya produk yang ditawarkan.
Sebagai perusahaan di bidang produksi Asphalt Hotmix yang memiliki 9 jenis produk, PT. X perlu menerapkan metode Activity Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), untuk menghasilkan HPP yang lebih akurat.
Disamping itu, dengan menerapkan metode Activity Based Costing, dapat dipilah-pilah aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai tambah dan yang tidak bernilai tambah, sehingga biaya produksi menjadi lebih efisien.

Nowadays company was asked to be efficient to survive its product quality and 1 or its service. This condition was caused by tight competition among industries in every business to complete and/or maintains its market share.
In other side, consumers become critical especially about quality problems and competitive price. Producer has no choice. They were asked to fulfill consumer's will in quality and prices.
To improve efficiency at last influencing to company selling price a company was forced to control its expenses.
In order controlling the expenses, company was asked to know how and why the expenses occur.
As we know, expenses occur because of activities. So by understanding the activities done to produce the product and/or service, company can control its expenses.
One of the expenses components that were hard to be controlled because it is indirectly connect to the expenses object is overhead.
By allocating overhead, Activity Based Costing method is different from traditional method in driver usage. Driver we use to express activity consumed by expenses objects. Activity Based costing method being concerned with activity in doing production process
Few conditions that must be concerned in order to implement Activity Based Costing Method, that is how much the overhead and how many products were offered.
As an Asphalt Hot mix production company, it has 9 products, PT. X need to implement Activity Based Costing to decide Production Cost Price (PCP), to produce accurate PCP.
Besides by implement Activity Based Costing, we can separate activities that give additional value and not, so production expenses become more efficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auditya Maulana Irawan
"Skripsi ini membahas tentang implementasi metode Activity Based Costing dalam menentukan harga pokok jasa room dan membandingkan dengan metode biaya yang digunakan sendiri secara internal oleh manajemen hotel DEF dan metode biaya tradisional pada unit bisnis hotel DEF di PT. XYZ, Tbk dalam menentukan harga pokok jasa room. Berdasarkan perbandingan tersebut akan diketahui tentang perbedaan signifikan penggunaan ketiga macam metode costing tersebut. Bagi pelaku usaha atau manajemen perusahaan yang masih awam terhadap metode biaya, biasanya melakukan perhitungan harga pokok produksi atau jasanya hanya berdasarkan biaya langsung (direct cost) saja. Sedangkan biaya tidak langsung (indirect cost) yang tidak dapat ditelusuri langsung ke produk atau jasa dengan cara yang ekonomis biasanya dibebankan hanya berdasarkan asumsi yang menggunakan persentase perkiraan saja. Akibatnya terjadi kesalahan pengambilan keputusan khususnya kesalahan dalam strategi penetapan harga (pricing). Dengan menggunakan metode Activity Based Costing, penulis berupaya untuk memperkenalkan implementasi metode menghitung harga pokok jasa room, pada industri jasa perhotelan. Penulis melakukan perbandingan metode perhitungan biaya dengan memasukkan seluruh elemen biaya dan sumber daya yang dikorbankan dengan metode yang digunakan secara internal, menggunakan traditional costing dan metode Activity Based Costing. Berdasarkan perbandingan tersebut diketahui bahwa perhitungan dengan menggunakan metode Activity Based Costing menghasilkan nilai harga pokok jasa room yang lebih akurat sehingga diharapkan akan lebih tepat dalam pengambilan keputusan pada khususnya strategi penetapan harga (pricing strategy).

This thesis discussed about implementation activity based costing method (ABC), and comparison between ABC method, internal method and traditional costing for cost of room service Hotel DEF as a business unit of PT. XYZ, Tbk. Based on the comparison, we will understand a significant difference of these method. For entrepreneurs or management companies that still lay on costing method, usually calculate the cost of production or services based only direct costs. While the indirect costs that cannot be traced directly to products or services economically, usually charged based on the assumption that using an estimated percentage. This resulted an error in the decision making pricing strategy. Using Activity Based Costing method, the author tries to introduce the implementation of this method in the hospitality industry. Author compared the cost calculation method to include all elements of costs and resources used by the method used internally, traditional costing method and ABC method. By comparison it was found that calculation using activity based costing method cost will generate more accurate of room service value which is expected to be more precise in decision-making in particular pricing strategy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S44775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastuti Josefina Setyadi; Joseph Pulo
"ABSTRAK
Didalam era globalisasi seperti saat ini, dunia usaha
terus berkembang dan berubah cepat pada tingkat persaingan
yang semakin kompetitif sehingga manajemen membutuhkan informasi
yang akurat guna mendukung keputusan operasional maupun
perencanaan pengembangan perusahaan di masa-masa mendatang.
Pada mulanya akuntansi biaya konvensional mempunyai
peranan yang besar dan dapat memenuhi kebutuhan pihak manajemen
akan informasi baik berupa informasi operasional maupun
informasi biaya produksi.
Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dan kompleks
serta persaingan yang semakin tajam didalam era globalisasi
ini menyebabkan pihak manajemen membutuhkan informasi
yang semakin kompleks dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi
guna bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya di pasaran.
Pada saat inilah terbukti bahwa akuntansi biaya konvensional
semakin ketinggalan dan tidak mampu lagi menghasilkan informasi
yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.
Menyadari akan ketinggalan tersebut maka para pakar
ilmu akuntansi bekerja keras untuk mengembangkan suatu sistim
biaya yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pihak manajemen.
Pada tahun 1980 an ternyata kerja keras para pakar
tersebut membuahkan hasil suatu sistim biaya Activity-Based
Costing ( ABC ). Sistim biaya ABC ini pada prinsipnya bekerja
berdasarkan "kegiatan" yang terjadi di dalam proses produksi
dimana kegiatan proses produksi mengkonsumsi sumber daya
sementara produk mengkonsumsi kegiatan melalui pemacu biaya
yang digunakan.
Sistim biaya ABC ini dapat memberikan data kegiatan
akurat dari awal hingga akhir proses produksi suatu
sehingga dengan demikian dapat memberikan data biaya
terjadi pada setiap proses produksi yang pada akhirnya
dapat menyajikan data biaya produksi yang akurat kepada
pihak manajemen. Data biaya produksi yang akurat akan sangat
mendukung pihak manajemen didalam menetapkan keputusan - keputusannya,
baik keputusan yang menyangkut operasional, perencanaan
produk maupun penentuan harga jual yang kompetitif.
Didalam perkembangannya, sistim biaya ABC ini masih
menemukan berbagai hambatan-hambatan terutama didalam proses
implementasinya karena dirasakan masih kompleks dan terlalu
mahal. Walaupun demikian, mengingat kemampuan sistim biaya
ABC dapat menghasilkan data operasional maupun data keuangan
yang akurat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pihak manajemen
serta menjawab tantangan jaman maka sistim biaya ini tetap
akan dapat menjadi pilihan utama perusahaan menjelang abad ke
duapuluh satu mendatang.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Elrin
"Dalam menentukan harga jual suatu produk merupakan salah satu strategi yang sangat penting untuk dapat berkompetisi dengan para competitors, perilaku customers sudah sangat selektif dalam melakukan pemilihan untuk melakukan pembelian atas suatu produk, bagi mereka akan timbul beberapa pertimbangan-pertimbangan mengenai kualitas suatu produk serta harga yang pantas untuk produk tersebut.
PT.IQL mempraktekkan suatu metode yang unik dalam menentukan harga jual, yaitu menggunakan " system index " yaitu harga jual barang ditentukan hanya dengan mark-up harga pembelian raw materials semata. Misalnya index 2, artinya mark-up 2 kali lipat dari harga beli raw material. Sedangkan strategi penentuan harga jual jasa ditetapkan dengan membandingkan harga pasar tertinggi dan terendah.
Kebijakan manajemen dalam menentukan harga jual seperti diatas dapat dimaklumi, karena tidak adanya informasi mengenai harga pokok barang dan jasa yang dijual. Keinginan manajemen untuk dapat memperoleh informasi harga pokok produksi tidak pernah dapat terealisasi.
Manajemen tidak mengetahui berapa sebenarnya biaya yang dikonsumsi suatu produk hingga siap untuk dijual, tidak tertutup kemungkinan setelah dilakukan penghitungan secara detail dan akurat didapatkan hasil bahwa biaya untuk memproduksi suatu unit produk atau jasa lebih besar daripada biaya pembelian raw materials itu sendiri. Jika, penentuan harga jual per produk hanya mark-up 2 kali lipat dari raw material, maka produk tersebut dijual dibawah cost (harga pokok).
Menentukan harga jual hanya dengan mengandalkan informasi harga beli raw materials saja merupakan suatu hal yang tidak tepat serta memiliki banyak kelemahan, karena produk yang dijual melalui proses produksi dan konsekuensinya timbul biaya-biaya lain diluar harga beli raw materials itu sendiri.
Disisi lain, committed resources pada PT.1OL yang akan menjadi fixed cost memiliki nilai yang cukup besar, sehingga dengan aplikasi metode activity based costing akan menghasilkan informasi cost per unit produk lebih akurat dan detail, Setiap decision makers pasti membutuhkan informasi yang akurat mengenai cost suatu produk agar keputusan yang diambil juga menjadi valid dan updated. Activity based costing merupakan salah satu tool yang dapat digunakan sebagai supporting dalam pengambilan keputusan termasuk strategi penetapan harga jual.
Dalam melakukan penelitian digunakan applied research terhadap obyek yang diteliti, input yang diperoleh berdasarkan data-data dan hasil wawacancara dengan karyawan-karyawan yang telibat langsung pada obyek yang diteliti.
Dari hasil penelitian dan analisa ternyata beberapa produk saat ini dijual dibawah cost (harga pokok) dan beberapa produk menghasilkan profit margin yang tinggi. Tetapi secara keseluruhan perusahaan masih memperoleh profit margin sebesar ± 10.63% dari net sales. Walaupun perusahaan memperoleh profit margin, nyatanya profit margin tersebut berasal dari saling subsidi antara produk yang menghasilkan profit dengan produk yang dijual dibawah harga pokok.
Setelah harga pokok diketahui, maka manajemen merencanakan untuk menaikkan harga jual produk pada awal tahun 2006 ini, dengan ketentuan;
? Jika, harga jual suatu produk saat ini dibawah harga pokok, maka harga jual harus dinaikkan dengan mark-up minimal 25% diatas harga pokok baru.
? Jika, harga jual suatu produk sudah dijual diatas harga pokok tetapi marginnya masih dibawah 25%, maka harga jual baru harus disesuaikan dengan minimal margin 25%.
? Jika, harga jual produk saat ini sudah melebihi 25% dari mark-up harga pokok, maka harga jual lama tetap dipertahankan.
Jika rencana manajemen diatas diaplikasikan, hasil penelitian dan analisa menunjukkan bahwa harga jual baru menjadi tidak kompetitif bila dibandingkan dengan competitors. Karena " players " dalam bisnis dari obyek yang diteliti sangat banyak, maka competitors yang dimaksud dalam penelitian ini hanya competitors yang menghasilkan produk barang dan jasa sepadan dari sisi kualitas dengan produk dan jasa obyek yang diteliti (apple to apple).
Hasil penelitian ini dirasakan masih memiliki beberapa kelemahan untuk diperbaiki dikemudian hari, yaitu; beberapa alokasi supporting activities menggunakan asumsi-asumsi, sehingga jika asumsi tidak tepat berdampak pada kekeliruan informasi harga pokok."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dissa Elvaretta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil usulan penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) pada Bagian Perkreditan di PT. BPR Cincin Permata Andalas dan komparasi atas usulan penerapan sistem ABC dengan sistem biaya tradisional yang selama ini digunakan. Hasil usulan penerapan sistem ABC ini dapat dimanfaatkan oleh PT. BPR Cincin Permata Andalas sebagai rekomendasi untuk mengatur strategi berikutnya.
Penelitian ini merupakan studi kasus tunggal (single case study) dengan unit analisis tunggal (single unit analysis) dengan pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbedaan perhitungan biaya yang dilakukan dengan metode tradisional dan ABC, serta perbedaan tingkat profitabilitas yang selama ini dihitung oleh manajemen dengan ABC. Sistem ABC lebih menggambarkan informasi biaya yang andal terhadap perhitungan biaya untuk setiap nasabah kredit di PT. BPR Cincin Permata Andalas.

This study aims to determine the comparison between the result of the implementation proposal of Activity Based Costing (ABC) system on the Loans Department at PT. BPR Cincin Permata Andalas and the proposed implementation of the ABC system with traditional cost allocation system that has been used so far. The result of the proposed implementation of ABC system can be utilized by PT. BPR Cincin Permata Andalas as recommendation to arrange the next strategy.
The research method used is single case study with a single unit analysis by collecting data through observation, documentation, and interviews. Results from this research shows the different calculation of costs with traditional cost method and ABC, also the different level of profitability between management with ABC. ABC system describes cost information reliable for calculating the cost of each loan customer in PT. BPR Cincin Permata Andalas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Fatin
"Penelitian ini merupakan studi kasus pada perusahaan yang merupakan produsen makanan dan minuman dengan skala multinasional sehingga memiliki risiko biaya selisih kurs yang berasal dari translasi mata uang asing akibat dari transaksi bisnis menggunakan mata uang asing. Selisih biaya kurs yang muncul perlu dialokasikan hingga tingkat produk agar PT X dapat menghitung biaya produksi yang sesuai sehingga menghasilkan harga produk dengan akurat dan andal. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini deskriptif analisis dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil dari penelitian adalah menganalisis dasar alokasi yang tepat dengan menggunakan metode ABC untuk mengalokasikan biaya selisih kurs pada akun PRO dan menganalisis dampak penggunaan dasar alokasi terhadap biaya produksi sehingga menghasilkan pengambilan keputusan yang akurat dan andal.

This research is a case study of a company that is a multinational food and beverage producer, so it has a risk of foreign exchange costs originating from foreign currency translation as a result of business transactions using foreign currencies. The difference in exchange costs that arise needs to be allocated to the product level so that PT X can calculate the appropriate production costs so as to produce product prices accurately and reliably. The approach used in this study is a descriptive analysis using qualitative methods. The result of this research is to analyze the appropriate allocation basis using the ABC method to allocate foreign exchange costs to PRO accounts and analyze the impact of using the allocation basis on production costs so as to produce accurate and reliable decision-making."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filemon Calvin Sucandra
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perhitungan biaya per pelanggan dengan sistem ABC konvensional dan TDABC, membandingkan perhitungan profitabilitas per pelanggan dengan sistem ABC konvensional dan sistem TDABC, dan menyarankan tindakan apa yang dapat dilakukan PT XYZ setelah mengetahui besarnya biaya per pelanggan. Penelitian merupakan studi kasus dengan metode penelitian berupa studi literatur, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT XYZ memiliki pelanggan yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. PT XYZ juga dapat mengklasifikasikan pelanggan berdasarkan jenisnya: passive, yaitu rumah sakit, pelanggan high cost-to-serve, yaitu apotik, pelanggan price-sensitive, yaitu institusi/tender, PBF, dan toko obat, dan pelanggan aggresive, yaitu supermarket.

This study aimed to compare the calculation of cost per customer with conventional ABC and TDABC system, calculation of profitability per customer compared with the conventional ABC system and TDABC system, and suggest what actions to do for XYZ after finding out the cost per customer. The research is a case study with research methods such as literature studies, interviews, and documentation.
The results showed that XYZ has customers which are profitable and unprofitable. XYZ also can classify customers by type: passive, ie hospitals, high customer cost-toserve, namely pharmacies, price-sensitive customers, namely institutional / tender, PBF, and drug stores, and customers aggresive, namely supermarkets.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P. Rustriono Gunadi
"Di jaman majunya perkembangan metode akuntansi biaya kontemporer, masih banyak perusahaan menggunakan sistem biaya konvensional untuk kalkulasi biaya pesanan ( Job Order Costing ) atau kalkulasi biaya proses ( Process Costing ) atau campuran dari keduannya. Sistem konvensional dapat mengakibatkan informasi biaya produksi yang terdistorsi. Dalam kenyataknnya, perusahaan yang menjual produk banyak yang melakukan keputusan kritikal tentang penetapan harga produk, melakukan penawaran, atau bauran produk berdasarkan data biaya yang tidak akurat. Dalam segala kemungkinan, masalahnya bukan pada membebankan biaya upah Iangsung atau bahan langsung. Biaya utama tersebut dapat ditelusuri ke produk individual, dan kebanyakan sistem biaya konvensional didisain untuk memastikan bahwa penelusuran tersebut terjadi, namun pembebanan biaya overhead ke produk individual merupakan suatu masalah yang lain. Menggunakan metode konvensional untuk pembebanan overhead ke produk, dan menggunakan tarif overhead yang ditentukan di muka (predetermined overhead rate ) berdasarkan satu tolok ukur aktivitas dapat menghasilkan biaya produk yang terdistorsi.
Pengelolaan dan analisis biaya mcliputi proses memperoleh data kalkulasi biaya yang akurat dan mengelola data tersebut untuk membantu manajer dalam membuat keputusan kritis, seperti penetapan harga, bauran produk dan keputusan teknologi proses serta menganalisis data biaya, menerjemahkan data, biaya tersebut ke dalam informasi yang berguna untuk perencanaan dan pengendalian manajerial. Fase ini termasuk pengukuran data biaya yang akurat dan relevan serta menganalisis data biaya tersebut untuk pengambilan keputusan. Activity-Based Costing (ABC) merupakan perkembangan baru sebagai usaha dalam peningkatan akurasi kalkulasi biaya produk yang dapat menghilangkan biaya produk yang terdistorsi sewaktu menggunakan sistem biaya konvensional serta menganalisis aktivitas yang pada akhimya diupayakan untuk pengendalian efisiensi biaya.
Hasil penelitian dari karya akhir ini menunjukkan bahwa adanya perhitungan harga pokok berdasarkan sistim biaya konvensional yang diterapkan perusahaan menghasilkan distorsi antara tipe kain yang dihasilkan sehingga harga pokok yang diperoleh tidak menggambarkan keadaan yang sebenamya dan dari analisis aktivitas yang dilakukan, yaitu dengan membedakan aktivitas penambah nilai dengan aktivitas bukan penambah nilai, dapat diketahui bahwa banyaknya aktivitas bukan penambah nilai aktivitas merupakan aktivitas yang memberikan kontribusi biaya yang cukup signifikan pada PT X yaitu totalnya sebesar Rp.1.348.478.337 atau dapat dikatakan memakan biaya kurang lebih 23.47% dari total biaya overhead perusahaan.
Temuan ini memberikan beberapa implikasi, yaitu bahwa sistem biaya tradisional untuk penetapan harga pokok produk menggunakan satu dasar alokasi biaya yaitu unit produksi menyebabkan biaya produk yang terdistorsi dan tidak mencerminkan tingkat akurasi yang memadai, sehingga diperlukan pengalokasian biaya overhead pabrik berdasarkan aktivitas menggunakan cost driver yang berbeda-beda yaitu jam kerja mesin, unit produksi, jurnlah frekuensi order sehingga mendapatkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat.
Saran yang dapat diajukan penhlis adalah Sistim Informasi akuntansi perlu disesuaikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengumpulan biaya rnenurut aktivitas yang lebih baik dari masing-masing fungsi di dalam suatu cost center, Penerapan sistem ABC perlu didukung oleh informasi yang menggambarkan semua aktivitas di sepanjang mata rantai penciptaan nilai, baik berupa data keuangan rnaupun non keuangan dan melakukan efisiensi pada aktivitas-aktivitas non value added activity sehingga dapat dilakukan perbaikan yang berkelanjutan dan rnenuju kepada Activity-Based Management System."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Desti Kristarini
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis perhitungan biaya produksi PT X dengan menggunakan metode Activity-Based Costing pada dua pelanggan utamanya, PT A dan PT B. Studi kasus ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pengolahan data-data internal yang dimiliki perusahaan.
Hasil akhir dari penelitian ini berupa hasil perhitungan biaya produksi dengan metode Activity-Based Costing yang menunjukkan bahwa komponen biaya produksi dalam memenuhi pesanan PT A lebih besar daripada PT B dan besarnya biaya produksi yang relatif lebih besar pada kedua pelanggan jika dihitung dengan metode Activity-Based Costing. Hal tersebut disebabkan karena terdapat biaya aktivitas yang besar untuk memenuhi pesanan PT A dan terdapat biaya yang tidak teralokasikan dengan sesuai dan masih berdasar pada perkiraan perusahaan pada metode tradisional.
Selanjutnya, rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah menerapkan perhitungan biaya produksi dengan metode Activity-Based Costing, melakukan evaluasi atas biaya pelanggannya, meminimalisasi cycle time setiap produk, dan lebih fokus pada transaksi pembelian bahan baku dan aset secara lokal.

The purpose of this research is to analyze the calculation of product costs in PT X using Activity-Based Costing method for its two main customers, PT A and PT B. This case study is conducted by doing an observation, interview, and internal data processing owned by the company.
The final results of this research are product costs calculation in Activity-Based Costing method that shows the larger amounts of product costs? component in fulfilling PT A's orders than PT B's and the larger amounts of product costs with Activity-Based Costing method calculation. Those results occur because there are larger amounts of activity costs in fulfilling PT A's orders and some costs that are not allocated accordingly and still based on company's estimations in traditional method calculation.
Moreover, the recommendations that can be suggested to the company are implementing product costs calculation in Activity-Based Costing method, doing an evaluation of the customer costs, minimalizing cycle time to each product, and more focusing on the materials and asset purchasing locally.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Lukman
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas penerapan Activity-based Costing (ABC) pada Bank X Cabang Y dan penggunaan informasi yang dihasilkan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penerapan Funds Transfer Pricing (FTP) juga dilakukan untuk mengukur net interest margin masing-masing produk, sehingga menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih akurat antara produk funding dan produk lending perusahaan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Produk funding Tabungan memiliki tingkat profitabilitas yang paling tinggi, (2) Manajemen cabang perlu mengalokasikan sebagian waktu non produktif Customer Service untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas pada area kerja produk-produk lending, dan (3) Personal Banker tetap melaksakanan aktivitas-aktivitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya untuk mempertahankan total outstanding produk funding.

ABSTRACT
The objective of this research is to apply the Activity-Based Costing (ABC) concept in X Bank Y Branch and using the generated information to improve profitability. Implementation of Funds Transfer Pricing (FTP) is also performed to measure net interest margin of each product to generate a more accurate profitability level among funding products and lending products. The result of this research shows that: (1) Saving account has the highest level of product profitability, (2) Branch manager needs to allocate some of Customer Service non-productive time for activities at lending product working area and (3) Personal Banker should keep on doing all activities in accordance with duties and responsibilities to maintain the total outstanding amount of funding products."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T33630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>