Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149356 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Andriati
"ABSTRAK
Satu kelompok masyarakat yang menarik untuk dikaji adalah kelompok nelayan, karena mereka umumnya menghadapi kesulitan khusus yang menjadi kendala dalam kehidupannya. Kendala ini berasal dari lingkungan alam dan lingkungan sosial. Akibatnya mereka mengalami ketidakpastian dalam perekonomian rumah tangganya.
Ketergantungan nelayan pada lingkungan alam besar sekali. Hal ini menunjukkan keeratan hubungah antara lingkungan alam dengan nelayan. Jika lingkungan alam terganggu, maka nelayan tidak dapat melaut/mencari ikan. Akibatnya tidak ada pemasukan pendapatan bagi rumah tangganya dan kelangsungan kehidupan nelayan terganggu. Kenyataan ini mendorong nelayan menyesuaikan mekanisme kerja, baik yang menyangkut hubungannya dengan orang lain maupun dengan anggota rumah tangganya. Seluruh anggota rumah tangga harus bekerja dan berusaha, terutama isteri nelayan. Tujuannya agar kebutuhan ekonomi rumah tangga dapat terpenuhi. Dalam hal ini peran isteri nelayan cukup menonjol. Mereka berperan ganda, yaitu di samping sebagai isteri nelayan dan ibu rumah tangga yang mengerjakan tugas-tugas domestik/reproduksi, mereka juga mencari nafkah/produksi.
Mengingat kesulitan kehidupan kaum nelayan umumnya, yang karenanya menghendaki keterlibatan wanita dalam ekonomi rumah tangga, serta belum adanya penelitian mengenai peranan wanita dalam ekonomi rumah tangga nelayan pantai, maka melalui tesis ini penulis bertujuan mempelajari hal tersebut. Ada dua permasalahan yang penulis ingin memperoleh jawaban, yaitu: pertama: bagaimana peranan wanita dalam ekonomi rumah tangga nelayan pantai? , kedua: apakah dampak dari peranan wanita dalam ekonomi rumah tangga nelayan pantai tersebut terhadap kedudukannya sebagai isteri-ibu rumah tangga?
Tipe penelitian ini deskriptif, yang didukung data-data kuantitatif dan kualitatif. Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah survai yang dikombinasikan dengan metode penelitian kualitatif. Dari dua metode ini penulis berharap data kuantitatif dan data kualitatif dapat saling melengkapi.
Nelayan Kejawan lor,dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga) kelompok berdasar karakteristik yang berbeda, yaitu kelompok nelayan pemilik perahu, buruh nelayan dan pengepul ikan. Mayoritas nelayan adalah nelayan pemilik perahu. Mereka mampu membeli perahu, karena bentuk perahu sederhana dan harganya relatif murah. Berdasar hal ini maka jumlah pemilik perahu lebih banyak dibanding jumlah buruh nelayan pantai. Nelayan ini berlayar sendiri per perahu atau nelayan pemilik perahu hanya membutuhkan seorang buruh nelayan, karena itu struktur organisasinya sederhana. Nelayan ini pulang ke rumah setiap selesai melaut. Mereka dapat melaut hampir sepanjang tahun, baik pada musim Angin Timur maupun musim Angin Barat karena mereka tinggal di pinggiran kota Surabaya yang musimnya tidak beraturan. Mereka tidak melaut terutama karena gangguan alam, sedang sebab lain karena perahu atau mesin mereka rusak, tidak punya uang untuk membeli umpan dan gangguan kesehatan nelayan. Mereka mengalami ketidakpastian pendapatan karena mereka menghadapi masalah ketidakpastian keadaan alam. Untuk itu mereka menyesuaikan diri dan memilih serta menentukan beberapa strategi yang dapat mengatasi masalah tersebut agar mereka tetap dapat bertahan hidup. Perilaku adaptasi ini disebut strategi adaptif.
Salah satu strategi adaptif ini adalah pembagian kerja antara suami dan isteri, yaitu suami melaut dan isteri nelayan mengolah dan menjual ikan. Isteri nelayan berpendapat bahwa menjual ikan adalah kewajibannya sebagai isteri mengingat suami lelah sesudah melaut. Mereka bekerja sama, saling melengkapi dan saling tergantung (hubungannya bersifat komplementer). Di samping itu isteri juga mengerjakan tugas domestik, seperti membersihkan rumab, mengasuh anak, memasak dan mencuci pakaian anggota rumah tangga.
Berdasar pembagian kerja ini ternyata, peranan isteri nelayan di Kejawan Lor relatif besar berdasar banyaknya jenis kegiatan yang dilakukan, dominasi dalam memegang dan mengatur keuangan serta kontribusi tenaga, uang dan ketrampilan dalam mengolah dan menjual ikan. Mereka mengolah ikan perolehan suami, yaitu mulai menimbang, mencuci, memotong, menusuk ikan dengan tusuk sate sampai memanggangnya. Isteri nelayan pantai umumnya mengerjakan pekerjaan ini sendiri, kadang-kadang saja anak perempuan nelayan membantunya. Isteri nelayan mengatur ikan-ikan tersebut di atas nyiru dan menjualnya ke pasar, ke kompleks perumahan Angkatan Laut atau ke Pantai Kenjeran Lama (terutama hari Minggu) keesokan harinya. Isteri nelayan berbelanja untuk hari itu berdasar hasil penjualan ikan tersebut. Artinya, pengeluaran tergantung pendapatan yang diperoleh bukan tergantung pada komposisi atau jumlah anggota keluarga. Mereka umumnya tidak mempunyai pekerjaan sampingan di luar sektor kenelayanan. Mereka berperan ganda. Isteri nelayan pantai ini menggunakan waktu kerjanya hampir sepanjang hari. Mereka istirahat hanya pada waktu tidur malam saja. Hal ini berbeda dengan suaminya, waktu nelayan lebih banyak di darat dari pada di laut. Pada waktu nelayan berada di darat mereka umumnya hanya memperbaiki perahu atau menata panning jala, mereka lebih banyak beristirah atau bersantai, dengan alasan mereka lelah. Padahal mereka mungkin juga malas bekerja produktif yang lain. Mereka kurang membantu pekerjaan-pekerjaan repoduksi sementara isteri nelayan sering juga masih membantu membersihkan dan menata panning serta memasang umpan.
Isteri nelayan bertanggung jawab penuh terhadap kehidupan ekonomi rumah tangganya. Jika pendapatan mereka tidak cukup, suami tidak melaut pada musim Angin Timur dan musim Angin Barat, maka mereka berhutang dulu ke pemilik warung karena pemilik warung memperbolehkan mereka hutang asal mereka membayar hutang tersebut atau melakukan usaha lain seperti membeli ikan dari keluarga/tetangganya, menjual barang yang dapat dijual atau menjual emas. Mereka juga mengikuti arisan, sebagai tabungan untuk memperbaiki rumah, memperbaiki/membeli perahu, membina hubungan baik dan kerjasama antara sesama isteri nelayan pemilik perahu atau antara isteri pemilik perahu dan isteri buruh nelayan untuk saling menjualkan ikan jika di antara mereka berhalangan berjualan ikan, menjadi buruh dengan membersihkan dan memotong ikan perolehan tetangganya atau membersihkan dan menata panting.
Relatif besarnya peranan isteri dalam perekonomian rumah tangganya ini berdampak terhadap kedudukannya yang relatif kuat sebagai isteri-ibu rumah tangga dalam distribusi dan alokasi kekuasaan di antara nelayan dan isterinya. Hal ini terlihat dari dominasi isteri nelayan dalam pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan ekonomi mereka. Mereka mengambil keputusan sendiri tanpa pertimbangan suami. Isteri nelayan berkuasa dan berfungsi sebagai kepala rumah tangga, baik pada musim Angin Timur maupun musim Angin Barat. Mereka bertanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan rumah tangganya atau agar rumah tangganya tetap survive, karena itu curahan waktu kerja isteri nelayan pantai lebih besar dibanding suami."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinky Saptandari E.P. Wisjnubroto
"Nelayan sebagai pekerjaan tradisional tumbuh secara alamiah di pemukiman pantai. Penelitian di perkampungan nelayan pantai Kejawan Lor, Kelurahan Kenjeran, Kotamadya Surabaya, banyak menjelaskan dan memperkuat dugaan tersebut. Pekerjaan nelayan relatif membutuhkan tingkat pendidikan formal yang rendah, namun membutuhkan energi fisik yang tinggi.
Kebutuhan akan kekuatan fisik ini juga berlaku bagi para isteri nelayan. Karena hasil tangkapan kemudian diserahkan kepada para isteri untuk dijual, ataupun diolah sedemikian agar dapat dikonsumsi untuk jangka yang lebih lama dan mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Di pemukiman nelayan pantai Kejawan Lor proses nilai tambah produksi ini sepenuhnya diselenggarakan oleh para isteri nelayan.
Sebagai isteri nelayan, mereka harus bertanggung jawab dan pelaksana tunggal kelangsungan hidup rumah tangga. Dengan demikian secara praktis, ada tiga peran yang harus dijalankan secara konsisten oleh para isteri nelayan Kejawan Lor, yakni: (a) peran produktif-ekonomis, (b) peran reproduktif (biologis dan sosial), dan (c) peran sebagai pengelola kegiatan komunitas/sosial.
Ketiga peran ini berjalan bersamaan dan hampir-hampir tanpa henti. Bahkan pada saat haidpun -- demikian pusat perhatian penelitian ini -- tidak menghambat ketiga peran tersebut. Betapa beratnya beban kerja produktif tidak akan mengurangi peran domestik yang merupakan peran ideal yang diharapkan terhadap wanita. Oleh sebab itu, haid ataupun tidak, semua kegiatan tetap harus berjalan sebagaimana biasanya.
Secara biologis, haid, antara lain, ditandai dengan penurunan kondisi fisik. Pada saat kondisi fisik menurun, idealnya dibutuhkan istirahat yang cukup. Apabila kondisi biologis ini dihubungkan dengan adanya berbagai tabu haid, penelitian ini memperoleh temuan yang menunjukkan bahwa tabu haid tersebut tidak mendukung kondisi biologis pads saat wanita haid. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tabu merupakan suatu keyakinan, merupakan suatu yang harus dan memang sudah demikian alam mengatur. Keyakinan ini -- dengan demikian -- mengesankan adanya suatu sub-ordinasi pada peran wanita."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Kurniawati Ngonde
"Tesis ini membahas tentang pemanfaatan sumber daya laut oleh nelayan tradisional di tengah lokasi pelabuhan Surabaya yang dipedomani, oleh pengetahuan lokal dan faktor ekonomi, faktor kekerabatan dan faktor religi. Pengetahuan lokal nelayan Kenjeran, membekali mereka untuk mampu mengenal dan memahami tentang kondisi perairan laut. Kondisi tersebut, digunakan oleh para nelayan Kenjeran untuk menentukan waktu penangkapan dan jenis tangkapan. Selain itu, faktor-faktor tersebut melatar belakangi pembentukan pola wilayah kerja, jalur distribusi pemasaran dan kesepakatan pemanfaatan kawasan penangkapan ikan di sekitar Selat Madura.
Pemilihan kawasan perkampungan nelayan tradisional di Kecamatan Kenjeran khususnya di Kelurahan Kedung Cowek Kota Madia Surabaya, oleh karena pemukiman mereka, sebagai pemukiman pertama nelayan tradisional yang masih aktif dan memiliki keaneka ragaman dalam kegiatan melaut mereka. Untuk dapat belajar memahami aktivitas sehari-hari para nelayan tersebut, peneliti membina hubungan yang akrab, melakukan serangkaian wawancara langsung yang terfokus tentang aktivitas mereka, bahkan ikut serta terlibat dalam kegiatan sehari-harinya.
Maka, penelitian ini menghasilkan suatu pengetahuan bahwa kegiatan melaut para nelayan Kenjeran berpedomankan pada faktor religi, faktor ekonomi, faktor kekerabatan dan dibatasi pula oleh kebijakan dari pihak pelabuhan. Terutama yang berkaitan dengan penentuan batas kawasan penangkapan dan jalur lalu lintas kapal yang keluar dari pelabuhan. Kondisi_ tersebut terbentuk, oleh karena ada perbedaan kepentingan dalam memanfaatkan kawasan laut di sekitar Selat Madura, yaitu kepentingan bertahan hidup dengan bekerja sebagai nelayan tradisional dan kepentingan yang berorientasi pada keuntungan pemasukan pendapatan bagi pemerintah daerah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The social economic change that together with Suramadu bridge development could happen as "social economic change" or planned change", but also could happen as the social economics change that was not planned (unplanned change), like the emergence of the community's conflicts, criminality, the anarchist, plundering as resulting from social jealousy, etc...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogo
"ABSTRACT
Surabaya adalah salah satu wilayah Jawa Timur dengan tingkat konsumsi ikan cukup tinggi. Dalam kegiatan usaha produksi ikan konsumsi di Surabaya, salah satu spesies ikan yang memungkinkan untuk dikembangkan melalui kegiatan budidaya adalah ikan lele. Sebab ikan lele mcmiliki keunggulan dari ikan-ikan lain karena termasuk ikan yang memiliki daya tahan kuat dan dapat dipelihara dengan pada tebar tinggi. Kegiatan budidaya lele dumbo akan semakin marak apabila dikembangkan di wilayah pesisir Kota Surabaya mengingat banyaknya potensi bahan pakan murah berupa limbah ikan tanggkapan yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir. Hanya saja saat ini lahan dan sumber air masyarakat pesisir Kota Surabaya umumnya terbatas, sehingga perlu diperkenalkan suatu model budidaya ikan lele dumbo dengan pemanfaatan lahan dan sumber air yang terbatas. Mengatasi masalah tersebut, diperlukan sistem teknologi budidaya ikan yang tepat untuk diterapkan pada kegiatan usaha budidaya ikan lele dumbo di Kota Surabaya dan teknologi tersebut adalah budidaya ikan lele dumbo dengan intensif sistem akuaponik."
Surabaya: Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Universitas Airlangga, 2017
360 JLM 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Masngudin HMS
"Kebudayaan kemiskinan pada rumah tangga nelayan memberikan derajat yang seimbang antara suami dan istri. Namun kebudayaan yang telah mantap pada masyarakat membedakan derajat atau posisi suami dan istri, walaupun istri telah berusaha dengan segala kemampuan untuk kehidupan rumah tangganya. Asumsi inilah yang menjadi dasar dalam studi tentang Kehidupan Istri Nelayan Miskin di Desa Samudera Jaya, Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi. Kemiskinan yang terjadi secara turun temurun, masih dirasakan oleh tiap rumah tangga yang menjadi kasus dalam studi ini. Dalam sosialisasi orang tuannya kepada anak-anaknya juga masih dijalankan seraca turun temurun. Sosialisasi dalam hal pekerjaan, masih terlihat Bapaknya mengarahkan anak laki-lakinya untuk tetap menjadi nelayan, dan lbunya mengarahkan anak perempuannya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bekerja sebagai buruh tani. Kesemua ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Upaya ini dilakukan dengan cara mengerahkan sumber daya tenaga kerja yang ada dalam rumah tangga melalui kegiatan sosial ekonomi. Dad pengerahan tenaga kerja anggota rumah tangga dalam menanggulangi kebutuhan ini, terlihat adanya keseimbangan derajat atau posisi suami dan istri atau laki-laki dan wanita dalam rumah tangga nelayan miskin.
Dalam kebudayaan yang telah mengakar pada masyarakat, antara lain di dalam rumah tangga ada pembagian tugas yang jelas. Pekerjaan mencari nafkah adalah pekerjaan suami, sedangkan pekerjaan istri adalah pekerjaan rumah tangga. Akibat dari pengaruh kebudayaan tersebut, maka pola hubungan antara suami dan istri, berbeda tapi sama nilainya. Dalam pandangan ini ada pemisahan peranan istri dalam pekerjaan rumah tangga dan ada peluang untuk bekerja mencari nafkah diluar rumah tangga. Melalui solidaritas sosial dalam bentuk tolong menolong, saling memberi, atau saling menanggung beban secara bersama adalah merupakan upaya di antara rumah tangga nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan mereka, yang dikenal dengan konsep sama rata sama rasa. Keadaan ini memeperlihatkan kehidupan sosial diantara sesama rumah tangga miskin di lokasi penelitian yang berorientasi pada kebutuhan ekonomi. Di lain pihak dalam kehidupan ekonomi istri bekerja mencari nafkah di berbagai lapangan kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akibat pengaruh kemiskinannya.
Walaupun istri nelayan miskin dengan segala kemampuannya telah berusaha tanpa mengenal lelah, namun pengaruh kebudayaan yang telah mantap dalam masyarakat tetap membedakan derajat atau posisi antara suami dan istri. Dengan perbedaan ini pada dasarnya istri kurang menerimanya, yang diinginkannya adalah bukan secara kaku memegang kebudayaan tersebut, tetapi seharusnya lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan rumah tangganya. Dengan orientasi ini, maka akan terdapat kerjasama yang baik antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga dengan pola hubungan seimbang. Pola hubungan tersebut merupakan potensi yang sangat berarti dalam pengentasan kemiskinan yang di sandangnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sunarti
"Menjadi single parent bukanlah suatu hal yang biasa dilakukan oleh wanita Indonesia, lebih-lebih pada tataran masyarakat "akar rumput". Hal ini dikarenakan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional yang sangat kuat bahwa wanita harus menikah. Oleh karena itu status single parent cenderung untuk dihindari, karena menurut mereka hal ini suatu aib baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya bahkan bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya cenderung membuat mereka menutup diri. Hal ini juga akan mempengaruhi terhadap sosialisasi mereka di lingkungan masyarakatnya, juga akan mempengaruhi terhadap akses mereka terhadap sumber-sumber pembangunan yang ada di sekitarnya.
Pemerintah Indonesia melalui Departemen Sosial telah melaksanakan program P2WKS, dimana salah satu sasarannya adalah wanita single parent. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya masih banyak wanita single parent yang belum menikmati hasil-hasil pembangunan. Bahkan Program yang dilaksanakan dirasakan belum menyentuh mereka selaku single parent yang mempunyai permasalahan cukup kompleks baik secara ekonomi, sosial, emosional maupun psikologis. Oleh karena itu fokus kajian penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pengalaman wanita single parent selaku pribadi, dan pengalaman mereka sehubungan dengan keterlibatannya sebagai peserta program P2WKS.
Dengan mengetahui pengalaman wanita single parent tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi baru bagi pelaksanaan program P2WKS agar lebih efektif dan dapat menambah perbendaharaan informasi mengenai wanita single parent yang akhir-akhir ini semakin trend. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur, observasi dan teknik wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman berstandar terbuka (Banister dkk. 1994, dalam Poerwandari, 1998:72).
Teknik Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis induktif dimana teori bukanlah suatu alat utama untuk memahami masalah tetapi hanya untuk memperkaya pemahaman terhadap gejala dan kenyataan yang diamati. (Gregory dan Altman, 1989 :20-41). Yaitu mengenai keluarga dan keluarga single parent serta permasalahannya yang dikemukakan oleh Miles & Dubois dan Pat Young, juga teori dan konsep yang dikembangkan oleh Schaffer dan Lamb dengan kerangka analisis yang dikembangkan oleh Rew dan Carino (dalam Laksmono, 1999).
Dalam menentukan informan penelitian, teknik yang digunakan adalah teknik purposive yaitu menentukan empat orang penerima program P2WKS Tahun Anggaran 1999/2000 sebagai informan utama, dua orang aparat kelurahan, dua orang pegawai Kanwil Depsos DKI Jakarta, dan satu orang PSM sebagai informan pendukung. Adapun lokasi penelitian di Kelurahan Bungur Kecamatan Senen Kotamadya Jakarta Pusat Propinsi DKI Jakarta. Adapun keseluruhan materi penelitian tersusun dalam enam bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka/Kerangka Teori, Bab III Gambaran Umum Program dan Lokasi Penelitian, Bab IV Temuan Lapangan, Bab V Analisis Masalah dan Bab VI Kesimpulan dan Saran.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan dan persamaan mengenai karakter kepribadian antara wanita single parent, meskipun mempunyai latar belakang yang berbeda. Disamping itu juga dapat diketahui bahwa wanita single parent dalam mengakses program pada kasus ini cenderung mengembangkan pola perilaku pasif karena perasaan malu dalam diri mereka sehubungan dengan status yang dimilikinya. Di samping karena stereotipe yang berkembang juga karena rendahnya pemahaman mereka terhadap program, juga karena kurangnya sosialisasi program itu sendiri karena penyediaan bantuan yang terbatas. Oleh karena dapat diketahui bahwa keterlibatan mereka terhadap program P2WKS dikarenakan adanya keberpihakan petugas pelaksana program, bukan karena inisiatif mereka sendiri. Selanjutnya di sisi yang lain, dalam kasus ini dapat diketahui pula bahwa meskipun mereka single parent ternyata mereka juga dapat menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang pendidikan yang tidak jauh berbeda dengan keluarga lengkap umumnya.
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh kesimpulan bahwa untuk mengatasi permasalahan para wanita single parent, sangat diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai karakteristik mereka. Di samping itu, selain upaya peningkatan pendapatan ekonomi keluarganya, juga sangat dibutuhkan bimbingan sosial motivasi guna meningkatkan rasa percaya diri mereka agar dapat berfungsi sosial dengan wajar. Hal ini kiranya mempengaruhi pula terhadap akses mereka dengan program-program pembangunan yang telah dilaksanakan."
2001
T7047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>