Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144043 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Ratgono
"Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia angka kematian bayi masih tinggi, tahun 1980 sebesar 96 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 1986 adalah 70 per 1000 kelahiran hidup. Pada kedua hasil diatas, tetanus neonatorum merupakan penyebab urutan kedua (+ 20%) kematian bayi di Indonesia. Dalam upaya penurunan angka kematian bayi di Indonesia, penanggulangan tetanus neonatorum merupakan prioritas penanganan scat ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang merupakan resiko pada tetanus neonatorum, dengan lokasi penelitian di Kabupaten Tangerang. Hasil-hasil penelitian diharapkan sebagai sumbangan pemikiran untuk pengelola program maupun pengambil keputusan dalam kegiatan penanggulangan tetanus neonatorum.
Metode penelitian dengan pendekatan epidemiologis, yaitu desain kasus kontrol. Kasus adalah penderita tetanus neonatorum yang pernah dirawat di RSU Tangerang periode April 1988-Oktober 1989, sedangkan kontrol adalah bayi yang telah melewati masa neonatal, alamat/tinggal sesuai alamat kasus, dibatasi pada wilayah RT. Jumlah kontrol 2 kali jumlah kasus. Tidak dilakukan penjodohan (matching) pada penelitian ini.
Faktor faktor yang diteliti adalah 1) karakteristik ibu, meliputi umur, pendidikan, dan urutan kelahiran bayi, 2) keadaan sebelum persalinan meliputi periksa kehamilan, imunisasi TT, 3) pertolongan persalinan dan 4) perawatan tali pusat, mengenai obat tali pusat dan tenaga yang melakukan perawatan tali pusat tersebut. Berdasarkan hasil dari analisa hubungan dan analisa lanjut dengan menggunakan analisa regresi logistik ganda, faktor faktor yang merupakan resiko adalah:
1. Ibu yang tidak mendapatkan imunisasi tetanus toksoid pada waktu kehamilannya, dengan nilai OR sebesar 3,9.
2. Penggunaan bahan yang mengandung tepung /abu untuk perawatan tali pusat, dengan nilai OR sebesar 3,2.
Disamping faktor resiko diatas didapatkan pula hasil penelitian lainnya, berupa keadaan atau situasi yang melatar belakangi dari faktor resiko diatas yaitu:
-pengetahuan ibu mengenai imunisasi TT, kegunaan dan jumlah suntikan yang diperlukan masih rendah (36%).
-Hampir 50% ibu hamil pernah kontak dengan dukun selama masa kehamilannya.
-Obat tali pusat yang mengandung tepung/abu proporsi tertinggi digunakan oleh ibu / keluarga lain {25%), dukun tidak terlatih (19%) dan dukun terlatih {18%).
-Perbedaan resiko antara dukun tidak terlatih dan dukun terlatih dibandingkan dengan tenaga kesehatan baik dalam pertolongan persalinan maupun perawatan tali pusat adalah kecil (pertolongan persalinan OR 4,2 dan 3,1 , perawatan tali pusat OR 4,5 dan 3,4).
Peneliti mengajukan saran untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek proteksi imunisasi TT (sera konversi) termasuk terhadap berbagai obat yang digunakan untuk perawatan tali pusat. Sedangkan yang bersifat operasional adalah upaya cakupan imunisasi TT dan evaluasi terhadap metoda pelatihan dukun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sutardi
"Program Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) merupakan komitmen global hasil Konferensi Tingkat Tinggi Anak tahun 1990 di New York. Tujuan ETN yaitu menekan serendah mungkin angka kesakitan tetanus neonatorum sampai tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Di perkirakan di seluruh dunia tak kurang dari 350.000 neonatus setiap tahunnya meninggal akibat tetanus neonatorurn.
Di Indonesia tetanus neonatorum merupakan penyebab utama ke empat kematian neonatal yaitu sebesar 7,9 %. Angka kejadian tetanus neonatorum tahun 1997- 2000 berkisar 1,6 - 1,8 per 10.000 kelahiran hidup (fenomena gunung es). Jawa Barat merupakan provinsi dengan laporan kasus tetanus neonatorum terbesar di Indonesia, angka kejadian tetanus neonatorum periode 1997-2000 berkisar 1,2 - 1,6 per 10.000 kelahiran hidup dengan CFR berkisar 34,2 % - 47,1 %,
Upaya pencapaian eliminasi tetanus neonatorum di lakukan melalui pendekatan risiko secara terpadu, sedikitnya melibatkan tiga program yaitu program imunisasi, KIA dan surveilans. Program imunisasi berperan meningkatkan eakupan imunisasi TT hamil, imunisasi wanita usia subur (WUS). Program KIA berupaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal, cakupan kunjungan neonatus, pembinaan dukun bayi dan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Program surveilans berperan dalam penyelidikan epidemiologi untuk mengidentifikasi faktor risiko dan daerah risiko serta ikut memantau dan menilai keberhasilan dampak program.
Meskipun ETN teiah dilaksanakan sejak tahun 1995 namun program surveilans belum mampu memberikan informasi yang harus di tindak lanjuti secara rutin, baik oleh pimpinan maupun oleh program KIA dan imunisasi. Pengolahan data hasil penyelidikan epidemiologi belum didukung oleh suatu sistem informasi yang memadai dan belum mengakomodir keterpaduan program ETN.
Dalam melakukan pengembangan sistem informasi surveilans tetanus neonatorum di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, dilakukan observasi dan wawancara dengan petugas. Tujuannya adalah mempelajari permasalahan sistem yang ada saat ini, serta melakukan rancangan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan program. Permasalahan dalam sistem informasi yang ada saat ini adalah rendahnya kuantitas dan kualitas informasi yang di hasilkan surveilans, belum terstrukturnya pengolahan data surveilans, sebagian proses pengolahan data manual, pengolahan data sangat tergantung kepada petugas tertentu serta belum terpadunya sistem informasi ETN.
Pengembangan sistem informasi surveilans tetanus neonatorum terdiri dari rancangan output, rancangan input, rancangan basis data dan rancangan teknologi yang menghasilkan suatu prototipe program aplikasi. Kelebihan dari sistem informasi surveilans tetanus neonatorum adalah proses pengolahan menjadi terstruktur, proses lebih cepat, proses lebih teliti, proses konsisten, mudah di akses dengan tampilan menarik, hasil up to date serta mengakomodir kebutuhan program ETN.
Mengingat prototipe aplikasi sistem informasi surveilans tetanus neonatorum secara teknis telah berhasil di ujicoba di laboratorium, dan sumber daya di unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat memadai, maka perlu kiranya dilakukan implementasi sistem pada kegiatan surveilans yang sebenarnya. Proses implementasi secara manajerial harus di dukung komitmen kuat pimpinan dan pengelola program.
Daftar Bacaan : 28 (1981- 2003)

The Development of Surveillance Information System on Tetanus Neonatorum in The Health Authority of West Java Province ? 2003The Tetanus Neonatorum Elimination (TNE) Program is a result from global commitment at the Summit Conference for Children in New York in 1999. The aims of the TNE Program is to decreased as low as possible the morbidity of the tetanus neonatorum, until it's not any longer to be the public health problem. It is estimated that there were 350,000 newborns die every year in the world due to tetanus neonatorum.
in Indonesia tetanus neonatorum is the fourth major cause of death on newborn, at 7.9%. Its prevalence in 1997 - 2000 is around 1.6 - 1.8 per 10,000 life birth, but this figure is beliefs to be a tip of the iceberg phenomenon. West Java is a province which reported to be having the highest cases of tetanus neonatorum in Indonesia in 1997 - 2000, as high as 1.2 - 1.6 per I0,000 life birth, with its case fatality rate (CFR) at 34.2 to 47.1%.
An integrated risk approach is accomplished in order to try to eliminate the tetanus neonatorum, which at least involving three programs at the ministry of health (MOH), i.e. the immunization program, the maternal and child health (MCH), and surveillance. The immunization program has a role on increasing the coverage on TT immunization on pregnant mothers, and immunization on women at reproductive age (15 - 39 years old). The MCH program is try to increasing the coverage of antenatal care (ANC) services, coverage on newborn visit by health personnel, train and aide the traditional birth attendant, and increasing the delivery attendant by health personnel. And the surveillance program is responsible on carried out an epidemiology investigation in order to identify any risk factors and risk areas, as well as to monitor and evaluate the impact of a succeed achievement of a program.
Although the TNE program has been conducted since 1995, but so far, its surveillance program is unable to provide information that should be routinely followed up, whether by the decision makers or by MCH or immunization program. Moreover, there is no adequate information system to support the data management of the result of the epidemiology investigation, as well as to accommodate the integrity of TNE program.
in order to develop the surveillance information system of tetanus neonatorum in West Java, an observation and interview toward the officer of the Health Authority of West Java Province is being conducted. The study has an aim on finding out any recent problem that exist on the system, and try to design a proper information system regarded to the need of the program. Some findings on the recent problems on the existing system are: poor information quantity and quality, unstructured data management on the result of surveillance, some data management process is prepared manually, the process is solely depend on particular officer, and the information system of the TNE program has not been integrated yet.
The development of the information system of tetanus neonatorum surveillance is comprises of several stages, which are: an output design, an input design, a data-base design, and a technology design resulting on a prototype of an application program. The advantages of the information system of tetanus neonatorum surveillance are: the management data processing is more organize, faster, more precise, more consistent, easy to access with a good appearance, an up to date result, and put together the main three TNE program organizer.
As laboratory try-out of the prototype of the information system of tetanus neonatorum surveillance is technically succeeded, and its human resources at the surveillance unit of Health Authority of West Java Province is sufficient, it is suggested that the system can be implemented for the factual surveillance activities. And its implementation process should be supported by strong commitment from the decision makers and its program organizer.
Reference: 28 (1981 - 2003)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Tantijati
"Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan Biro Pusat Statistik (BPS), AKB pada tahun 1995 adalah 55 bayi per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah tetanus neonatorum, yang menempati urutan ke 3 (SKRT 1986 dan 1992). Upaya untuk mengeliminasi penyebab kematian terus dilakukan oleh Depatennen Kesehatan dengan target untuk menurunkan insiden tetanus neonatorum menjadi 1 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2000. Salah satu kabupaten penyumbang kasus tetanus neonatorum adalah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, walaupun ada kecenderungan menurun namun masih diatas target nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia neonatus saat timbulnya gejala-gejala tetanus neonatorum dengan kematian akibat tetanus neonatorum di Kabupatan Indramayu dan Kabupaten Cirebon tahun 1996-2001 sehingga diketahui usia masa kritis neonatus yang menderita tetanus neonatorum untuk meninggal dunia.
Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1:1. Jumlah sample keseluruhannya adalah 160 neonatus yang menderita tetanus neonatorum, yang terdiri dari 80 kasus dan 80 kontrol. Sample adalah neonatus penderita teanus neonatorum yang berusia 3-28 hari yang tercatat pada Form T2 dan Medical record rumah sakit sejak 1 Januari 1996 sampai 31 Desamber 2001 di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon .Kasus adalah sample yang meninggal dan kontrol adalah sample yang hidup.
Hasil penelitian pada analisa Muitivariat dengan uncondentional logistic regresion, variabel yang berhubungan dengan kematian akibat tetanus neonatorum secara bermakna (p<0.05) adalah usia neonatus yang menderita tetanus neonatorum, dimana neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang berusia 7 hari atau kurang mempunyai risiko meninggal dunia 20.06 kali dibanding neonatus penderita tetanus neonatorum yang berusia lebih dari 7 hari, Penderita tetanus neonatorum yang dibawa ke rumah sakit pada hari yang ke 2 atau lebih setelah gejala pertama (tidak mau menyusu dan demam) mempunyai risiko meninggal dunia 6.95 kali dibandingkan dengan yang dibawa ke rumah sakit pada hari pertama setelah gejala pertama, neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang diberi dosis obat antibiotik lebih rendah selama dirawat di rumah sakit mempunyai risiko meninggal dunia 4.34 kali di banding neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang selama dirawat di rumah sakit di beri dosis obat antibiotik yang sesuai dengan Prosedur tata laksana kasus tetanus neonatorum di RSCM, Jakarta. Variabel kekebalan, antibiotik (jenis dan cara pemberian), anti kejang (jenis,dosis dan cara pemberian) dan cara pemberian ATS tidak berhubungan secara bermakna.(p>0.05) dengan kematian akibat tetanus neonatorum.
Disarankan untuk perbaikan dan sosialisasi Protap Tata Laksana Kasus Tetanus Neonatorum baik di tingkat rumah sakit maupun Puskesmas, perbaikan surveillence kasus tetanus neonatorum dan intensifikasi upaya pencegahan tetanus neonatorum.

The Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still high. Based on Central Bureau of Statistics (CBS) the IMR in 1995 was 55/1000 live births. One of the main reasons on infant death is tetanus neonatorum that take a place on the third (Household Health Survey, 1986 and 1992). The effort to eliminate the cause of infant death is still conducted by 1hP MOH with the target to reduce incident of tetanus neonatorum become 111000 live birth on 2000. One the District that contributes the case of tetanus neonatorum is Indramayu and Cirebon Districts, even showing tend to reduce; however it is over with the national target.
The objective of this study was to determine the relationship of neonatus' age when showing the indications of tetanus neonatorum with the death caused by tetanus neonatorum at Indramany and Cirebon Districts in 1996-2001. So it can be known the age on neonatus crisis time that is suffering tetanus neonatorum to death.
The study design was control cases with the comparison; the number of cases group and control group was 1:1. The total number of sample was 160 neonatus tetanus neonatorum that covers of 80-cases group and 80-control group. The sample was the sufferer of tetanus neonatorum whose age was 3-28 days that registered on the T2 Form and Medical Record at the Hospital, since January 1st, 1996 - December 31s', 2001 both in lndramayu and Cirebon Districts. The cases were the samples whose was death and control was the sample that is still alive.
The result of this study based on Multivariate analysis by unconditional logistic regression, It was showed that the variable which related to the death that caused by tetanus neonatorum significantly (p<0.05) was the age of neonatus. The sufferer of neonatus tetanus neonatorum whose the age is 7 days or less, they were having risk to death as 20.06 times compared with the neonatus tetanus neonatorurn whose age over than 7 days. The sufferer of tetanus neonatorum that brought to the Hospital on second day or more after first indication (reluctant to breast-feed and fever) having risk to death as 6.95 times compared with those whom brought to the Hospital on the first day after the first indication. The neonatus tetanus neonatorum who is given lower doses of antibiotic medicine during hospitalized having risk to death 4.34 times compared with whom that hospitalized gave doses of antibiotic medicine that meet with management diagnose, the cases at Cipto Mangun Kusumo Hospital, Jakarta. The variable of immune, antibiotic (type and method of giving), anti-seized (type, doses and method of giving) and the way in giving the ATS was not related significantly (p>0.05) with the death of neonatus caused by tetanus neonatorum.
It is recommended to increase and socialize the protap of Management Tetanus Neonatorum Cases both in the level of Hospital and to the Health Center. It is needed to improve the surveillance on the case of tetanus neonatorum and intensification effort in preventing the cases of tetanus neonatorum.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Resmiati
"Sampai saat ini angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi bila dibandingkan dengan negaranegara tetangga Asean. Tetanus neonatorum merupakan penyebab urutan kedua (± 20%) kematian bayi di Indonesia. Berbagai upaya dalam menurunkan angka kematian bayi telah banyak dilakukan, yang menjadi prioritas program dalam Repelita V adalah Eliminasi Tetanus Neonatorum.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pencegahan tetanus neonatorum, dengan lokasi di Kabupaten Bogor. Hasil-hasil penelitian diharapkan sebagai sumbangan pemikiran untuk pengelola program maupun pengambil keputusan dalam kegiatan penanggulangan tetanus neonatorum.
Metoda penelitian dengan rancangan Cross sectional, dimana pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat. Analisis yang dipergunakan adalah tabulasi silang dan regresi logistic.
Faktor-faktor yang diteliti adalah umur ibu, paritas ibu, pendidikan ibu, pekerjaan suami, pengetahuan ibu dan sikap ibu mengenai tetanus neonatorum, serta tersedianya tenaga kesehatan sebagai variabel bebas. Sebagai variabel terikat adalah praktek pencegahan tetanus neonatorum yang meliputi imunisasi tetanus toxoid lengkap, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan perawatan tali pusat bayi yang steril.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua faktor tersebut mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pencegahan tetanus neonatorum. Pengetahuan dan sikap ibu terbukti mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pertolongan persalinan dengan nilai OR 2.9 dan dengan praktek perawatan tali pusat dengan nilai OR 22.9. Umur dan paritas ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek imunisasi tetanus toxoid dengan nilai OR 2.2 dan OR 2.1. Pendidikan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pertolongan persalinan dengan nilai OR 4.4. Pekerjaan suami menunjukkan kecenderungan untuk mencegah praktek perawatan tali pusat dengan nilai OR 0.3. Demikian pula dengan tenaga kesehatan menunjukkan kecenderungan untuk mencegah praktek imunisasi tetanus toxoid dan perawatan tali pusat bayi dengan nilai OR 0.4 dan OR 0.2.
Disamping itu diketahui pula bahwa sekitar 65.7% responder, tingkat pengetahuannya kurang mengenai tetanus neonatorum walaupun yang mempunyai sikap positif cukup banyak yaitu 87.8%. Responden yang melaksanakan praktek imunisasi TT dan perawatan tali pusat sudah cukup baik, namun praktek pertolongan persalinan oleh dukun bayi masih cukup tinggi yaitu 65%.
Mengingat hal-hal yang telah diuraikan diatas, disarankan untuk : (1) meningkatkan pengetahuan ibu mengenai tetanus neonatorum beserta upaya pencegahannya melalui penyuluhan oleh kader kesehatan khususnya kader KIA, dan (2) pembinaan terhadap dukun bayi baik terlatih maupun tidak terlatih. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilly Indrawati
"Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi bila di bandingkan dengan negara-negara Asean. Sekitar 40 % kematian bayi terjadi pada saat neonatal (bulan pertama kehidupan bayi). Tetanus nennatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal di Indonesia. Dari 126.000 kematian neonatal, sekitar 50.000 diantaranya meninggal karena tetanus neonatorum. Bangsa Indonesia telah bertekad untuk mengeliminasi tetanus neonatorum di pilau Jawa dan Bali pada akhir tahun 1995 dan di seluruh Indonesia pada tahun 2000.
Di Kotamadya DT. II Tangerang pada tahun 1994 - 1996 terdapat 20 kasus tetanus neonatorum ( laporan dari rurnah sakit ) sehingga masih dirasakan cukup sulit untuk mencapai eliminasi tetanus neonatonirn ( kejadian tetanus neonatorum setinggi-tingginya 1 per 10.000 kelahiran hidup ).
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus adalah pendataan tetanus neonatorum yang di dapat dari rumah sakit pada tahun 1994 - 1995 sebanyak 20 kasus, sedangkan kontrol adalah bayi yang tidak menderita tetanus neonatorum yang lahir pada tahun 1994 - 1995 yang bertempat tinggal yang sama dengan kasus sebanyak 40 kasus. Untuk mengetahui besarnya hubungan faktor-faktor yang berperan dengan kejadian tetanus neonatorum di lakukan perhitungan Odd Ratio.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara status imunisasi tetanus toksoid ibu hamil, tenaga penolong persalinan, sterilitas alat pemotong tali pusat, obat/bahan perwatan tali pusat dengan kejadian tetanus neonatarum.
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan untuk dilakukan peningkatan kualitas imunisasi mulai dari perencanaan, pcngawasan mutu vaksin, cold chain, bimbingan dan supenisi ke tenaga pelaksana dii puskesmas serta meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan rnembina peran serta masyarakat dan sektor swasta. Selain itu ditingkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan/ persalinan di dampingi oleh tenaga kesehatan, bekerjasama dengan bidan praktek swasta, komitmen dan dukungan politis perlu ditingkatkan dalam upaya akselerasi penuntnan tetanus neonatorum.

Among Asean countries, infant mortality rate in Indonesia is substantially high . Approximately 40 % of infant mortality occurred in the neonatal phase ( the first month of infant life ). Tetanus neonatorum still is one of the major causes of neonatal mortality in Indonesia. From 126,000 neonatal immortality 50,000 is approximately caused by tetanus neonatorum. The Government of Indonesia have targeted to eliminate tetanus noenatorum in Java and Bali at the end of 1995 and all over Indonesia in 2000.
During 1994 - 1996 there were 20 cases of neonatal tetanus observed in Tangerang district hospital ( based or: report from hospital ). Assuring near nor all cases with treated in the hospital phase may be more cases in the whole district.
Case control design was use in this research. A number of 20 eases of neonatal tetanus were identified base on tetanus neonatorum data from hospital in 1994 - 1996. The control were 40 infants with no tetanus neoantorum which were born in 1994 - 1996 and lived in the same area with the cases. To find facie rs suspected as related to tetanus neonatorum, odd ratio was calculated.
The result of the research demonstrated treat neonatal tetanus is related to ( 1 ) TT immunization of pregnant mother, (2) the help of midwives, (3 ) sterilization of equipment utilised in cutting the umbilical cord and ( 4 ) wormed care of the umbilical cord.
From this research writer recommended to improve the immunization quality starting from planning, control of vaccine quality, cold chain management, provision of guidance and supervision to staffs in puskesmas qually important is to improve cooperation among programs, among sectors, by building participation of the communities and private sector. The role of medical personnel to help delivery, also steamed be increased. This can be done by establishing cooperation with private midwives and enclosing political commitment and support.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Karima
"Latar Belakang:. Sepsis neonatorum awitan dini masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama pada neonatus, dengan angka lebih tinggi terjadi pada bayi kurang bulan. Berbagai faktor diketahui berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum awitan dini, namun penelitian yang dilakukan pada bayi prematur masih terbatas. Tujuan:. Mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum awitan ini pada bayi kurang bulan di RSCM.
Metode:. Penelitian desain case-control dengan mengambil data dari rekam medis bayi lahir kurang bulan di RSCM pada rentang waktu Januari 2016-Desember 2017 sebanyak 186 sampel (93 untuk masing-masing kelompok). Data dianalisis secara bivariat dan multivariat.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna dari karakteristik bayi kurang bulan antara kelompok kasus dan kontrol yaitu usia gestasi, jenis kelamin laki-laki, dan berat lahir. Gejala klinis tersering ditemukan adalah sesak napas. Dari 7 faktor yang dianalisis, infeksi intrauterin, nilai APGAR 1 menit pertama, dan nilai APGAR 5 menit pertama pada analisis bivariat dimasukkan ke analisis multivariat (p<0,25) sementara pada faktor lainnya tidak ditemukan hubungan yang bermakna. Pada analisis multivariat, ditemukan bahwa jenis kelamin laki-laki, usia gestasi, infeksi intrauterin, dan nilai APGAR 1 menit pertama memiliki hasil yang bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Jenis kelamin laki-laki, usia gestasi, infeksi intrauterin, dan nilai APGAR 1 menit pertama merupakan faktor risiko independen sepsis neonatorum awitan dini pada bayi kurang bulan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kejadian sepsis neonatorum awitan dini pada bayi kurang bulan.

Background: Early onset neonatal sepsis is still considered as a common cause of morbidity and mortality in neonates, with a higher prevalence found in preterm infants. Many factors are known to be correlating to the cases of early onset neonatal sepsis, but research done specifically in preterm infants is limited.
Objective: To determine the factors associated with early onset neonatal sepsis in preterm infants.
Method: This research was done using a case-control design, where the data is taken from the medical record of preterm patients born in RSCM within January 2016-December 2017. The total sample is 186 (93 for each group). Data was then analyzed using bivariate and multivariate analysis.
Result: A significant result was found in characteristic such as gestational age, gender, and birth weight. Out of 7 factors that were analysed, the factors that were analysed using multivariate analysis were intrauterine infection, low APGAR score in the first minute, and low APGAR score in the fifth minute. From multivariate analysis, gender, gestational age, intrauterine inflammation, and low APGAR score in the first minute were stastically significant.
Conclusion: gender, gestational age, intrauterine inflammation, and low APGAR score in the first minute are independent risk factors for early onset neonatal sepsis. Further study is needed to understand the correlation between those factors and early onset neonatal sepsis in preterm infants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etti Suryani
"ABSTRAK
Salah satu indikator derajat kesehatan adalah angka kematian bayi (AKB). Saat ini AKB nasional adalah 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Berbagai upaya dilakukan Pemerintah untuk menurunkan Angka Kematian Bayi diantaranya program Desa Siaga. Penelitian ini adalah penelitian analitik non eksperiment dengan rancangan Cross sectional. Penelitian ini menganalisis hubungan tingkatan Desa Siaga dengan Angka kematian bayi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada tahun 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh desa yang ada di kabupaten Blitar dengan total sampel berjumlah 248 desa dan dianalisis dengan uji T-Independent. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata kematian bayi antar Tingkatan Desa Siaga. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkatan Desa Siaga dengan Angka Kematian Bayi. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya Angka Kematian bayi (AKB).

ABSTRACT
One indicator of healthy level is the Infant Mortality Ratio (IMR). Currently, the national IMR was 34 deaths per 1,000 live births (SDKI 2007). There are many government efforts to reduce infant mortality, one of them is ?Desa Siaga? program. To determine the correlation of ?Desa Siaga? and Infant Mortality Ratio, We conducted research by analyzing the level of ?Desa Siaga? and Infant Mortality Ratio In Blitar, East Java in 2010. The population of this study are all villages in Blitar district total sample are 248 villages and analyzed by the Independent T-Test. This research is an analytic non experiment with cross sectional design. The results showed that there was no significant difference in average infant mortality among level of ?Desa Siaga.? Thus concluded that there was no relationship between levels of ?desa siaga? with Infant Mortality. This is caused by many factors that cause high or low Infant Mortality Ratio (IMR)."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Chaliq Setiawan
"Kematian neonatal merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian  derajat kesehatan masyarakat dari suatu wilayah. Peningkatan kasus kematian neonatal yang terjadi secara signifikan di wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala merupakan hal yang perlu ditelaah lebih dalam mengingat adanya kesamaan karakteristik ketiga wilayah tersebut yang masuk ke dalam satu rumpun wilayah. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian neonatal di ketiga wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan desain studi observasional yaitu desain kasus kontrol dengan perbandingan 1:1.5 pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Sampel penelitian ini berjumlah 154 sampel dengan penggunaan teknik sampling total sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer yang bersumber dari data otopsi verbal perinatal (OVP) dan rekam medik perinatal (RMP) yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ataupun puskemas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas kematian neonatal terjadi pada masa neonatal dini, adapun faktor risiko kematian neonatal di Wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala adalah faktor riwayat komplikasi persalinan terakhir (aOR=4.082; 95%CI=1.873-8.893), faktor pendidikan bapak (aOR=3.067; 95%CI=1.432-6.569), dan faktor berat badan lahir neonatus (aOR=3.041; 95%CI=1.427-6.481). Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pentingnya meningkatkan upaya perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi kepada ibu beserta keluarga untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kematian neonatal.

Neonatal death is an important indicator in assessing an area's public health degree. The significant increase in cases of neonatal deaths that occurred in the areas of Palu City, Sigi Regency, and Donggala Regency is something that needs to be studied more deeply considering the similarities in the characteristics of these three areas which fall into one regional group. This study aimed to obtain risk factors associated with neonatal death in these three regions. This research uses an observational study design, namely a case-control study with a ratio of 1:1.5 in each case and control group. The sample for this research consisted of 154 samples using sampling techniques total sampling. The data used in this research is primary data sourced from perinatal verbal autopsy data (OVP) and perinatal medical records (RMP) originating from the District/City Health Office or primary health centers. The results of this study show that the majority of neonatal deaths occur in the early neonatal period, while the risk factors for neonatal deaths in the Palu City, Sigi Regency, and Donggala Regency areas are a history of recent birth complications (aOR=4.082; 95%CI=1.873-8.893), father's education factor (aOR=3.067; 95%CI=1.432-6.569), and newborn birth weight factor (aOR=3.041; 95%CI=1.427-6.481). Based on the results of this research, it can be seen that it is important to increase efforts to plan birth and prevent complications for mothers and their families to minimize the possibility of neonatal death."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Pratiwi
"Skripsi ini membahas kematian bayi pada periode neonatal dengan kunjungan ANC dan perawatan postnatal di Indonesia. Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah angka kematian bayi belum mengalami penurunan yang sangat drastis yang lebih dikenal dengan fenomena 2/3 adalah pertama yaitu fenomena 2/3 kematian bayi ( 0 – 1 tahun ). terjadi pada masa neonatal. Kedua yaitu fenomena 2/3 terjadi pada masa neonatal dan terjadi pada minggu pertama yang berkaitan pada kematian bayi di Indonesia. Kematian bayi neonatal sebanyak 100.454 bayi berarti 273 neonatal meninggal setiap harinya yang berarti setiap 1 juta bayi neonatal meninggal secara dini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kematian bayi selama 28 hari ( survival neonatal ) dan mengetahui hubungan kematian bayi selama 28 hari berdasarkan kunjungan ANC dan perawatan postnatal. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil analisis penelitian ini adalah probabilitas kematian bayi pada periode neonatal adalah sebesar 4 %, Kunjungan ANC dan perawatan postnatal yang kurang baik memberikan probabilitas kematian bayi pada periode neonatal sebesar 82,8 % dan hasil multivariate pengaruh kunjungan ANC terhadap kematian bayi pada periode neonatal menunjukkan hasil yang signifikan secara statistic. Hasil penelitian menyarankan bahwa kunjunagn ANC dan perawatan postnatal sangat diperlukan untuk ibu hamil karena dapat mendeteksi sedini mungkin komplikasi yang mungkin terjadi.

This skripsi studies infant mortality at neonatal period with visit ANC and treatment of postnatal in Indonesia. As for problem of this skripsi is baby mortality has not experienced a real more knowledgeable drastic degradation with phenomenon 2/3 is first that is phenomenon 2/3 infant mortalities ( 0 - 1 year ). happened during neonate. Second that is phenomenon 2/3 happened during neonate and happened at interconnected first week at infant mortality in Indonesia. Neonatal infant mortality 100454 babies means 273 neonates to die every day its(the meaning every 1 million neonatal babies died earlyly.
Purpose of this research is to know infant mortality during 28 days ( neonate survival ) and knows the relation of infant mortality during 28 days based on visit ANC and treatment postnatal. This research is quantitative research with design cross sectional.
Result of this research analysis is infant mortality probability at neonate period is equal to 4 %, Visit ANC and treatment of postnatal which is unfavourable gives infant mortality probability at neonatal period 82,8 % and result of multivariate visit influence ANC to infant mortality at neonatal period shows result signifikan in statistic. Result of research suggests that kunjunagn ANC and treatment of postnatal hardly is needed to pregnant mother because can detect early possible komplikasi which possibly happened.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Uus Sukmara
"Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) adalah salah satu sasaran yang disepakati dalam konperensi tingkat tinggi tentang kesehatan anak sedunia yang harus dicapai pada akhir tahun 2000. Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk mencapai ETN tersebut adalah pemberian imunisasi tetanus toxoid kepada ibu hamil. Berbagai upaya untuk mencapai cakupan imunisasi TT ibu hamil yang optimal telah dilaksanakan, namun cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di beberapa wilayah masih tetap merupakan masalah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah puskesmas Sukamanah kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merupakan sumbangan pemikiran untuk pengelolaan program imunisasi TT ibu hamil dalam kegiatan pencapaian eliminasi tetanus neonatorum.
Metode penelitian ini dirancang dengan study kasus kontrol, sebagai kasus adalah ibu-ibu yang mempunyai anak umur kurang satu tahun dimana selama kehamilannya tidak pernah (TT0) atau tidak memperoleh imunisasi TT lengkap (TT1), sedangkan kontrol adalah ibu-ibu yang mempunyai anak umur kurang satu tahun dimana selama kehamilannya memperoleh imunisasi TT lengkap (TT2/ulang). Jumlah kasus sebanyak 170 orang dan jumlah kontrol 170 orang (perbandingan 1 kasus : 1 kontrol).
Variabel yang diteliti meliputi faktor umur ibu, pendidikan, pengetahuan, sikap, jumlah anak balita, pekerjaan suami, persepsi ibu terhadap jarak, kepemilikan keluarga, pemeriksaan kehamilan dan anjuran yang diterima ibu untuk di imunisasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak semua faktor yang diteliti berpengaruh secara bermakna terhadap status imunisasi TT ibu hamil. Variabel yang tidak berpengaruh adalah ; umur ibu, jumlah anak balita, pekerjaan suami, pengetahuan, dan kepemilikan, sedangkan variabel yang berpengaruh adalah sikap (O.R 4,5), pendidikan (O.R 2,1), pemeriksaan kehamilan (O.R 2,2), persepsi terhadap jarak (OR 2,0) dan anjuran berpengaruh secara bermakna (O.R. 4,3).
Mengingat hal-hal tersebut diatas maka disarankan kepada kepala puskesmas Sukamanah khususnya dan kepala dinas kesehatan kabupaten Bogor umumnya untuk dapat meningkatkan penyuluhan perorangan (anjuran), meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalisme petugas, menekan terjadinya miss oportunity ANC dan imunisasi TT, membentuk pos vaksinasi khusus di daerah yang jauh dari posyandulpuskesmas serta mengusulkan kepada camat atau Dikbud untuk diadakan pendidikan kejar paket A (pendidikan sejenis) kepada ibu-ibu yang tidak sekolah atau buta huruf.

The Factors Which Influenced of Toxoid Tetanus Immunization Status in Sukamanah Puskesmas, Kabupaten Bogor In 2000Elimination of Tetanus Neonatorum is one of targets of World Health Summit for Children in high level that must be achieved by the year 2000. One effort which has done to reach ETN is giving toxoid tetanus immunization to pregnant mother. There are so many efforts to reach the coverage of TT immunization that have done well in every area but it is still face the problems.
The purpose of the research is to find out some factors that have influenced the status of TT immunization for pregnant mother in Sukamanah Health Centre, Bogor District. The result of research is contributing some ideas for the management of pregnant mother TT program in increasing elimination of neonatorum of tetanus activating.
The research applies a case control design the case are, mother who has a baby, during her pregnancy has not ever given (TT0) or full of TT (TT1), while the control is mother who has baby that during her pregnancy has taken full of TT (TT2/booster). About it case and 170 control had beed interviewed (1 case : 1 control).
The factor of attitude has been researched including: the mother's age, education, knowledge, number of children under 5 year age, husband's occupation, mother's perceive of distance, owner's family, checking the pregnancy up, and suggestion to do immunization which has revived by the mother.
The result of the study reveals that there is the significant relationship between attitude (O.R. = 4,5), education (O.R.= 2,1), examination during pregnancy (ANC) (OR = 2,2), perceived of distance ( OR = 2,0) and suggestion (O.R.= 4,3) of TT immunization status of pregnant mother.
Based on the result of the study, it is recommended to the head of Sukamanah Health Centre and the head of Bogor District Health office to early out the personal health education (Counseling), to improve the ability and performance of the staff, to reduce the miss opportunity of ANC and immunization, to establish the vaccination centre at the remote are, and to give a recommendation to the Head of Sub district or Department of Education in order to give education package to the literacy mother.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>