Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esti H. Setiawan
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kebocoran melalui orifis pada teknik pengisian saluran akar secara kondensasi lateral (k.l) dan secara kondensasi lateral vertikal gutta-percha panas (k.l.v.g.p) menggunakan indikator penetrasi bakteri. Empat puluh delapan gigi anterior akar tunggal dan lurus dipreparasi secara step back. Untuk mendapatkan keseragaman, diameter foramen apikal ditembus dengan file no. 25 sesuai panjang gigi, kemudian panjang kerja dikurangi 1 mm. Preparasi dimulai dengan file no. 30 sampai didapat MAF no.50 dan file terakhir no. 70. Secara random 20 gigi eksperimen diisi dengan teknik kondensasi lateral dan 20 gigi eksperimen lainnya diisi secara teknik kondensasi lateral vertikal gutta-percha panas, sedang 8 gigi lainnya digunakan sebagai kelompok kontrol. Setelah sealer setting, panjang pengisian distandardisasi menjadi 10 mm menggunakan Gates glidden drill & Peeso reamer. Seluruh sampel dipasang dalam botol kaca 15 ml dengan dot silicone yang sudah disterilkan, pads dasar botol diisi dengan Phenol red + lactosa 3% sampai ujung apeks terendam kira-kira 1 mm, kemudian melalui orifis diteteskan 2 jenis mikro organisme rongga mulut dan saliva sintetis steril. Karena mikro organisme yang diteteskan merupakan jenis mikro organisme yang memproduksi asam, maka bila mikro organisme telah mencapai apeks akan merubah indikator phenol red dan lactosa 3% menjadi kuning. Evaluasi dilakukan dengan mencatat jumlah hari yang dibutuhkan oleh mikro organisme untuk melewati panjang standard pengisian sampai merubah indikator phenol red dan lactosa 3% menjadi kuning, dan data diuji secara statistik dengan uji Anova; p=0,05. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kebocoran antara teknik k.l dan k.l.v.g.p, tetapi secara deskriptif pengisian secara kondensasi lateral vertikal gutta-percha panas memberi waktu kebocoran lebih lama daripada teknik kondensasi lateral."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Devi Puspita
"Latar Belakang: Gambaran dua dimensi radiograf konvensional seringkali menyebabkan tidak tervisualisasinya saluran akar. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan perawatan endodontik akibat saluran akar yang tidak dirawat dengan baik.
Tujuan: Mengetahui besar perubahan sudut horizontal yang ideal dalam menentukan saluran akar bukal dan palatal gigi premolar satu maksila dan molar satu mandibula.
Metode:15 gigi premolar satu maksila dan 15 gigi molar satu mandibula yang telah diekstraksi dilakukan preparasi akses, pengisian saluran akar, dan ditanam dalam model dental. Kemudian dilakukan pembuatan radiograf dengan sudut horizontal 0º, 10º, 15º, 20º, 25º, dan 30º mesial dan distal. Jumlah saluran akar yang terlihat dievaluasi oleh dua pengamat di waktu berbeda.
Hasil: Sebanyak 46.7%-100% sampel gigi premolar satu maksila menunjukkan saluran akar bukal dan palatal terpisah pada angulasi mesial maupun distal. Secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan antara sudut distal dan mesial (p>0.05). Sebanyak 93.3%-100% sampel gigi molar satu mandibula menunjukkan saluran akar bukal dan palatal terpisah pada angulasi distal. Secara statistik terdapat perbedaan signifikan antara sudut distal dan mesial (p<0.05).
Kesimpulan: Perubahan sudut horizontal minimal dalam menentukan lokasi saluran akar bukal dan palatal gigi premolar satu maksila minimal sebesar 10º mesial maupun distal dan molar satu mandibula minimal sebesar 10º distal.

Background: Conventional two-dimensional radiographs often cause the root canal to be not visualized. This can lead to failure in endodontic treatment due to improperly treated root canals.
Objective: To determine the ideal horizontal angle shift in determining superimposed canals in maxillary first premolars and mandibular first molars.
Methods: 15 maxillary first premolars and 15 mandibular first molars that had been extracted were prepared for access and root canal filling then mounted in the dental model. Radiographs were made with horizontal angles of 0º, 10º, 15º, 20º, 25º, and 30º mesial and distal. The number of visible root canals were evaluated by two observers at separate times.
Results: Percentage of canal separation in maxillary first premolar is 46.7%-100% at mesial and distal angulations. There is no significant difference between distal and mesial angulations (p>0.05). Percentage of canal separation in mandibular first molar is 93.3%-100% at distal angulation while at mesial angulation is 26.7%-73.3%. There is a significant difference between the distal and mesial angulations (p<0.05).
Conclusion: The minimum horizontal angle shift in determining the location of buccal and palatal root canals of maxillary first premolars at least 10º mesial and distal and mandibular first molar at least 10º distal.
"
2021: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Shintarini Murwakani
"ABSTRAK
Latar Belakang. Residu medikamen kalsium hidroksida yang tertinggal dalam saluran akar dapat memengaruhi kualitas pengisian saluran akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dua metode pembersihan medikamen kalsium hidroksida. Metode. Tiga puluh dua premolar rahang bawah dipreparasi dengan ProTaper Next hingga X3. Gigi kemudian diberikan medikamen kalsium hidroksida dan dilakukan pemindaian awal menggunakan Micro-CT. Setelah diinkubasi selama 7 hari pada suhu 37 C, medikamen kalsium hidroksida dibersihkan dengan larutan irigasi yang diaktivasi menggunakan instrumen sonik EDDY trade;, VDW dan menggunakan instrumen ultrasonik Irrisave, Acteon Satelec . Setelah dibersihkan, dilakukan pemindaian kedua dengan Micro-CT untuk mengetahui voume residu kalsium hidroksida. Data kemudian di rekonstruksi dan dianalisis menggunakan perangkat lunak NRecon dan CTAn. Hasil. Kelompok ultrasonik memiliki rerata volume residu kalsium hidroksida yang lebih sedikit dibandingkan kelompok sonik. Namun secara statistik tidak memiliki perbedaan yang bermakna p=0,225 . Kesimpulan. Teknik sonik dan ultrasonik memiliki kemampuan yang sama dalam membersihkan medikamen kalsium hidroksida.

ABSTRACT
Background. The residual calcium hydroxide medicinal residue in the root canal can affect the quality of root canal filling. The purpose of this study was to evaluate two methods of cleansing the calcium hydroxide medicaments. Method. Thirty two mandibular premolars were prepared with ProTaper Next to X3. The tooth was then given a calcium hydroxide medicament and an initial scan was performed using Micro CT. after incubation for 7 days at 37 C, the calcium hydroxide medicaments were cleaned with irrigation solution which was activated using sonic instrument EDDY trade , VDW and using ultrasonic instrument Irrisave, Acteon Satelec . After cleaning, a second scan with Micro CT is done to determine the voume of calcium hydroxide residue. The data were then reconstructed and analyzed using NRecon and CTAn software. Results. ultrasonic group had a lower mean residual volume of calcium hydroxide than the sonic group. However, statistically, there was no significant difference p 0,225 . Conclusion. Sonic and ultrasonic techniques have the same ability to clean the calcium hydroxide medicaments."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
"Latar Belakang: Menghilangkan seluruh bakteri, khususnya E. faecalis di dalam saluran akar masih menjadi masalah dalam perawatan saluran akar karena bentuknya yang ireguler di sepertiga apikal. Jumlah kunjungan perawatan endodontik konvensional yang berulang juga masih di rasakan tidak praktis. Pemakaian laser terapi foto dinamik dan kalsium hidroksida dalam bentuk larutan adalah upaya menemukan teknik dan bahan untuk eliminasi tersebut. Mengetahui sifat-sifat spesifik bakteri berupa keragaman genotip dan karakter fenotip yaitu perilakunya terhadap perubahan lingkungan, diharapkan akan dapat menemuka tekanik dan medikamen terbaik untuk sterilisasi saluran akar.
Tujuan: Menganalisis perbedaan jumlah dan karakter genotip bakteri E. faecalis di saluran akar yang mengalami infeksi intra radikuler primer dan persisten serta menganalisis perubahan karakter fenotip pada kasus infeksi intra radikuler persisten setelah mendapat perlakuan dengan laser terapi foto dinamik dan larutan kalsium hidroksida 50%.
Material dan Metode: Bakteri E. faecalis diisolasi dari saluran akar kemudian dilakukan penentuan tipe genotip cps nya. Perubahan karakter fenotip dilakukan dengan melihat sensitivitas, profil protein dan profil kapsul polisakarida dengan di beri perlakuan menggunakan sinar laser foto dinamik terapi dan larutan kalsium hidroksida 50%.
Hasil: Sensitivitas bakteri E. faecalis terhadap Laser foto dinamik terapi dan kalsium hidroksida 50% yang diaplikasikan selama 60 detik pada infeksi intra radikuler persisten efektif dalam sterilisasi saluran akar.
Kesimpulan: Laser foto dinamik terapi dan kalsium hidroksida 50% dapat menyebabkan perubahan sensitivitas, profil protein dan profil kapsul polisakarida pada genotip cps 1, 2 dan 5 bakteri E. Faecalis pada infeksi intra radikuler persisten.

Background: Eliminating all bacteria, especially E. faecalis in the root canal remains a problem in root canal management due to its irregular shape at one third of apical area. The repeating endodontic visits also seem to be less practical. Utilization of photo dynamic laser and calcium hydroxide solution therapy is an attempt in finding the suitable technique and materials for eliminating this issue. Knowledge of specific characters of bacteria such as the various genotypes and the phenotype character, which is its behavior towards environmental changes, is expected to be helpful in finding the best technique and medicament for root canal sterilization.
Objective: Analyse the amount and genotypic characters difference of E. faecalis in the root canal affected with primary and persistent intra radicular infection and analyse phenotypic character changes in persistent intra radicular infections cases after application of photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide therapy.
Material and Method: E. faecalis was isolated from the root canal and its cps genotype was determined. Phenotypic character changes were observed with sensitivity, protein profiling and polysaccharide capsule profiling after getting photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide 50% therapy.
Results: E. faecalis sensitivity towards photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide treatment for 60 seconds acquired from persistent intra radicular infection was effective in root canal sterilization.
Conclusion: Photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide therapy can change the sensitivity, protein profile, and polysaccharide capsule profile of cps 1, 2 and 5 genotype E. faecalis in persistent intra radicular infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Aprilia Kasdjono
"Latar Belakang: Selama preparasi kemomekanis, umumnya terjadi ekstrusi debri ke periapeks yang dapat memicu respon inflamasi dan memperlambat penyembuhan jaringan periapeks. ProTaper® dilaporkan menyebabkan banyak esktrusi debri, dan belum ada data mengenai ekstrusi debri oleh generasi barunya, ProTaper Next®
Tujuan: Menganalisis jumlah ekstrusi debri pada gigi yang dipreparasi dengan ProTaper® dan ProTaper Next®.
Metode: Enam puluh gigi premolar dibagi dalam dua kelompok (kelompok ProTaper® dan ProTaper Next®) sama besar. Ekstrusi debri pada preparasi ditampung dalam tabung, dan perbedaan berat tabung sebelum preparasi dan sesudah preparasi merupakan jumlah debri terekstrusi
Hasil: kelompok ProTaper® menghasilkan debri lebih banyak daripada kelompok ProTaper Next®. Secara statistik (t-test) perbedaanya bermakna (p<0,005).
Kesimpulan: jumlah debri pada preparasi dengan ProTaper Next® lebih sedikit daripada pada preparasi dengan ProTaper.

Background: debris extrusion during chemomechanical preparation could trigger inflammatory response and delay periapical healing. Instrumentation with ProTaper® is reported to cause significant debris extrusion, while no data available with ProTaper Next®.
Objective: to analyze the amount of debris extruded in instrumentation with ProTaper® and ProTaper Next®.
Methods: sixty premolars were divided evenly into two groups; the first group was instrumented with ProTaper® and the other one with ProTaper Next®. Debris ekstruded during instrumentation was collected in a bottle and the difference between the weight of the bottle before and after intrumentation was considered as the amount of debris extrusion.
Results: debris extrusion by instrumentation with ProTaper® was greater than instrumentation with ProTaper Next®, and statistically significant (t-test, p<0,005).
Conclusion: the amount of debris extrusion produced by ProTaper Next® was less than produced by ProTaper®
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priskilla Gita Pitaloka
"Latar Belakang: Gen Homeobox adalah gen pengatur perkembangan antara lain morfogenesis sel dengan menyandikan faktor transkripsi pada tahap awal embriogenesis dan diferensiasi sel. Gen EN1 adalah gen Homeobox yang berperan dalam proses pembentukan tulang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gen EN1 mengalami overexpression signifikan pada sel stromal pulpa gigi permanen pasien celah bibir dan palatum. Namun, pengaruh gen EN1 pada karakteristik sel stromal pulpa gigi sulung dan permanen subjek normal dan pasien celah bibir dan palatum belum diketahui secara pasti. Tujuan: Melakukan verifikasi karakteristik sel stromal gigi permanen pasien celah bibir dan palatum dan subjek normal serta sel stromal gigi sulung pasien celah bibir dan palatum melalui ekspresi gen EN1. Metode: Sampel RNA DPSC subjek normal (n=2), DPSC CLP (n=2), SHED CLP (n=2) diperoleh dari bahan biologis tersimpan Laboratorum Oral Biologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Kemudian, dilakukan sintesis cDNA dan standarisasi konsentrasi sampel hasil sintesis cDNA. Selanjutnya, ekspresi gen EN1 dan gen referensi GAPDH diuji dengan quantitative reverse-transcription PCR (RT-qPCR). Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna ekspresi gen EN1, antara DPSC subjek normal dengan DPSC CLP (p≥0,05) sedangkan terdapat perbedaan bermakna ekspresi gen EN1 antara sel DPSC CLP dengan sel SHED CLP (p≤,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan karakteristik sel stromal pulpa gigi permanen antara subjek normal dan pasien celah bibir dan palatum, sedangkan terdapat perbedaan antara sel stromal pulpa gigi sulung dan sel stromal pulpa gigi permanen pada pasien celah bibir dan palatum.

Background: Homeobox gene is a group of master regulatory developmental genes which are responsible for encode transcription factor in the early phase of embryogenesis and for cell differentiation. EN1 gene is a Homeobox gene that has a role in bone formation. The latest research discovered that EN1 gene was significantly overexpressed in Permanent Teeth’s Stromal Cell of Cleft Lip and Palate Subjects. However, the effect of EN1 gene on the characteristics of Permanent and Deciduous Teeth’s Stromal Cell of Normal Subjects and Cleft Lip and Palate Subjects still remain unknown. Objective: To Verify on the characteristic of the Permanent Teeth’s Stromal Cell between Cleft Lip and Palate Patients and Normal Subjects as well as the characteristic between the Permanent Teeth’s Stromal Cell of Cleft Lip and Palate Patients and Deciduous Teeth’s Stromal Cell of Cleft Lip and palate Patients. Methods: DPSC of normal subjects’ RNA sample (n=2), DPSC of CLP Patient’s RNA sample (n=2), SHED of CLP Patients’ RNA sample (n=2) obtained from Archived Biological Materials in Laboratorium. Subsequently, synthesis the RNA sample into cDNA sample and standardize the cDNA concentration sample. Afterwards, perform RT-PCR assay to validate EN1 and GAPDH reference gene expression. Results: No statistically significant difference of the EN1 gene expression between the Permanent Teeth’s Stromal Cell between Cleft Lip and Palate Patients and Normal Subjects (p≥0,05) and there is statistically significant difference of the EN1 gene expression between the Permanent Teeth’s Stromal Cell of Cleft Lip and Palate Patients and Deciduous Teeth’s Stromal Cell of Cleft Lip and palate Patients. (p ≤05) Conclusion: There is no characteristic difference between the Permanent Teeth’s Pulp Stromal Cell between Cleft Lip and Palate Patients and Normal Subjects, Meanwhile There is characteristic difference between the Deciduous Teeth’s Pulp Stromal Cell of Cleft Lip and Palate Patients and the Permanent Teeth’s Pulp Stromal Cell of Cleft Lip and Palate Patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Althea Pranggapati Alexander
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang dialami setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa) dan penyakit gigi dengan prevalensi terbesar di Indonesia. Insidensi karies mencapai pulpa juga selalu meningkat setiap tahunnya. Perawatan saluran akar merupakan tindakan kuratif yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Menurut studi di berbagai negara, tingkat kegagalan PSA dapat mencapai 30% dengan melibatkan banyak faktor. Saat terjadi kegagalan, tindakan yang paling diutamakan untuk dilakukan adalah perawatan saluran akar ulang untuk mempertahankan gigi asli dari pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai prevalensi PSA ulang di RSKGM FKG UI dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab kegagalan PSA dan faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut untuk mencegah hal tersebut terjadi lagi di masa yang akan datang. Tujuan: Mengetahui prevalensi perawatan saluran akar ulang di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2019-2021. Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif dan analitik komparatif yang bersifat retrospektif menggunakan data sekunder rekam medis pasien konservasi di RSKGM FKG UI. Hasil: Dari 3503 pasien PSA di RSKGM FKG UI periode Januari 2019-Juli 2021, 181 pasien dengan kegagalan PSA memilih untuk PSA ulang dan 20 pasien lainnya dilakukan ekstraksi. Melalui analisis komparatif, terdapat perbedaan secara statistik antara etiologi kegagalan PSA dengan status penyakit periapeks pada pasien, tidak ditemukan perbedaan antara sosiodemografi, elemen gigi dan diagnosis periapeks pasien pada perawatan PSA ulang dan ekstraksi, dan terdapat perbedaan secara statistik antara etiologi kegagalan PSA dengan perawatan yang dipilih (PSA ulang dan ekstraksi). Kesimpulan: Prevalensi PSA ulang di RSKGM FKG UI adalah 5,1%. Penyebab kegagalan PSA yang paling banyak ditemukan adalah pengisian saluran akar yang kurang. Diagnosis penyakit periapeks pasca PSA, paling banyak ditemukan adalah abses periapikal. Berdasarkan sosiodemografis, pasien paling banyak didominasi oleh jenis kelamin perempuan dan kelompok usia yang paling banyak ditemukan adalah kelompok usia 50-59 tahun. PSA ulang paling banyak terjadi pada gigi molar mandibula. PSA yang inadekuat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyakit periapeks, proporsi tertinggi etiologi kegagalan PSA pada tindakan PSA ulang adalah PSA inadekuat dan proporsi tertinggi etiologi kegagalan PSA pada tindakan ekstraksi adalah restorasi inadekuat
Background: Dental caries is a serious health problem experienced by half of the world’s population (3.58 billion people) and an oral disease with the highest prevalence in Indonesia. The incidence of pulpitis is also increasing every year. Root canal treatment is taken to cure the disease. According to studies in various countries, endodontic treatment failure rate can reach to 30% involving many factors. When endodontic treatment failure occurs, the most applied action to be taken is endodontic retreatment to preserve patient’s teeth. Therefore, it is necessary to conduct a research on the prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI by discovering the causes of the failure and other factors that contributed to the failure to prevent it from happening in the future. Objectives: This study aims to determine the prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI for the period of 2019-2021. Methods: Retrospective descriptive and comparative analytical study is done using secondary data found in patient’s medical record. Results: There were 3503 endodontic patients at RSKGM FKG UI for the period of January 2019-July 2021, 181 patients with endodontic failure chose to be treated with endodontic retreatment and another 20 patients underwent extraction. Through comparative analysis, there were statistical differences between the etiology of endodontic failure and periapical disease. No differences found between the sociodemographic and the tooth, periapical diagnoses of patients with the choices of treatment between endodontic retreatment and extraction, and there were statistical differences between the etiology of endodontic failure and the choice of treatment. Conclusion: The prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI is 5.1%. The most common etiology of endodontic failure is underobturation. Periapical abscess is the most found diagnosis of post endodontic treatment. Based on sociodemographics, most patients are female and the age group that commonly found was 50-59 years old age group. Endodontic retreatment mostly treated on mandibular molars. the biggest proportion of etiology of failure on endodontic retreatment treatment choice is an inadequate endodontic treatment while the highest proportion of etiology of failure on extraction is inadequate restoration"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika
"ABSTRAK
Kavitas kelas I sering ditemui pada permukaan gigi molar karena mempunyai bentuk anatomi pit dan fisur yang dalam sehingga sering menyebabkan sisa makanan tertinggal yang nantinya dapat menyebabkan karies gigi. Bahan restorasi yang sesuai untuk penumpatan kavitas kelas I adalah resin komposit. Namun resin komposit memiliki kelemahan yaitu mengalami penyusutan polimerisasi yang menyebabkan kebocoran tepi. Kavitas kelas I juga memiliki c-factor terbesar dibandingkan kavitas lainnya yang dapat menyebabkan kebocoran, sehingga untuk mengatasinya dapat menggunakan liner SIKMR serta teknik Bulk-fill dan inkremental oblik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kebocoran tepi restorasi resin komposit teknik Bulk-fill dengan liner dan teknik inkremental dengan liner. Sebanyak 70 sampel dipreparasi dibagian bukal dengan ukuran 3 mm x 3 mm, terdiri dari 10 sampel kelompok Bulk-fill, 30 sampel kelompok Bulk-fill dengan liner SIKMR dan 30 sampel kelompok inkremental oblik. dengan liner SIKMR direndam dalam air destilasi selama 24 jam. Kemudian dilakukan Thermocycling 250x, suhu 5-550C dilanjutkan dengan aplikasi cat kuku dan rendam dalam metilen biru selama 24 jam. Sampel dibelah dalam arah buko-palatal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo kemudian hasilnya diuji statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok dengan nilai signifikansi p≤0,05. Inkremental oblik dengan liner menunjukkan tingkat kebocoran lebih rendah dibandingkan Bulk-fill dengan liner.

ABSTRACT
Cavity class I often found on the surface of the molars because they have the anatomical shape of pits and fissures are deep that often cause food scraps left behind which can later lead to dental caries. Restorative material suitable for cavities penumpatan class I is the composite resin. However, a drawback of composite resin namely polymerization shrinkage which causes microleakage. Cavity class I also have a c-factor compared to most other cavity which can cause leaks, so to overcome SIKMR can use the liner as well as bulk-fill technique and incremental oblique. The purpose of this study was to analyze the microleakage of composite resin restorations Bulk-fill technique and oblique incremental techniques with liner. A total of 70 samples were prepared on the buccal with the size of 3 mm x 3 mm, consisting of 10 groups of Bulk-fill samples, 30 samples of Bulk-fill groups with liner SIKMR and oblique incremental groups of 30 samples. with liner SIKMR soaked in distilled water for 24 hours. Then do the Thermocycling 250X, 5-550 C temperature followed by application of nail polish and soak in methylene blue for 24 h. Samples were cleaved in buko-palatal direction and made observations using a stereo microscope and the result was tested statistically using Chi-Square. Statistical analysis showed significant differences among all groups with significant value p≤0,05. Incremental oblique with liner show a lower leakage rate than the Bulk-fill with liner."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Sari
"Alat elektronik pengukur panjang kerja multifrekuensi adalah alat mutakhir yang datang setelah alat elektronik dua frekuensi.
Tujuan Penelitian: Membandingkan ketepatan hasil pengukuran panjang kerja dua sistem alat elektronik tersebut dan radiografik terhadap panjang kerja aktual.
Metode: Empat puluh gigi anterior rahang atas atau rahang bawah dipotong pada daerah servikal gigi. Dari arah labial, gigi dironsen untuk mengukur panjang kerja radiografik. Kemudian Semua gigi diukur dengan alat elektronik dua frekuensi dan multifrekuensi. Kemudian gigi dibelah dua vertikal dan diukur panjang aktual gigi. Kemudian data dianalisis dengan uji statistik chi-square dan kolmogorov-smirnov.
Hasil: Alat elektronik pengukur panjang kerja mempunyai ketepatan lebih baik dari radiografik dengan hasil berbeda bermakna.
Kesimpulan: Alat elektronik memiliki ketepatan lebih baik dari radiografik.

Multifrequency Electronic root canal length measurement device is the one that comes after two frequencies based device.
Objective: To compare the accuracy of the two electronic root canal length measurement device and radiographic with the actual working length.
Methods: Forty maxillary or mandibular anterior extracted teeth were sectioned at the cervical area. All samples were exposed with x-ray to measure radiographic working length. All samples then were measured with two frequencies and multifrequency electronic root canal length measurement device. To confirm the actual length of the teeth all samples were sectioned vertically. Then the data were analyzed by chi-square statistical test and the Kolmogorov-Smirnov.
Results: Electronic root canal length measurement devices accuracy are better than radiographic with significantly different results.
Conclusion: Electronic device has an accuracy of better than radiographic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munyati Usman
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kebocoran pengisian saluran akar dari 3 macam tehnik pengisian, yaitu tehnik kondensasi lateral (k.l), kondensasi vertikal gutta-percha panas (k.v.g.p) dan kondensasi lateral gutta-percha panas (k.l.g.p).
Sembilan puluh akar gigi dengan saluran akar tunggal dan lurus, dipreparasi secara step-back sesuai-panjang kerja 9 mm dengan file terbesar No.60, dan kemudian dilakukan secara step-back sampai No.80. Foramen apikal ditembus dengan file No.25 untuk mendapatkan keseragaman diameter. Masing-masing tehnik dilakukan pada 30 akar gigi. Kebocoran pengisian saluran akar diukur dengan perembesan zat warna (tinta cina hitam), dengan interval waktu rendaman 1 hari dan 15 hari. Perendaman dengan tinta cina dilakukan setelah semen saluran akar mengeras dan sementara itu sampel direndam dalam aquadest selama 48 jam. Evaluasi dilakukan dengan stereomikroskop dan sebelumnya sampel dibelah memanjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebocoran tehnik k.l.g.p. lebih kecil secara bermakna.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu kebocoran pengisian yang terkecil pada tehnik k.l.g.p, kemudian tehnik k.l. dan tehnik k.v.g.p. yang paling besar Pengaruh lama perendaman, sama pada semua tehnik pengisian.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>