Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155775 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farida Soetiarto
"ABSTRAK
Rokok kretek mengandung bumbu bumbu dengan rasa dan aroma yang berbeda dengan rokok putih, yang mungkin mempu -nyai potensi eebagai penyebab kerusakan gigi.
Asumsi tersebut muncul dengan adanya laporan kasus kerusakan gigi yang spesifik pada perokok kretek.
Atas dasar fenomena tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kerusakan gigi, nilai insiden dan hubungan antara kebiasaan merokok kretek dengan kerusakan gigi yang spesifik.
Desain penelitian adalah kohort retrospektif, pada 1160 sopir bus P.P.D. yang tidak merokok kretek dan yang merokok kretek.
Hasil penelitian rrmenunjukkan adanya kerusakan yang spesifik, berbeda baik bentuk, letak maupun patofisiologisnya dengan karies pada umumnya, dengan nilai insiden 55.8% Secara statistik kerusakan dipengaruhi oleh lama merokok kretek dalam tahun, dan jumlah batang rokok kretek yang dihisap setiap hari yang berinteraksi dengan lama merokok.
Dengan merokok kretek selama > 10 th - < 15 th, dan jumlah rokok yang dihisap 7 - 12 batang/hari maka prediksi resiko terjadi kerusakan gigi yang spesifik = 83 %. Bila merokok kretek > 15 th., dengan jumlah rokok > 18 batang/hari, maka prediksi resiko kerusakan gigi 95 %.
Dapat disimpulkan bahwa kejadian kerusakan gigi yang spesifik pada perokok kretek cukup tinggi.
Hal ini dipengaruhi oleh lama kebiasaan merokok dalam tahun dan jumlah batang rokok kretek yang dihisap setiap hari. Berdasarkan temuan tersebut disarankan untuk memperkenalkan bentuk kerusakan gigi yang spesifik tersebut kepada tenaga kesehatan dan masyarakat untuk memberi peringatan akan bahayanya rokok kretek terhadap jaringan keras gigi. Untuk memperoleh jawaban lebih lanjut tentang mekanisme kerusakan masih diperlukan penelitian experimental laboratorik."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudjojono
"ABSTRAK
Kasus kista radikular cukup banyak yang ditangani di Poliklinik Bedah Mulut RSCM. Namun masih diperlukan data tentang frekuensi distribusi jenis kelamin, umur, keluhan, riwayat penyakit, deformitas muka yang diakibatkan, elemen dan keadaan gigi yang berperan dengan terjadinya kista radikular itu sendiri, lokasinya di rahang, dan terapi yang dilakukan.
Dalam penelitian dari 37 kasus kista radikular ini terungkap bahwa jumlah penderita laki-laki dan wanita relatif sama, dan umur terbanyak pada dekade tiga atau sekitar umur 20-29 tahun. Deformitas muka terbanyak juga pada dekade tiga. Keluhan terbanyak adalah adanya pembengkakan di dalam mulut. Riwayat penyakit terbanyak adalah terdapatnya pembengkakan yang makin lama semakin besar. Di sini juga ditemukan adanya kista residual. Lokasi di rahang terbanyak pada regio mandibula posterior dan maksila anterior. Dan elemen gigi yang paling banyak berperan dengan terjadinya kista radikular adalah gigi molar satu dan incisive satu, dengan keadaan karies mencapai pulpa dan gigi-gigi radik. Terapi yang disukai operator umumnya adalah enukleasi dengan tidak menutup kemungkinan mempertahankan elemen gigi-gigi yang berperan dengan terjadinya kista radikular. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nur Cahyo
"Latar Belakang: Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi atau berkembang di lokasi fungsional yang tepat. Molar ketiga yang impaksi diklasifikasikan menurut: Klasifikasi Winter dan Pell & Gregory. Klasifikasi musim dingin menjelaskan hubungan angulasi, sedangkan klasifikasi Pell & Gregory menjelaskan hubungan ramus dan kedalaman impaksi. Molar ketiga rahang bawah impaksi yang tumbuh tidak normal sehingga mengakibatkan kondisi patologis, salah satunya yang lainnya adalah karies distal pada gigi tetangga, molar kedua. Tujuan: Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi karies distal pada gigi molar dua rahang bawah akibat gigi geraham ketiga yang impaksi di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2015-2018. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Subjek Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis Pasien RS Khusus Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2015-2018. Kesimpulan: Distribusi dan frekuensi pasien pasien bedah mulut dan odontektomi di Fakultas Kedokteran Gigi dan Mulut Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada kunjungan pasien bedah mulut tertinggi yaitu pada tahun 2018 sebanyak 3290 pasien (31%), dan kunjungan pasien odontektomi tertinggi terjadi pada tahun 2018
sebanyak 859 pasien (36%), kasus yang ditemukan dalam penelitian ini, lebih menemukan pasien tanpa karies distal molar kedua mandibula
Universitas Indonesia iv sebanyak 181 kasus (66%) dibandingkan dengan yang karies, elemen gigi yang Paling sering ditemukan pada karies distal molar ketiga mandibula, yaitu pada gigi 37 sebanyak 60 kasus (57%), prevalensi tertinggi pada kedalaman karies distal molar kedua bawah terletak di dentin pada 63 kasus (59%), dan karies distal geraham bawah adalah umum

Background: Impacted teeth are teeth that fail to erupt or develop in the proper functional location. Impacted third molars are classified according to: Winter and Pell & Gregory classification. The winter classification describes the angulation relationship, while the Pell & Gregory classification describes the ramus relationship and impaction depth. The impacted mandibular third molar that grew abnormally resulted in pathological conditions, one of which was distal caries on the neighboring tooth, the second molar. Objective: To determine the distribution and frequency of distal caries in mandibular second molars due to impacted third molars at the Dental and Oral Special Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia for the period 2015-2018. Methods: This study is a retrospective descriptive study. The subject of this study used secondary data obtained from the medical records of patients at the Special Dental and Oral Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia for the period 2015-2018. Conclusion: The distribution and frequency of oral surgery and odontectomy patients at the Faculty of Dentistry and Oral Dentistry at the University of Indonesia has increased every year, the highest oral surgery patient visits were in 2018 as many as 3290 patients (31%), and the highest odontectomy patient visits happened in 2018
as many as 859 patients (36%), the cases found in this study, found more patients without caries distal to the mandibular second molar
University of Indonesia iv as many as 181 cases (66%) compared to those with caries, the most common dental element found in caries distal to the mandibular third molar, namely in tooth 37 as many as 60 cases (57%), the highest prevalence in the distal caries depth of the lower second molar is located in dentin in 63 cases (59%), and distal mandibular caries was common
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliani Kusumaputra Isbandiono
"ABSTRAK
Kasus trauma oro-maksilofasial cukup banyak yang ditangani Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Umum Tangerang. Namun masih diperlukan data tentang frekwensi, distribusi jenis kelamin, umur penderita yang mengalami trauma tersebut, jenis trauma, lokasi fraktur yang sering, penatalaksanaannya, dan hasil terapinya.
Dalam penelitian yang dilakukan selama 12 bulan ini yaitu sejak 1 oktober 1992 sainpai dengan 30 September 1993 diperoleh angka penderita trauma oro-maksilofasial di Rumah Sakit Umum Tangerang sebanyak 108 orang. Dari penelitian ini terungkap bahwa penderita terbanyak adalah laki-laki, kelompok umur yang terbanyak mengalami trauma ini adalah 21-30 tahun, sedangkan jenis trauma yang terbanyak adalah campuran jaringan lunak dan keras, serta lokasi fraktur yang paling sering adalah di daerah sepertiga tengah muka.
Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa kecelakaan lalu lintas paling banyak menyebabkan trauma oro-maksilofasial. Dan korban tersebut ternyata lebih banyak dialami oleh laki-laki. Kelompok umur yang paling banyak mengalami trauma oro-maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas adalah 21-30 tahun, sedangkan lokasi fraktur di regio oro-maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi di daerah sepertiga tengah muka.
Pada pengamatan terlihat terapi yang dilakukan pada penderita bervariasi mulai dari pemberian obat-obatan saja, penjahitan luka, pencabutan gigi, alveolektomi, serta reposisi dan fiksasi. Kemudian dilakukan evaluasi dari terapi yang berupa tindakan. Hasilnya 69% dari penderita yang mengalami trauma jaringan lunak dan mendapat tindakan penjahitan dinyatakan sembuh. Sementara itu 64.6% penderita yang mengalami fraktur dan mendapat tindakan fiksasi dinyatakan sembuh. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ny. Lies Zubardiah B. Sunaryo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya tambalan amalgam mengemper di daerah proksimal {TAMP) gigi posterior dan hubungannya dengan keradangan jaringan periodonsium pada 57 pasien berusia antara 15 sampai 55 tahun dengan umur tambalan minimal 0.5 tahun. Kerusakan jaringan periodonsium diukur dengan melihat luasnya kerusakan tulang alveolar pada gigi dengan TAMP. Luas kerusakan tulang alveolar pada TAMP diukur melalui foto ronsen, yaitu jarak dari batas semen-email (Cementoenamel junction) ke dasar kerusakan tulang alveolar pada TAMP, dikurangi jarak dari batas semen-email ke puncak tulang alveolar pada sisi kontrol.
Hasil yang diperoleh dari 279 tambalan yang diperiksa adalah 104 tambalan ditemukan mengemper (68.1 %), dan 22 tambalan tidak mengemper. Kerusakan tulang alveolar yang terjadi sebanyak 92{88.5 %). Jumlah tambalan amalgam di daerah proksimal gigi posterior 126 buah dan jumlah tambalan amalgam di permukaan lainnya (oklusal dan bukal) 124 buah. Umur TAMP dan ukuran TAMP arah horisontal mempunyai korelasi dengan besar kerusakan tulang alveolar (R = 0.25414), walaupun korelasi ini lemah namun cukup bermakna (Signifikansi F = 0.0343).
Tambalan amalgam mengemper proksimal memudahkan terjadinya penumpukan plak yang dapat mendorong terjadinya keradangan jaringan periodonsium dan kerusakan pada tulang alveolar."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agoeng Tjahajani Sarwono
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara penelitian : Karies gigi merupakan kelainan yang bersifat multifaktorial. S.mutans merupakan bakteri penting penyebab karies gigi dan fluor merupakan bahan pencegah karies. Mengingat : (1) di dalam rongga mulut individu yang sama dapat ditemukan lebih dari satu spesies S.mutans yang berbeda-beda; dan (2) formula fluor sebagai bahan aplikasi sangat menentukan efektivitas pencegahan karies, maka dilakukan penelitian eksperimental secara in vitro, terhadap peranan S.mutans FA-1 (ATCC 19645) pada email yang diberi aplikasi fluor. Peneiitian dilakukan terhadap 64 gigi yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pengeraman 4 dan 8 minggu. Ke dalam tiap-tiap tabung reaksi berisi 20 ml media perbenihan cair yang terdiri atas tioglikolat, glukosa, bakteri dan gelatin gel dimasukkan masing-masing 2 gigi yang diberi aplikasi akuades atau fluor. Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan terbentuknya bercak putih dan lapisan badan lesi.
Hasil dan kesimpulan : Pada kelompok pengeraman 4 dan 8 minggu ditemukan pembentukan bercak putih dan lapisan badan lesi dengan jumlah yang sedikit meningkat. Pengamatan terhadap pengukuran hasil rata-rata kedalaman lapisan badan lesi ditemukan adanya perbedaan. Hal-hal tersebut di atas diperjelas dengan gambaran ultra struktur.
Pengujian statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan disimpulkan bahwa secara in xitro S.mutans FA-1 (ATCC 19645) dapat menyebabkan karies email dan aplikasi fluor dapat menghambat terjadi karies."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gimawati Muljono
"ABSTRAK
Gangguan sendi temporo-mandibula merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang akhir-akhir ini menarik banyak perhatian, namun masih belum banyak yang benar-benar memahaminya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa oklusi sangat berperan dalam proses terjadinya masalah tersebut, walaupun belum dapat dikatakan secara pasti bahwa maloklusi merupakan penyebab utamanya.
Kesulitan yang sering dihadapi dalam menanggulangi gangguan sendi temporo-mandibula adalah banyaknya gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga pemeriksaan klinis saja belum cukup untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa pemeriksaan radiografik dapat merupakan sarana bantu untuk mencari informasi mengenai perubahan struktural pada komponen sendi temporo-mandibula. Di Indonesia masalah gangguan sendi temporo-mandibula masih belum banyak diungkapkan, khususnya bagaimana kaitannya dengan oklusi. Berdasarkan alasan tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan posisi kondilus antara oklusi gigi yang secara klinis tampak normal dan yang habitual dilihat secara radiografis. Dari penelitian ini diharapkan dapat terungkap kemungkinan pemanfaatan pemeriksaan radiografis sebagai sarana bantu dalam menegakkan diagnosis gangguan sendi temporo-mandibula.
Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada 46 orang mahasiswa yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pemetaan foto rontgen sendi temporo-mandibula yang dibuat dengan proyeksi transkranio lateral oblik superior dianalisis dengan metode pengukuran kuantitatif linier menurut Pullinger. Hasil pengukuran pada pemetaan foto menunjukkan bahwa mahasiswa yang oklusinya secara klinis normal, posisi kondilusnya tidak selalu normal. Demikian pula hasil pengukuran pemetaan foto pada mahasiswa yang oklusinya secara klinis habitual. secara statistik tidak terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa oklusi yang secara klinis normal, belum menjamin posisi kondilusnya normal. Karena itu pemeriksaan klinis perlu ditunjang oleh pemeriksaan radiografis terutama bila telah ada keluhan atau gejala yang mengarah kepada gangguan sendi temporo-mandibula."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Eru Saprudin
"Kebiasaan merokok pada remaja .di dunia maupun di Indonesia terutama Jakarta cukup tinggi, yang didukung oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut antara lain faktor keluarga dan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana faktor keluarga terutama struktur fungsional keluarga yang terdiri dari: struktur peran, nilai-nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuatan keluarga mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di SLTP Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Sebagai confounding yaitu karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, suku, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, serta lingkungan dan. media Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang ditakukan pada remaja SLIP Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Sampel diambil secara random sampling sebanyak 107 responden dari 10 SLTP.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara: struktur peran keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja SLTP (p value= 0,002), nilai-nilai keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja (p value 0,003), komunikasi dengan kebiasaan merokok pada remaja (p value 0,033). Sedangkan hubungan struktur kekuatan keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p value 0,06). Adapun karakteristik responden (confounding) yang berhubungan secara signifikan dengan kebiasaan merokok pada - remaja yaitu jenis kelamin (p value= 0,002), Iingkungan (p value= 0,004) dan media (p value= 0,001). Faktor yang paling dominan mempengaruhi struktur fungsioonal keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja ialah hubungan nilai-nilai keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja setelah dikontrol oleh variabel lingkungan dengan ratio OR = 19,65 (> 10 %).
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada keluarga untuk mengoptimalkan peran anggota keluarga yang seimbang dan saling mendukung. Selain itu keluarga agar menjaga nilai-nilai keluarga dengan tidak merokok di depan remaja, melakukan komunikasi secara teratur dengan remaja dan melibatkan remaja dalam pengambilan keputusan. Untuk Kepala sekolah dan staf agar tidak merokok di depan remaja, mengoptimalkan kegiatan UKS, OSIS dan ektrakurikuler, serta membuat slogan yang menarik untuk pencegahan merokok Perawat komunitas dapat bekerja sama dengan keluarga, tokoh masyarakat, dan instansi terkait dalam melakukan family empowerment dan promosi kesehatan tentang pencegahan dan bahaya merokok bagi kesehatan.

The smoking habit in teenagers around the world including in Indonesia, especially Jakarta, is pretty high, supported by several factors influencing it. Some of the factors are family and environment. The purpose of this study is to analyze how far the family factors, like the functional structure of family, which consists of role structure, family values, communication process, and family structure strength influences the smoking habit in teenagers in SLTP Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. The confounding are the respondent characteristic such as genders, ethnics, parent's educational backgarounds, parent's job field, and also environment and media. This study is a cross sectional study implemented toward teenagers at SLTP Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan_ The samples are taken randomly from 107 respondent from 10 Junior High Schools.
The result of this study shown significant correlations between the family role structure and the smoking habit in teenagers (p value- 0,002), family values and teenagers smoking habit (p value= 0,003), communication and smoking habit (p value= 0,033). Meanwhile the family strength structure and smoking habit in teenagers do not show any significant correlation (p value= 0,06). Respondent characteristics (confounding), which are significantly related to the smoking habit in teenagers, are sexual gender (p value= 0,002), environment (p value=0,004) and media (p value= 0,001). The most dominant factor influencing the functional structure in family to the smoking habit in teenagers in the family values correlation to the smoking habit after being controlled by the environment variables with ratio OR - 19,65 (> 10 %).
Based on this study, it is advisable that family?s should balance the family members role optimally and support each other within the family members. Furthermore families should raise their values by not smoking in front of the teenagers and giving them the wrong examples, having interactive communications with the teenagers regularly and involve the in decision-making process. For the headmasters, teachers, school staff do not smoke in front of the students, and the optimal the use of School Health Organization (Usaha Kesehatan Sekolah) and other extra curriculums activities. Schools can also make attractive slogans of saying no to smoking habit in teenagers. Community nurses can work together with families and authorities in optimal zing family roles and health promotion about preventions and the danger of smoking to our health.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentsia Hanum Nugroho
"ABSTRAK
Latar Belakang: rasio mahkota-akar gigi adalah merupakan kondisi gigi yang penting dalam penentuan prognosis dan rencana perawatan kedokteran gigi. Belum ada data mengenai nilai ini pada populasi di Indonesia. Tujuan: mengetahui nilai rerata rasio mahkota-akar gigi insisif, premolar, dan molar permanen pada pasien laki-laki dan perempuan di RSKGM FKG UI rentang usia 15-25 tahun. Metode: panjang akar dan tinggi mahkota diukur menggunakan modifikasi metode Lind pada 196 radiograf panoramik digital. Uji realibilitas menggunakan uji technical error of measurement. Uji hipotesis menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney U. Hasil: nilai rerata mahkota-akar gigi terbesar pada kedua jenis kelamin dijumpai pada premolar dua rahang bawah laki-laki 1:2,12, perempuan 1:2,10 dan yang terkecil pada gigi molar satu rahang atas laki-laki 1:1,50, perempuan 1:1,44 . Rasio gigi rahang bawah lebih besar dibandingkan gigi rahang atas. Tidak ditemukan perbedaan rasio bermakna antara laki-laki dan perempuan p.

ABSTRACT
Background tooth crown root ratio is one of the most important condition in determining prognosis and treatment planning in dentistry. There are no data of this value in Indonesia. Purpose to obtain the average crown root ratio value on insisive, premolar, and molar permanent teeth of male and female aged 15 25 in RSKGM FKG UI. Method root length and crown height of teeth were measured by modified Lind method on 196 digital panoramic radiographs. Reliability test was assessed by technical error of measurement test. Independent t test and Mann Whitney U test was applied to test the hipotesis. Results the highest mean crown root ratio in both arches and sex was found in mandibular second premolar male 1 2,12, female 1 2,10 and the lowest in maxillary first molar male 1 1,50, female 1 1,44 . Ratio is higher in mandibule than in maxilla. There are no significant different in ratio between male and female p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Widyastuti
"Penyakit gigi dan mulut yang menjadi masalah kesehatan masyarakat pada umumnya adalah penyakit/kelainan pada jaringan penyangga gigi (periodontal diseases) dan karies gigi. Kedua penyakit tersebut menimbulkan gangguan fungsi kunyah yang menyebabkan terganggunya penyerapan dan pencernaan makanan, selain itu juga gigi gangren (busuk) merupakan fokal infeksi yang menimbulkan penyakit pada organ tubuh lainnya. Proporsi karies pada anak sekolah di Kabupaten Bandung yaitu 56,78%. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies aktif pada anak usia 3-5 tahun yang tercatat di posyandu wilayah kerja puskesmas mohamad Ramdan di Kota Bandung. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Mei di Wilayah Kerja Puskesmas Mohammad Ramdan Kota Bandung Tahun 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan desain cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 289 orang, pengambilan sampel dilakukan dengan cara Systematic Random Sampling . Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda.
Dari hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat kebersihan mulut yang buruk berisiko 2 kali untuk mempunyai tingkat karies tinggi dibandingkan dengan responden yang mempunyai kebersihan mulut yang baik (95% CI : 1,20 - 3,33), responden yang mempunyai kebiasaan minum susu dalam botol menjelang tidur mempunyai risiko 1,74 kali untuk mempunyai tingkat karies tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai kebiasaan minum susu botol menjelang tidur (95% CI : 1,05 - 2,88), responden yang tidak mempunyai kebiasaan menyikat gigi setiap 30 menit setelah sarapan dan sebelum tidur mempunyai risiko 2,29 kali untuk mempunyai tingkat karies tinggi dibandingkan dengan responden yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi setiap 30 menit setelah sarapan dan sebelum tidur (95% CI : 1,35 - 3,88). Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi pada anak adalah perlu diadakannya program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) ditingkat pendidikan taman kanak-kanak agar pencegahan penyakit gigi dan mulut dapat dilakukan sedini mungkin.

Teeth and mouth disease became a public health problem in general is a disease / disorder in the network buffer teeth (periodontal diseases) and dental caries. Both these diseases cause disturbances that can affect chewing function of the absorption and digestion of food, while also dental gangrene (decay) is the focal infections that cause disease in other organs. The proportion of caries in school children in Bandung Regency is 56.78%. The purpose of this study was to determine the factors associated with active caries incidence in children aged 3-5 years was recorded in the working area of the neighborhood health center clinic in Bandung Mohamad Ramdan. The experiment was conducted from February to May in the Working Area Health Center Mohammad Ramdan city of Bandung in 2010. This study uses cross sectional design. The number of samples in this study as many as 289 people, sampling was done by Systematic Random Sampling. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate and multivariate analysis using multiple logistic regression.
From the results of multivariate analysis showed that respondents who had poor oral hygiene level of risk for two times to have a high level of caries compared with respondents who have good oral hygiene (95% CI: 1.20 to 3.33), respondents who have the habit of drinking milk in a bottle at bedtime had a risk 1.74 times to have a high level of caries compared with respondents who do not have the habit of drinking milk bottle at bedtime (95% CI: 1.05 to 2.88), respondents who did not have a habit of brushing teeth every 30 minutes after breakfast and before bed have 2.29 times the risk for having high levels of caries compared with respondents who have the habit of brushing teeth every 30 minutes after breakfast and before bed (95% CI: 1.35 to 3, 88). Efforts to prevent the occurrence of dental caries in children is necessary holding UKGS programs (Health Enterprises Dental School) education level, kindergarten to dental and oral disease prevention can be done as early as possible.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21795
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>