Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163431 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ediningsih S.
"Sejak masa lampau sampai sekarang rumah mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia, karena rumah merupakan kebutuhan dasar di samping makan dan pakaian, atau yang disebut dengan istilah kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Bagi kebanyakan keluarga rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi mempunyai nilai yang lebih tinggi lagi, yakni/sebagai investasi, untuk dijual kembali atau disewakan (Feather 1982 : 131 - 139 ).
Menurut Llyod Warner ( 1949 ), pada suatu kelompok sosial, rumah juga menjadi tolok ukur bagi tinggi rendahnya status seseorang ( De F1eur, dkk., 1971 ; 218 ).
Pada masyarakat Jawa misalnya, rumah sebagai lambang martabat dan mantapnya kedudukan seseorang tercermin dalam ungkapan curigo (senjata), turunggo (kuda, dalam arti kendaraan ) wismo ( rumah ), wanito ( istri ), kukilo (burung sebagai alat rekreasi). Kelima hal tersebut merupakan jangkauan hidup seorang kepala rumah tangga dalam mempersiapkan masa depan keluarganya. ( Ronald, 1986 ; 167 ).
Selain itu, bagi orang Jawa, rumah merupakan harta warisan yang paling utama di antara harta warisan lain seperti tanah pertanian, pohon buah-buahan, binatang peliharaan, perhiasan benda pusaka dan tanah jabatan beserta jabatan yang dapat diwariskan (Koentjaraningrat, 1984 ; 162 )
Itu semua karena rumah mempunyai nilai yang lebih mantap dan bersifat universal. Mantap, karena rumah di samping tanah adalah kebutuhan pokok yang harus diupayakan sedapat-dapatnya.
Dalam pada itu, pada saat ini di kota-kota besar kebutuhan akan fasilitas perumahan semakin meningkat, sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat. Laju pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat bukan hanya disebabkan oleh pertambahan internal, melainkan lebih disebabkan oleh pertumbuhan eksternal, khususnya urbanisasi. Berkaitan dengan mobilitas penduduk ke kota, Djoko Marsudi dalam papernya "Masalah fisik dalam pemugaran / perbaikan perumahan"(1980), menyatakan bahwa meskipun penduduk yang tinggal di daerah perkotaan di Indonesia masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan kota besar di negara lain, dengan pertambahan penduduk kota antara tahun 1961-1971 mencapai 44% dibanding pertambahan penduduk secara keseluruhan 22%. Untuk kota Semarang ± 2,2,5% pertahun, sedang kota Surabaya sama dengan kota Jakarta sebesar 4,5 7. pertahun (Frick, 1986:23)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T1612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prapto Yuwono
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
P.M. Laksono
"Pemahaman mengenai struktur masyarakat Jawa dirasakan sangat perlu bagi penelitian tentang pengaruh terobosan unsur-unsur sosial budaya Barat terhadap Jawa. Berkenaan dengan hal ini, maka abad XIX merupakan periode yang sangat penting diperhatikan. Sebab pada masa ini berlangsung perubahan-perubahan di dalam masyarakat Jawa yang digerakkan oleh penumpangan kekuasaan langsung kolonial Belanda di Jawa.
Untuk menjelaskan masalah di atas dari segi perekonomian, J.H. Boeke (1910) mengajukan konsep dualisme ekonomi. Konsep ini telah membawanya sampai pada suatu anggapan bahwa penetrasi kolonial terhadap Jawa sebagai suatu ekspansi yang statis. Artinya di Jawa secara barsarnaan ada ekonomi Timur (Jawa) yang tetap tidak berkembang dan ekonomi Barat (Belanda) Kapitalistik yang berkembang tanpa menyerap yang pertama. Dalam hal ini Jawa menanggapi ekspansi ekonomi Barat dengan ledakan penduduk sambil mempertahankan nafkah per kepalanya, sehingga ekonomi Jawa dikatakan statis.
Konsep Boeke itu banyak mendapat serangan justeru pada dasar metodenya. Karena ia telah melihat pertemuan antara Jawa dan Belanda dengan dua tolok ukur yang berbeda, yang pertama dengan standar hubungan sosial dan yang kedua dengan standar ekonomi kapitalistik, sehingga disimpulkan bahwa Jawa dilandasi mentalitas homososial dan Belanda dilandasi homoeconomicus. Dengan demikian ia telah menyatakan bahwa ekonomi Belanda berbeda dengan ekonomi Jawa menurut alat analisa yang berbeda."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1984
T17540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Immaculatus Djoko Marihandono
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Budiono Herusatoto
Depok: Oncor Semesta Ilmu, 2012
398.209 598 BUD m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fahriza Nur Aini
"Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan pada
individu. Salah satu jenis pendidikan yakni pendidikan karakter. Pendidikan karakter berarti
suatu proses penyerapan nilai-nilai kehidupan seseorang sehingga masuk dan menyatu dalam
perilaku orang yang bersangkutan. Media yang paling dekat dalam upaya pembentukan
karakter adalah keluarga dalam hal ini orang tua. Dalam upaya melakukan pendidikan
karakter, keluarga akan berpedoman pada kebudayaan yang dianggap tinggi, dalam konteks
keluarga Jawa berarti berpedoman pada kebudayaan Jawa. Salah satu karya sastra yang
memuat tentang pendidikan karakter pada keluarga Jawa adalah Serat Panutan. Dalam Serat
Panutan dikisahkan perjalanan seorang janda yang mendidik anaknya. Tujuan penelitian ini
adalah mengungkap pendidikan karakter pada keluarga Jawa dalam Serat Panutan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan
objektif dan dengan teori struktural. Sumber data penelitian ini yaitu Serat Panutan yang
ditulis oleh Mas Prawirosudirjo pada tahun 1913 dan dialihaksarakan oleh Sulistijo HS pada
tahun 1980-an. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa pola mendidik dalam keluarga
Jawa untuk membentuk karakter dengan cara memberikan nasihat agar berkarakter sabar,
teliti, bersungguh-sungguh, cerdas dan tangkas pada anak. Mendidik dengan memberikan
contoh dapat membentuk karakter anak yang cekatan dan rajin bekerja. Pendidikan dilakukan
pula dengan memberikan motivasi pada anak yang membentuk karakter gemi atau hemat

Education is an effort made to instill the values of life in individuals. One type of education is
character building. Character building means a process of absorbing the values of a person's
life so that they enter and integrate into the behavior of the person concerned. The media
closest to character building is the family, in this case the parents. In an effort to carry out
character building, the family will be guided by a culture that is considered high, in the
context of the Javanese family it means guided by Javanese culture. One of the literary works
that contains character building in Javanese families is Serat Panutan. This manuscript tell
about the journey of a widow who teaches her child. The purpose of this study is to reveal the
character building of Javanese family in Serat Panutan. The method used in this research is
descriptive qualitative method with an objective approach with structural theory. The data
source of this research is Serat Panutan written by Mas Prawirosudirjo in 1913 and translated
by Sulistijo HS in the 1980s. This research resulted in findings in the form of educational
patterns in Javanese family to shape children's character by giving advice to be patient,
conscientious, earnest, intelligent and agile in children. Educating by giving examples can
form the character of children who are nimble and diligent at work. Education is also carried
out by providing motivation to children who form good or frugal characters.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Mumfangati
"ABSTRACT
Serat Wulang Pandhita Tekawardi merupakan salah satu karya sastra Jawa yang berisi piwulang atau ajaran. Piwulang atau ajaran tersebut pada dasarnya berupa nilai-nilai luhur hasil pemikiran nenek moyang pada masa lampau. Kehidupan masa lampau tercermin dalam karya sastra kuna, khusunya Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Naskah ini sesuai dengan judulnya berisi piwulang atau ajaran, teridiri dari dua bagian: bagian pertama adalah ajaran atau piwulang yang diberikan oleh Pendeta Purwaduksina kepada isterinya: bagian kedua berisi ajaran pendeta Tekawardi yang berada di Gunung Malinggeretna kepada para muridnya. Permasalah dalam kajian ini adalah apa saja kandungan nilai budaya dalam Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Selain itu akan dilihat relevansinya dalam kehidupan masyarakat sekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap nilai-nilai budaya dalam Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif analisis. Hasil kajian menujukan bahwa Serat Wulang Pandhita Tekawardi berisi nilai-nilai yang masih dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam kehidupan masa sekarang. Nilai-nilai tersebut yaitu nilai religius, nilai kesetiaan, nilai moral, nilai etika, dan nilai didaktis. Oleh karena itu, mempelajari, mengungkapkan, dan melaksanakan ajaran-ajaran yang ada dalam teks tersebut merupakan tindakan yang tepat. Hal ini dimaksudkann agar nilai-nilai luhur tersebut tidak lenyap begitu saja bahkan mampu menjadi ciri jati diri bangsa Indonesia pada umumnya, masyarakat Jawa pada khususnya."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Bekti Pamungkas
"Artikel ini membahas kondisi moral para kuli pribumi yang bekerja di perkebunan Deli Maatschappij di Sumatera Timur. Penelitian dalam artikel ini adalah kualitatif yang mendeskripsikan tentang kondisi moral para kuli pribumi yang berasal dari Jawa, selama mereka bekerja di perusahaan perkebunan Deli Maatschappij periode 1887 hingga 1890. Hasil dari penelit ian ini adalah adanya degradasi moral pada kuli Jawa di perkebunan Deli Maatschappij. Kuli Jawa yang datang ke Deli bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik namun yang terjadi para kuli Jawa menjadi gemar berfoya-foya, berjudi, dan datang ke pelacuran. Ketidakadilan yang diterima oleh para kuli Jawa dari para tuan perkebunan dan penderitaan tiada akhir yang mereka alami adalah alasan mengapa terjad i degradasi moral tersebut.

This article discusses about moral condition of the indigenous labors who moved from Java to East Sumatera and they want to work in The Deli Maatschappij Farming. This is a qualitative study which explains about the moral condition of labors from Java. The result of this study shows there is a moral degradation of Java Labours who worked in Deli Matschappij in year from 1887 to 1890. The javanese labors who came to Deli want to get the better future after their life in Java. The moral degradation looks from their attitude and habits as long as they work. They came into prostitution and they spend their money for gambling and alcohol. An injustice situation is the reason why the Javanese labors in Deli transform and make their moral to be degradated.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"Kehidupan masyarakat Jawa selalu diwarnai oleh kchidupan simbolis. Unsur-Unsur simbolis itu sangatlah bcrperan terulanla di dalam kchidupan schari-hari. l)alam nicnjalani kchidupannya, nlasyarakal .Iawa iucngungkapkan perasaan clan perilakunya dengan mengkaitkannya pada hal-hal yang bcrsilat simbolis. Kebiasaan-kebiasaan yang t lakukannya seringkali dituangkan dalam henluk upacara-upacara_ 'Iak pelak lagi, dalam upacara-upacara tersebut unsur simbolis sangat berperan di dalamnya. Unsur-unsur simbolis itu berkaitan dengan pandangan hidup masyarakatnya. Oleh karenanya, unsur-unsur simbolis itu haruslah dihavati dan dipahami sehingga ungkapan Berta keinginan masyarakatnya dapat terkuak dan menjadi pedoman hidupnya. Upacara-upacara yang dilakukan old) masyarakat Jawa berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian ataupun juga berkaitan dengan pekerjaan, mendirikan rumah, kenaikan pangkat, dan scbagainya. Salah sate tradisi Jawa yang dilaksanakan oleh masyarakatnya adalah upacara wiwuhanl atau"
1998
D1645
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>