Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159104 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susilowati Ramelan
"ABSTRAK
Latar belakang
Angka kematian bayi (AKB) sudah sejak lama dipakai sebagai salah satu indikator status kesehatan masyarakat suatu negara. Angka ini di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 93 kematian per 1000 kelahiran pada tahun 1983 ( Utomo, 1984). Pada Survai Kesehatan Rumah Tangga 1986 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, didapatkan AKB sebesar 71,8 permil (Budiarso dkk., 1986). Meskipun angka tersebut menunjukkan perbaikan bila dibandingkan dengan AKB pada tahun 1983, namun masih merupakan AKB tertinggi di antara negara-negara anggota ASEAN. Pada tahun 2000 diharapkan angka tersebut dapat ditekan menjadi 45 permil (Dep. Kes. RI.1984).
Dari angka kematian bayi tesebut, kematian neonatal dini (KND) merupakan porsi terbesar. Vaughan (1987) memperkirakan bahwa sebagian besar (sekitar 61%) dari kematian bayi terjadi pada masa neonatal dini. Hal yang senada juga dikemukakan oleh Barros dkk. (1987) meski persentase yang lebih rendah, 45%. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa penurunan AKND akan mengakibatkan penurunan AKB secara bermakna (Markum dkk., 1983). WHO memperkirakan bahwa AKND di Indonesia menduduki tempat tertinggi di negara-negara anggota ASEAN, ialah 32,9 permil (WHO, 1984). Upaya penurunan AKND secara khusus dapat dinilai sebagai bagian dari upaya ilmu kesehatan anak, namun secara. umum hal tersebut juga merupakan upaya pelayanan kesehatan menyeluruh yang melibatkan berbagai bidang dan keahlian.
Tinggi rendahnya AKND dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Faktor tersebut adalah faktor bayi itu sendiri, faktor ibu, faktor perilaku masyarakat khususnya perilaku ibu faktor sosial dan ekonomi, factor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan lain-lain. Masing-masing faktor tersebut tidak dapat dianggap
secara eksplisit berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan. Faktor bayi yang sudah banyak dikenal mempengaruhi AKND adalah berat lahir, masa gestasi, nilai Apgar, dan pelbagai penyakit neonatus khususnya sindrom gangguan pernapasan. Pelbagai faktor ibu yang ikut menentukan AKND antara lain adalah umur, pendidikan, penyakit selama masa kehamilan misalnya eklamsia, serta paritas.
Bayi baru lahir adalah hasil reproduksi yang dipaparkan pada lingkungan baru melalui proses persalinan. Hasil reproduksi tersebut dapat dinilai antara lain dengan berat badan bayi waktu lahir. Berat badan waktu lahir tersebut, di lingkungan kedokteran dikenal sebagai berat lahir, dinilai seba-gai salah satu
indikator tumbuh-kembang janin dari sudut gizi?
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto Priyo Hastono
"Latar belakang. Angka kematian perinatal di Indonesia masih tinggi. Angka kematian perinatal pada tahun 1980 sebesar 46 per 1000 kelahiran dan pada tahun 1986 didapatkan angka kematian perinatal sebesar 40,5 per 1000 kelahiran. Salah satu faktor yang diduga mempunyai daya ungkit yang besar dalam menurunkan kematian perinatal adalah pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal yang baik akan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu selama hamil, sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara pelayanan antenatal dengan kematian perinatal.
Metode. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Studi Prospektif Keluarga Berencana dan Kesehatan di Kecamatan Gabus Wetan dan Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Jumlah sampel penelitian adalah 1284 ibu hamil anggota rumah tangga sampel studi KB-Kesehatan yang melahirkan bayi dari periode I Juni 1991 sampai dengan 30 Desember 1992 dan diamati minimal selama 3 bulan dari seluruh masa kehamilannya. Pelayanan antenatal dilihat dari segi kualitasnya, yaitu melihat pelayanan antenatal selain dari jumlah kunjungannya, juga memperhitungkan jenis pemeriksaan yang diterima selama masa kehamilan.
Hasil. Setelah dikontrol variabel kovariat penolong persalinan dan kondisi persalinan, risiko kejadian kematian perinatal pada ibu hamil yang memperoleh kualitas pemeriksaan buruk 5 kali lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang memperoleh kualitas pemeriksaan baik (OR=4,7, 95% CI:1,59-12,86, p=0,0037). Nilai Atributable Risk sebesar 78,5 %, artinya bila semua ibu hamil memperoleh pemeriksaan kehamilan dengan kualitas baik, maka akan menurunkan kejadian kematian perinatal sebesar 78,5 %.
Kesimpulan. Angka kematian perinatal pada penelitian ini adalah 40,5 per 1000 kelahiran. Kualitas pemeriksaan kehamilan yang baik akan dapat mengurangi risiko kejadian kernatian perinatal. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qisthina Aulia
"Individu memiliki kecenderungan untuk munafik secara moral ketika memiliki kekuasaan. Mereka menilai pelanggaran moral yang dilakukan oleh dirinya lebih ringan dibandingkan orang lain meski berada dalam kondisi yang sama. Namun bagaimana jika individu diancam oleh kematian? Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih lanjut gejala kemunafikan moral pada mereka yang berkuasa. Peneliti menggunakan dua prosedur dalam mengukur kemunafikan moral berupa Skala Pelanggaran Moral (studi 1) dan Dilema Pembagian Tugas (studi 2). Sumber kekuasaan juga dimanipulasi berdasarkan kepribadian (studi 1) dan kedudukan (studi 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ancaman kematian dapat membuat tingkat kemunafikan moral pada individu yang berkuasa mengalami penurunan.

Individuals have a tendency to morally hypocrite when they have power. They assess the moral offense committed by them is acceptable unlike everyone elsein the same condition. But how if the people are threatened by death? This study aims to look further symptoms of the moral hypocrisy of those in power. Researchers used two procedures to measure the moral hypocrisy by using a Moral Transgression Scale (Study 1) and Moral Dilemma (Study 2). Power sources are also manipulated by personality (Study 1) and position (Study 2). The results showed that the threat of death can make the individual level of moral hypocrisy decreased.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fredy Tjekden
"Angka kematian bayi di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan negara-negara anggota ASEAN. Untuk menurunkan angka kematian bayi diperlukan suatu pemahaman yang komprehensif tentang determinannya. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari kejadian kematian dan tingkat benahan hidup bayi berdasarkan faktor-faktor kesehatan dan demografi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial yang terdiri dari analisis regresi logistik untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor kesehatan dan demografi terhadap kejadian kematian bayi serta proporsional hazard model untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor kesehatan dan demografi terhadap tingkat bertahan hidup bayi yang menggunakan data hasil SDKI 2007.
Temuan analisis deskriptif menunjukkan bahwa kejadian kematian bayi lebih banyak pada ibu yang berpendidikan dan kemampuan ekonomi rendah, tinggal di perdesaan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan memenuhi ST, penolong persalinan bukan tenaga kcsehatan, tidak melakukan pemeriksaan bayi setelah lahir, melahirkan pada umur yang berisiko, jumlah anak tiga ke atas, jarak kelahiran di bawah dua puluh empat bulan, serta jenis kelamin anaknya laki-laki.
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa kematian neonatal dipengaruhi pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan ke1ahiran,jarak kelahiran, dan jenis kelamin anak. Untuk kematian postneonatal, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah penolong persalinan, pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan kelahiran, jarak kelahiran, dan daerah tempat tinggal. Untuk kematian bayi, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan kelahizan, jarak kelahiran, indeks kekayaan kuantil dan daerah tempat tinggal.
Hasil analisis proporsional hazard model menunjukkan bahwa tingkat bertahan hidup postneonatal dipengaruhi oleh penolong persalinan, pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan kelahiran, jarak kelahiran, pcndidikan ibu dan daerah tempat tinggal. Untuk tingkat bertahan hidup bayi, faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan kelahiran, jarak kelahiran, jenis kelamin anak, pendidikan ibu dan daerah tempat tinggal.

Compared to other ASEAN countries, infant mortality in Indonesia is higher. To reduce infant mortality, we need comprehensive understanding about its determinants. Generally, this research’s aim is to study infant mortality and its survival rate based on health and demographic factors. In this research, method of analyses are descriptive analysis, logistic regression analysis and proportional hazard model analysis. Logistic regression analysis is used to examine influence of health and demographic factors on infant mortality. Proportional hazard model is used to investigate the impacts of health and demographic factors on survival rate of infant. This research uses the results of the 2007 Indonesia Demographic and Health Survey Data (IDI-IS).
The results of descriptive analysis show that the incidence of infant mortality is higher among infants from mothers with lower education and economic status. In addition, infant mortality is higher among babies from mother who lived in rural areas, had no antenatal care, were assisted non-professional health worker at delivery, had no postnatal check, gave births at high risk age, had more than three children, and had less than 24 months birth interval. Futhermore, baby boys had higher had higher mortality than baby girls.
The results of regression analysis on the factors of infant mortality show some interesting results. Neonatal mortality is influenced by the existence of postnatal check, mother‘s age at delivery, birth order, birth interval, and the sex of the baby. In posmeonatal case, the mortality is affected by the type of assistance at delivery, the existence of postnatal check, mother’s age at delivery, birth order, birth interval, and mother’s place of residence. In infant case, the mortality is influenced by the existence of postnatal check, mother’s age at delivery, birth order, birth interval, quintile index of welfare and mother’s place of residence.
The results of proportional hazard model show that survival rate of postneonatal is influenced by the type of assistance at delivery, the existence of postnatal check, birth order, birth interval, mother’s education level, and mother’s place of residence. Survival rate of infant is affected by the existence of postnatal check, mother’s age at delivery, birth order, birth interval, sex of infant, mother’s education level, and mother’s place of residence.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34008
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulhasri
"ABSTRAK
Udang windu (Penaeus monodon Fab.) mempunyai pertumbuhan yang baik pada salinitas 10-25 ppt. Tetapi di Indonesia hanya sedikit tambak yang selama setahun penuh dengan kisaran salinitas tersebut. Pada musim hujan, salinitas tambak cenderung turun menjadi 5-10 ppt dan di musim panas salinitas tambak naik menjadi 34-70 ppt.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Mortalitas dan batas toleransi udang windu stadium juwana terhadap salinitas; (2) Kisaran preferensi udang windu stadium juwana terhadap salinitas; (3) Pengaruh salinitas terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi dan lamanya pakan berada dalam tubuh udang windu stadium juwana.
Dari grafik Lethal Dose 50 % (LD50) diketahui bahwa udang windu stadium juwana pada salinitas rendah mempunyai batas toleransi 3,6 ppt dan salinitas tinggi pada 44,5 ppt. Dari hasil uji preferensi dapat disimpulkan bahwa udang windu stadium juwana menyenangi kisaran salinitas 19-23 ppt. Sedangkan dari hasil uji anava satu faktor menunjukkan bahwa salinitas tidak berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi dan lamanya pakan berada dalam tubuh udang windu stadium juwana.
ABSTRACT"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla
"Latar Belakang: COVID-19 telah ditetapkan WHO sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia dengan case fatality rate (CFR) di Indonesia mencapai 8,7% pada April 2020. Sampai saat ini belum ada biomarker prognosis untuk membedakan pasien yang membutuhkan perhatian segera dan menjadi prediktor mortalitas COVID-19 di ICU. Skor Simplified Acute Physiology Score 3 (SAPS 3) menilai kondisi pasien sejak pertama kali datang ke rumah sakit dan mengevaluasi data yang diperoleh saat masuk ICU dalam menentukan prediktor mortalitas 28 hari. Tujuan: Studi ini menganalisis hubungan skor SAPS 3 dengan mortalitas 28 hari pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU RSCM dan RSUI.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama bulan Maret-Agustus 2020. Sebanyak 208 subjek yang sesuai kriteria inklusi dianalisis dari data rekam medis. Data demografis dan penilaian skor SAPS 3 dicatat sesuai data rekam medis. Variabel SAPS 3 yang berpengaruh terhadap mortalitas 28 hari dilakukan analisis bivariat dan regresi logistik multivariat. Kesahihan dinilai menggunakan uji diskriminasi dengan melihat Area Under Curve (AUC) dan uji kalibrasi Hosmer Lemeshow. Titik potong optimal ditentukan secara statistik.
Hasil: Angka mortalitas 28 hari akibat COVID-19 periode Maret-Agustus sebesar 43.8%. Variabel SAPS 3 yang secara statistik berpengaruh signifikan (p<0.05) terhadap mortalitas 28 hari pasien COVID-19 di ICU adalah usia, riwayat penggunaan obat vasoaktif sebelum masuk ICU, penyebab masuk ICU (defisit neurologis fokal dan gagal napas), kadar kreatinin dan trombosit. Skor SAPS 3 menunjukkan nilai diskriminasi yang baik (AUC 80.5% Interval Kepercayaan 95% 0.747-0.862) dan kalibrasi yang baik (Hosmer-Lemeshow p=0.395). Titik potong optimal skor SAPS 3 adalah 39 dengan sensitivitas 70.3% dan spesifisitas 74.4%.
Kesimpulan: Skor SAPS 3 memiliki hubungan dengan mortalitas 28 hari pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU.

Background: COVID-19 has been declared as a Public Health Emergency of International Concern by WHO with case fatality rate (CFR) of 8,7% in April 2020 in Indonesia. Until now, there is no prognostic biomarker to differentiate patients who require immediate attention and be a mortality predictor for COVID-19 patients in ICU. Simplified Acute Physiology Score 3 (SAPS 3) score assessed the patient’s condition since the first time he came to the hospital and evaluated the data obtained in the first hour of admission to the ICU in predicting 28-days mortality. Goals: This study aims to analyze the correlation between SAPS 3 score and 28-days mortality caused by COVID-19 in the ICU RSCM and RSUI.
Methods: This retrospective cohort study was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital from March to August 2020 on 208 subjects who met the inclusion criteria. Demographic data and SAPS 3 score were recorded, the data was taken from medical records. Bivariate and multivariate logistic regression was used to investigate the relationship between SAPS 3 variables and 28-days mortality. The validity of SAPS 3 score was assessed by measurement of the Area Under Curve (AUC) and Hosmer- Lemeshow calibration test. The optimal cut-off point was determined statistically.
Results: The mortality rate of COVID-19 in our study from March to August 2020 is 43.8%. Five SAPS 3 variables were found to be significantly associated with 28-days mortality of COVID-19 patients in the ICU (p<0.05) are age, use of vasoactive drugs before ICU admission, reason for ICU admission (focal neurologic defisit and respiratory failure), creatinine, and thrombocyte level. SAPS 3 showed a good discrimination ability (AUC 80.5% Confidence Interval 95% 0.747-0.862) and calibration ability (Hosmer-Lemeshow p=0.395). The optimal cut off point of SAPS 3 score was 39 with sensitivity 70.3% and specificity 74.4%.
Conclusion: SAPS 3 score have a correlation with 28-days mortality caused by COVID-19 in the ICU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Life table (also interchangeably called mortality table or actuarial table) is one instrument to define feasibility on life insurance, health insurance, or newly developed financial investment...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Irawaty
"Pendahuluan:
Peningkatan kadar laktat pada saat masuk UPI secara independent berhubungan dengan outcome yang buruk. Kadar laktat sebagai parameter prognostik di UPI RSCM belum pemah diteliti sebelumnya. Pada penelitian pendahulu, skor SAPS II menunjukkan kemampuan yang baik dalam memprediksi mortalitas di UPI. Penelitian ini bertujuan membandingkan kadar laktat arteri inisial dengan SAPS II sebagai prediktor mortalitas di UPI RSCM.
Pasien & Metode:
Suatu studi observasi yang prospektif selama periode bulan April sampai Juni 2006 yang dilakukan di UPI bedah-medik. Data dikumpulkan dari 153 pasien yang memenuhi kriteria penerimaan. Data dasar: kadar laktat arteri inisial pada sate jam pertama masuk UPI dan 24 jam pertama untuk skor SAPS II. Mortalitas UPI pun dicatat. Analisis statistik menggunakan Uji Student t and chi-square. Kurva ROC (Receiver Operating Curve) dibuat dan titik potong optimal ditetapkan serta luas daerah di bawah kurva dihitung, untuk menilai untuk nilai prognostik kadar laktat arteri inisial dan SAPS II. Koefisien Pearson digunakan un tuk menganalisa hubungan antara kadar laktat inisial dan skor SAPS II.
Hasil:
Dari 153 pasien yang memenuhi kriteria, 16 pasien (10,5%) mengalami kematian di UPI. Kelompok survivor memiliki rerata kadar laktat arteri inisial dan skor SAPS II yang lebih rendah dibandingkan kelompok nonsurvivor. Terdapat perbedaan yang berrnakna antara kadar laktat dan mortalitas UPI (p=0,001). Titik potong ditetapkan 3 mmolll. Analisis ROC menunjukkan bahwa kadar laktat arteri inisial (leas daerah di bawah kurva=0,732) tidak lebih baik bila dibandingkan dengan skor SAPS II (luas daerah di bawah kurva=0,915) sebagai prediktor mortalitas di UPI. Terdapat hubungan yang lemah antara kadar laktat arteri inisial dan SAPS II (p=0,002).
Kesimpulan:
Kadar laktat arteri inisial dan skor SAPS H yang tinggi secara independent berhubungan dengan peningkatan mortalitas UPI di UPI RSCM.

Introduction:
Elevated lactate levels on ICU admission have been independently associated with poor outcome. The prognostic values of this value have not been investigated in Cipto Mangunkusumo Hospital's ICU
Patients & Methods:
A prospective observational study over a periode from April to June 2006 was conducted in a medical-surgical ICU. Data were extracted from ICU data base: arterial blood lactate at the first hour on admission and the worst clinical & laboratory findings in the first 24 hours for SAPS II scoring. ICU mortality are also recorded. Statistical analyses were performed using Student t-test and chi-square tests_ Receiver Operating Curve were constructed, the optimal cut off point have been obtained and area under curve was used to assess the prognostic value of initial arterial lactate and SAPS H. The coefficient of Pearson were analyzed to assess the relation between initial lactate levels and SAPS II score.
Main Outcome:
Of the 153 evaluable patients, 16 patients (10.5%) were died in ICU Survivor had a lower mean of arterial lactate levels and SAPS II score than nonsurvivor). The mean of initial arterial lactate in survivor group is low than the nonsurvivor. There are a sign{flcant differences between initial lactate level and ICU mortality (p=0,001). The cut off point was obtained at 3.0 mmolll. ROC analysis demonstrated that initial arterial lactate level (AUC=0.732) is worsen than SAPS II Score (AUC=0,915) as a predictor of ICU mortality. There is a weak correlation between initial lactate and SAPS II score.
Conclusion:
An high initial arterial lactate and SAP II score are independently associated with increased ICU mortality in Cipto Mangunkusumo Central Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Darmayanto
"Berbagai upaya dilakukaq untuk memelihara kelangsungan hidup anak agar dapat dihasilkan generasi berkualitas guna menunjang Pembangunan Nasional. Baqyak faktor mempengaruhi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, salah satu faktor terpenting adalah carak reproduksi ibu. TIngkat kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat baik secara makro maupun secara mikro. Pada penelitian ini telah diteliti hubungan corak reproduksi ibu terhadap morbiditas dan mortalistas balita. Penelitian ini merupakan studi deskriptif terhadap balita yang datang berobat ke poliklinik umum bagian ilmu kesehatan anak FK UI/RSCM dan seluruh balita yang dilahirkan dalam kurun reproduksi ibu, 0-4 tahun sebelum penelitian."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Qolby Lazuardi
"Unit Perawatan Intensif (UPI) merupakan bagian rumah sakit yang berfungsi untuk melakukan perawatan pada pasien yang mengalami penyakit dengan potensi mengancam nyawa. Data menunjukkan angka mortalitas pasien UPI dewasa di seluruh dunia memiliki rerata sekitar 10-29%, sedangkan di RSCM berada di kisaran 28,63-33,56%. Keadaan tersebut membuat kemampuan memprediksi luaran mortalitas menjadi penting untuk menentukan perawatan yang tepat. Logistic Organ Dysfunction System (LODS) merupakan salah satu metode skoring yang dapat digunakan untuk memprediksi luaran mortalitas pasien, namun penelitian untuk menguji hal tersebut belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan skor LODS dalam memprediksi luaran mortalitas pasien dewasa UPI RSCM. Penelitian ini menggunakan 331 sampel data rekam medik pasien UPI RSCM, didapati hasil bahwa rerata pasien meninggal memiliki skor LODS yang lebih besar daripada pasien yang hidup, yaitu rerata 5,854 (median: 6) pada pasien meninggal, dan rerata 2,551 (median: 2) pada pasien yang hidup. Pada uji kalibrasi, didapati hasil Hosmer-Lemeshow test sebesar 0,524, yang menandakan hasil uji kalibrasi yang baik (>0,05). Sedangkan pada uji diskriminasi menggunakan kurva Receiver Operating Characteristic (ROC), nilai Area Under the Curve (AUC) sebesar 79,2%, yang menandakan kemampuan diskriminasi dari skor LODS cukup (70-80%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa skor LODS dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam memprediksi luaran mortalitas pasien UPI RSCM.

Intensive Care Unit (ICU) is the part of hospital that do the care for patients with disease that threaten their life. Data shows that the mortality rate in ICU in the whole world revolved aroung 10-29%, and in RSCM revolved around 28,63-33,56%. This condition makes the ability to predict mortality outcome become important to help decide the correct treatment. Logistic Organ Dysfunction System (LODS) is one of scoring method that is able to help predict patients mortality outcome, but there is still no study for this scoring method for adult patients in Indonesia. This study inteded to evaluate the ability of LODS scoring in predicting ICU RSCM patients mortality outcome. This study used 331 ICU RSCM patients as its samples, and the result shows that the mean LODS score of the patients that died is greater than the one that lives, the mean LODS score of the patients that died is 5,854 (median: 6), and the mean score of the patients that lives is 2,551 (median: 2). In calibration test using Hosmer-Lemeshow test, the result shows a good outcome that is 0,524 (P>0,05). While in discrimantion test using Receiver Operating Characteristic (ROC) curve, the Area Under the Curve (AUC) value is 79,2%, showing that the ability of LODS score to discriminate is sufficient. This results show that LOD score can be used as one of the refference to predict patients mortality outcome in ICU RSCM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>