Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Leni Dharmawan
"Setelah suksesnya yang pertama melalui All My Sons (1947) yang mendapat New York Drama Critics' Circle Award dan Donaldson Award, Arthur Miller mulai mendapat perha_tian sebagai talon dramawan besar; Apalagi dengan muncul_nya Death of a Salesman {1949) yang memenangkan antara lain Pulitzer prize dan New York Drama Critics' Circle Award, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai karyanya yang terbaik dan sebagai tragedi yang terbaik dalam drama moderen Amerika. Kemudian berturut-turut dipentaskan dan diterbitkan The Crucible(1953),A View from the Bridge.(1955, dan direvisi setahun kemudian) dan A Memory of Two Mondays (1955) yang juga mendapat sukses, walaupun tidak sehebat Death of a Salesman. Setelah ter_bitnya kelima karya utamanya ini-yang jelas mengeritik ataupun hanya memberi komentar terhadap struktur masya_rakatnya-Miller dikukuhkan sebagai salah seorang dramawan Amerika yang terpenting..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusagis Khomanur Ngaziz
"The thesis entitled "American Cultural Values Underlying the IBM Company" discusses the subject matter relating to operationalization of selected American cultural values in the IBM corporate culture and its development to the success of the said company. The hypothesis of the said subject matter is : "The success of the large American enterprises is based on their cultural values rooted in selected American cultural values and operationalized in their business institutions consistently and accompanied by full commitment of the management of their companies and their employees".
Supported by the approach to the theory of the American culture, and the theory of corporate culture, and by using qualitative research methodology, in particular verstehen and interpretive method, the writer tried to prove the truth of such hypothesis, and his inference had been proved. Thus it is very clear that the sacred cultural values made as a guidance for a nation having a profound influence on the nation concerned, so that whatever they do always reflects the values they believe in. In preserving such values, the community concerned selectively operationalizes them in various existing institutions pursuant to their need."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Isdaryono
"Pengembangan pariwisata di Hawaii, Amerika Serikat, merupakan sebuah fenamena menarik, karena Hawaii merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Amerika Serikat yang berhasil mendatangkan banyak wisatawan dan devisa bagi negara bagian tersebut. Pengembangan tersebut telah berhasil membukukan kunjungan wisatawan 3 juta orang pada tahun 1970 sementara devisa yang diperoleh mencapai lebih dari 3.000 juta dolar Amerika pada tahun 1980 (Farrel, 1982 :24). Hawaii, sebagai negara bagian Amerika Serikat di kawasan Pasifik memiliki peran sangat strategis baik secara geografis, ekonomis, maupun politis. Dari aspek geografis, Hawaii menjadi jalur lalu lintas gerak manusia dari kawasan Amerika ke Asia Timur dan Pasifik maupun sebaliknya. Dari aspek ekonomi, Hawaii lama menjadi lintasan dari berbagai macam kegiatan perdagangan termasuk kepariwisataan, sementara dari aspek politisnya, Hawaii digunakan sebagai pangkalan Amerika Serikat di kawasan Pasifik.
Dewasa ini, pendapatan Hawaii dari sektor pariwisata dan militer, disamping dari gula dan nanas, menjadi andalan pendapatan negara bagian tersebut. Walaupun berbagai macam aspek yang melingkupi Hawaii sangat menarik untuk dibahas, namun hal itu tidak dilakukan karena fokus tesis ini mengarah pada terjadinya pergeseran budaya sebagai dampak dari pengembangan kepariwisataan di daerah tersebut.
Keunikan Hawaii sebagai salah satu negara bagian di Amerika Serikat antara lain adalah Hawaii merupakan satu-satunya negara bagian yang berbentuk kepulauan, dengan luas wilayah paling kecil, dan diantara penduduk yang multi-etnis, bangsa kulit putih menjadi kelompok minoritas (Luedtke, 1986:226). Dilihat dari komposisi etnis demografisnya pada tahun 1977 masyarakat Hawaii terdiri dari warga keturunan Jepang sebanyak 36,9 persen, Campuran (Hawaii dengan Caucasia atau Hawaii dengan suku lain) sebanyak 17,1 persen, Caucasia 21,2 persen, Filipina 12,3 persen, Cina 6,4 persen, Polynesia 2,1 persen dan Puerto Rico 1,9 persen, Korea 1,3 persen dan bangsa lain 0,8 persen (Nordyke, 1967:67). Persentase yang relatif besar dari warga Hawaii keturunan Jepang menjadi salah satu pertimbangan mengapa pembahasan tesis ini mengarah kepada kelompk etnis ini untuk digunakan sebagai sampel, mewakili penduduk setempat. Disamping itu kenyataan bahwa warga Hawaii asli tidak pernah mencurigai orang Jepang dan menyebutnya sebagai saudara orang Hawaii (akin to the Hawaiians), sebagai imigran yang diinginkan (desirable immigrant), dan sebagai bangsa yang diyakini tidak akan banyak mempengaruhi identitas Hawaii (will not much affect the identity of the Hawaiian) (Hillbrand dikutip oleh Nordyke, 1967:37) menguatkan alasan mengapa masyarakat Hawaii keturunan Jepang menjadi fokus bahasan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artanto Salmoen Wargadinata
"Apabila kita akan mengadakan pengamatan apa dan bagaimana peranan Lobi Yahudi (Jewish Lobby) di dalam sistim politik Amerika Serikat (AS), maka hal tersebut dapat dilakukan dengan memfokuskan pada peranannya di Kongres (Congress) AS.
Hubungan keduanya merupakan salah satu contoh dari realisasi dari kehidupan demokrasi di Amerika yang tercantum di dalam konstitusinya, yaitu menjamin setiap hak individu dan kelompok untuk mengajukan petisi yang secara tidak langsung juga menggambarkan bentuk pluralisme kebudayaan dan demokrasi di antara warga AS.
Landasan konstitusi AS yang terutama menjamin munculnya peranan kelompok Pelobi (lobbyists) adalah pada Amandemen ke-I. Tetapi meskipun demikian, keberadaan pelobi di AS mempunyai sejarah panjang sampai di terimanya mereka secara resmi di dalam sistim politik negara itu. Istilah Lobbyists itu sendini baru muncul pada tahun 1832, sebelumnya lebih sexing disebut sebagai lobby agent.
Pada awal kemunculan dari Para lobbyists tersebut banyak mendapat tanggapan yang kurang positif dari sebagian warga AS, karena dianggap bisa menimbulkan perpecahan di dalam masyarakat, sebagai mana yang ditengarai oleh Madison di dalam the Federalist Nola, yang disebutnya dengan istilah faction.
Meskipun banyak tantangan yang dihadapi oleh para pelobi dan pendukungnya tetapi secara berangsur-angsur kehadiran mereka dapat diterima dan diperlukan untuk menampung dan menyalurkan suara warga masyarakat di Kongres. Pada tahun 1911 Federal Lobbying mulai diterima secara resmi pada saat pembentukan Kongres AS ke-62. Penerimaan terhadap pelobi-pelobi semakin di tingkatkan dengan pembentukan 2(dua) perundang-undangan mengenai Lobbying, yaitu : The Foreign Agents Registration Act of 1938 (FARA- 1938) dan The Federal Regulation of Lobbying Act of 1946 (FRLA-1946).
FARA 1938 tersebut dikeluarkan untuk mengatur para lobbyists yang mewakili kepentingan negara asing, sedangkan FRLA 1946, merupakan UU yang mengatur kegiatan Pelobi Domestik. (Lee: n.d.)(The Washington Lobby: 1987: 36). Di dalam menjalankan fungsinya tersebut para pelobi mempunyai banyak teknik yang memungkinkan mereka mem peroleh dukungan di Kongres, seperti : koalisi (Coalition Organizing), langsung (Direct Lobbying), menghimpun dukungan dari masyarakat(Grass-Roots Techniques) dan dukungan di dalam masa kampanye (Campaign Support). (The Washington Lobby: 1987: 3-6)(Mackenzie: 1986: 102) Diantara sekian banyak teknik tersebut, maka Campaign Support merupakan salah satu teknik yang dapat menggambarkan secara langsung kedekatan hubungan pelobi dengan Kongres AS. Sehubungan dengan itu, maka The Washington Lobby {1987: 9-10) menyebutnya sebagai berikut:

ABSTRACT
Campaign contributions to members of Congress serve two important functions for lobbying organizations. Political support not only can indulge a congressman to back the group's legislative interests but also can help to ensure that members friendly to the group's goals remain in office.
Untuk mengupayakan dukungan terhadap para kandidat anggota Kongress tersebut, maka dibentuklah lembaga yang disebut Political Action Committees (PACs). Lahirnya terminologi PACs untuk pertamakali disebutkan di dalam The Federal Election Campaign Act (FECA) pada tahun 1971, yaitu ketentuan UU yang mengatur mengenai dana pembiayaan dalam pemilihan anggota lembaga federal seperti Kongres. (Burns, et al: 1989: 270) (Friendly dan Elliot: 1987: 88-89) Kebanyakan PAC yang terbentuk ber hubungan dengan kepentingan bisnis, tetapi ada juga yang sifatnya spesifik bertujuan untuk mendukung kebijaksanaan LN AS terhadap satu kepentingan tertentu, misalnya: PAC Pro-Israel, yang bertujuan untuk memunculkan isu fungsi Israel."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper explores the importance of multicultural approach to be implemented in education system of Indonesia. The writer argues that this approach emphasizes tolerance, mutual respect and awareness toward difference. Optimum implementation of multicultural approach will support such harmonious living within Indonesian pluralistic society."
[Departemen Kriminologi. FISIP UI, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Riawanti
"ABSTRAK
Tujuan dan Latar Belakang Studi
Tesis ini bermaksud memperlihatkan kebenaran teori reproduksi yang berlaku dalam sistem pendidikan formal pada masyarakat kolonial Hindia Belanda (1816-1942), dan diikuti oleh sistem pendidikan formal yang dikembangkan oleh kalangan cendekiawan pribumi sejak dasawarsa pertama abad XX.
Pada dasarnya, pendidikan dapat dilihat sebagai proses transmisi kebudayaan dari satu individu atau kelompok atau golongan tertentu, kepada individu atau kelompok atau golongan lainnya dalam suatu masyarakat. Proses pendidikan bisa berlangsung dalam berbagai pranata, baik dalam pranata yang memang khusus mengatur soal belajar dan mengajar, yaitu kegiatan-kegiatan yang paling pokok dalam rangka menyampaikan pengetahuan dari satu pihak ke pihak lain itu; maupun dalam pranata-pranata sosial lainnya, yang tidak menekankan kegiatan penyampaian pengetahuan tersebut sebagai kegiatan pokoknya. Pranata yang khusus mengatur kegiatan pendidikan biasanya dikelola oleh golongan yang sudah mapan kedudukannya dalam suatu masyarakat tertetu (orang dewasa, pemerintah, golongan terpelajar, golongan profesional dan sebagainya), dalam rangka membekali dan mempersiapkan mereka yang dianggap termasuk dalam golongan yang belum mapan (kanak-kanak dan remaja, golongan buta huruf, para pendatang baru dalam suatu lingkungan tertentu dan sebagainya), dengan ketrampilan, keahlian dan sikap-sikap tertentu yang dibutuhkan agar mereka kelak dapat berperan secara aktif dan sebagaimana semestinya, dalam kelompok dan dalam masyarakat yang bersangkutan.
Seandainya golongan-golongan dalam suatu masyarakat memiliki kebudayaan yang kurang lebih sama, maka proses pendidikan yang merupakan proses persiapan sebagian warganya untuk menjadi anggota yang aktif dalam masyarakat tersebut, tidaklah menimbulkan banyak masalah, sebab perumusan mengenai peran serta kedudukan dari setiap golongan yang ada dalam masyarakat tersebut bersumber pada aturan yang dianut bersama, sehingga dapat diterima dan disetujui pula oleh sebagian besar warganya. Hal yang sebaliknya dapat terjadi, apabila dalam suatu masyarakat terdapat berbagai golongan dengan kebudayaan yang saling berbeda, apalagi jika saling bertentangan.
Situasi semacam ini ditemukan pada masyarakat-masyarakat majemuk, yaitu masyarakat yang relatif heterogen dengan dua atau lebih satuan sosial dengan kebudayaan yang berbeda-beda, yang hidup saling berdampingan tetapi tidak saling bergabung, dalam sebuah satuan politik. Setiap golongan relatif memiliki otonomi, dalam arti mempertahankan kebudayaannya (agama, bahasa, pandangan dan cara hidup) masing-masing (Furnivall 1939:446; 1948:304; Fan den Berghe, 1971:68)?"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeffry
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Karmidi Martoatmodjo
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>