Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inu Laksito Wibowo
"Sistem kripto (data encryption) dengan kunci publik, mempunyai keunggulan dalam pengaturan kunci dibanding dengan sistem kripto yang konvensional. Pada sistem kripto konvensional, suatu jaringan komputer dengan n riser dibutuhkan n(n-1)2 kunci, sedangkan pada sistem kripto dengan kunci publik ini hanya dibutuhkan n kunci. Di samping mempunyai keunggulan pada pengaturan kunci, sistem kripto dengan kunci publik ini menjamin keaslian pesan yang dikirimkan oleh seorang user. Sistem kripto dengan kunci publik ini dapat pula diaplikasikan untuk pembuatan skema pemeriksaan keaslian password. Salah satu keunggulan skema pemeriksaan keaslian password dengan dasar sistem ini mampu mempertahankan keamanan sistem walaupun berkas yang berisi password-password user berhasil diketahui. Salah satu alasannya adalah derajat kesulitan untuk menurunkan password-password yang sebenarnya relatif tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Valdano T.
"Dewasa ini, otentikasi berbasis password telah digunakan berbagai situs penyedia layanan berbasis web. Hal ini disebabkan kemudahan yang diberikan layanan Single Sign On (SSO) untuk memberikan akses ke berbagai aplikasi web melalui satu kali otentikasi password. Namun, layanan SSO memiliki kerentanan terhadap serangan password guessing, terutama serangan brute force dan dictionary attack. Penerapan protokol login berupa protokol Pinkas-Sander (PS), protokol van Oorchot-Stubblebine (VS) dan Password Guessing Resistant Protocol (PGRP) pada layanan SSO bertujuan untuk menyediakan layanan otentikasi berbasis password yang aman dan terpercaya bagi pengguna. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan beberapa aspek, seperti keamanan (security), keberdayagunaan (usability) dan konsumsi sumber daya komputasi.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa protokol PGRP mendukung tiga aspek tersebut dengan baik. Protokol PGRP hanya memunculkan tiga kali CAPTCHA saat pengguna melakukan login secara benar menggunakan tiga akun berbeda, sedangkan protokol PS dan protokol VS memunculkan CAPTCHA sebanyak 30 kali. Selain itu, protokol PGRP menghasilkan utilisasi memory server otentikasi lebih kecil dibandingkan protokol PS dan protokol VS. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata dari protokol PS memiliki selisih nilai utilisasi memory sebesar 226,1 kB ? 706,35 kB lebih kecil dibandingkan protokol PS dan protokol VS. Dengan demikian, protokol PGRP direkomendasikan untuk diterapkan pada layanan SSO.

Nowadays, password based authentication have been used by various web service provider. It is due to the convenience of Single Sign On (SSO) service to permit a user to access into multiple web applications through password authentication at once. However, password based authentication prone to password guessing attacks, especially brute force and dictionary attack. The implementation of login protocol as PS protocol, VS protocol and Password Guessing Resistant Protocol (PGRP) in SSO service aim to provide a secured and trustworthy password based authentication service for legitimated users. It will be considered based on several aspect including security, usability and computation resource consumption.
The experiment's result show that PGRP is able to support the three aspect of SSO service. PGRP protocol only challenged CAPTCHA three times when user use three different account, whereas PS protocol and VS protocol challenged CAPTCHA 30 times. In addition, PGRP protocol result memory utilization of authentication server less than protocol PS and protocol VS. It was showed by average value of memory utilization about 226.1 kB to 706.35 kB less than PS protocol and VS protocol. Thus, PGRP protocol is recommended to be implemented on SSO service.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Juniardi
"Keamanan informasi menjadi perhatian utama dalam era digitalisasi saat ini. Salah satu aspek penting dari keamanan informasi adalah perlindungan terhadap kata sandi. Pengumpulan kata sandi yang sering digunakan oleh penyerang dalam upayanya untuk meretas masuk ke dalam sebuah akun atau sistem memiliki peran yang sangat penting dalam memahami kelemahan sebuah sistem. Oleh karena itu, metode pengumpulan kata sandi yang efektif menjadi sangat penting dalam upaya melindungi sistem serta informasi dari sebuah serangan. Pada tesis ini bertujuan untuk mengembangkan metode pengumpulan kata sandi yang menggunakan honeypot cowrie dan mengacu kepada pedoman NIST SP 800-63b. Pedoman NIST SP 800-63b merupakan pedoman yang dikembangkan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) yang memberikan panduan praktis dalam hal kebijakan dan prosedur keamanan kata sandi. Honeypot cowrie merupakan sebuah sistem open source yang dapat dikustomisasi dan diperluas sesuai kebutuhan pengguna. Honeypot cowrie dirancang untuk menarik penyerang dan memantau aktivitas penyerang tersebut, termasuk upaya pembobolan terhadap sebuah kata sandi. Oleh karena itu, honeypot memiliki peranan yang penting untuk mempelajari teknik dan pola serangan yang digunakan oleh penyerang serta dilakukan identifikasi terhadap celah keamanan yang perlu diperbaiki. Pada penelitian kali ini, eksperimen dibagi kedalam dua tahapan, tahap pertama dengan menggunakan konfigurasi bawaan dan tahap kedua dilakukan penyesuaian konfigurasi honeypot cowrie dengan dilakukan variasi terhadap nama pengguna serta kata sandi yang digunakan oleh penyerang menggunakan pedoman NIST SP 800-63b . Hasil dari eksperimen dilakukan perbandingan untuk mengetahui efektivitas dari honeypot cowrie tersebut dalam melakukan pengumpulan kata sandi dengan indikator pengukuran yang berupa jumlah login attempt, username, password, serta password complexity. Dari hasil eksperimen didapati login attempt tahap 1 sebanyak 3364 dan tahap 2 sebanyak 7341, username tahap 1 sebanyak 776 dan tahap 2 sebanyak 904, password tahap 1 sebanyak 1341 dan tahap 2 sebanyak 2101, password complexity tahap 1 sebanyak 546 dan tahap 2 sebanyak 766. Dari data yang didapatkan tersebut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan indikator login attempt sebesar 118,2%, indikator username sebesar 16,49%, indikator password sebesar 56,70%, serta peningkatan indikator password complexity sebesar 40,29%.

Information security is a major concern in the current era of digitization. One important aspect of information security is the protection of passwords. The collection of passwords frequently used by attackers in their attempts to breach an account or system plays a crucial role in understanding the weaknesses of a system. Therefore, an effective method of collecting passwords becomes highly important in the effort to protect systems and information from attacks. This thesis aims to develop a password collection method that utilizes the honeypot Cowrie and references the NIST SP 800-63b guidelines. The NIST SP 800-63b guidelines, developed by the National Institute of Standards and Technology (NIST), provide practical guidance on password security policies and procedures.Cowrie honeypot is an open-source system that can be customized and expanded according to user needs. Cowrie honeypot is designed to attract attackers and monitor their activities, including attempts to crack a password. Thus, honeypots play an important role in studying the techniques and patterns of attacks used by attackers and identifying security vulnerabilities that need to be addressed. In this research, the experiments are divided into two stages: the first stage using the default configuration, and the second stage involving adjustments to the Cowrie honeypot configuration by varying the usernames and passwords used by attackers following the NIST SP 800-63b guidelines. The results of the experiments are compared to determine the effectiveness of the Cowrie honeypot in password collection using measurement indicators such as the number of login attempts, usernames, passwords, and password complexity. The experiment results showed that there were 3364 login attempts in stage 1 and 7341 in stage 2, 776 usernames in stage 1 and 904 in stage 2, 1341 passwords in stage 1 and 2101 in stage 2, and 546 password complexity indicators in stage 1 and 766 in stage 2. These findings indicate an increase of 118.2% in the login attempt indicator, 16.49% in the username indicator, 56.70% in the password indicator, and a 40.29% increase in the password complexity indicator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ressy Dwitias Sari
"Data dan informasi merupakan aset yang harus dilindungi dikarenakan aset berhubungan dengan kelangsungan bisnis perusahaan. Adanya pertumbuhan berbagai penipuan, virus, dan hackers dapat mengancam informasi bisnis manajemen dikarenakan adanya keterbukaan informasi melalui teknologi informasi modern. Dibutuhkan manajemen keamanan informasi yang dapat melindungi kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi. PT. XYZ sebagai perusahaan yang bergerak di bidang mobile solution tidak terlepas dari penggunaan teknologi informasi dalam penyimpanan, pengolahan data dan informasi milik perusahaan. Perusahaan diharuskan untuk dapat memberikan kemampuan mengakses dan menyediakan informasi secara cepat dan akurat. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan pengetahuan tentang keadaan keamanan informasi yang dimiliki saat ini, sehingga perusahaan dapat meminimalisir risiko yang akan terjadi.
Tujuan penelitian ini memberikan usulan perbaikan manajemen risiko keamanan informasi dengan menggunakan standar ISO/IEC 27001:2005. Dengan menggunakan standar ISO/IEC 27001:2005, didapat kesenjangan keamanan informasi yang dimiliki oleh perusahaan. Selanjutnya, dipilih kontrol objektif yang sesuai dengan kebutuhan aset kritikal yang dimiliki oleh perusahaan. Dari kontrol objektif yang telah dipilih, selanjutnya diberikan usulan perbaikan agar perusahaan dapat menutupi kesenjangan keamanan informasi yang dimiliki. Hasil penelitian ini didapat kontrol-kontrol pengamanan informasi yang akan diimplementasikan di perusahaan dalam bentuk dokumen statemen of applicabality(SOA).

Data and Information are valuable assets that need to be protected for company's businesses. Rapid growth in fraud cases, virus, hackers could threat management business information by exposing them which is caused by modern information technology. Hence, it is required to have information security management which protects confidentiality, integrity, and availability of information. As a company who runs in mobile solution, PT. XYZ uses information technology in company's information and data storage and processing. In order to minimize the risk, current information security needs to be visible by the company.
This research is conducted to provide potential suggestions on risk management improvement of information security using standard ISO/IEC 270001:2005 standard. By using ISO/IEC 270001:2005 standard, this research is able to assess and obtain gap analysis checklist of company's information security. According to company asset needs, objective controls will be selected. Results of this study obtained information security controls to be implemented in the company in the form of statements of applicabality documents (SOA).
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andro Harjanto
"Manajemen Layanan TI (ITSM) memainkan peran penting dalam mengelola lingkungan yang berkelanjutan dengan menyediakan pendekatan terstruktur untuk mengelola layanan TI, menyelarasinya dengan tujuan bisnis, dan memastikan keamanan siber yang kuat. Horangi, sebuah startup perangkat lunak keamanan siber yang didirikan pada tahun 2016, menyadari pentingnya ITSM dan telah menginisiasi rencana untuk menerapkan kerangka kerja guna membentuk pedoman dan dasar yang kokoh, terutama karena tim TI baru saja dibentuk pada tahun 2021. Penelitian ini berfokus pada pengelolaan alur kerja Incident dan Service Request karena merupakan tugas yang paling dasar dan penting. ITIL 4, versi terbaru dari kerangka kerja ITIL, dianggap cocok karena pengakuan dan penggunaannya yang luas, selaras dengan tren manajemen TI saat ini seperti Agile dan DevOps. Model Continual Service Improvement dan Service Value Chain akan digunakan untuk menciptakan pedoman dan rekomendasi, dengan tujuan mengidentifikasi kelemahan dan meningkatkan proses yang ada. Model-model ini dipilih karena kemampuannya dalam menyediakan standardisasi, konsistensi, dan pendekatan holistik terhadap kepatuhan peraturan, sambil juga memungkinkan perbaikan berkelanjutan untuk beradaptasi dengan lanskap TI yang selalu berubah. Pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi perusahaan, studi literatur dari penelitian sebelumnya serta buku pedoman membantu dalam melakukan kajian kondisi layanan saat ini dan mencari peningkatan. Hasil dari penelitian ini berupa rekomendasi dan fondasi dalam pembentukan panduan serta alur kerja pada area Incident and Service Request Management. Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak bisa dilakukan sampai implementasi rekomendasi sehingga disarankan pada penelitian terkait adalah bisa sampai dengan proses implementasi agar dapat mendapatkan hasil evaluasi yang lebih optimal.

IT Service Management (ITSM) plays a crucial role in managing a sustainable environment by providing a structured approach to managing IT services, aligning them with business objectives, and ensuring robust cybersecurity. Horangi, a cybersecurity software startup founded in 2016, recognizes the importance of ITSM and has initiated plans to implement a framework to establish solid guidelines and foundations, especially since the IT team was recently formed in 2021. This research focuses on the management of Incident and Service Request workflows as they are among the most fundamental and critical tasks. ITIL 4, the latest version of the ITIL framework, is considered suitable due to its widespread recognition and usage, aligning with current IT management trends such as Agile and DevOps. The models of Continual Service Improvement and Service Value Chain will be utilized to create guidelines and recommendations, aiming to identify weaknesses and enhance the current processes. These models are chosen for their ability to provide standardization, consistency, and a holistic approach to regulatory compliance, while also enabling continuous improvement to adapt to the ever-changing IT landscape. Data collection through interviews, company documentation, literature review from previous research, and guidebooks will assist in assessing the current service conditions and seeking improvements. The outcomes of this research will provide recommendations and a foundation for developing guidelines and workflows in Incident and Service Request Management. The limitation of this research is that it could not be carried out until the implementation of recommendations, therefore it is suggested that future related research should include the implementation process to obtain more optimal evaluation results."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjahjo Novarijanto
"Pada tugas akhir ini dibuat sistem pengendali privatisasi ruang dengan menggunakan komputer pribadi. Sebagai media penghubung antara sistem dengan pemrograman pada komputer dipergunakan card interface yang berintikan IC PPI 8255. Pada tugas akhir ini dijelaskan prinsip kerja dan cara menggunakan Interface. Prinsip kerja simulasi ini adalah ID card dimasukkan slot masukan, maka data PA7 - PA4 akan dibaca secara program. Jika data benar maka akan ditampilkan instruksi pengisian password secara pemrograman, tetapi apabila data tersebut berbeda maka akan ditampilkan "WARNI iG Qioriias ditolak flan kartu segera dicabut!". Setelah pengisian password dengan benar maka pintu geser aktif dan dicatat waktu masuk ke ruang tersebut. Adapun untuk keluar ruangan setelah ID card dimasukkan slot rnasukan maka data P133 - PBO dibaca untuk dibandingkan dengan data base karyawan, selanjutnya dicatat waktu keluar ruangan serta mengaktifkan pinto geser."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Edwina Renaganis
"Perusahaan XYZ merupakan start up baru yang bergerak di bidang properti. Dalam pembuatan aplikasi yang digunakan perusahaan XYZ, kualitas dari suatu API merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Untuk menjamin kualitas API dalam pengembangan aplikasi, perusahaan XYZ menggunakan metode pengecekan manual. Namun, pada implementasinya penggunaan manual testing memiliki beberapa kekurangan yang menghambat proses pengembangan seperti tidak dapat meng-handle issue setelah development serta waktu yang kurang efisien dalam melakukan testing. Alasan tersebut membuat tim quality assurance engineer merasa perlunya transformasi dari manual testing menjadi automation testing. Pada penelitian ini akan ditentukan testing tool yang paling sesuai untuk kebutuhan perusahan dengan membandingkan Mocha-Chai, Karate DSL, Postman. Adapun beberapa faktor yang menjadi kriteria pemilihan yaitu kemudahan dalam set up dan penggunaan, performansi yang dijadikan sebagai tolak ukur waktu menjalankan test serta keselarasan dengan tujuan perusahaan yaitu untuk mengatasi issue setelah deployment serta mengefisiensi waktu dalam melakukan testing. Setelah implementasi dilakukan, didapatkan hasil bahwa Karate DSL memenuhi kriteria kemudahan dalam set up dan penggunaan, performansi, dan keselarasan dengan tujuan perusahaan. Karate DSL unggul pada aspek kemudahaan penggunaan dan performansi dibandingkan dengan kedua tools lainnya, tools ini cocok untuk menggunaan jangka panjang. Penulis menyarankan kepada perusahaan XYZ untuk menggunakan testing tools tersebut karena dapat memudahkan pengujian API.

XYZ company is a new start-up engaged in the property sector. In developing the application used by XYZ company, the quality of an API is one thing that needs to be considered. To ensure API quality in application development, XYZ company uses a manual checking method. However, in its implementation, the use of manual testing has several shortcomings that hinder the development process such as not being able to handle issues after development and inefficient time in doing testing. This reason makes the quality assurance engineer team feel the need to transform from manual testing to automated testing. In this study, the author will determine the most suitable testing tool for the company’s needs by comparing Mocha - Chai, Karate DSL, Postman. Several factors become the selection criteria, namely ease of setup and use, performances that are used as a time benchmark for running the test, and alignment with the company’s goals, namely to overcome issues after deployment and save time in testing. After implementation, it was found that DSL Karate met the criteria for ease of setting up and usage, performance, and alignment with company goals. Karate DSL excels in terms of ease of use and performance compared to the other two tools, this tool is suitable for long-term use. The author suggests the company XYZ to use this testing tool because it can facilitate API testing."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fathur Rizki
"Dalam suatu jaringan komputer, dibutuhkan sistem keamanan untuk mencegah adanya akses dari pihak yang tidak diinginkan. Firewall dirancang untuk meningkatkan keamanan jaringan dengan mengontrol dan mengawasi tiap arus paket data yang mengalir pada suatu jaringan. Saat ini telah banyak berkembang firewall yang berbasis sumber terbuka (open source) seperti pfSense, ClearOS dan IPFire. Untuk setiap sistem firewall yang berbeda tentunya memiliki kinerja yang berbeda. Kinerja ini dapat dievaluasi dengan melakukan serangan keamanan jaringan seperti scanning, denial of service, dan password attacks terhadap firewall yang bersangkutan. Hasil serangan ini akan dikumpulkan untuk dianalisis membentuk suatu perbandingan kinerja antar firewall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pfSense memiliki kemampuan deteksi terbaik di antara ketiga firewall dengan persentase deteksi 100% untuk port scanning attacks, 25% untuk denial of service attacks dan 50% untuk password attacks. Pada urutan kedua yaitu IPFire dengan kemampuan deteksi 100% untuk port scanning attacks, 0% untuk denial of service attacks, dan 50% untuk password attacks. Dan pada urutan ketiga yaitu ClearOS dengan kemampuan deteksi 75% untuk port scanning attacks, 25% untuk denial of service attacks, dan 0% untuk password attacks. Untuk tingkat presisi, ClearOS memiliki presisi deteksi terbaik dengan persentase presisi 100% untuk port scanning attacks dan 100% untuk denial of service attacks. Pada urutan kedua yaitu IPFire dengan persentase presisi 95,334 % untuk port scanning attacks dan 83,617% untuk password attacks. Dan pada urutan ketiga yaitu pfSense dengan persentase presisi 67,307% untuk port scanning attacks, 100% untuk denial of service attacks, dan 46,488% untuk password attacks. Kendati demikian, firewall pfSense direkomendasikan di antara ketiga firewall yang diteliti dikarenakan kemampuan deteksinya yang terbaik, memiliki kelemahan yang paling sedikit, dan memiliki banyak opsi untuk modifikasi konfigurasi yang tersedia dibandingkan firewall ClearOS dan IPFire.

In a computer network, a security system is needed to prevent access from unwanted parties. Firewalls are designed to improve network security by controlling and supervising each packet of data flowing in a network. Currently there are many open source-based firewalls such as pfSense, ClearOS and IPFire. For every different firewall system, it certainly has a different performance. This performance can be evaluated by performing network security attacks such as scanning, denial of service, and password attacks against the firewall. The results of this attack will be collected to be analyzed to form a performance comparison between firewalls.
The results showed that pfSense had the best detection capability among the three firewalls with 100% detection capability for port scanning attacks, 25% for denial of service attacks and 50% for password attacks. In the second place, IPFire with 100% detection capability for port scanning attacks, 0% for denial of service attacks and 50% for password attacks. And in the third place is ClearOS with 75% detection capability for port scanning attacks, 25% for denial of service attacks, and 0% for password attacks. For precision, ClearOS had the best detection precision percentage with 100% precision for port scanning attacks and 100% for denial of service attacks. In the second place, IPfire with a precision percentage of 95.334% for port scanning attacks and 83.617% for password attacks. And in the third place is pfSense with a precision percentage of 67.307% for port scanning attacks, 100% for denial of service attacks, and 46.488% for password attacks. However, the pfSense firewall is recommended among the three firewalls because of it had best detection capabilities, had the fewest weaknesses, and had more options for configuration modification available compared to ClearOS and IPFire firewalls.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mafaza
"Penggunaan internet telah mengubah hidup dan perilaku manusia. Internet yang awalnya hanya dimanfaatkan segilintir orang, berubah menjadi sebuah hal yang banyak orang manfaatkan. Perubahan perilaku manusia terlihat dalam cara manusia berkomunikasi, belajar, sampai menikmati konten hiburan. Namun, di balik manfaatnya, internet membawa bahaya yang merugikan banyak pihak. Bahaya tersebut timbul dalam bentuk serangan siber. Untuk mengatasi serangan siber, banyak perangkat keras dan lunak yang digunakan, salah satunya adalah intrusion detection system (IDS). Akan tetapi, IDS tidak dapat mendeteksi serangan baru akibat sifat pendeteksiannya yang rule-based. Penelitian ini bertujuan untuk menambah kemampuan IDS dalam mendeteksi serangan siber dengan menggunakan model machine learning (ML), khususnya autoencoder, untuk mendeteksi serangan siber dalam lalu lintas jaringan. Autoencoder digunakan untuk meng-encode lalu lintas jaringan, kemudian men-decode/merekonstruksi hasil encode. Lalu lintas jaringan akan dideteksi sebagai serangan siber apabila perbedaan hasil rekonstruksi dengan lalu lintas jaringan asli melebihi ambang tertentu. Berdasarkan testing yang dilakukan, model autoencoder paling optimal adalah model yang di-train dengan dataset yang dipisah menjadi dense dan sparse berdasarkan nilai quantile 70% fitur tot_l_fwd_pkt dan tot_l_bwd­_pkt, dilakukan feature selection menggunakan random forest dengan nilai importance 0,2, menggunakan activation function ReLU, dan menggunakan empat layer encoder dan decoder serta jumlah neuron 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, dan 16. Model autoencoder untuk dataset dense terbaik memiliki F1-score 84% (lalu lintas benign) dan 83% (lalu lintas malicious), trainable parameter berjumlah 830, dan ukuran model sebesar 71 KB. Sementara, model autoencoder untuk dataset sparse terbaik memiliki F1-score 71% untuk lalu lintas benign dan malicious, trainable parameter berjumlah 890, dan ukuran model sebesar 72 KB.

The use of the internet has transformed human lives and behavior. Initially utilized by a few, the internet has become an essential tool for many. This transformation is evident in how people communicate, learn, and enjoy entertainment content. However, alongside its benefits, the internet also poses significant risks in the form of cyber attacks. To combat these threats, various hardware and software solutions, including intrusion detection systems (IDS), are employed. Traditional IDS, however, struggle to detect new attacks due to their rule-based nature. This research aims to enhance IDS capabilities in detecting cyber attacks by using machine learning (ML) models, specifically autoencoders, to detect cyber attacks in network traffic. Autoencoders encode network traffic and then decode/reconstruct the encoded data. Network traffic is identified as a cyber attack if the reconstruction error exceeds a certain threshold. Based on the testing conducted, the most optimal autoencoder model was trained on a dataset split into dense and sparse categories based on the 70% quantile values of the tot_l_fwd_pkt and tot_l_bwd_pkt features. Feature selection was performed using random forest with an importance threshold of 0.2, employing the ReLU activation function, and using four encoder and decoder layers with neuron counts of 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, and 16. The best autoencoder model for dense dataset achieved an F1-score of 84% for benign traffic and 83% for malicious traffic, with 830 trainable parameters and a model size of 71 KB. Meanwhile, the best autoencoder model for sparse dataset achieved an F1-score of 71% for both benign and malicious traffic, with 890 trainable parameters and a model size of 72 KB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardianto
"Perkembangan aplikasi dewasa ini sudah demikian kompleks sehingga telah mencakup aspek dominan dalam kehidupan manusia. Semakin tingginya tingkat ketergantungan manusia dengan sistem komputasi membutuhkan perlindungan yang semakin user profiles akan akses terhadap sistem tersebut. Perkembangan aplikasi yang beragam sangat meyulitkan seseorang untuk menjaga kerahasiaan dari sistem keamanan yang dikembangkan untuk beragam aplikasi tersebut.
Akses kepada suatu aplikasi ke depan dikembangan dalam satu sistem kunci tunggal dimana seseorang hanya mempunyai satu metode akses terhadap beragam aplikasi yang digunakannnya kemudian dikenal sebagai Single Sign-On. Dengan demikian tingkat kesulitan seseorang dalam melakukan akses keamanan menjadi berkurang karena hanya mencakup satu kali akses dan aplikasi yang dibutuhkan akan dapat digunakan. User profiles akan merupakan sebuah trend dimana segala aplikasi akan berkembang sesuai dengan kebutuhan seseorang. Seseorang akan mempunyai kecenderungan yang berbeda satu dengan yang lainnya melalui karakter fisiknya. Perbedaan karakteristik seseorang kemudian dalam perkembangannya digunakan sebagai alat bantu suatu sistem keamanan yang berdasarkan karakteristik fisik manusia kemudian dikenal sebagai biometric security. Dalam perkembangannya keystroke dynamics security mejadi pilihan alternatif yang kemudian dikembangkan menjadi salah satu metode akses keamanan karena faktor keamanan berdasarkan personal rhythm seseorang dalam mengetikkan sesuatu pada keyboard.
Kombinasi Single Sign-On dengan sistem keamanan biometric keystroke dynamics akan menjadi salah satu trend menarik kedepan untuk dikembangkan terutama dalam web based application Berta menjadi sistem keamanan biometric alternatif selain retina, finger print maupun pendekatan lainnya dan telah menjadi alternatif security gateway dari beragam aplikasi yang semakin berkembang dewasa ini.

Application development nowadays has become complex and significantly influence human being in many aspects and also has become dominant in its existence. The high level of dependent factor to computer based application by human as the applications that help running their life, require security access is as simple as it get without reduce security level. Even though the application is more complex, security access has to be drive easier for personal that access those application.
Single access to many application in the term of security has very useful to maintain of his or her capabilities that cannot keep many password of access. This method is known as Single Sign-On. Human never has identical personality characteristic to each other. User relationship of application is always the same in the different manner. The different of personal characteristic derive the security approachment, known as biometric security. This technology has many advantage feature security of access level based on personal characteristic. Keystrokes dynamic is one of those alternatives. The characteristic rhythm of keystroke as user enter password can be use as option to secure their application. The growth of Internet as World Wide Web service, provide user with the most convenient way to get information also and get involved with this technology.
Combination of Single Sign-On and keystroke dynamics at web service offer great feature to improve security factor of such application backend that use nowadays and also this technology still currently open wide to be developed in the future at many platform of information technology system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>