Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yugih Setyanto
"Departemen Pertahanan (Dephan) merupakan sebuah lembaga departemen yang dipimpin oleh seorang menteri pertahanan (Menhan) dan berada di bawah presiden. Tugas Menhan adalah membantu presiden dalam menangani masalah pertahanan.
Dephan istimewa dilihat dari personilnya, karena memiliki karyawan berlatar belakang sipil dan militer. Berbeda dengan departemen lain yang memiliki pegawai dari kalangan militer namun ketika berada di dalam instansi tersebut ia menyesuaikan dirinya menjadi pegawai Iainnya yang sipil, di Dephan pegawai dari TNI tetap membawa ciri militernya. Berbeda dengan Mabes TNI, Mabes AD, Mabes AL dB, instansi tersebut juga memiliki personil PNS namun instansi tersebut adalah instansi militer sedangkan Dephan adalah instansi sipil.
Masih kuatnya dominasi militer Dephan, terutama pada level pimpinan, membawa gaya kepemimpinan militer dalam memimpin bawahannya. Beberapa tahun terakhir ini, Dephan dipimpin oleh menteri dan kalangan nonmiliter (sipil), memiliki pegawai yang berasal dari sipil dan militer, dan masih banyak pejabat (pimpinan) Dephan yang diisi oleh kalangan militer. Atas dasar itulah peneliti akan meneliti bagaimana hubungan antara atasan bawahan, bawahan-atasan, dan bawahan-bawahan yang terjadi sehingga dapat memberi pengaruh pada iklim komunikasinya. Dan yang lebih ditekankan lagi adalah hubungan antara sipil dan militer yang terdapat dalam organisasi Dephan. Teori yang digunakan adalah teori-teori tentang kepemimpinan dan iklim komunikasi serta teori yang berkaitan dengan hubungan sipil-militer.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk memahami realitas yang diteliti dengan pendekatan yang menyeluruh, tidak melakukan pengukuran pada bagian-bagian dari realitas. Kesimpulan-kesimpulan penelitian tidak dibuat berdasarkan perhitunganperhitungan kuantitatif, melainkan berdasarkan deskripsi cermat atas realitas.
Peneliti memusatkan penelitian pada gaya kepemimpinan yang membawa iklim komunikasi dalam organisasi menuju sasarannya. Dalam melaksanakan kepemimpinan tentulah menganut suatu pola komunikasi yang pada akhirnya mempengaruhi suasana kerja atau iklim. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada mantan Menhan Mahfud MD, Kepala Biro kepegawaian dan pegawai Dephan, berdasarkan pertanyaan yang sudah disusun secara terbuka dan difokuskan pada pokok-pokok persoalan tertentu yang tercakup dalam tema pokok persoalan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap proses pengambilan kebijakan bagi pimpinan Dephan serta dapat memberi gambaran kepada para pimpinan Dephan dalam memimpin bawahannya yang berasal dari sipil dan militer. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan hubungan antara atasan-bawahan, bawahanatasan di organisasi Dephan, serta hubungan karyawan yang berasal dari dua latar belakang yang berbeda yaitu sipil-militer yang ada di dalam sebuah departemen.
Gaya kepemimpinan di Dephan yang dipakai adalah otokrasi dan direktif, dan anus komunikasi yang terjadi adalah satu arah. Ini terjadi karena Dephan selama puluhan tahun dipimpin oleh pemimpin yang berlatar belakang militer, sehingga kuat sekali tradisi milternya sampai sekarang.
Gaya otokrasi dan direktif merupakan gaya khas yang biasa diterapkan dalam organisasi militer, dimana kepemimpinan berdasarkan kekuasaan mutlak. Seorang pemimpin otokrasi memimpin perilaku anak buahnya dengan mengarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Segala keputusan berada di satu tangan. Setiap keputusan dianggap sah dan anak buahnya menerima tanpa pertanyaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Evi Margareth
"Pada saat krisis ekonomi ini sangat dibutuhkan seorang pemimpin yang betul-betul aktif dan inovatif serta para bawahan yang kreatif untuk dapat tetap bertahan. Pemimpin yang mampu menaikkan semangat para bawahannya dalam bekerja dan mampu menciptakan suasana yang saling mendukung sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja.
Peneliti melakukan penelitian di perusahaan DC yang bergerak di bidang jasa penyemprotan rayap (termite control) dan pembasmi nyamuk. Usaha ini tergolong kecil dan masih termasuk usaha keluarga. Pada masa orde baru atau sebelum krisis terjadi, usaha perusahaan tersebut maju dengan pesat karena banyak pembangunan perumahan dan apartemen. Tapi pada masa krisis, usaha ini dapat dikatakan masih mampu bertahan, tapi harus diadakan banyak perbaikan dan penghematan.
Peneliti tertarik dengan perusahaan ini karena, usaha ini berjalan dari nol dan bisa maju dengan baik tanpa terlilit utang di bank. Banyak perusahaan besar yang mengalami kredit macet dan melakukan PHK kepada sebagian karyawannya. Pemerintah saat ini sangat mendorong usaha kecil untuk terus maju, sehingga peneliti ingin agar hasil tulisan ini nanti dapat berguna bagi kemajuan perusahaan kecil yang membutuhkan.
Gaya kepemimpinan di DC yang dipakai adalah gaya otoriter dan arus komunikasi yang terjadi adalah satu arah. Sering dikatakan bahwa perusahaan keluarga tidak terlalu memperdulikan manajemen kantor dan hubungan antara atasan dan bawahan, sehingga hubungan fungsional dan hubungan keluarga menjadi kacau.
Pemimpin yang juga pemilik perusahaan lebih mendahulukan kepentingan pribadinya. Para karyawan yang masih keluarga dari pimpinan, juga merasa bahwa mereka ikut sebagai pemilik, padahal mereka sama juga dengan yang lain yaitu sama-sama karyawan. Pemimpin yang terkadang bertindak tidak adil, yang selalu mendahulukan para kerabatnya membuat kecemburuan diantara pegawai sehingga menimbulkan iklim komunikasi yang tidak sehat.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin, seorang pemimpin harus juga melihat bagaimana situasinya. Untuk memotivasi orang-orang yang mempunyai semangat kerja rendah dan lambat berpikir memang dibutuhkan gaya kepemimpinan otoriter. Tapi, untuk masalah atau situasi yang lain harus dipakai gaya yang lain pula. Sehingga seorang pemimpin harus bijak dalam bertindak.
Hubungan yang saling terbuka antara atasan dan bawahan dan sebaliknya sangat dibutuhkan untuk menimbulkan rasa saling percaya, persaman persepsi dan saling memahami kebutuhan masing-masing. Dalam memahami hubungan antara atasan dan bawahan pemimpin harus dapat lebih bertindak sebagai pendengar untuk menyimak keluhan, saran dan ide-ide baru dari bawahannya. Pimpinan sebaiknya mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi dalam pertemuan, sehingga jangan bertindak marah-marah atau membentak karyawan dengan kasar layaknya seperti Bapak dan anaknya.
Agar kepemimpinan lebih baik, sebaiknya pimpinan memberikan wewenang dan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut dalam pengambilan keputusan, sehingga bawahan memperoleh kepuasan dan semangat untuk bekerja yang pada akhirnya meningkatkan kinerja.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, gaya kepemimpinan yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang terjadi, dan pimpinan bertindak secara profesional dan tegas tanpa membeda-bedakan perlakuan kepada karyawan yang kerabat dan bukan kerabat. Dan akhirnya, perkembangan kemajuan perusahaan sangat tergantung pada keinginan pemimpin untuk berubah agar lebih fleksibel dan lebih bijaksana lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T4754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sulistiani
"Seorang pemimpin adalah penentu jalannya suatu organisasi atau perusahaan. Organisasi/perusahaan akan hidup dan berkembang di bawah satu pimpinan, tetapi pada suatu saat akan menurun kredibilitasnya karena adanya penggantian pimpinan. Untuk menjadi pemimpin yang tangguh yang dapat diterima oleh semua bawahan tidaklah mudah, karena ada kriteria-kriteria tertentu yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh pemimpin.
Dalam tesis yang berjudul "Peranan Gaya Kepemimpinan terhadap Iklim Komunikasi : Kasus dalam Sebuah Lembaga Penelitian" ini, peneliti mencoba mengkaji bagaimana persepsi bawahan terhadap sikap dan perilaku pimpinan dalam menghadapi dan mengelola bawahan yang terdiri dari selain karyawan aciminsitrasi juga para sfaf peneliti dan pengajar, di mana bawahan staf merupakan individu yang cenderung biasa mandiri dan serba tahu, serta bagaimana pengaruh gaya tersebut terhadap iklim komunikasi.
Dalam melaksanakan fungsinya, pemimpin tidak bisa tidak melakukannya dengan komunikasi dan dapat lebih mengarah kepada komunikasi interpersonal. Dengan komunikasi interpersonal diharapkan masing-masing pihak akan lebih saling terbuka dan percaya, bila pihak yang terlibat dapat menyamakan atau paling tidak memahami kebutuhan, persepsi dan harapan yang lama. Selain itu dalam hubungan semacam itu pemimpin harus dapat lebih bertindak sebagai pendengar untuk menyimak keluhan, saran/opini bawahan baik mengenai suatu masalah maupun mengenai diri pemimpin sendiri, dan bertindak lebih suportif dan empati. Pemimpin yang merupakan pendengar yang baik, cenderung akan mempunyai hubungan yang baik dan dipercaya oleh bawahan dan ini akan membawa iklim yang mendukung bagi semangat kerja serta peningkatan kinerja bawahan. Dengan komunikasi yang merupakan salah satu prinsip memotivasi bawahan, pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengutarakan imbalan apa yang diharapkan dari "effort" yang telah dikeluarkannya. Sehingga bawahan akan merasa puas dan lebih bersemangat dalam melakukan tugas-tugasnya.
Dari hasil temuan dapat disimpulkan bahwa hal yang baku dalam masalah yang dihadapi para bawahan terutama staf adalah kurangnya hubungan interpersonal dan komunikasi yang efektif, sehingga informasi dan penjelasan tentang kebijakan-kebijakan yang berlaku di Lembaga tidak diterima dengan semestinya oleh bawahan yang menimbulkan ketidak pastian juga keraguan. Ketidak jelasan informasi dapat pula menyebabkan perbedaan persepsi terhadap informasi tersebut, dan akhirnya akan berakibat pula menyebarnya "gosip" yang telah menyimpang dari informasi yang sebenarnya. Hal ini bisa terlihat dalam sikap bawahan (staf) terhadap visi, misi dan arah tujuan organisasi serta gaya kepemimpinan partisipatip dan orientasi pada tugas yang diterapkan di Lembaga, di mina tanggapan mereka kurang selaras dengan kebijakan pimpinan mengenai pemahaman hal-hal tersebut.
Di dalam jaringan komimikasi yang "all channel" berarti adanya keterbukaan dan kepercayaan. Tetapi bila keterbukaan dan kepercayaan sifatnya "selektif?, maka kecenderungan munculnya jaringan komunikasi lain ("grapevine") di dalam jaringan formal yang ada, yang akhirnya dapat membentuk kelompok. Dan jaringan maupun kelompok lain ini memang diperlukan oleh bawahan, karena kelompok iui dapat merupakan wadah tempat bawahan berkeluh kesah, tempat memperoleh informasi yang tidak diperoleh dari saluran resmi dan menupakan pendukung mereka sebagai anggota kelompok.
Dari hasil temuan penelitian, didapat kesimpulan secara keseluruhan bahwa gaya kepemimpinan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi, tetapi karena organisasi merupakan suatu sistem di mana setiap elemen saling tergantung satu sama lainnya, maka elemen-elemen dalam organisasi termasuk lingkungan yang sifatnya dinamis juga ikut berperan dalam mempengaruhi iklim komunikasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochma Widia Lestari
"Penelitian ini membahas gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi pada Balai Penelitian dan Observasi Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pendekatan yang digunakan kualitatif. dengan metode penelitian studi kasus. Penelitian ini penting mengingat pemimpin memegang peran yang sangat strategis dalam birokrasi. Berhasil tidaknya birokrasi publik menjalankan tugas - tugasnya sangat ditentukan dari kualitas pemimpinnya. Sedangkan gaya kepemimpinan seseorang, mencirikan bagaimana cara dia berkomunikasi dan pada akhirnya memiliki peran yang kuat dalam pembentukan iklim komunikasi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa gaya kepemimpinan pada eselon III adalah demokratis, transformasional dan transaksional dengan iklim komunikasi yang suportif. Pada eselon IV ditemui gaya kepemimpinan autokratik dan laizze faire sehingga iklim komunikasi tim yang terbentuk cenderung defensif.

This research explores about leadership styles and communication climate on Institute for Marine Research and Observation, Ministry of Fisheries and Marine Affairs. This research using qualitatif approach, with case study as research method. This research is important, to remember that leader plays a very strategic role in the public bureaucracy. The success or failure of the public bureaucracy duties is determined from the quality of leader. Leadership style characterizes how he communicates and ultimately have a strong role in the formation of the communication climate.
The result indicates that democratic, transformasional and transactional leadership style identified on Eselon III with supportive communication climate. Whereas autocratic, laizze faire leadership identified on Eselon IV with defensive communication climate.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nurdiani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Gaya Kepemimpinan ( X1) dan Komunikasi Interpersonal (X2) dengan Motvasi Kerja Karyawan (Y) baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri di PT. INDOMAS MULIA, Jakarta.
Metode pengumpulan data yang dipakai adalah dengan metode survai? dengan populasi penelitian adalah seluruh karyawan tanpa Manajemen Level I pada tahun 2004. Jumlah sampel penelitian diambil dengan cara Diaproportionate Stratified Random Sampling. Data dihimpun melalui instrument bentuk kuesioner Skala Liken yang sudah diujicobakan.
Walaupun memiliki keterbatasan, penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan organisasi. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan uniuk meningkatkan wawasan tentang strategi memotivasi karyawan melalui penerapan gaya kepemimpinan dan komunikasi interpersonai dalam suatu organisasi. Penelitian ini juga memberikan manfaat bagi usaha pengembangan bidang studi Administrasi dan Sumber Daya Manusia secara keseluruhan.
Analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan teknik analisis korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antar variable bebas Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Interpersonal dengan Motivasi Kerja sebagai variable terikatnya.
Hasil analisis data, disimpulkan bahwa : 1. Terdapat hubungan positif dan kuat antara Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja. Nilai koefisien korelasi bernilai positif dan kuat yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berperan cukup penting dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan. 2. Terdapat hubungan positif dan kuat antara Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Kerja. Nilai koefisien korelasi bernilai positif dan kuat yang menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal berperan cukup penting dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amin Astohar
"Pusat Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Ketenagalistrikan (Pusdiklat EKTL) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 150 Tabun 2001 dan Nomor 19I5 Tahun 2001. Pada proses pembentukannya, Pusdiklat EKTL melakukan impassing (rekruitmen dari internal organisasi) dan membuka kesempatan secara terbuka (penerimaan pegawai baru) untuk mengisi jabatan-jabatan yang telah ditentukan sesuai KEPMEN tersebut. Hingga kini, Pusdiklat EKTL terdiri dari beberapa pegawai yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan beberapa unit kerja sebelumnya.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kepemimpinan, iklim komunikasi, dan kinerja pegawai (motivasi) di lingkungan organisasi birokrasi pada Pusdiklat EKTL. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan dilaksanakan dengan metode survei. Penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui seberapa kuat pengaruh iklim komunikasi dan kepemimpinan terhadap motivasi pegawai Pusdiklat EKTL.
Beberapa teori yang digunakan untuk membahas hal tersebut, seperti teori iklim komunikasi (Kreps, Tagiuri, Dennis, dan Redding) dan teori gaya kepemimpinan (Kotler, Bennis, Avi l l io Curtis, dan Sondang), pada dasarnya menyatakan bahwa iklim komunikasi yang kondusif di dalam organisasi dan penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan lingkungan organisasi memberikan dorongan yang kuat kearah pembentukan karakter organisasi (pegawai) yang berkinerja tinggi.
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini data akan dianalisis dengan menggunakan alat bantu statistik Multiple Regression. Uji hipotesis dilakukan sebanyak empat kali. Berdasarkan empat analisis tersebut terlihat bahwa variabel Motivasi sangat dipengaruhi oleh variabel Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi. Sedangkan tiga variabel kontrol yang dimasukkan yaitu Umur, Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel Motivasi.
Dengan demikian disimpulkan bahwa tingkat motivasi seseorang tidak dipengaruhi oleh Umur, Tingkat Pendidikan, dan Masa Kerja. Tetapi sangat dipengaruhi oleh Iklim Komunikasi dan Kepemimpinan yang ada di internal institusi dimana ia bekerja atau berorganisasi. Tingkat pengaruh dari Iklim Komunikasi dan Kepemimpinan ini akan bertambah sedikit apabila salah satu dari tiga variabel kontrol diikutsertakan daiam analisis regresi.
Dari nilai regresi yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa masih terdapat variabel lain yang memberikan pengaruh terhadap Motivasi yang tidak terdeteksi oleh variabel Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi, dan dapat dikatakan pula bahwa terdapat variabel lain yang seharusnya ada tetapi tidak dimasukkan ke dalam model. Dengan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi dari seseorang akan meningkat dengan cukup besar bilamana suasana kepemimpinan dan Iklim Komunikasi yang ada pada tempat ia bekerja sangat kondusif, yang akan berdampak pada nilai produktifitas yang semakin membaik."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnowati Suryo
"Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi serta individu di dalam organisasi. Dengan mengetahui profil gaya kepemimpinan para manajer di rumah sakit diharapkan dapat dijadikan asupan dalam pemecahan masalah interpersonal, konsultasi karier dan pelatihan, pembentukan kinerja, serta tujuan organisasional lainnya.
Penelitian dilakukan di rumah sakit Kanker Dharmais dengan 40 responden yang terdiri dari 24 orang manajer laki-laki dan 18 orang manajer perempuan berusia 29 tahun - 55 tahun berasal dari ketiga fungsi unit yaitu Pelayanan Medis dan Penelitian, Penunjang Medis dan Pendidikan, Umum dan Keuangan dengan tingkat jabatan Manajer Menengah dan Manajer Bawah. Latar belakang pendidikan dari responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu Medis dan Non Medis. Sebagai alat pengumpulan data digunakan tes baku dan tes manajemen yang digunakan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yaitu "Edward's Personal Preference Schedule" (EPPS) dan "Management Style Diagnostic Test" (MSDT).
Berdasarkan analisa bivariat diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, fungsi unit serta tingkatan jabatan para manajer tersebut dengan gaya kepemimpinannya baik yang dominan, supporting maupun sintesis . Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkatan jabatan dengan gaya suportif (p value 0,0418). Berdasarkan analisa multivariat diketahui bahwa 60% dari responden yang diteliti ternyata memiliki gaya birokrat (bureaucrat). Gaya ini merupakan gaya sintesis sebagai adaptasi gaya kepemimpinan individual manajernya dengan gaya yang dibutuhkan oleh organisasi.
Sisanya memiliki gaya "developer" 20%, gaya "deserter" 12,5% dan "missionary" 7,5%. Keempat gaya kepemimpinan tersebut merupakan gaya yang tidak berorientasi pada tugas dimana skor "Task Oriented" lebih kecil daripada 2 (TO < 2). Munculnya keempat gaya tersebut di RSKD membuktikan bahwa gaya kepemimpinan lebih dipengaruhi oleh situasi pekerjaan daripada karakteristik personal manajer. Besarnya peran Pemerintah dalam pengelolaan RSKD mengurangi fungsi Yayasan "Dharmais" serta tidak berkembangnya karakteristik individual yang positif terhadap kemajuan RSKD.
Dalam mengantisipasi globalisasi di tahun mendatang, sebaiknya RSKD berorientasi pada tugas dengan mengembangkan gaya "benevolent autocrat" yang sudah ada sebagai gaya individual sebagian manajer RSKD. Caranya ialah dengan memperjelas uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang jabatan struktural dan fungsional, meningkatkan koordinasi kinerja, serta memperbesar pendelegasian wewenang untuk pekerjaan yang rutin. Mengurangi campur tangan Perintah dengan membuat ketentuan mengenai hak, tanggung jawab dan wewenang Yayasan "Dharmais" dalam pengelolaan RSKD serta merealisir program rumah sakit swadana.
Berdasarkan analisa kualitatif diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kebutuhan antara manajer perempuan dengan manajer laki-laki. Kebutuhan yang menonjol pada responden pada saat ini adalah kebutuhan "achievement" untuk kelompok kebutuhan Tiga Serangkai Manajemen, kebutuhan "autonomy" pada kelompok kebutuhan Pimpinan - Bawahan, kebutuhan "exhibition" pada kelompok kebutuhan Penentu Antar Pribadi, kebutuhan "Order" untuk kelompok kebutuhan Faktor-faktor Tugas. Supaya kita dapat meningkatkan kemampuan dan koordinasi para manajer, maka harus memahami gaya kepemimpinan serta kebutuhan-kebutuhan psikologis mereka.

Analysis Of Middle And Lower Manager Leadership Style At The "DHARMAIS" Cancer HospitalLeadership style is a form of procedure used by a leader to achieve the objectives of the organization and the individuals within that organization. Knowing the profile of the leadership style, hospital managers are expected to use it as a reference to solve interpersonal problems, for career consultation and training, the establishment of the work ethics, or other organizational issues.
The research was conducted at the "Dharmais" Cancer Hospital using 40 respondents which consist of 24 male and 18 female middle and lower level managers, age 29-55 years, coming from the three functional units namely, Medical Service and Research, Medical Support and Education, General and Finance. Their academic background is divided into 2 groups : medic and non-medic. For the data gathering instrument, the research employs the standard test and the management test used by the Faculty of Psychology of the University of Indonesia, namely the Edward's Personal Preference Schedule (EPPS) and the Management Style Diagnostic Test (MSDT).
Based on the bivariate analysis there is no relation between age, sex, background education, functional units and the level of managerial position of the respondents with a dominant, supporting or synthetic leadership style . There is a statistical significant relation between the manager's level of position and the supporting style (p value = 0,0418). Based on the multivariate analysis 60% of the respondents have the bureaucratic style. This style belongs to the synthetic style as an adaptation of the manager's individual style with the style needed by the organization. The rest have a developer style (20%), the deserter style (12,5%) and the missionary (7,5%). -These four leadership styles- are not task oriented where the Task Oriented score is smaller than 2 (TO < 2).
The emergence of these four styles at the Dharmais Cancer Hospital (RSKD) shows that the leadership style is more influenced by the work situation rather then the personal characteristics of the manager. The extent of the government?s role in the management of the RSKD limits the function of the Dharmais Foundation and puts restraint on a positive characteristics of the individual towards the advancement of the hospital. To anticipate globalization impacts in the near future, it is advisable that the RSKD focuses it self on the task of developing the already existing "benevolent autocratic" style as a personal style for some of the present RSKD managers. This could be done by providing a more distinct and detailed job description, responsibilities and authority for structural and functional positions, along with the enhanced coordination of performance and more delegation of authority for routine tasks. There should also be an effort to increase the Foundation's autonomy by limiting the government?s intervention by more explicit rules and regulations on the rights and responsibilities of the Dharmais Foundation in managing the RSKD and put into realization the program for self-funding hospital.
Based on the qualitative analysis, there is no difference in needs between female and male managers. The prevailing concern of the respondent in the fulfillment of the achievement need from the Triad Management Needs groups , the need for autonomy of the Boss-Subordinate group, the need for exhibition in the Interpersonal Determinant needs group, and the need for order in the Task Factors need group. To enhance the ability and the coordinator of the managers, one must understand their leadership style and their psychological needs."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Undang S. Mulyana
"Gaya Kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Gaya kepemimpinan akan membuka peluang pegawai untuk meningkatkan kinerjanya sehingga diperlukan adanya peningkatan kemampuan kepemimpinan yang, lebih profesional serta menerapkan gaya kepemimpinan yang cocok sesuai dengan tingkat kematangan bawahan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran deskriftif tentang pengaruh (1) gaya kepemimpinan terhadap kinerja, (2) kemampuan kepemimpinan terhadap kinerja, (3) gaya dan kemampuan kepemimpinan secara kumulatif terhadap kinerja pegawai.
Metode penelitian yang digunakan deskriftif analitik dengan kerangka pendekatan kuantitatif serta teknik pengumpulan data berupa angket/kuesioner. Instrument penelitian yang digunakan adalah (1) gaya kepemimpinan dari Paul Hersey dan Kenneth Blanchard yang dikembangkan oleh Leader Adaptability Style Inventory (LAST), (2) kemampuan kepemimpinan dari Roberth L. Katz dengan instrumen penelitian yang dikembangkan sendiri, (3) kinerja pegawai dikemukan oleh Sastrohadiwiryo.
Pengujian penelitian mempergunakan Analisis Multivariat, sedangkan pengolahan data dibantu dengan bantuan Soft Ware for Windows versi 11,0 dan Microsot Excel dan disajikan dalam bentuk ouput SPSS dan persamaan matematik.
Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data dapat ditemukan bahwa (1) gaya kepemimpinan yang paling banyak dilakukan adalah gaya kepemimpinan konsultasi dan instruksi dengan dukungan gaya partisipasi dan delegasi, (2) kemampuan yang memberikan kontribusi paling besar adalah keterampilan knseptual (Conceptual Skill) diikuti keterampilan teknik (Technical Skill) dan keterampilan bekerja sama (Human Skill). (3) gaya dan kemampuan kepemimpinan secara kumulatif terdapat pengaruh yang signiftkan yang besarnya ditunjukkan dengan nilai r square sebesar 20,9%. Artinya apabila kedua perilaku gaya dan kemampuan kepemimpinan dikombinasikan akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja pegawai.

Leaders try to implement style of leadership that is democratic, participative, and consider social and economic condition. However, style of leadership implemented by the leader has not been able to increase employee's performance. Style of leadership of a leader influences the utilization of human resources. It also encourages someone to increase his/her performance.
This research aims to identify and analyse the influence of style of leadership, leader's capability, and those two variables concurrently on employee's performance.
In this research, there are three variables using survey. The population of the research is 78 people. The technique of data collection is literature study as secondary data and interview with questionnaire as prime data.
Based on the research, the influence of style and capability of leadership on employee's performance is 20.9% and it is categorized as significant. The influence of style and capability of leadership partially is also significant.
There is a significant relation continuously and partially of the style and capability of leadership on employee's performance. It is suggested to increase knowledge and skill of the leader formally of informally. Formally it can be obtained by continuous education and training, hence every leader can direct their staff. Informally it can be obtained by instruction on their job.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Amalia
"Skripsi ini bertujuan menggambarkan Persepsi karyawan Divisi Produksi mengenai Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpina di PT Astrindo Aditya Teknika. Penelitian kuantitatif ini bersifat deskriptif dengan menggunakan perhitungan SPSS versi 15. Hasil pada penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan.

This paper aims to describe the perception of employee who work in production division about work motivation and leadership style in PT Astrindo Aditya Teknika. This is a descriptive quantitative research using SPSS version 15. Results in this research proves that leadership style has a stronger relationship on employee work motivation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Juwitasari
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisa tentang hubungan gaya kepemimpinan Ketua Departemen
dengan kinerja karyawan tenaga kependidikan di Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan
kuantitatif, jenis penelitian berdasarkan tujuan yaitu penelitian deskripsi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki hubungan yang
signifikan dan kuat dengan kinerja karyawan, dimana bila gaya kepemimpinan Ketua
Departemen bertambah baik maka kinerja karyawan akan menjadi lebih baik dan bila
gaya kepemimpinan Ketua Departemen bertambah buruk maka kinerja karyawan
tenaga kependidikan juga menjadi semakin buruk. Peneliti menyarankan Ketua
Departemen sebaiknya dapat menerapkan satu gaya kepemimpinan yang tepat, yang
diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan yang sedang menurun.

ABSTRACT
This research analyze for correlation between the leadership style of Head
Departement with staff's performance of employees in the Department of
Management Faculty of Economic, University of Indonesia. This research is
descriptive with quantitative approach. This research result to indicate that leadership
style has a significant relationship with the performance of employees, where the
leadership style of Head Department gets better then the employee's performance will
be better and if the leadership style of Head Department of worsening the
performance of employees also become increasingly worse. Researchers suggest Head
of Department should be able to apply the appropriate leadership style, which is
expected to improve the performance of the employee who is on the decline.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>