Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153917 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katili, Ekki Husein
"ABSTRAK
Pasal 19 UU No 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat berperan sebagai penunjang bagi pengelolaan lingkungan hidup.
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa adalah salah satu lembaga swadaya masyarakat dalam pembangunan Desa atau Kelurahan, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden R.I. Nomor 28 Tahun 1980. Dengan demikian wujud partisipasi masyarakat berupa prakarsa dan swadaya gotong royong harus dapat terhimpun dalam wadah LKMD.
Untuk pengaturan lebih lanjut mengenai Susunan Organisasi dan Tata Kerja LKMD, maka Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan Surat Keputusan No 27 1984 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja LKMD dimana ditetapkan seksiseksi dalam struktur organisasi dan tata kerja LKMD, antara lain seksi Lingkungan Hidup dan seksi PKK.
Salah satu tugas pokok LKMD adalah membantu Pemerintah Desa atau Kelurahan dalam menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu, baik yang berasal dari kegiatan Pemerintah maupun swadaya gotong royong masyarakat serta menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga selain sebagai salah satu seksi dalam struktur organisasi dan tata kerja LKMD, adalah juga merupakan suatu Lembaga Swadaya Masyarakat yang aktif bergerak di wilayah Kelurahan, dan juga mengemban tugas pembinaan masyarakat di bidang lingkungan hidup di Kelurahan terutama pada kaum wanita. Keikutsertaan organisasi PKK dalam pengelolaan lingkungan hidup Kelurahan dapat disalurkan dan ditingkatkan melalui LKMD.
Selanjutnya dalam rangka Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, telah diterbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 28 Tahun 1984, tentang PKK sebagai penggerak serta pembina gerakan masyarakat dari bawah, terutama pada kaum ibu. Dari sepuluh program PKK salah satunya adalah Kelestarian Lingkungan Hidup, dan tugas-tugas pembinaannya mencakup antara lain:
a. Melakukan usahalkegiatan di bidang peningkatan kebersihan, keindahan, kesehatan dan penghijauan serta kelestarian lingkungan hidup.
b. Menanamkan rasa keindahan kepada masyarakat dengan Sara selalu memelihara rumah, kerapihan pagar, memelihara tanaman hias di halaman rumah.
c. Menanam tanaman-tanaman (membuat taman-taman) pada tempat-tempat yang memungkinkan.
Dari tugas-tugas itu secara implicit LKMD diharapkan ikut berperanserta dalam pengelolaan Ruang Terbuka HijaulPertamanan (RTH) di wilayah administratifnya.
Namun dalam kenyataannya peranserta LKMD dalam pengelolaan RTH/Pertamanan, khususnya di Kecamatan Grogol petamburan masih perlu ditingkatan.
Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu keperluan mutlak masyarakat kota; ini akan semakin terasa apabila pertumbuhan dan perkembangan kota semakin meningkat. Di lain pihak, pertumbuhan jumlah penduduk kota di DKI Jakarta akan menuntut lebih banyak lahan untuk perumahan, perkantoran, perdagangan, dan fasilitas umum lainnya, sementara lahan kota relatif tidak bertambah. Pertumbuhan kota yang sangat dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat menyebabkan timbulnya masalah dan manfaat di semua aspek ekonorni, social, dan fisik.
Hasil survai pendahuluan diperoleh informasi bahwa dari 50 buah RTH/Pertamanan yang ada di Kecamatan Grogol Petamburan terdapat 41 RTHIPertamanan yang beralih fungsi, sehingga RTH/Pertamanan (Taman Kota) itu sebahagian tidak lagi berfungsi sebagai taman kota melainkan sudah menjadi bangunan perkantoran, puskesmas, pemukiman liar, dan tempat beroperasinya pedagang kaki lima. Namun sesungguhnya peruntukan lahan sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Suku Dinas Tata Kota Jakarta Barat ternyata tetap peruntukannya sebagai ruang terbuka hijau, sedangkan izin mendirikan bangunan tidak pernah dikeluarkan oleh Suku Dinas Pengawasan Pembangunan Kota Jakarta Barat. Untuk mengatasi hal itu perlu ada upaya pengelolaan RTHlpertamanan yang mandiri dari mayarakat sekitarnya, sehingga RTH/Pertamanan dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya, baik dari segi estetika maupun dari segi fungsi RTH itu sendiri. Di samping sebagai mekanisme pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan lahan dari praktek-praktek okupasi informal.
Berdasarkan keadaan itu, maka penelitian terhadap peranan LKMD dalam pengelolaan RTH/Pertamanan di Kecamatan Grogol Petamburan menarik untuk dilakukan.
Dalam konteks Pembangunan Nasional, Pembangunan Daerah di tingkat Kelurahan mengharapkan partisipasi masyarakat secara optimal, khususnya dalam melaksanakan 10 program PKK, yang salah satu di antaranya adalah Pembangunan prasarana dan lingkungan hidup.
Peranserta masyarakat itu diharapkan dapat ditampung dalarn suatu wadah yang dibina oleh Pemerintah yaitu LKMD. Kemudian dalam UU No 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak atas lingkungan yang baik dan sehat serta bahwa setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya. Selanjutnya dalam .pasal 19 menyebutkan bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat adalah sebagai penunjang bagi pengelolaan lingkungan hidup. Di sisi lain, kenyataan dalam masyarakat menunjukkan bahwa upaya pembangunan prasarana dan lingkungan hidup kota, terutama pengelolaan RTH/Pertamanan berubah dari fungsi semula.
Selain dari itu peranan LKMD dalam pengelolaan RTH/Pertamanan masih perlu ditingkatkan, karena pada prakteknya selama ini RTH/Pertamanan kurang mendapatkan perhatian dari LKMD, sehingga banyak RTHlpertamanan yang beralih fungsi.
Berdasarkan masalah tersebut, maka persoalan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Seberapa jauh peranan LKMD dalam pengelolaan RTH/Pertamanan di Kecamatan Grogol Petamburan
b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi LKMD dalam pengelolaan RTHIPertamanan di Kecamatan Grogol Petamburan
Keberadaan LKMD di tengah masyarakat pada dasarnya diharapkan dapat berfungsi sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk membantu pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah di tingkat desa/kelurahan. Dleh karena itu dalam upaya pembangunan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, keterlibatan LKMD diharapkan dapat meningkat aktif.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dilihat dari aktifitas LKMD selama ini, ternyata bahwa LKMD masih belum aktif melaksanakan program-program yang telah digariskan dalam Keputusan Presiden No 28 Tahun 1980. Dalam hal ini pengelolaan RTH/Pertamanan menemui hambatan-hambatan. Akan tetapi kondisi ini dapat ditingkatkan bila pengelolaan RTH dapat dilakukan bersama-sama dengan instansillembaga lainnya, seperti misalnya kerja sama antara Lembaga Swadaya Masyarakat, Karang Taruna, atau instansi Pemerintah yang terkait dengan RTH. Tingkat Pengetahuan responden terhadap peran LKMD dalam rangka pengelolaan RTHIPertamanan, pada pengumpulan data lapangan yang dilakukan di Kecamatan Grogol Petamburan menunjukkan hanya sebahagian kecil responden yang menjawab bahwa LKMD pernah mengadakan penyuluhan mengenai RTH/pertamanan. Terhadap kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh LKMD mengenai Jalur Hijau hanya 26 responden yang menyatakan LKMD pernah mengadakan penyuluhan dan 85 responden menyatakan bahwa LKMD tidak pernah mengadakan penyuluhan. Sedangkan untuk kegiatan LKMD lainnya, yaitu kerja bakti untuk membersihkan taman, dari 159 responden yang menjawab pernah dilakukan oleh LKMD hanya 68 responden, dan 53 responden menjawab pernah dilakukan kerja bakti membersihkan Jalur Hijau oleh LKMD. Dalam kaitan dengan aktifitas dari LKMD itu, hasil wawancara mendaiam dengan Kepala kelurahan dari Kelurahan Grogol, Kelurahan Tomang, Kelurahan Wijayakusurna, Kelurahan Jelarnbar, dan Kelurahan Tanjung Duren juga diperoleh gambaran yang sama, yaitu bahwa keberadaan LKMD di tengah masyarakat belumlah berjalan sesuai dengan fungsi yang telah digariskan dalam peraturan dan juga bahwa masyarakat sebahagian besar belum mengetahui fungsi dari LKMD yang sebenarnya.
Harapan bahwa pengelolaan RTH akan dapat dilakukan oleh LKMD dengan demikian dapat menemui hambatan-hambatan, karena dari pengumpulan data Iapangan dan basil wawancara diperoleh gambaran bahwa LKMD belum berperan aktif terhadap pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama apabila dikaitkan dengan pengelolaan RTH.
Hambatan-hambatan itu terutama disebabkan karena beberapa faktor, yaitu:
1. Status keanggotaannya pada LKMD bukanlah pekerjaan utama dari anggota pengurus; sebahagian besar responden memiliki pekerjaan utama seperti misalnya: pegawai negeri, ABRI, pegawai swasta, wiraswasta, dan pekerjaan lainnya.
2. Pengetahuan anggota masyarakat mengenai LKMD masih sangat terbatas.
3. Kurang tepatnya penunjukkan kepengurusan LKMD, dapat menyebabkan program LKMD tidak berjalan sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam peraturan.
4. Secara hierarkhis, keberadaan LKMD hanyalah sebagai lembaga sosial pada tingkat kelurahanldesa, sehingga apabila ada pembangunan yang dilakukan oleh instansi yang lebih tinggi yang tidak sesuai dengan program LKMD, maka LKMD tidak punya wewenang untuk mengoreksi.
5. Masyarakat merasa keberatan apabila pengelolaan RTH/Pertamanan dilakukan oleh LKMD, apabila dana untuk pengelolaan RTH nantinya dibebankan kepada masyarakat, sebagai refleksi partisipasi.
Selain faktor yang dapat menghambat peranserta LKMD, keberadaan LKMD di tengah masyarakat juga dapat menunjang keberhasilan pengelolaan RTH.
Faktor-faktor yang dapat menunjang peran serta LKMD dalam pengelolaan RTH/Pertamanan adalah masih kuatnya rasa gotong royong masyarakat dan juga masyarakat menyadari akan pentingnya keberadaan RTH di tengah-tengah lingkungan tempat tinggal masyarakat. Kenyataan ini dapat dilihat dari tanggapan responden tentang apabila ada pihak-pihak tertentu yang ingin menggunakan RTH untuk mebangun bangunan lain selain peruntukan RTH, masyarakat berkeberatan, dan melaporkan kepada pihak Pemerintah Daerah. Di samping itu masyarakat setuju sekali dengan keinginan Pemerintah Daerah untuk menatalmemulihkan kembali RTH yang telah berubah fungsi sehingga dapat dikembalikan pada fungsi semula."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Yuniastuti
"Perkotaan seringkali mengesampingkan kebutuhan akan RTH disamping kondisi RTH belum ramah anak sehingga kurang optimal untuk anak bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya. Tujuan penelitian untuk menganalisis kondisi RTH dalam fungsinya sebagai ruang ekologi dan aktivitas sosial terutama bagi anak di kawasan perkotaan, menganalisis penerapan faktor-faktor ramah anak di Ruang Terbuka Hijau untuk mendukung tumbuh kembang anak, serta membuat model Ruang Terbuka Hijau yang ramah anak. Fungsi ekologis dianalisis menggunakan Sistem Informasi Geografis, fungsi aktivitas sosial anak dianalisis melalui pengamatan, kuesioner dengan 'purposive sampling' terhadap 36 responden serta wawancara dengan 3 orang informan.
Hasil penelitian menunjukkan fungsi ekologis dan aktivitas sosial bagi anak belum maksimal maka penerapan faktor ramah anak masih memerlukan peningkatan antara lain faktor keamanan, keselamatan, kenyamanan, aksesibilitas, estetika, fasilitas penunjang dan kelembagaan. Model pengembangan dilakukan dengan membuat sistem zonasi dan didukung kelengkapan fasilitas yang sesuai untuk anak. Dengan terpenuhinya kebutuhan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosial di RTH diharapkan meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal bagi anak di perkotaan.

Urban often overrides the need for green open space (GOS) besides the fact that GOS are not child friendly so it is less optimal for children to play and interact with their environment. The research objective is to analyze the condition of green space in its function as an ecological space and social activities especially for children in urban areas, analyze the application of child-friendly factors in GOS to support child growth and development, and create a child-friendly GOS model. Ecological functions were analyzed using Geographic Information Systems, the function of children's social activities were analyzed through observations, questionnaires with purposive sampling of 36 respondents and interviews with 3 informants.
The results showed that ecological functions and social activities for children were not maximized, so the application of child-friendly factors still required improvements including security, safety, comfort, accessibility, aesthetics, supporting and institutional facilities. The development model is carried out by creating a zoning system and supported by complete facilities suitable for children. With the fulfillment of children's needs in interacting with the natural and social environment in green space is expected to improve cognitive, affective and psychomotor abilities to support optimal growth and development for children in urban areas.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eisya Asshafina Eloksari
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas keberlanjutan ide dalam kebijakan pengelolaan sungai khususnya Sungai Ciliwung di Jakarta. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ide pembangunan yang berkembang pada masa Orde Baru masih dapat mempengaruhi kebijakan pengelolaan sungai yakni pada kasus Keputusan Menteri PUPR No.26 tahun 2015. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain eksplanatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ide pembangunan menunjukkan persistensinya dan memiliki pengaruh terhadap kebijakan pengelolaan Sungai Ciliwung dari masa ke masa. Ide tersebut bertahan karena ortodoksi lama tidak runtuh sementara ide baru tidak mampu menemukan momen untuk terkonsolidasi. Peranan epistemic community pun ikut melanggengkan keberlanjutan ide tersebut.

ABSTRACT
This bachelor rsquo s thesis focuses on the discussion idea continuity in river management policy specifically in Ciliwung River in Jakarta. The purpose of this essay is to discover how pembangunan idea, which has its root in the New Order era, can still influence Ciliwung River management policies especially in the case study of Ministerial Decree of Ministry of Public Works and Public Housing No.26 2015. This research uses qualitative methods with explanative design. The findings suggest that pembangunan idea is persistent and has an influence on Ciliwung river management policies from time to time. The pembangunan ide persist because public does not consider it to be broken, hence the collapse of old orthodoxy did not happen. Meanwhile, the new idea cannot find its momentum to consolidate. Epistemic community helps the continuity of idea as supporting actor of the pembangunan."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Herda Adeline
"Peningkatan permukaan kedap air berbanding terbalik dengan infiltrasi sehingga
meningkatkan terjadinya banjir. Permasalahan yang dihadapi Jakarta adalah belum
tercapainya target Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% serta masih sedikitnya
studi tentang aspek hidrologi RTH. Tujuan penelitian ini menganalisis kontribusi
RTH sebagai tempat cadangan air dan membantu meminimalkan limpasan.
Penelitian ini menggunakan metode gabungan dengan analisis kuantitatif
menggunakan Horton, Thornthwaite-Mather & Ffolliot, sedangkan analisis
kualitatif dengan Actor Network Theory. Untuk hasil didapatkan bahwa area
imbuhan atau lepasan lebih berperan dalam menentukan lokasi cadangan air
dibandingkan dengan tekstur tanah. Untuk aktor DSDA, DCKTRP dan DLH adalah
aktor kunci, Bappeda sebagai penghubung, sedangkan DPHK dan Inisiator sebagai
aliansi potensial. Kesimpulan RTH optimal melalui integrasi RTH dan Ruang
Terbuka Biru menggunakan bioretention

Increasing the surface of the impermeable is inversely proportional to infiltration,
thereby increasing flooding. The problems faced by Jakarta are the 30% Green
Open Space (GOS) target has not been achieved, as well as the lack of studies on
the hydrological aspects of GOS. The purpose of this study was to analyze the
contribution of GOS for water reserves and help minimize runoff. This study used
a combined method with quantitative analysis uses Horton, Thornthwaite-Mather
& Ffolliot, while the qualitative analysis with Actor-Network Theory. The results
show that the recharge or detachment area plays a more critical role in determining
the location of water reserves compared to the texture of the soil. The DSDA,
DCKTRP, and DLH actors are the key actors, Bappeda as the liaison, while the
DPHK and the INITIATOR are potential alliances. Conclusion optimal GOS
through integration of GOS and Blue Open Space uses bioretention
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emirhadi Suganda
"ABSTRAK
Sungai secara alamiah merupakan sebuah kesatuan, namun pada kenyataannya pengelolaannya terkotak-kotak ke dalam wilayah administratif. Selain itu, sungai juga memiliki keterkaitan dengan kondisi masyarakat yang bertinggal di sekitarnya. Tulisan ini membahas permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui pendekatan pembahasan isu pengelolaan, dan isu kondisi masyarakat khususnya dalam kerangka keterkaitan wilayah hulu dan hilir. Departemen Pekerjaan Umum sebagai pengelola dan penanggung jawab sumber daya air secara nasional, sering mengemukakan
semboyan ?one river one plan one management?. Namun pada kenyataannya hal ini masih sering bertentangan dengan produk perundangan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, terutama terkait dengan otonomi daerah. Tulisan ini juga mencoba untuk memberikan gambaran kondisi permukiman dan kondisi masyarakat di Bale Kambang dan
Kampung Pulo yang merupakan wilayah hilir sungai. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam praktek penataan ruang DAS diperlukan keterpaduan antara pengelolaan DAS di berbagai wilayah, serta pemahaman kondisi masyarakat di wilayah sekitar DAS. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi praktek penataan dan pengelolaan lingkungan perkotaan pada wilayah DAS yang tidak dapat berdiri sendiri, serta pentingnya melihat keterkaitan antara lingkungan fisik DAS dengan dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.
River by nature is a unity, but there is a tendency to separate river management based on administrative areas. River is also related to the community living in its surrounding area. This paper discusses watershed issues related to the management and community condition, especially within the framework of interrelationship between upstream and
downstream areas. Department of Public Works as the institution was responsible for the national water resource management has proposed the idea of "one river one plan one management." However, in reality this idea is not consistent with the regulations issued by the government, especially in the context of regional autonomy. This paper also attempts to illustrate the condition of settlement and community condition in Bale Kambang and Kampung Pulo as downstream areas. The findings of this study suggest the needs for an integrated management for various watershed areas, with the understanding of community condition in those areas. The findings provide inputs for planning and managing of urban areas by putting an emphasis on the interrelationship between various areas of wathershed, as well
as the physical environment of watershed and the community condition of the surrounding communities."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Martono Thomas
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1989
S26329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilin Budiati
Bogor: Ghalia Indonesia, 2002
333.7 LIL g (1);333.7 LIL g (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Budi Utami
"ABSTRAK
Keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dipengaruhi oleh manusia. Hardjasoemantri dalam "Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (1986)" berpendapat bahwa kunci berhasilnya program pembangunan di bidang lingkungan hidup ada di tangan manusia dan masyarakat. Karena itu sangatlah penting untuk menumbuhkan pengertian, motivasi dan penghayatan di kalangan masyarakat untuk berperanserta dalam mengembangkan lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat merupakan landasan motivasi untuk berperanserta dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Salim (1987:12) berpendapat bahwa keberhasilan pembangunan akan dapat dicapai apabila penduduk telah memiliki sikap yang mantap terhadap keselarasan lingkungan.
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah, Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Surakarta telah menetapkan program pembangunan yang diberi nama Program Solo Berseri yaitu suatu upaya untuk mewujudkan kota Solo yang bersih, sehat, rapi dan indah. Untuk dapat mencapai keberhasilan program tersebut diperlukan adanya suatu usaha agar perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap Program Berseri membudaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kesadaran masyarakat akan Program Berseri diharapkan masyarakat dapat berperanserta dalam keberhasilan Program Berseri.
Dari hasil penelaahan pustaka dan pengamatan disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri masyarakat tersebut, di mana penulis batasi meliputi lama tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kelembagaan sosial. Adapun faktor eksternal adalah faktor dari luar diri masyarakat, yaitu peranan pemerintah dalam penyuluhan program dan penyediaan sarana kebersihan. Interaksi dari faktor-faktor tersebut akan melahirkan kesadaran masyarakat untuk melakukan penghijauan/tamanisasi, membayar retribusi kebersihan, mengelola sampah rumah tangga, menjaga kebersihan lingkungan dan berpartisipasi dalam penyuluhan program Solo Berseri, sehingga program Solo Berseri dapat berhasil.
Atas dasar hal tersebut disusun hipotesis yaitu:
1. Semakin lama masyarakat tinggal akan semakin tinggi tingkat kesadarannya dalam melaksanakan program Solo Berseri;
2. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan semakin tinggi tingkat kesadarannya;
3. Semakin tinggi pendapatan masyarakat akan semakin tinggi tingkat kesadarannya;
4. Semakin besar keterlibatan masyarakat dalam kelembagaan sosial akan semakin tinggi tingkat kesadarannya;
5. Semakin intensif penyuluhan program Berseri yang diberikan oleh Pemerintah -Daerah akan semakin tinggi tingkat kesadarannya;
6. Semakin memadai penyediaan sarana kebersihan akan semakin tinggi tingkat kesadarannya.
Untuk membuktikan hipotesis di atas, dilakukan pengumpulan data primer dengan menggunakan daftar pertanyaan tentang keenam faktor yang penulis anggap mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat dan tentang pelaksanaan program Solo Berseri. Lokasi pengambilan sampel ditetapkan secara multi-stage dari tingkat kecamatan hingga tingkat RW, kemudian dari masing-masing RW yang terpilih mewakili populasi ditentukan respondennya secara proporsional, dan terpilih 130 responden dari empat RW yang terpilih.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen dengan vaxiabel dependen digunakan rumus koefisien korelasi Spearman yang dihitung melalui program SPSS for MS Windows Release 6.0, serta untuk mengetahui besarnya pengaruh digunakan uji koefisien determinasi. Berdasarkan uji dimaksud, maka disimpulkan sebagai berikut:
(1) Terdapat tiga variabel penelitian yang mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam keberhasilanprogram Berseri, yaitu:
a. Variabel lama tinggal, di mana besarnya koefisien korelasi Spearman 0,4539 pada taraf signifikan 0,000 dengan kontribusi 20,60%;
b. Variabel penyuluhan program Berseri, dengan koefisien korelasi Spearman 0,2567 padataraf signifikan 0,003 dan kontribusi variabel ini terhadap kesadaran masyarakatsebesar 5,28%;
c. Variabel penyediaan sarana kebersihan, koefisien korelasi Spearmannya 0,2295 pada taraf signifikan 0,009 serta kontribusinya sebesar 6,59%;
(2) Jika dilihat dari besarnya persentase tiap-tiap kategori untuk ketiga faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat tersebut di atas, maka terbukti bahwa:
a. Semakin lama masyarakat tinggal, semakin tinggi tingkat kesadarannya dalam melaksanakan program Berseri;
b. Semakin intensif penyuluhan program Berseri yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, semakin tinggi tingkat kesadarannya;
c. Semakin memadai penyediaan sarana kebersihan, semakin tinggi tingkat kesadarannya.
(3) Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemda Kodya Surakarta diantaranya adalah:
a. Penyediaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) seluas 17 Ha di Putri Campo;
b. Penyediaan angkutan sampah yang memadai;
c. Penyediaan tenaga kebersihan sampah dan penyuluh kebersihan yang mencukupi;
d. Pemasangan tanda-tanda peringatan tentang kebersihan kota;
e. Adanya petugas pengawas kebersihan kota;
f. Melakukan pendekatan kepada masyarakat secara terus-menerus;
g. Memberi subsidi dana kebersihan, dan
h. Mengaktifkan peranserta masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 130 responden yang kesadaran masyarakatnya tinggi sebesar 39,20%, yang cukup tinggi sebesar 43,10% dan yang rendah sebesar 17,70%.

ABSTRACT
The key of successful development programmed on environment is in the hands of the people and the community So it is very important to develop understanding, motivation and comprehension of the community to participate in environmental development (Hardjasoemantri, 1986:19). Community awareness is the foundation of motivation for participation in environmental management. Salim (1987:12) stated that the success of development can be achieved if the community have a consistent attitude toward the harmony of environment.
To implement environmental management in the area, the Municipal Government of Surakarta has launched the development programmed called "Berseri Programmed", an effort toward the realization of Solo to become a clean, healthy, tidy and beautiful city. In order to render this development programmed successful, efforts are needed to make the behavior and community awareness for Berseri Programmed into a way of life. And with this community awareness for Berseri Programmed, the community can participate in the success of Berseri Programmed.
The results of the literature study and observation conclude that community awareness in environmental management is influenced by two factors, namely, internal and external factors. Internal factors are factors in the community itself. Those factors are: duration of stay, level of education, level of income and social institutions. External factors are factors outside of the community. Those factors are: the role of the government, the role in dissemination of the programmed and availability of cleanliness utilities. Interactions of two factors will reveal community awareness to provide green landscapes, pay the cleanliness retribution, manage the domestic waste properly, keep the environmental cleanliness and participate in the education program of Berseri Programmed. In so doing the Berseri Programmed will definitely be successful.
Based on the above facts, the hypotheses are formulated as follows:
1) The longer the duration of stay in Solo, the higher the level of community awareness will be achieved to implement the Berseri Programmed;
2) The higher the level of education, the higher the level of community awareness will be;
3) The higher the level of income, the higher the level of community awareness will be;
4) The more intensive to take part in social institution, the higher the level of community awareness;
5) The more intensive the information dissemination of Berseri Programmed carried out by the Regional Government, the higher the level of community awareness;
6) The more adequate the availability of cleanliness utilities, the higher the level of community awareness.
To prove the above hypotheses, primary data collection was conducted, by way of interviews using structured questionnaires on Six factors that was assumed to have influence on the level of community awareness and on the implementation of Berseri Programmed. Sample locations were taken by multi-stage method commencing at the Kecamatan/sub district level down to the RW level.
Thence, from the proportionally selected four RW, some 130 respondents were selected.
To test the presence of influence of dependent and independent variables, statistical tests were applied using Spearman correlation coefficient with SPSS Programmed for MS Windows Release 6.0; while determination coefficient test was also conducted to measure the degree of influence between the two variables. The test results disclosed that:
(1) There are three study variables which influenced community awareness in the success of Berseri Programme, namely:
a. The duration of stay variable where the magnitude of Spearman correlation coefficient is 0.4539 at the significant level of 0.000, with 20.60% contribution;
b. The information dissemination of Berseri Program variable, with Spearman correlation coefficient 0.2567 at the significan Of 0.003 and this variable contribution to community awareness 5.28%;
c. The availabality of cleanliness utilities variable, Spearman correlation coefficient is 0.2295 at the significan level of 0.009 and its contribution 6.59%
(2) If the percentage of each category of the three factors which influenced community awareness as indicated above is observed, hence, it is proven that:
a. The longer the duration of stay, the higher the level of community awareness will be achieved to implement the Berseri Programme;
b. The more intensive dissemination of Berseri Programme carried out by the Regional Government, the higher the level of community awareness will be;
c. The more adequate availability of cleanliness utilities, the higher the level of community awareness will be.
(3) Efforts already carried out by The Regional Government of Surakarta include:
a. Provision of final waste disposal site of 17 Ha in Putri Cempo;
b. Provision of adequate waste transportation;
c. Provision of waste cleanliness personil and sufficient cleanliness health educaters;
d. Placement of warning signs on city clean liness;
e. The present of city cleanliness supervisor;
f. Implementation of continuous approaches toward the community;
g. Provision of subsidy of cleanliness fund;
h. Activition of community partisipation.
The study disclosed that out of 130 respondents 39.20% are of good level community awareness, 43.10% are of moderate level and 17.70% are of poor level community awareness.
References : 30 (1977-1997)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herliana Dewi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang desain penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) berbasis standar ISO 14001 pada sektor jasa laboratorium. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat SUCOFINDO yang akan menerapkan SML. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah bersifat kualitatif dengan menggunakan metode survei, studi literatur dan observasi lapangan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih minimnya sektor jasa laboratorium dalam menerapkan dan mendapatkan sertifikat SML ISO 14001. Oleh karena itu perlu desain yang tepat untuk membangun SML di laboratorium. Desain SML yang akan dibangun di Laboratorium Pusat SUCOFINDO yaitu mempertimbangkan masukan dari hasil analisis kendala penerapan dan pemahaman tenaga kerja terkait manfaat sertifikasi SML. Hasil keluaran dari penelitian ini adalah desain integrasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah diterapkan terlebih dahulu dengan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang akan direncanakan di Laboratorium Pusat SUCOFINDO, desain tersebut dinamakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L). Keluaran lainnya dari penelitian ini adalah desain program monitoring dan rencana strategi aplikasi desain SMK3L berbasis SML ISO 14001.
Berdasarkan survei dari karyawan Laboratorium Pusat SUCOFINDO kendala utama penerapan SML adalah 1) kurangnya pengetahuan dan pengalaman di dalam penanganan lingkungan sebesar 59%, 2) belum adanya pelatihan berkaitan dengan SML sebesar 69%, 3) kendala penetapan tugas dan tanggung jawab terhadap setiap personil sebesar 64%. Pemahaman karyawan terkait manfaat utama sertifikasi SML diperoleh 81% menyatakan setuju bahwa penerapan sertifikasi SML mempunyai banyak manfaat. Pemahaman karyawan terhadap manfaat sertifikasi yang paling utama adalah 1) meningkatkan tingkat jaminan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja terkait dampak lingkungan sebesar 93%, 2) memperbaiki proses mutu internal terkait pengelolaan lingkungan sebesar 91%, 3) manfaat yang paling utama adalah sertifikasi SML dapat meningkatkan citra perusahaan sebesar 95%.

ABSTRACT
This thesis discusses about the design implementation of Environmental Management System (EMS) based on ISO 14001 for laboratory services sector . This research was conducted at the SUCOFINDO Central Laboratory which will apply EMS. The research approach is qualitative, conducted using survey methods, literature studies and field observations. This research is motivated by the lack of laboratory services sector in applying and getting the certificate of ISO 14001 EMS. Therefore it is necessary to establish proper design EMS in the laboratory. The design of EMS to be built in the SUCOFINDO Central Laboratory is considering input from the analysis constraints of application and employees understanding related benefits of EMS certification. The output of this research is the integration of design Ocuupational Safety and Health Management System (OHSMS) which has been applied first follow by the Environmental Management System (EMS) which will be planned in SUCOFINDO Central Laboratory, the design called Occupational, Safety, Health and Environment Management System (OHSEMS) . Another output from this research is the design of the monitoring program and strategic plan design application SMK3L based on ISO 14001 EMS.
Based on a survey employees of the SUCOFINDO Central Laboratory, the main obstacle of application EMS are 1) 59% due to lack of knowledge and experience in the handling of the environment, 2) 69% due to lack of training related to the EMS, 3) 64% due to problem in setting tasks and responsibilities of each employees. The employee understanding due to main benefits of EMS certification obtained 81 % agree that the implementation of EMS certification has many benefits. The employee understanding for the main benefits of the certification are 1) increasing level of assurance to the health and safety of workers related to environmental impacts by 93 %, 2) improve the internal quality processes related to environmental management by 91 %, 3) the most important benefits of EMS certification may enhance the image of the company by 95 %."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T39199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Arni Sarah
"ABSTRAK Rata-rata tonase sampah yang masuk ke TPA sampah Sumur Batu Kota Bekasi dari tahun 2011 ke tahun 2015 meningkat sebesar 503,53 ton/hari. Volume sampah yang terus meningkat membuat pemerintah Kota Bekasi berupaya menambah jumlah bank sampah. Saat ini Kota Bekasi telah memiliki Bank Sampah sejumlah 1.030 Bank Sampah yang tersebar di 12 Kecamatan. Namun dari jumlah tersebut hanya 124 Bank Sampah yang aktif dalam mengelola sampah. Sisanya belum beroperasi secara maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis peran perempuan penggerak dalam pengelolaan lingkungan; 2) Menganalisis pengetahuan, sikap dan perilaku ibu rumah tangga dalam pengelolaan lingkungan; 3) Mengetahui keterkaitan peran perempuan yang aktif mengelola lingkungan dengan elemen pemangku kepentigan lainnya dilokasi tempat tinggalnya. Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif. Meskipun demikian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah concurrent mixed methode (metode campuran konkuren). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Perempuan memiliki peran yang strategis sebagai agen perubahan dalam pengelolaan lingkungan permukiman berkelanjutan; 2) Sebanyak 96,1% ibu rumah tangga memiliki pengetahuan terkait pengelolaan lingkungan permukiman, 53,03% ibu rumah tangga menunjukkan sikap baik dalam pengelolaan lingkungan dan 58,1% ibu rumah tangga menunjukan perilaku sangat peduli dalam pengelolaan lingkungan permukiman; 3) Perempuan Koordinator Wilayah sebagai pemain utama dalam pengelolaan lingkungan.
ABSTRACT The average waste tonnage that enters the Bekasi City Sumur waste landfill from 2011 to 2015 increased by 503.53 tons / day. The increasing volume of waste has made the Bekasi city government try to increase the number of garbage banks. At present the City of Bekasi has a Waste Bank of 1,030 Waste Banks spread across 12 Districts. But of these only 124 Waste Banks are active in managing waste. The rest have not been operating optimally. Based on these problems, the purposes of this study are: 1) Analyzing the role of women activists in environmental management; 2) Analyzing knowledge, attitudes and behavior of housewives in environmental management; 3) Knowing the role of women who actively manage the environment and their interactions with other stakeholders in their location. This research uses a qualitative approach. However, the method used in this study is concurrent mixed method (concurrent mixed method). The results of the study can be concluded that: 1) Women have a strategic role in sustainable settlement environment management; 2) A total of 96.1% of housewives have knowledge related to residential environmental management, 53.03% of housewives show good attitude in environmental management and 58.1% of housewives show very caring behavior in the management of residential environments; 3) Regional Coordinator Women as the main players in environmental management.

"
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T51943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>