Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sianturi, Manogari
"Segmentasi dan ekstraksi ciri dari citra USG merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit, karena batas tepi antara obyek dan background tidak begitu jelas. Ketidakjelasan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah adanya derau (noise) yang disebabkan oleh hamburan karena ketidak homogenan dari media yang dilalui oleh gelombang ultrasonik, serta adanya atenuasi gelombang ultrasonik yang sangat kuat. Segmentasi maupun ekstraksi ciri tersebut sangat penting untuk bidang medis terutama untuk melihat perkembangan janin, deteksi tumor maupun, penyakit lainnya.
Dalam penelitian ini dikembangkan suatu teknik segmentasi dan ekstraksi ciri yang mampu mengekstrak batas tepi dari citra USG dengan akurat. Teknik segmentasi yang dikembangkan tersebut merupakan gabungan dari metode thresholding dan gradien operator. Metode tersebut diuji dengan menggunakan citra dari polyurethane phantom yang telah diketahui geometri dan sifat-sifat dari obyek yang ada didalamnya. Dari hasil yang diperoleh, metode yang dikembangkan menunjukkan akurasi yang cukup baik dan mampu menghilangkan noise disekitar obyek dan batas antara obyek dengan background dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu posisi, ukuran geometri suatu organ (obyek) dapat ditentukan dengan jelas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Utami
"Latar Belakang: Penyakit arteri perifer (PAP) adalah manifestasi aterosklerosis sistemik, yang seringkali melibatkan penyandang diabetes melitus (DM) tipe 2. Tes ankle brachial index (ABI) telah digunakan sebagai penapis PAP, tetapi ABI normal belum menyingkirkan PAP. USG dupleks (UD) lebih sensitif namun lebih mahal daripada tes ABI, sehingga perlu diketahui karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa UD dapat mendeteksi PAP pada penyandang DM tipe 2 dengan ABI normal, mengenali gambaran UD PAP, dan mengenali karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.
Bahan dan Cara Kerja: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan mengikutsertakan 40 tungkai. Setiap subyek menjalani roc ABI, pemeriksaan UD dan pen ilaian faktor-faktor risiko. Arteri-arteri ekstremitas bawah d iperiksa, dengan penilaian terhadap ketebalan kompleks intima media (KIM) arteri femoralis, adanya plak, dan evaluasi spektrum Doppler.
Hasil: Dari pemeriksaan UD ditemukan PAP pada 50% (20 dari 40) tungkai. Gambaran UD PAP yang didapatkan berupa penebalan KIM arteri femoralis (20%, 4 dari 20 tungkai) dan adanya plak dengan spektrum Doppler yang masih normal di arteri-arteri ekstremitas bawah (100%, 20 dari 20 tungkai). Terdapat hubungaxi bermakna antara obesitas dan kejadian PAP (Rasio Odds = 22,45).
Kesimpulan: Dari penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa: 1) UD dapat mendeteksi PAP pada penyandang DM tipe 2 dengan A131 normal; 2) Gambaran UD PAP pada pasien-pasien tersebut berupa penebalan KIM arteri femoralis dan adanya plak dengan spektnim Doppler normal di arteri-arteri ekstremitas bawah; 3) Obesitas merupakan karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.

Background: Peripheral arterial disease (PAD) is a manifestation of atherosclerosis disease, which commonly involves the non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) patients. Ankle brachial index (A13I) test has been used as a screening test for PAD, but a normal ABI does not exclude PAD. Duplex ultrasonography (DU) is more sensitive but more expensive than ABI, so it is neccessaty to assess the characteristics q f NIDDM patiens who are mostly indicated to undergo DU examination.
Objectives: The objectives of this study are to prove that DU can detect PAD in NIDDM patients with normal ABI, to assess DU appearances of PAD, and to assess the characteristics of NIDDM patiens who are mostly indicated to undergo DU examination.
Materials and Methods: This study was conducted in a cross sectional design, which involved 40 legs. Every subject underwent ABI and DU examinations. Lower extremity arteries were examined, with assessment for femoral intitnal medial thickness (IMT), the presence of plaque, and evaluation of Doppler spectrum .1-or each artery. The risk factors were evaluated by anamnesis, physical examination and laboratory examination.
Results: From DU examination, as many as 50% (20 _ from 40 legs) are found to have PAD. The DU appearances q f PAD include increase_ femoral artery LMT (20%, 4 from 20 legs) and the presence of plaques with normal Doppler spectrums in the lower extremity arteries (100%, 20 from 20 legs). There was a significant relationship between obesity and the evidence of PAD (Odds ratio = 2 2, 45).
Conclusions: From this study, we conclude that: I) DU can detect PAD in NIDDM patients with normal ABI, 2) 7Tie DUI appearances of PAD in those patients include increase femoral arrey IMT and the presence of plaques with normal Doppler spectntras in the lower extremity arteries: 3) Obesity is the characteristic of NIDDM patients who are mostly indicated to undergo DU examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norman Hardi Utama
"ABSTRAK
Latar Belakang. Pungsi arteri femoralis yang tidak disengaja pada saat
kanulasi vena femoralis memiliki insiden yang cukup tinggi(20-50%).
Penambahan fleksi lutut pada posisi abduksi-eksorotasi(posisi kodok)
meningkatkan luas lintang vena femoralis. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh posisi kodok, posisi abduksi-eksorotasi dan posisi
anatomis terhadap jarak antara arteri dan vena femoralis.
Metode. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan
rancangan potong lintang pada satu kelompok dengan pengukuran
berulang. Jarak arteri-vena, dan lebar sisa vena diukur pada tiga posisi
berbeda, masing-masing sebanyak dua kali. Pertama gambar diambil
pada semua pasien oleh satu operator dan mesin ultrasonografi yang
sama. Setelah itu dilakukan pengukuran pada gambar dengan fitur
kaliper pada mesin ultrasonografi oleh operator yang berbeda.
Hasil. Penambahan jarak arteri-vena femoralis yang terbesar tampak
pada perubahan posisi dari posisi anatomis ke posisi kodok (2.7 mm
(95%CI: 2.2-3.2 mm), diikuti dengan perubahan dari posisi anatomis ke
posisi abduksi-eksorotasi (2.1 mm (95%CI: 1.7-2.5mm).
Simpulan. Jarak antara arteri dan vena femoralis pada posisi kodok
lebih besar dibandingkan kedua posisi lainnya.

ABSTRACT
Background: The incidence of unintentional arterial puncture during
cannulation of femoral vein was high(20-50%). The addition of knee
flexion to abcudtion-exorotation position(frog position) have been shown to increase the cross sectional area of femoral vein. The purpose
of this study is to compare the distance between femoral artery and vein in frog position, abduction-exorotation position and anatomical
position.
Method:. This study is an analytical observational study with cross
sectional design within one grup with repeated measurement. The
distance between artery and vein was measured in three position. The
measurement was taken twice for each position. First picture was taken
by one operator and one ultrasonography for all patient. Then another
operator measured the distances with caliper feature on the ultrasonograph.
Result: The artery-vein distance in frog position(7.26 +0.69 mm) was
greater than in abduction-exorotaion position(6.65 +0.94 mm) and
anatomical position(4.53 +1.99 mm). The difference of the artery-vein
distance between frog and anatomical position was 2.7mm(95%CI: 2.2-
2.3 mm).
Discusion: The frog position provided the greatest distance between
femoral artery and vein"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D’Onofrio, Mirko, editor
"New technologies, softwares, and techniques, such as volumetric imaging, enhancement quantification, and fusion imaging, are increasing the diagnostic capabilities of US. The injection of microbubble contrast agents allows better tissue characterization with definitive differentiation between solid and cystic lesions. Contrast-enhanced US improves the characterization of pancreatic tumors, assists in local and liver staging, and can offer savings in both time and money. Acoustic radiation force impulse (ARFI) imaging is a promising new US method to test, without manual compression, the mechanical strain properties of deep tissues. Furthermore, the applications and indications for interventional, endoscopic, and intraoperative US have undergone significant improvement and refinement.
This book provides a complete overview of all these technological developments and their impact on the assessment of pancreatic pathologies. Percutaneous, endoscopic, and intraoperative US of the pancreas are discussed in detail, with precise description of findings and with informative imaging (CT and MRI) and pathologic correlations."
Milan: Springer, 2012
e20420763
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Asriyanto
"ABSTRAK
Telah dilakukan identifikasi terhadap citra USG payudara normal, benign dan
malignant. Diperoleh rentang nilai pixel untuk lesi benign 22-26 dan rentang lesi
malignant 37-39. Pada citra USG normal diperoleh nilai pixel fat sebagai acuan
(isoechoic) pada rentang 49-55. Diperoleh nilai rasio (a/b) dari panjang (a) dan
tinggi (b) lesi untuk kasus benign >1 dan untuk malignant a/b < 1. Evaluasi citra
dilakukan dengan menggunakan Software Image-J. Hasil penelitian menunjukkan
karakteristik yang berbeda dari beberapa lesi payudara pada citra USG yang sulit
diamati secara visual biasa. Metode ini diharapkan dapat membantu diagnosis lesi
payudara sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. Telah dilakukan filterisasi
citra USG payudara dengan Adobe CS6 Extended untuk mendeteksi kehadiran
mikrokalsifikasi, citra USG hasil filterisasi berhasil menujukkan kehadiran
mikrokalsifikasi yang sebelumnya tidak tampak secara visual.

Abstract
Identification has been done on breast ultrasound image of normal, benign and
malignant. Range of pixel values obtained for benign lesions in ranges 22-26 and
malignant lesions in ranges 37-39. In the normal ultrasound image obtained pixel
value as the reference fat (isoechoic) in the range 49-55. Obtained value of the ratio
(a/b) of the length (a) and high (b) cases of benign lesions for > 1 and for
malignant (a/b) < 1. Image evaluation performed using Image-J software. The
results show different characteristics from multiple breast lesions on ultrasound
images are difficult to observe visually normal. This method is expected to aid in
the diagnosis of breast lesions as a means of early detection of breast cancer.
Filtering has been performed breast ultrasound images with Adobe CS6 Extended
to detect the presence of microcalcifications, ultrasound image filtering results
successfully showed the presence of microcalcifications that were not perceivable."
2012
T30995
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Imaduddin
"Ultrasonografi (USG) merupakan alat diagnostik pencitraan yang berguna untuk mendeteksi dan menganalisis struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, salah satuya mendeteksi atau menganalisis biometri janin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengukur biometri janin dari citra hasil scanning alat USG. Citra janin yang dideteksi dan diukur meliputi besar diameter kepala dan panjang tulang paha. Proses deteksi dan pengukuran dilakukan melalui beberapa tahap yaitu cropping objek dan non-objek, ekstraksi fitur, seleksi fitur, dan pengukuran besaran dari organ janin. Untuk ekstraksi fitur menggunakan Haar-like Feature, untuk pendeteksian menggunakan Adaboost Classifier, dan untuk metode pengukuran biometri menggunakan Randomized Hough Transform.
Pada penelitian ini, digunakan 300 data citra biparietal kepala dan 200 data citra tulang paha. Dari hasil pengolahan data, didapatkan hasil deteksi biparietal kepala janin sebanyak 44 gambar dengan error rata-rata sebesar 0,0388 dan correlation coefficient yang dihasilkan sebesar 0,984. Sementara hasil untuk deteksi tulang paha janin sebanyak 18 dengan error rata-rata sebesar 0,554 dan correlation coefficient yang dihasilkan sebesar 0,788. Dengan metode yang diajukan pada penelitian ini, diperlukan adanya pengembangan metode yang lebih optimal sehingga tahapan dalam pengintegrasian sistem ke dalam sebuah alat pengukuran organ janin dapat diaktualisasikan. Tentunya dengan sistematika pemakaian alat yang lebih sederhana dan harga yang lebih terjangkau.

Ultrasonography (USG) is a diagnostic tool for detecting and analyzing organ structure in human body. One of the example usage of USG is to detect and analyze biometric features of a fetus. This study aims to detect and measure features of fetus from scanned image offetalhead (biparietal diameter) and femur length using ultrasound equipment. The detection and measurement process have several steps. It consists of cropping object and non-object, extracting features, selecting features, and measuring the fetal organs sizes. In this study, Haar-like feature is used to extract the feature meanwhile AdaBoost classifier is used for object detection and Randomized Hough Transform is applied for biometry measurement.
In this research, we used 300 biparietal head image data and 200 image data of femur. After the data processing stage, we obtained the detection of biparietal as many as 44 images with an average error of 0.0388 and Correlation Coefficient result of 0,984, while the results for the detection of fetal femur error as many as 18 with an average of 0,554 and Correlation Coefficient result of 0,788. The result of this research can be optimized further to realize a fully integrated system that can detect and measure fetal organ with usable user interaction and affordable price.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Tunggamoro
"Tujuan: Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Ultrasonografi Doppler Berwarna (USG DB) dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening (KGB) aksila level I pada pasien karsinoma payudara (KPD).
Saban dan Metode: Pemeriksaan USG DB dilakukan pada 39 KGB aksila dari 17 pasien yang memenuhi kriteria penerimaan. USG DB menilai KGB dengan B-mode, Color mode clan Doppler mode untuk kemudian dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi, Pemeriksaan dilakukan menggunakan transduser linear frekuensi 10 MHz (GE, Logiq 3).
Hasil penelitian: Pada pemeriksaan USG Doppler mode didapatkan sensitivitas 73,3%, spesifisitas 87,5%, yang bennakna secara statistik. Pemeriksaan USG Co/or mode mempunyai nilai kappa dan spesifisitas yang rendah, meskipun bermakna secara statistik. Pemeriksaan USG lainnya (B-mode maupun kombinasi) tidak memberikan hasil yang bermakna.
Kesimpulan: Pemeriksaan USG Doppler mode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik dan bermakna secara statistik. Hal ini diharapkan dapat membantu klinisi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening aksila secara non-invasif.

Objective: To establish sensitivity and specificity of Color Doppler Ultrasound (CDU) in the assessment of level ! axillary lymph nodes metastases in breast cancer patients.
Material and methods:. CDU was performed in 39 aril/my lymph nodes from 17 patients, to evaluate B-mode, Color erode dan Doppler mode images in comparison with histopathologic finding of metastases. CDU examination was performed using linear transducers 1OMHz (GE, Log-4 3).
Results: The sensitivity and specificity of Doppler mode in CDU were 73,3% and 87,5%, and they were statistically significant. Although color mode evaluation was statistically significant, its specificity and kappa value are low. Other evaluations such as B-mode or combination mode gave unsignificant results,
Conclusion: Doppler mode in CDU examination has a good sensitivity and specificity in detecting axillary lymph nodes metastases. It is considered useful for the clinicians in evaluating lymph nodes status using non-invasive procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsuhadi Alamsyah
"Tujuan : Menilai variabilitas pengukuran volume total dan zona transisional prostat dengan ultrasonografi transrektal oleh pemeriksa yang sama dan antar pemeriksa yang berbeda.
Metoda : Dilakukan dua kali pengukuran volume total dan zona transisional prostat oleh satu pemeriksa yang sama dan oleh dua pemeriksa yang berbeda pada 30 pasien yang berkunjung ke klinik Urologi RS Hasan Sadikin, Bandung
Hasil : Rerata pengukuran volume total dan zona transisional prostat pada satu pemeriksa adalah 45,7 ± 19,2 ml dengan kisaran antara 18,1 hingga 89,7 ml (median 44,1) dan 16,9 ± 10,3 ml dengan kisaran antara 3,1 hingga 34,6 ml (median 14,3), sedangkan pada dua pemeriksa adalah 45,9 ± 19,3 ml dengan kisaran antara 18,3 hingga 89,8 ml (median 44,1) dan 16,9 ± 10,2m1 dengan kisaran antara 3,1 hingga 34,6 ml(median 14,5). Beda rerata plus/minus simpang baku pengukuran volume total dan zone transisional prostat pada pemeriksa yang sama adalah -0,2 ± 1,0 dan -0,1 ± 0,1, sedangkan pada pemeriksa yang berbeda adalah -0,6 ± 2,2 dan 0,1 ± 1,7. Interval Kepercayaan (IK) 95% pengukuran volume total dan zone transisional prostat pada pemeriksa yang sama antara -0,52 hingga 0,14 dan antara -0,53 hingga 0,65 sedangkan pada pemeriksa yang berbeda antara -1,35 hingga 0,21 dan antara -0,53 hingga 0,65.
Kesimpulan : Didapatkan variasi yang cukup lebar dalam pengukuran volume total dan zona transisional prostat terutama antar pemeriksa yang berbeda dibandingkan dengan pemeriksa yang sama, walaupun demikian pengukuran dengan ultrasonografi transrektal cukup diandalkan dalam menilai volume prostate.

Objective : To assess the intra-examiner and inter-examiner factor in the measurement of prostate volume using transrectal ultrasound.
Method : Total prostate volume and transition zone volume were measured by the first examiner (measurement I), followed by the second examiner (measurement II). Afterward the same measurements were conducted again by the first examiner (measurement III). The whole procedure were done on 30 patients in the TRUS Unit of The Department of Urology, Hasan Sadikin Hospital, Bandung.
Result : The mean total prostate volume and transition zone volume measured by the same examiner (Measurement I and Measurement III) were 45.67(±19.2) ml, ranged from 18.05 to 89.68 with a median of 44.18 ml and 16.92(±10.3) ml, ranged from 3.13 to 34.64 with a median of 14.30 ml. The mean total prostate volume and transitional zone volume measured by different examiners (Measurement I and Measurement II) were 45.86(±19.3) ml, ranged from 18.30 to 89.77 with a median of 44.18 ml and 16.8(±10.3) ml, ranged from 3.18 to 34.55 with a median of 14.51 ml. The mean difference between Measurement 1 and Measurement III using a Confidence Interval (CI) of 95 % were -0,20(±0,1),(-0.52-0.14) ml for total prostate volume and -0.07(±0.7) ml), (-0.38-0.16) ml for transitional zone volume. The mean difference between Measurement I and Measurement II using a Confidence Interval (CI) of 95 % were -0.57(±2.2) ml, (-1.35-0.21) ml for total prostate volume and -0.07(±1.7) ml, (-4.01-3.55) ml, for transition volume.
Conclusion : A considerable difference between the measurement by total and transitional zone volume of the prostate were shown if performed repeatedly by the same examiner as well as by different examiner. The variation is greater in measurement conducted by different examiner compared to the one conduct by the same examiner.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aura Milani Djamal
"Latar Belakang: Plantar fasciitis merupakan penyebab tersering dari nyeri tumit inferior. Nyeri dapat menjadi kronik walaupun sudah mendapatkan terapi konservatif yang optimal. Perbandingan efektivitas antara ESWT dan terapi Ultrasound masih belum diketahui dengan jelas.
Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental. Sebanyak 24 subjek plantar fasciitis dengan rentang usia 26-43 tahun yang telah terdiagnosis melalui USG mengikuti penelitian ini. Subjek dikelompokkan secara konsekutif ke dalam grup ESWT GE, n=13 dan grup Ultrasound UG, n=11 dengan durasi intervensi tiga minggu. Keluaran primer yang dinilai adalah nyeri palpasi dan nyeri pagi hari pada area medial tuberositas calcaneus. Keluaran sekundernya adalah waktu tempuh uji jalan 15 meter.
Hasil: Masing-masing grup menunjukkan perbaikan nyeri yang signifikan secara statistik tanpa adanya perbedaan bermakna antargrup. Waktu tempuh uji jalan 15 meter mengalami perbaikan yang tidak signifikan secara statistik pada kedua grup dan tidak terdapat perbedaan signifikan antargrup.
Kesimpulan: ESWT sama efektifnya dengan terapi Ultrasound dalam memberikan perbaikan nyeri pada plantar fasciitis.

Background: Plantar fasciitis is the most common cause of inferior heel pain. It may become chronic pain despite optimal conservative treatment. Comparison of effectiveness between ESWT an Ultrasound still unclear.
Methods: Experimental study on plantar fasciitis patient that diagnosed using Ultrasonography with range of age 26 63 years divided consecutively into ESWT group EG ESWT and stretching fascia plantaris gastrocnemius and Ultrasound group UG US and stretching fascia plantaris gastrocnemius for 3 weeks intervention. The primary outcomes were pain on palpation and morning pain on medial of calcaneal tuberosity. The secondary outcome was duration in performing 15 meters walk test.
Results: 24 participants EG n 13, UG n 11 enrolled in this study. Mean age of EG 46.5 years and CG 43 years. Each group showed statistically significant improvement of pain reduction with no significant different between group. The duration of 15 meters walk test improved nonsignificant in each group dan did not show significant difference between group.
Conclusions: ESWT was no more effective than Ultrasound in reducing pain in patient with plantar fasciitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fauzy Zikri
"ABSTRAK
Seiring meningkatnya kuantitas pertanian di Indonesia, harus diikuti dengan peningkatan kualitas pertanian. Umumnya salah satu indikator atau parameter yang biasa digunakan untuk menunjukan kualitas pertanian adalah jumlah hama yang merusak tanaman di daerah tertentu. Pengendalian organisme pengganggu pada tanaman tersebut dapat diminimalisir dengan produksi bio-insektisida berbasis Getah Pepaya Carica papaya yang disadap lalu diekstraksi dengan gelombang ultrasonik munggunakan pelarut NADES campuran dari Cholin chloride ChCl dan Oxalic acid Ox dengan variasi waktu sonifikasi selama 10, 20, 30 menit dan rasio pelarut 1:2, 3:2, 2:1. Bio-insektisida diproduksi dengan melakukan uji aktivitas enzim secara kualitatif protein dengan metode lowry dan secara kuantitatif menggunakan bantuan spektrofotometer UV/Vis dengan panjang gelombang 750 nm serta uji efikasi. Hasil ekstraksi terbaik didapatkan pada pelarut NADES dengan rasio 1:2 dengan waktu ekstraksi selama 30 menit dengan waktu ekstraksi selama 30 menit menghasilkan konsentrasi protein sebesar 7,23 ppm dan konsentrasi tirosin sebesar 7,9 ppm. Sampel bio-insektisida efektif mematikan ulat grayak dengan tingkat mortalitas 100 dalam rentang waktu 5-7 hari.

ABSTRACT
Along with the increasing quantity of agriculture in Indonesia, should be followed by improving the quality of agriculture. Generally one of the indicators or parameters commonly used to indicate the quality of agriculture is the number of pests that damage plants in certain areas. The control of disturbing organisms on the plant can be minimized by the bio insecticide production of Carica papaya which is tapped and extracted with ultrasonic assisted using a mixed NADES solvent from Cholin chloride ChCl and Oxalic acid Ox with varying sonification time for 10, 20, 30 minutes and solvent ratio of 1 2, 3 2, 2 1. Bio insecticide was produced by conducting qualitative enzyme activity of protein with lowry method and quantitatively using UV Vis spectrophotometer aid with 750 nm wavelength and efficacy test. The best extraction result was obtained at NADES solvent with 1 2 ratio with extraction time for 30 min with extraction time for 30 minutes yielding protein concentration equal to 7,23 ppm and tyrosine concentration equal to 7,9 ppm. Bio insecticide samples effectively kill grayak caterpillars with 100 mortality within 5 7 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>