Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144957 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Binsar
"Penelitian ini berupaya menjelaskan masalah tingkah laku dalam menggunakan fasilitas kesehatan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Sint Carolus (disingkat PJPK), khususnya dalam menggunakan fasilitas rawat jalan, dengan menjadikan Teori Reasoned Action dan Teori Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen sebagai acuan teori dalam menerangkan masalah yang disoroti.
PJPK merupakan proyek perintis dalam bidang asuransi kesehatan bagi masyarakat umum, dengan cara memasyarakatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yaitu pelayanan kesehatan yang memberi perhatian seimbang terhadap upaya pengobatan dan pencegahan penyakit. Sebagai program baru, pada awalnya PJPK memulai pelayanannya dalam lingkungan sendiri, yaitu pada karyawan Pelayanan Kesehatan Sint Carolus (MSC) dan keluargannya. Namun dalam perkembangannya kemudian kepesertaan PJPK semakin meluas, sehingga bila dilihat dari status peserta, mereka dapat digolongkan pada tiga kelompok besar, yaitu kelompok peserta Sint Carolus, peserta perusahaan pelanggan dan peserta pribadi. Sedangkan bila dilihat dari status kesehatannya, mereka dapat digolongkan ke dalam kelompok sehat dan sakit.
Teori Reasoned Action dari Fishbein dan Ajzen {1975) berakar pada teori sikap, yang dalam upayanya menjelaskan tingkah laku memfokuskan perhatian pada belief, sikap dan intensi. Menurut teori ini, determinan langsung tingkah laku overt individu adalah intensinya untuk menampilkan tingkah laku tersebut. intensi menurut teori ini diramalkan melalui dua variabel utama yaitu sikap dan norma subyektif. Sikap seseorang dapat dilihat dari belief yang dimilikinya, dihubungkan dengan evaluasinya terhadap belief tersebut, sedangkan norma subyektif dapat terbentuk dari persepsi subyek tentang harapan orang lain yang dianggapnya penting (Normative Belief) dihubungkan dengan keinginannya memenuhi harapan tersebut {Motivation to Comply). Mengingat adanya keterbatasan teori ini dalam meramalkan jenis tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada dibawah kontrol individu maka untuk menyempurnakan Teori Reasoned Action, Ajzen (1988) melalui Teori Planned Behavior memperkenalkan Perceived Behavioral Control Belief (PBCB) sebagai variabel ketiga dalam meramalkan intensi, yaitu belief individu tentang sejauh mana ia mempersepsikan bahwa akan dapat mengontrol dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Belief ini berkait dengan situasi atau kondisi tertentu, yang bila dikaitkan dengan penelitian ini bisa diartikan sebagai semua kondisi yang dipersepsikan individu peserta PJPK dapat mendorong atau menghambat dirinya menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. Yang ingin diketahui dari penelitian ini ialah ingin menjelaskan masalah tingkah laku yang ditampilkan peserta berupa penggunaan fasilitas yang terlalu tinggi dibanding dengan Contact Rate Nasional, melalui pemahaman intensi mereka menggunakan fasilitas tersebut pada kelompok peserta yang berbeda, melihat korelasinya dengan tingkah laku dan mengungkap belief yang mendasarinya.
Responden penelitian ini adalah peserta PJPK dengan kriteria telah menjadi peserta sekurang-kurangnya enam bulan dan berusia delapan belas tahun ke atas. Metode sampling yang digunakan adalah quota sampling dengan memilih sampel secara random dari kelompok populasi yang dibedakan menurut status kepesertaan dan kesehatan mereka. Jumlah responden sebanyak 355 orang peserta dengan jenis kelamin dikontrol sehingga jumlah pria dan wanita seimbang. Setiap responder diminta mengisi data pribadi dan kuesioner yang merupakan instrumen penelitian untuk menggali intensi menggunakan fasilitas kesehatan pada peserta PJPK.
Hasil-hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masalah tingkah laku berupa penggunaan fasilitas PJPK yang terlalu tinggi oleh peserta, dapat dijelaskan oleh Teori Fishbein dan Ajzen. Tingginya tingkat penggunaan fasilitas pengobatan oleh peserta, karena belief mereka masih bertumpu pada pelayanan kuratif dan pemanfaatan PJPK sebagai fasilitas yang ditanggung perusahaan. Walau PJPK mempunyai program pencegahan, tetapi belief peserta tentang pencegahan baru pada tingkat evaluasi belief(EB) sedangkan pada behavior belief (BB) belum menonjol.
2. Ada beda intensi pada kelompok-kelompok penelitian yang dibedakan menurut status kesehatan dan kepesertaan mereka pada PJPK. Dilihat dari status kesehatan, intensi kelompok sehat lebih dipengaruhi sikap, sedang kelompok sakit oleh PBCD. Menurut status kepesertaan, intensi kelompok perusahaan lebih dipengaruhi sikap, kelompok pribadi oleh Norma Subyektif dan kelompok Carolus tidak konsisten (3 model penggjian berbeda).
3. Ada korelasi positif antara intensi dengan tingkah laku menggunakan fasilitas pengobatan pada peserta PJPK. Tetapi korelasi intensi dan tingkah laku menggunakan pelayanan preventif menunjukkan kecenderungan negatif. Saran untuk penggunaan hasil penelitian ini diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan preventif dengan intervensi pada belief dan perlunya penelitian lanjutan."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Kiantini
"Manajemen Penanganan Keluhan adalah suatu prosedur yang jelas dan tetap yang dengan cepat dapat mengetahui, menilai dan mengatasi segala keluhan dan permasalahan yang dirasakan oleh pelanggan. Manajemen Penanganan keluhan ini telah dilaksanakan oleh Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (PJPK) Sint Carolus. PJPK adalah salah satu lembaga yang bergerak dalam program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) yaitu suatu jaminan pelayanan kesehatan paripurna yang diperoleh seseorang setelah membayar kontribusi/iuran kepada suatu Badan Penyelenggara (Bapel) yang mengikat kontrak dan membayar praupaya (kapitasi) kepada jaringan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) berjenjang (dari pelayanan dasar sampai pelayanan spesialis) yang terjaga mutunya untuk melayani peserta tersebut. PJPK merupakan salah satu Bapel JPKM yang terbaik di DKI Jakarta. Masalah yang ditemui di PJPK adalah meningkatnya jumlah keluhan peserta yaitu 33 keluhan pada tahun 2001 menjadi 66 keluhan pada tahun 2002.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai manajemen penanganan keluhan yang dilaksanakan di PJPK. Jenis penelitian dalam studi ini adalah kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan analisis data sekunder terhadap hasil laporan manajemen penanganan keluhan di PJPK. Informan yang diambil adalah petugas PJPK yang terkait dalam penanganan keluhan di Bapel PJPK, Basis, Direktur JPKM, Ketua Perbapel dan perusahaan yang menjadi peserta PJPK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dan kualitas petugas di PJPK dalam menangani keluhan peserta masih kurang dan terbatas. Sedangkan pengetahuan dan tanggapan petugas terhadap manajemen penanganan keluhan sudah baik dan positif. Dana untuk manajemen penanganan keluhan di PJPK tidak dialokasikan secara khusus tetapi dimasukkan kedalam dana-dana rutin yang ada di PJPK. Keluhan peserta PJPK meliputi aspek keluhan administrasi dan aspek keluhan pelayanan medis. Jenis keluhan peserta ada yang sifatnya non keluhan dan keluhan murni. Pedoman/SOP yang digunakan oleh Bapel dan Basis adalah sama yaitu prosedur tetap penanganan keluhan dan form laporan keluhan peserta PJPK. Sarana dalam manajemen penanganan keluhan adalah telepon, surat, komputer, kendaraan, form-form dan kotak saran. Kebijakan Direksi untuk manajemen penanganan keluhan baik di Bapel maupun di basis belum ada. Perencanaan baik di Bapel maupun di basis sama-sama menggunakan sistem bottom up. Uraian Penanganan keluhan Bapel termuat pada uraian kerja/job diescription bagian marketing dan pelayanan, tetapi pada pelaksanaannya penanggung jawab penanganan keluhan adalah manajer pelayanan, sedangkan di basis uraian kerja dan penanggung jawab penanganan keluhan berada dibawah penanggung jawab Basis. Evaluasi untuk penanganan keluhan telah dilakukan di Bapel dalam bentuk angket dan merekapitulasi dari buku keluhan, sedangkan evaluasi di Basis belum dilaksanakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PJPK telah melaksanakan manajemen penanganan keluhan dan didalam pelaksanaannya PJPK dan basis bersama-sama menangani keluhan peserta. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ada beberapa saran yang penulis sampaikan, yaitu bagian-bagian lain agar dilibatkan dan koordinasi antar bagian agar ditingkatkan. Untuk melibatkan petugas dalam manajemen penanganan keluhan perlu ditingkatkan kualitasnya dengan pembinaan dan pelatihan. Selain itu PJPK agar lebih proaktif dalam melaksanakan penanganan keluhan, tidak hanya menunggu keluhan dari peserta saja. Untuk mengurangi keluhan yang masuk, pembinaan kepada PPK maupun penyuluhan kepada peserta agar ditingkatkan, oleh karena itu hendaknya didalam perencanaan dijadwalkan tidak hanya menangani keluhan tetapi juga kunjungan ke PPK maupun ke perusahaan dalam rangka mengatisipasi adanya keluhan dari peserta.
Daftar Bacaan : 29 (1981-2003)

Analysis Grievance Management of Participant in Health Care Insurance Program (PJPK) Sint Carolus, Jakarta 2003Grievance Management is a clear and fixed procedure to know, assess and solve quickly all of complaint and problem raised by customer. Grievance Management have been implemented by Health Care Insurance Program ( PJPK) Sint Carolus. PJPK is an Institute which runs in Public Health Care Insurance (JPKM) Program, a complete health service guarantee is obtained by someone after paying contribution 1 fee to JPKM Carrier (Bapel) which ties contract and pays the capital to the Health Services Network (PPK) mechanism (Form Basic Services to Specialist's Services). PJPK is one of the best Bapel JPKM in DKI Jakarta Province. The PJPK' problems is there are increasing complaint of participants in 2001 is 33 complaint and 2002 is 66 complaint.
Research aim to get deeper information conducted in PJPK. Research kind of this study is qualitative. Whereas the used method is through deep interview and secondary data analysis to the report result of grievance management in PJPK. The Informans are related PJPK officers of grievance in Bapel PJPK, Basis, JPKM of Directoe, Head of Perbapel and the company which become PJPK Participant.
Research result shows that the PJPK officer's quality and amount in grievance of participants are still lack and limited. Meanwhile the officers' response and knowledge to grievance management have positive and good. The fund for Grievance Management in PJPK is not allocated specifically but entered in existed routine fund in PJPK. Grievance of PJPK participant cover aspect grievance of administration and grievance of medical service. Kind of PJPK participant' complaint there is which the non complaint and complaint of purification. SOP used by Bapel and Basis are the same, Permanent procedure of Grievance and PJPK participants' complaint report form. Means of Grievance Management are telephone, letter, computer, vehicle, forms and box of idea. Management Policy of Management Grievance in Bapel and Basis don't exist yet. The planning both in Bapel and Basis use bottom-up system. Bapel Grievance description are covered in Job Description of Service and Marketing, But its Grievance Responsibility Implementation is Service Manager, Meanwhile Job Description and Grievance Responsibility is covered by Basis. Evaluation of Grievance has been conducted in Bapel I Bapel in Questionnaire shape and Recapitulate from the complaint book, Whereas Basis evaluation is not implemented yet.
So it can be concluded that PJPK has implemented Grievance Management and its implementation both PJPK and Basis handle participants' complaint. Related to the above, The writer suggests some ideas, That other departments are involved and increased inter department coordination. Involving the officers in Grievance Management, It needs to increase their qualities by training and building skill. Besides, PJPK is more proactive to implement Grievance, not also waiting for participants' complaint. Decreasing the complaint which enter the building skill to PPK and Illumination to participants in order to increase, That's why The Planning Schedule not only Grievance but also Visit to PPK and to the Companies to anticipate participants' complaint.
Reading Index : 29 ( 1981 - 2003 ).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iing Ichsan Hanafi
"ABSTRAK
Sesuai dengan dasar - dasar Pembangunan Sistem Kesehatan Nasional, upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan masyarakat. Dalam rangka hal tersebut Rumah Sakit Islam Jakarta menyelenggarakan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang disebut JPKM/Dana Sehat Takaful RSIJ, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 585/BM/DJ/BPSM/V/1996. Dalam perjalanan operasionalnya temyata mengalami peningkatan yang cukup tinggi terutama di unit rawat jalan.
Penelitian Ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik individu yang berhubungan dengan penggunaan fasilitas rawat jalan oleh peserta JPKM/Dana Sehat Takaful di Rumah Sakit Islam Jakarta.
Metode penelitian adalah cross sectional dengan memakai data sekunder, yang diambil dari data populasi peserta yang tercatat dari bulan Maret 1995 sampai dengan Oktober 1996 di bagian administrasi JPKM/Dana Sehat Takaful RSIJ. Hipotesis yang dibangun adalah adanya hubungan karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan, profesi, golongan yang berhubungan dengan penggunaan fasilitas rawat jalan oleh peserta JPKM/Dana Sehat Takaful di Rumah sakit Islam Jakarta.
Analisa data dilakukan secara univariat, bivariat dengan metode Chi- Square, analisa rata - rata kunjungan dan analisa expected kunjungan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan karakteristi jenis kelamin, umur, pendidikan, golongan berhubungan dengan penggunaan fasilitas rawat jalan, sedangkan profesi tidak berhubungan. Pada analisa selanjutnya temyata didapatkan bahwa rata - rata kunjungan perempuan menurut umur, pendidikan, profesi, dan golongan lebih tinggi dibandingkan pada laki - laki. Berdasarkan expected kunjungan perempuan dengan urnur 19 -40 tahun terbesar.
Untuk pengembangan JPKM/Dana Sehat Takaful lebih lanjut untuk dipertimbangkan karakteristik jenis kelamin, urnur, pendidikan, golongan, rata-rata kunjungan dan expected kunjungan. Sebagai langkah lanjut penelitian ini perlu ditambahkan variabel lain.

ABSTRACT
The Characteristic Relating To The Use Of Out-Patient Facilities By The Participants Of The Guarantee Of Health Care/Dana Sehat Takaful, In Rumah Sakit Islam Jakarta
In accordance with the bases of National Health System Development, health efforts become mutual responsibility between the Government and society. In the framework of it, Rumah Sakit Islam Jakarta organizes the Guarantee of Health Care called JPKM/Dana Sehat Takaful RSIJ, in accordance with the decree of Minister of Health of The Repiblic of Indonesia No.: 585/BM/DJ/BPSM/V/1996. In its operation, actually it has pointed out relatively high rise, particularly in out-patient unit.
The research has purposes to know the charaactersistic of individuals relating to the use of out-patient facilities by the participants of JPKM/Dana Sehat Takaful in Rumah Sakit Islam Jakarta.
The research methods are cross-sectional by using secondary data, taken from population data of the participants recorded from March 1995 to October 1996 in the administration section of characteristic relation of sex, age, education, profession, sicial class with the use of out-patient facilities by the participants of JPKM/Dana Sehat in rumah Sakit Islam Jakarta. Data analysis was done through the way of univariate, bivariate with Chi-Squer method, average visit analysis and expected visit analysis.
From the research results, it can be concluded that the charactersitic of sex, age, education, social class related to the use of out-patient facilities, wheras profession did not. In the next analysis actually was obtained that average visit of women according to age, education, profession and social class was higher than men. Based on expected visit, women age with the range of 19 - 40 were the highest, that is 8.55 visits.
To further developing of JPKM/Dana Sehat Takaful, it should be considered the characteristic of sex, age, education, social class, average visit and expected visit. As follow-up, the research should be added another variable.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjatur Djoko Sabardianto
"Jakarta Pusat memiliki delapan puskesmas tingkat kecamatan yang tersebar dilokasi berbeda sesuai wilayah kerjanya. Pemanfaatan jenis pelayanan di tiap puskesmas oleh pengguna jasa dipengaruhi kemudahan aksesibilitas mencakup; letak, kondisi jalan, transportasi, dan jarak. Pertimbangan lain yang menjadi alasan pengguna jasa adalah; pengetahuan jenis pelayanan, biaya pemanfaatan, dan keyakinan terhadap hasil pelayanan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aksesibilitas terhadap pemanfaatan aset ditinjau dari frekuensi kunjungan pengguna jasa ke puskesmas. Disamping itu juga menganalisis alasan pengguna jasa mencakup ; pengetahuan jenis pelayanan, biaya pemanfaatan dan keyakinan hasil pelayanan yang berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta Pusat. Dengan menggunakan metode survei, analisis regresi ordinal logistic, dan crosstabs-correlation terhadap data primer yang bersumber dari 169 pengguna jasa puskesmas sebagai responden diharapkan dapat dianalisis secara mendalam pengaruh yang ingin diteliti tersebut. Analisis dilakukan dengan dukungan data sekunder yang didapat melalui observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa :
1. Terdapat pengaruh aksesibilitas terhadap pemanfaatan jenis pelayanan ditinjau dari frekuensi kunjungan pengguna jasa pada puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta Pusat. Tingkat signifikansi sebesar Nilai Sig. Pearson 0,125 > 0,05 dan koefisien determinasi (R-Square Nagelkerke) sebesar 0,043 2. Terdapat pengaruh pengetahuan jenis pelayanan, biaya pemanfaatan, terhadap terhadap pemanfaatan puskesmas. Namun tidak terdapat pengaruh antara keyakinan hasil pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas ditinjau dari frekuensi kunjungan pengguna jasa pada puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.
Implikasi penting terhadap hasil penelitian adalah puskesmas dalam sudut pandang manajemen fasilitas/aset yang memiliki kinerja finansial, kinerja fungsi, dan kinerja fisik yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang sesuai dengan kebutuhan internal organisasi dan masyarakat sebagai pengguna jasa.

Jakarta Pusat has eights District Community Health Center (CHC) that?s spread in different location suitable. Customers who want to get health service at CHC have been influenced by accessibility (place, street condition, transportation, and distance). The other considerations are knowledge of variety services, service costs, and certainty of service results.
The aim of this Research is to analyze the effect of accessibility in assets utilization base on customer visit frequencies and that its to know the correlation among customer reasons and utilization of District CHC at Jakarta Pusat. Using the survey methods : regretion ordinal logistic analyzed, and rosstabscorrelation towards primary data from 169 responds as customer. Its been expected to analyze profuonly about the effect of those variables. This analyze is support by secondary data from observation and documentation study. The research outcome revealed :
1. There is an influence between accessibility and utilization of health facility by customer in District Community Health Center at Jakarta Pusat with 0,125>0,05 level of signification (Sig. Pearson) and 0,043 coefisien of determination (R-Square Nagelkerke).
2. There is an influence among knowledge of variety services and service costs inside utilization of health facility by customer in District Community Health Center at Jakarta Pusat. Though, there is no influence between certainty of service result in that facility.
There is an important implication about the research outcome. From the asset management and facility management perspective, District Community Health Center have financial performance, functional performance, and physical performance that can be developed for further future. Compatible with the citizen needs as customer."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 307.76 / 2008 (12)
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Torang Panyusunan
"ABSTRAK
Disadari sebagian besar peralatan kesehatan belum dapat diproduksi dalam negeri terutama untuk peralatan yang berteknologi tinggi, hal inilah yang membuat peralatan yang digunakan oleh Rumah Sakit harus dalam keadaan siap pakai dengan dilakukan pemeliharaan pencegahan. Banyaknya peralatan kesehatan yang beredar dipasaran dari berbagai merk dan berbagai tipe perlu dilakukan penyeragaman pemeriksaan dan pemeliharaan agar didapat hasil yang optimal.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang pemeliharaan pencegahan yang selama ini dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam hal pemeliharaan peralatan kesehatan. Data diambil periode waktu 1995 - 1996, kemudian dilihat untuk beberapa peralatan yaitu Infusion Pump, ECG, Servo Ventilator, bagaimana peralatan dilakukan pemeliharaan dan bagaimana seharusnya peralatan harus diperlakukan.
Dari Penelitian ini didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan pencegahan dilakukan oleh pihak ketiga tetapi kreteria pemeriksaan tidak dilakukan menyeluruh dikarenakan formulir yang dibuat hanya menyangkut pemeriksaan mekanik, elektronik, dan elektrik. Dalam kontrak harus dibuat jelas berapa kali kunjungan dalam sebulan dan apa raja yang hams dilakukan untuk setiap alat. Formulir yang digunakan mengacu tabel 7.1, 7.2, dan 7.3.
2. Keterbatasan dana, tenaga, dan sarana perlu diperlukan perhitungan jadwal pemeliharaan atas dasar fungsi, faktor resiko dan kebutuhan akan pemeliharaan, agar alat betul-betul dapat terpelihara dengan baik dan tidak mengganggu pelayanan.
3. Pemeliharaan peralatan teknologi tinggi sebaiknya dilakukan oleh sole agent untuk mempertahankan peralatan dari waktu tidak terpakai cukup lama dan terjaminnya ketersediaan suku cadang.
Disarankan seluruh rekaman pemeliharaan dicatat dalam formulir pemeliharaan dan Log book peralatan, ditempatkan dekat alat serta di Sub. Instalasi Elektromedik agar sejarah alat dapat diketahui dengan jelas.

ABSTRACT
It is realized the most of medical tools have not been made in the country, especially for the hi-tech medical tools, that is why the tools used in the hospitals must be ready to use by conducting a preventive maintenance.
The high number of medical tools distributed in the markets in different marks and types need to standardize in their examination and maintenance in order to get an optimal result.
The goal of the research is to obtain an illustration of the preventive maintenance implemented at the hospitals in the recent days.
The research is conducted by collecting secondary data and observation in the activities where the tools maintained. The data obtained from 1995-1996, then some tools such as Infusion Pump, EGG, Servo Ventilator, are observed to know how to maintain the tools and how to treat them properly.
From the research may be concluded as follows :
1. The preventive maintenance conducted by the third sided persons while the criterions of maintenance are not integrally conducted due to the constructed forms are only about mechanical, electronical, and electrical maintenance. It must be clearly made in the contract how many visits conducted in a month and what must be treated to the tools. The forms applied refer to the tables : 7.1, 7.2, and 7.3.
2. The limited money, man power, and facilities need to consider , besides maintaining schedule based on the function , factors of risks and the necessities of maintenance, so that the tools are really safe in a good condition and they do not distube service activities.
3. The maintenance of hi-tech tools should be conducted by sole agents to endure them when they will use in a long time , and to ensure their spare-parts are available.
It is suggested that all maintaining activities recorded in a maintaining form and in a Log book. They are placed next to the tools and to the Subdivision of Electromedical installation so that we know the recordings clearly.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarjono
"Pada era globalisasi dan persaingan dalam bidang pelayanan kesehatan, pusat pelayanan kesehatan dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan termasuk Pusat Pelayanan Kesehatan Yayasan Masyarakat Sehat Kotamadya Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Yayasan Masyarakat Sehat Kotamadya Bandung Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang untuk kuantitatif dan analisis isi untuk kualitatif. Jumlah responden sebesar 303 orang, dan jumlah informan sebesar 18 orang.
Faktor-faktor yang diteliti meliputi faktor pemudah, faktor penunjang dan faktor penguat.
Untuk faktor pemudah meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, persepsi, pengetahuan dan kebiasaan, untuk faktor penunjang meliputi variabel jarak tempuh, waktu tunggu dan ketersediaan sarana pelayanan dan faktor penguat adalah variabel sikap dan perilaku petugas.
Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat untuk melihat gambaran deskriptif dan analisis uji Chi Square untuk melihat bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang ada pada peserta dana sehat dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di YMS bagi peserta dana sehat yakni umur, pekerjaan dan pendidikan, sedangkan variabel-variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan meliputi pengetahuan, persepsi, kebiasaan, waktu tunggu, jarak tempuh, sikap dan perilaku petugas.
Secara kualitatif, pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta dana sehat menggambarkan besarnya motivasi masyarakat untuk menggunakan pelayanan kesehatan di YMS.
Penelitian ini menyarakan agar pengurus dan peserta dana sehat dapat lebih meningkatkan lagi peranannya dalam promosi kesehatan yang bukan hanya kuratif.

The Factors which Related with Using Facility Health Service Health Foundation by Fund Member in BandungIn globalization Era and competition with health service, health service center would improve the quality of health service including Health Center Foundation Bandung.
The research had a goal how to get description of the factors which related using health service center in Health Center Foundation in Bandung West Java Province.
The research used Cross Sectional design for quantitative method and content analysis for qualitative. The sum of respondents were 303 persons, and the sum of informant were 18 persons.
The factors which had been researched involved predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors. Predisposing factors involved age, education level, occupation, perception, knowledge and habit. For enabling factors involved waiting time, health service facility and spacing transport_ For reinforcing factors involved attitude and provider behavior.
Statistic analysis used one variable (univariat) to describe about description, Chi Square analysis would have being see the related between the factors in individuals health fund member with health service center.
Result of research shown no relationship between age, occupation, education level, while knowledge, perception, habit, waiting time, spacing transport, attitude and provider behavior had relationship.
By the qualitative, using of health center for respondent had described a great motivation to use health center in Health Center Foundation Bandung.
The research recommended for committee and respondents as member of health fund to improve their function in health promotion not only curative."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T9263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Permani
"Sebagai institusi penyelenggara pelatihan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Departemen Kesehatan RI bertanggung jawab terhadap mutu yang berhubungan dengan pelayanan teknis pelatihan dan pelayanan penunjang pelatihan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, Tingkat pemanfaatan asrama dapat digunakan untuk menilai mutu pelayanan karena merupakan salah satu indikator outcome, ternyata masih rendah yaitu 32,8% pada tahun 1999/2000 dan cenderung menurun menjadi 29,17% pada tahun 2000 (Profil Pusdiklat Kesehatan Depkes tahun 2000).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kepuasan peserta pelatihan terhadap pelayanan Pusdiklat Kesehatan Depkes RI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan. Rancangan studi yang digunakan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 109 orang. Pengumpulan data dengan survai kepuasan pelanggan menggunakan data primer, penilaian kepuasan dengan cara derived satisfaction. Responden adalah peserta yang mengikuti pelatihan dan menginap selama 3 hari, berasal dari instansi Depkes, instansi Pemerintah non Depkes, dap Swasta. Dmmensi mutu yang digunakan untuk menilai kepuasan terdiri dari dimensi keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), dan berwujud (tangible). Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner yang berisi 40 butir pernyataan tentang harapan dan kenyataan yang dinilai dengan skala liken, penilaian kepuasan dengan membandingkan antara kenyataan yang dialami dengan harapan yang diinginkan. Tempat penelitian dilaksanakan di Pusdiklat Kesehatan Depkes RI pada periode Januari sampai dengan April 2002.
Hasil peneltian, dari 109 orang peserta pelatihan didapatkan 24 % puas dan 76 % tidak puas. Karakteristik individu didapatkan rata-rata umur peserta 44,79 tahun, peserta terbanyak laid-laid (58,7 %), pendidikan terbanyak pendidikan tinggi (77 %), sebagian besar memiliki 2 orang anak (56 %) dan rata-rata masa kerja 20 tahun. Kepuasan pada tiap dimensi yang terendah pada dimensi reliability (25,7 %) dan kepuasan yang tertinggi pada dimensi empathy (55 %). Kepuasan pada flap ruangan didapatkan yang terendah di ruang depan (36,7 %) dan kepuasan yang tertinggi di ruang makan (44 %) Rata-rata tingkat kepuasan pads faktor yang mempengaruhi kepuasan pada semua dimensi mutu layanan adalah 91 %, yang terendah pada dimensi reliability yaitu 88 % dan yang paling tinggi pada dimensi empathy (96 %).Kesenjangan yang tertinggi pada dimensi reliability dan dimensi responsiveness. Dan 5 variabel yang diteliti hanya satu variabel yang berhubungan dengan kepuasan, vaitu variabel pendidikan.
Kesimpulan, secara umum kepuasan masih rendah, menunjukkan kinerja masih di bawah harapan. Disarankan agar pemegang kebijakan di Pusdiklat Kesehatan Depkes R1, menetapkan standar mutu pelayanan, memberikan kesempatan kepada semua petugas yang berhubungan langsung dengan pelanggan untuk mengikuti pelatihan dalam bidang customer service. melengkapi sarana dan prasarana sesuai harapan peserta, serta melakukan pemantauan terhadap mutu pelayanan. Selain itu, petugas yang berhubungan langsung dengan pelanggan diharapkan agar melaksanakan pelayanan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, meningkatkan keterampilan dalam bidang customer service, melakukan evaluasi pelatihan dengan menggunakan forrnulir yang teiah disesuaikan dengan dimensi mutu layanan, memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan terutama reliability dan responsiveness karena memiliki kepuasan yang paling rendah, memiliki kesenjangan yang paling tinggi dan memiliki rata-rata tingkat kepuasan yang paling rendah. Prioritas utama yang harus ditingkatkan adalah mengganti alat tenun seperti sprei secara teratur, menyiapkan alat bantu pelatihan, serta menjaga kebersihan dan kerapihan kamar mandi.
Peneliti lain yang berminat, diharapkan dapat mengembangkan penelitian tentang kepuasan pada dimensi mutu yang lain, responden adalah semua pelanggan termasuk pelanggan internal.
Daftar bacaan 34 (1980-2001)

Factors Which Related With Trainees Satisfaction Regarding Centre For Education and Training Health Supporting Services, Ministry of Health , The Republic of Indonesia, Year 2002As a training organizer institution, Center of Education and Training Health (known as Pusdiklatkes). Ministry of Health, the Republic of Indonesia has a responsible to the quality of training technical services and training supported services that oriented to customer satisfaction, Boarding house merits level can be used to evaluate quality because it is an out come indicator, unfortunately still low which is 32,8 % in the year of 1999/2000 and declining to 29,17 % in the year of 2000 (Pusdikiat Profile, year 2000).
The aim of this study was to get descrption illustration of trainee's satisfaction regarding Pusdiklatkes services and factors which are related with it. The study design was cross sectional with a quantitative approach and I09-sample size. Customer satisfaction data collection used primer data and derived satisfaction method for evaluating the satisfaction. The respondents were trainee's who stay 3 days or more, from Ministry of Health instance, other Government's instances and private. Quality dimensions, which used to evaluate the satisfaction, were reliability, responsiveness, assurance, emphaty and tangible. The data that had been collected ware primer data using questioner containing 40 certain element about expectation and performance which evaluated by Likert scale, satisfaction evaluating by comparing the performance that happen with the longing expectation. Study site conducted in Pusdiklatkes in the period of January to April 2002.
Study result, from 109 trainees, 24% satisfied and 76% dissatisfied. Individual characteristic that are trainees average age were 44,79% years old, majority were male trainees (58,7%), greatest education were high level education (77%), most of them had 2 children (56%) and had an average working experience about 20 years. The satisfaction of each dimension, reliability was the Iowest (25,7%) and the highest satisfaction was in empathy (55%). The satisfaction in each room, the lowest was in the front room (36,7%) and the highest was in the dining room (44%). The satisfaction average level with the factors which influences the satisfaction in all quality services dimensions was 91% the lowest in reliability which was 88% and the highest in empathy dimension (96%). The highest divergence was between reliability and responsiveness. Among 5 variable, only 1 variable that had relationship with satisfaction, which was education variable.
Conclusion, in general the satisfaction is still low, pointed that the appraisal were still unexpected. It is suggested that stakeholders in Pusdiklatkes define the deliver quality services standard and give chances to a all staff which interacted directly with the customer to joint a training in customers services, complete the equipment and provising according to trainees expectation, and monitored the quality services. Beside that, staff which directly contacted with the customer have to deliver the services appropriate with the define procedures, improving skills in customer services used the evaluation form with the quality dimension. Pay attention to factors which influences the satisfaction, especially reliability and responsiveness because those were the lowest average level satisfaction, the highest divergence and the lowest average level of appropriateness. The main priority, which has to be improved, is to change the weaving-room such as bed sheet regularly, provide training supporting equipment and prevent bathroom/toilet hygiene and neatness.
Refferences: 34 (1980-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Karmali Ruslim
"Peralatan biomedis adalah perlengkapan yang menjadi salah satu unsur penting penunjang mutu pelayanan rumah sakit untuk memberikan pelayanan medis yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Agar dapat berfungsi secara optimal, memberikan kepuasan waktu dan manfaat kepada pasien, dan dapat dipakai untuk jangka waktu cukup lama, serta selalu berada dalam kondisi siap pakai, maka peralatan biomedis harus mendapat perlakuan khusus, mengingat biaya untuk pengadaan alat biomedis selalu meningkat sesuai dengan kemajuan ilmu serta teknologi kedokteran dan perkembangan inflasi. Perlakuan khusus terhadap alat biomedis, sudah dimulai sejak awal perencanaan pengadaan alat, meliputi berbagai tindakan antara lain ; Pengoperasian, Pemeliharaan rutin, dan Pemeliharaan pencegahan yang didasarkan pada kegiatan inspeksi/pemeriksaan berkala; dengan tujuan agar alat terhindar dari kerusakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran peranan faktor-faktor : Pengoperasian dan Pemeliharaan rutin yang dilakukan oleh operator, faktor Pemeliharaan pencegahan yang dilakukan oleh teknisi alat, faktor-faktor Frekuensi pemakaian, Usia alat dan Jumlah operator ; terhadap terjadinya kerusakan alat. Penelitian ini merusakan penelitian analitis yang dilakukan terhadap 142 alat biomedis dari 20 rumah sakit umum kelas C yang berada di wilayah DKI Jakarta. Sebagai unit analisa diambil tujuh jenis peralatan biomedis, yakni : Rontgen, USG, EKG, Fotometer, Inkubator, Diatermi dan Mesin anestesi; Dilakukan dengan mengadakan wawancara kepada pimpinan rumah sakit, kepala unit/ruang, operator dan teknisi alat. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa prosentase, Uji chi-square, dan analisa regresi linier berganda.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor yang paling berperan pada kerusakan alat adalah usia alat; karena setiap usia alat bertambah satu tahun, akan menambah kerusakan sebesar 0,6 kali, sehingga makin tua alat makin besar kemungkinan terjadinya kerusakan. Terdapat pula kecenderungan bahwa alat yang dioperasikan oleh satu orang operator kemungkinan terjadinya kerusakan alat biomedis lebih sedikit dibandingkan dengan alat yang dioperasikan oleh lebih dari satu orang operator.
Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah Operator yang berpendidikan akademis cenderung mengoperasikan alat dengan prosedur yang lebih baik. Operator yang mendapat latihan yang baik, akan mengoperasikan dan melakukan pemeliharaan rutin dengan baik. Makin baik pengetahuan operator akan makin baik Pula pemeliharaan rutin. Dengan anggaran pemeliharaan biomedis yang besar, ada kecenderungan kemungkinan terjadinya kerusakan alat biomedis lebih sedikit.
Pada penelitian ini juga ditemui bahwa belum seorangpun teknisi alat yang sepenuhnya melaksanakan pemeliharaan pencegahan, dan sebagian besar rumah sakit umum kelas C di DKI Jakarta belum mempunyai teknisi alat, karena teknisi lulusan ATEM masih belum dikenal secara luas.
Deberapa saran bagi pimpinan rumah sakit, ATEM, dan instansi pemilik rumah sakit antara lain : Pada alat yang telah berusia 6 tahun tindakan pengoperasian agar dilakukan lebih hati-hati, dan kalau mungkin melakukan peremajaan; pemberian latihan yang baik kepada operator dan teknisi alat oleh distributor, lebih menggiatkan pengenalan lembaga pendidikan ATEM dan lulusannya kepada para pimpinan rumah sakit, perlunya penggalakkan program pemeliharaan pencegahan, penunjukkan jumlah operator minimal untuk setiap alat, dan meninjau kebijakan penggunaan anggaran pemeliharaan."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Prakoso
"Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan di Provinsi Papua Barat tahun 2019 hanya mencapai 55,39% dan merupakan salah satu provinsi dengan angka cakupan terendah di Indonesia. Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional Kementerian Kesehatan, yakni 85%. Rendahnya cakupan persalinan di fasilitas kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bervariasi di setiap kabupaten/kota Provinsi Papua Barat. Analisis spasial dilakukan untuk melihat sebaran cakupan beserta faktor-faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi cakupan tersebut dan untuk melihat korelasi antara faktor determinan dengan angka cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekologi yang menggunakan pendekatan analisis spasial dan korelasi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari situs jaringan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dan Badan Pusat Stastistika. Hasil analisis spasial menunjukkan ada 8 kabupaten/kota memiliki nilai tinggi, 3 kabupaten memiliki nilai sedang, dan 2 kabupaten memiliki nilai rendah. Analisis korelasi menunjukkan bahwa IPM, rasio tenaga kesehatan, dan rasio fasilitas kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian lebih lanjut memerlukan faktor yang lebih spesifik atau menggali lebih dalam faktor yang telah diteliti di Provinsi Papua Barat.

The coverage of deliveries at health facilities in West Papua Province in 2019 only reached 55.39% and is one of the provinces with the lowest coverage rates in Indonesia. This coverage figure is still far from the national target of the Ministry of Health, which is 85%. The low coverage of deliveries in health facilities can be caused by several factors that vary in each district/city of West Papua Province. Spatial analysis was carried out to see the distribution of coverage along with the factors that might affect the coverage and to see the correlation between the determinant factors and the number of delivery coverage in health facilities. This research is ecology research that uses a spatial analysis approach and correlation. The data used is secondary data from the website of the Ministry of Health, the West Papua Provincial Health Office, and the Central Statistics Agency. The results of the spatial analysis show that there are 8 districts/cities with high scores, 3 districts with moderate scores, and 2 districts with low scores. Correlation analysis shows that HDI, ratio of health workers, and ratio of health facilities have no significant relationship to the coverage of deliveries in health facilities. Further research requires more specific factors or digging deeper into the factors that have been studied in West Papua Province."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yansyah Nawawi
"Tujuan diterbitkannya Buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah tersedianya data informasi yang tepat, akurat dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota oleh Pejabat Struktural pada Dinas Kesehatan Kabupatenl Kota di Propinsi Bengkulu, dan hubungan antara karakteristik individu Pejabat Struktural dan karakteristik organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan pemanfaatan Profil Kesehatan Kabupaten Kota di Propinsi Bengkulu.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan cross sectional deskriptif dengan pendekatan kuantitatif Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan sebagai responder adalah 92 orang Pejabat Struktural Eselon IV dan Eselon V Dinas Kesehatan Kabupatenl Kota pada 4 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Bengkulu. Pengolahan dan analisis data baik analisis univariat, bivariat maupun multivariat menggunakan Program SPSS versi 9.0. Analisa bivariat dilakukan dengan analisa Korelasi "Pearson" dan Koefisien "Kendal Tau". Sedangkan analisa multivariat menggunakan analisa Regresi Berganda dengan metode "Backward".
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel bebas yang dipelajari, 7 variabel mempunyai hubungan bermakna (p<0,05) dengan pemanfaatan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai variabel terikat. Ketujuh variabel tersebut adalah tingkat pendidikan (r= 0,358), jabatan (1-0,351), persepsi (r---0,490), kebiasaan bekerja (r=0,514), kebutuhan data/ informasi (r),571), ketersediaan data/informasi pada program/unit kerja (r=0,259) dan kemudahan akses (r=0,466). Hasil analisa multivariat menunjukkan 4 variabel sebagai prediktor pemanfaatan Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota, yaitu, jabatan ( B=1,391), tingkat pendidikan (B=0,253), persepsi (B=0,181) dan kebutuhan data/informasi (B= 0,253).
Dalam rangka peningkatan pemanfaatan Profil Kesehatan kabupaten/Kota perlu diupayakan beberapa hal yaitu peningkatan kualitas data/ informasi melalui peningkatan kinerja tim penyusun, pendistribusian buku Profil Kesehatan sampai ketingkat pejabat eselon V dan pemenuhan persyaratan minimal tingkat pendidikan pejabat struktural.
Daftar bacaan : 33 (1983-2000)

Analysis of Health District Profile Utilization by Structural Personnel at Health District Offices in Bengkulu Province, 2000
Health Profile of District aim to provide data or information which are accurate, en time and appropriate to needs of improving health management capability providing health programme effectively and efficiently.
This Study has objectives to describe the reports utilization by structural personel and to determine correlation between invidual characteristics and organization characteristics with the utilization Health Profile report of Health District Offices in Bengkulu Province.
This study used Cross Sectional design. Data Collection used questionnaire with 92 respondents of "eselon IV and V" at District Health Offices. Data is analyzed using univariate; bivariate and multivariate analysis with SPSS Software version 9.0. For bivariate analysis Pearson Correlation and Kendal Tau was used. As for multivariate, multiple regression with backward method was used.
Bivariate analysis show that from 9 independent variables, 7 of them have significant correlation with Health Profile Reports of District utilization. Those variables are educational level, job position, perception, work customary, data or information need, data or information availability in program and easy accessibility to Health Profile Reports of District.
Multivariate analysis result shows that independent variables are predictors for the reports utilization. The variables are educational level, job position, perception and data or information need.
To increase Health District Profile utilization, several efforts below should be conducted :
- to increase data/information quality through increasing teamwork performance, - to distribute Health Profile Book to "eselon V personels"
- to fullf ll minimum education level for structural personels.
References : 33 (1983-2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T5154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>