Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nangoy, Eddy
"Ruang lingkup dan Cara penelitian: Jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta menunjukkan peningkatan, hal ini bisa dilihat dari data Polda Metro Jaya serta sering terjadi kemacetan lalu lintas yang mengakibatkan peningkatan jumlah gas buang kendaraan bermotor dimana ini diduga dapat mempengaruhi kesehatan khususnya paru. Penelitian dilakukan secara 'Cross Sectional' yang bertujuan untuk mengamati pengaruh gas buang dan debu terhadap fungsi paru pada karyawan Perum PPD. Awak bis dianggap mengalami pajanan tinggi sedangkan staf mengalami pajanan rendah. Untuk membuktikan pajanan tinggi dan rendah dilakukan pengukuran udara ruang kerja melalui 4 parameter bahan iritan paru yaitu SO2, NO2, ozon dan partikulat.
Sedangkan untuk melihat pengaruh terhadap paru dilakukan penelitian terhadap 145 responder dengan menggunakan kuesioner, pengukuran fungsi paru dengan alat ukur spirometer serta foto toraks.
Hasil dan kesimpulan : Hasil menunjukkan perbedaan sangat bermakna nilai rata-rata kadar S021 NO2, ozon dan partikulat selama 4 hari pengukuran dalam ruang kerja di dalam bis kota yang sedang aktif mengangkut penumpang dan di dalam ruang kerja kantor (P<0,01). Hasil pengukuran fungsi paru berupa FVC, % Pred FVC, FEV1, FEV1 %, PEFR serta interpretasi spirometri menunjukkan perbedaan bermakna (P<0,05) antara mereka yang mengalami pajanan tinggi (awak bis) dan pajanan rendah (staf), demikian juga dengan kejadian bronkitis kronis dan kelainan yang didapat dari pemeriksaan foto toraks."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Puspadewi
"Program Pembangunan Daerah Kota Tangerang bertujuan mengembangkan Kota Tangerang menjadi sebuah kota Industri, Perdagangan dan Pemukiman. Pengembangan ini membawa dampak antara lain pencemaran udara oleh timah hitam (timbal) dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Ini sudah menjadi kenyataan dengan hasil pengukuran oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang mendapatkan kadar timbal dalam udara ambien dan dalam darah anak usia sekolah sudah melebihi nilai Ambang Batas.
Pemerintah Daerah Kota Tangerang walaupun mempunyai Visi, Misi dan Rencana Strategis sebagai pedoman arah pembangunan dan pengembangan wilayah sampai dengan tahun 2006, ternyata belum mempunyai rencana strategis untuk menanggulangi pencemaran udara oleh timah hitam yang sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan suatu rencana strategis penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan masyarakat dalam kurun waktu 5 tahun antara tahun 2004-2008. Adapun desain penelitian yang digunakan penelitian operasional dengan analisa kuantitatif dan kualitatif.
Data tentang faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap posisi Pemda Kota Tangerang dalam menanggulangi pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor diperoleh dari data sekunder dan wawancara mendalam. Data yang terkumpul dibahas dalam Consensus Decision Making Group (CDMG) yang terdiri dari para pejabat Pemda Kota Tangerang yang terkait dan dilakukan analisa lingkungan (SWOT analisis), Kemudian tahap berikutnya (matching stage), CDMG melakukan analisis dengan TOWS Matriks dan IE Matriks, yang menyimpulkan bahwa dalam penanggulangan pencemaran udara (timah hitam), Pemda Kota Tangerang berada pada posisi Hold and Maintain dengan strategi utama Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk.
Dari berbagai altematif strategi yang dapat difikirkan melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dapat diidentifikasi strategi-strategi yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan, dan disusun dalam suatu rencana program kerja penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) untuk jangka waktu 5 tahun ke depan.

Strategic Planning to Overcome Air Pollution by Lead from the Exhaust of Motor Vehicles as a Health Hazard to the Population of the City of Tangerang, year 2004-2008The Regional Development Program of the City of Tangerang envisions Tangerang to develop into an industrial, commercial and residential city. This development brings the implication of air pollution by lead originating from the exhaust of motor vehicles. This implication has become a reality, as proven by measurements carried out by the City of Tangerang Health Service, which shows the concentration of lead in ambient air and in the blood of school age children above normal limits.
Although the government of the City of Tangerang already has vision and mission statements, and a strategic plan as a course of regional development up to year 2006, it has no strategic plan to overcome the effects of air pollution by lead as a public health problem.
This research is carried out to analyze factors affecting the making of a strategic plan to overcome the effects of air pollution by lead for a five year period from 2004 to 2008. The research design used is an operational research with quantitative and qualitative analysis.
Data about the external and internal factors affecting the position of the government of the City of Tangerang to overcome the effects of air pollution by lead was obtained from secondary data and in depth interviews. Data thus obtained was discussed by a Consensus Decision Making Group (CDMG) of city government officials involved in environmental issues, then analyzed using the method of SWOT analysis. Further in the matching stage, the CDMG converts the data into TOWS and IE Matrices respectively, with the resulting conclusion in regard to overcoming the effects of air pollution by lead, the City of Tangerang is in a "Hold and Maintain" position with the main strategies of Market Penetration and Product Development.
From various alternative strategies formulated through Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), strategies most feasible to implement are adopted as a working plan to overcome the effects of air pollution by lead for the future 5 year period.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cysca madona
"DKI Jakarta memiliki luas wilayah sekitar 650 km2 termasuk Kepulauan Seribu. Laju penambahan penduduknya sebesar 4,2% per tahun, sedangkan laju pertambahan kendaraannya mencapai 15% pertahun. Hal ini menyebabkan padatnya lalu Iintas dan mengakibatkan penurunan kualitas udara atau dengan kata lain tingkat pencemaran udara di Jakarta sudah mencapai tingkat yang membahayakan. Dari data yang tersedia diketahui bahwa hampir 100% gas CO, 90% HC dan 73,4% NOx yang tersebar di udara Jakarta berasal dari gas buang kendaraan bermotor. Untuk ini telah terdapat sejumlah upaya-upaya penurunan emisi gas buang kendaraan bermotor, seperti peniadaan timbal di dalam bensin, pengurangan penggunaan TEL di dalam bensin, pengembangan penggunaan bahan bakar alternatif selain bahan bakar fosil, serta serangkaian kebijakan pemerintah. Apapun bentuk upaya tersebut harus dilakukan secara sinambung dan sinkron, karena penurunan emisi tersebut tidak bisa dengan hanya menggunakan salah satu kebijakan saja. Faktor yang paling penting dan mendasar dalam hal ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya pencemaran udara sehingga akan menumbuhkan kesadaran masyarakat."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T21084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikha Muliawati
"Telah dilakukan sintesis katalis komposit yang dapat mengeliminasi polutan gas buang kendaraan yaitu CO, NOx, dan HC secara simultan, sehingga bias diaplikasikan sebagai masker. Komposit yang terdiri dari Titanium Dioksida (TiO2), Karbon Aktif (AC), dan Zeolit Alam Lampung (ZAL), dibuat dengan metode mechanical mixturing, kemudian di-coating ke aluminium foil dan serat nanas. Didapatkan komposisi terbaik untuk mengeliminasi polutan adalah TiO210%-AC8,2%-ZAL81,8%. Namun, komposisi tersebut bukanlah komposisi optimal karena komposit tetap dapat mengeliminasi polutan dengan baik pada komposisi berapapun dengan mekanisme eliminasi dominan tergantung komposisinya. Didapatkan juga bahwa kinerja komposit dengan berat 10 g lebih efektif dibanding 6,7 g. Semakin banyak konsentrasi awal polutan juga membuat laju eliminasi polutan semakin besar.

Composite catalysts has been synthesized to eliminate vehicle exhaust gas pollutant such as CO, NOx, and HC simultaneously, so that it can be applied as a mask. Composite consisting of Titanium Oxide (TiO2), Active Carbon (AC), and Lampung Natural Zeolite (ZAL), created by mechanical mixturing method, then coated to aluminum foil and pineapple leaf fiber. It was found the best composition to eliminate the pollutant is TiO210%-AC8,2%-ZAL81,8%. However, the composition is not optimal because the composite composition can still eliminate pollutants by whatever its composition regardless of the dominant elimination mechanism depends on its composition. It also was found that the performance of the composite with a weight of 10 g is more effective than 6.7 g. The more the initial concentration of pollutants also create a greater rate of elimination of pollutants.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S180
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Charles J.
"Sejumlah tenaga kerja yang selama paling sedikit 5½ jam sehari, 5 hari seminggu dan telah berlangsung hingga 4 tahun, telah menghirup udara lingkungan kerja yang mengandung gas ammonia. Keadaan seperti inilah yang telah diamati oleh peneliti di pabrik ammonia urea dari perusahaan PT. PUPUK KALTIM yang berlokasi di Bontang, Propinsi Kalimantan Timur. Hal yang sama dialami oleh karyawan lain di pabrik sejenis dengan kadar dan waktu pemaparan yang berbeda-beda. Para pekerja gelisah akan kemungkinan rusaknya paru mereka, sehingga sering mengganggu pikiran mereka sewaktu melaksanakan tugasnya. Walaupun lama kelamaan dengan berjalannya waktu, para pekerja telah "menerima" lingkungan kerja yang demikian, namun kegelisahan itu sewaktu-waktu dapat muncul kembali.
Kecelakaan akibat tumpahnya ammonia cair atau bocornya gas ammonia telah pernah dilaporkan, namun akibat lebih lanjut dari peristiwa itu belum pernah dilaporkan. Gangguan organ pernafasan akibat gas ammonia lingkungan kerja sangat sedikit didokumentasikan dan penelitian ke arah ini masih jarang. Walaupun para ahli dan pengawas kesehatan kerja dapat menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) secara umum, namun disadari bahwa NAB tersebut dari waktu ke waktu selalu ditinjau kembali. Ini disebabkan pengertian gangguan kesehatan semakin sensitif dan spesifik sebagai konsekuensi berkembangnya tuntutan "sejahtera" dari manusia beradab.
Untuk itu perlu diselidiki bagaimana hubungan antara pemaparan gas ammonia dan kesehatan tubuh tenaga kerja. Untuk kesempatan kali ini penulis meneliti hubungannya dengan fungsi paru. Disadari bahwa kebanyakan tenaga kerja Indonesia umumnya dan tenaga kerja pabrik ini khususnya, belum dapat lepas dari kebiasaan merokok. Untuk mendapatkan pengaruh gas ammonia yang "murni", maka para perokok
Untuk lebih memastikan tingkat kaitan antara udara lingkungan kerja yang mengandung gas ammonia dan fungsi paru maka perlu dilakukan penyelidikan serupa di pabrik sejenis di luar pabrik PT. PUPUK KALTIM yaitu pabrik PT. PUPUK KUJANG. Keterbatasan waktu menyebabkan pengumpulan data dicukupkan hanya pada kedua perusahaan ini. Berbagai alat pengukur telah dipelajari. Dari alat-alat yang tersedia, selanjutnya dipilih yang terbaik yaitu spektrofotometer untuk analisis gas ammonia dan spiro meter untuk mengukur fungsi paru."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jevon Radytia
"Sektor transportasi merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Keberadaan kendaraan, terkhusus kendaraan bermotor dapat mempersingkat waktu tempuh sebuah perjalanan. Namun karena banyaknya jumlah kendaraan yang diproduksi, kerap kali kendaraan-kendaraan tersebut menyebabkan terjadinya kemacetan di berbagai ruas jalan, tidak terkecuali jalan tol.
Jalan tol merupakan jalan yang dibuat khusus untuk kendaraan beroda empat atau lebih. Sistem transaksi tiket pada pintu tol mengkondisikan kendaraan untuk berhenti. Pada saat volume kendaraan sedang dalam keadaan tinggi, tidak jarang pintu tol ini menjadi area kemacetan. Dampak buruk yang diakibatkan kemacetan tersebut adalah penurunan kualitas udara. Pekerja pengumpul tol diduga menjadi orang-orang yang terkena dampak negatif akibat adanya pencemaran ini.
Salah satu parameter pencemar di udara yang berbahaya dan diemisikan oleh kendaraan adalah NOx. Karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap konsentrasi NOx pada udara ambien di sekitar pintu tol dan melihat risikonya terhadap kesehatan para pekerja pengumpul tol. Pengukuran NOx pada udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman sesuai dengan SNI 19-7119.2-2005. Alat yang digunakan untuk mengambil sampel bernama impinger. Pengambilan data dilakukan pukul 06.00-13.00. Konsentrasi NOx terbesar pada penelitian ini adalah 159,94 μg/m3.
Dengan melihat hubungan antara konsentrasi NOx terhadap jumlah kendaraan yang melalui pintu tol, diperoleh nilai korelasi terhadap parameter NO selama 3 hari sebesar 0,21; -0,28; dan 0,51, sedangkan untuk NO2 adalah -0,19; 0,36; dan 0,04. Munculnya korelasi yang sangat lemah disebabkan karena adanya faktor lain yang menentukan jumlah konsentrasi NOx di udara selain kendaraan, seperti faktor alam dan meteorologis.
Penelitian ini mendapati kendaraan jenis kendaraan bermotor penarik atau gandeng atau tempel menjadi kontributor terbesar polutan NOx di udara. Hasil penelitian ini sekaligus menunjukkan bahwa konsentrasi NOx yang diemisikan kendaraan amat dipengaruhi oleh volume silinder kendaraan. Risiko kesehatan terhadap pekerja tol dinyatakan tidak ada karena Risk Quotient (RQ) < 1. Angka RQ tertinggi adalah sebesar 0,50.

Transportation is one of the technology advances that holds a very important function in human's daily activities. The existence of vehicles, especially the motorized vehicles, can greatly shorten the time people need to reach their destination. But then, because there are more and more vehicles been produced these days, frequently they have been causing traffic jams everywhere on the street and the worse part is sometimes it also happen at freeway.
Freeway is especially made for vehicles with four wheels or more. Ticket transaction system on toll gate creates a situation where every vehicle has to stop. When the vehicles volume is in peak situation, sometimes traffic jam could happen at the toll gate. One of the negative effects for this situation is the degradation of air quality. The officers who collect the toll estimated to be the one that suffer the most from the air pollution.
One of the pollutants in the air that emitted by vehicles is NOx. Therefore, there is a need to do the experiment on the concentration of NOx in ambient air around the toll gate and to observe the health risks of the officers that have been exposed to the pollutant.
NOx measurement in ambient air is using Griess Saltzman's method according to SNI 19-7119.2-2005. The name of the equipment that is used for taking the data is impinger. The air sample is taken from 06.00 AM to 01.00 PM. The largest concentration of NOx from this experiment is 159,94 μg/m3.
This experiment shows that heavy duty truck is the biggest contributor of NOx pollutant in the air. It shows that NOx concentration that emitted by vehicles is depending on the volume of the vehicle's cylinder. And also, it is determined that there are no health risks upon the officers because Risk Quotient (RQ) < 1. The highest RQ is 0,5.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1337
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiur Maida
"Udara merupakan suatu media yang penting bagi kehidupan, tanpa udara akan tidak ada suatu kehidupan diatas bumf. Kualitas udara kita cenderung menurun dari tahun ke tahun, akibat dari kegiatan-kegiatan antropogenik, khususnya kegiatan-kegiatan transportasi yang mengemisikan gas-gas dari partikel dari knalpot ke dalam udara, yang menyebabkan pencemaran udara.
Tingginya tingkat mobilitas kendaraankendaraan bermotor pribadi di DKI Jakarta yang diikuti dengan banyaknya pemakaian bahan bakar, yang kenyataannya tidak ramah lingkungan. Apabila keadaan ini terus berlangsung tanpa ada pengelolaan, maka tentu saja akan menyebabkan kehidupan penduduk perkotaan menjadi terancam.
Batasan permasalahan meliputi sejauh mana peranserta pemilik kendaraan-kendaraan pribadi dalam memenuhi persyaratan-persyaratan termuat pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 9512000 tentang: Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Kendaraan Bermotor Pribadi di Propinsi DKI Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber polusi yang kebanyakan berasal dari kendaraankendaraan bermotor yang menurunkan kualitas udara ambient dalam bentuk gas-gas polutan , partikel dan asap.
2. Mengidentifikasi peranserta masyarakat dan peranserta dalam pengelolaan kualitas udara perkotaan dalam bentuk system pemeriksaan emisi dan perawatan dari kendaraan-kendaraan pribadi.
3. Mengidentifikasi peranserta institusi masyarakat dalam pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraan-kendaraan pribadi.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor Kekuatan, Peluang, Kelemahan, dan Ancaman serta strategi yang digunakan dalam pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraankendaraan pribadi di propinsi DKI Jakarta.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi masukan-masukan kepada pemilik kendaraan bermotor, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan sumbangan ilmiah kepada pembangunan ilmu lingkungan hidup pada umumnya. Hipotesis kerja yang diuji pada penelitian khususnya adalah bahwa masyarakat dapat meningkatkan perannya dan peransertanya lewat sistem pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraan-kendaraan bermotor dalam rangka pengelolaan kualitas udara di DKI Jakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para responden memiliki pengertian dan kesadaran tentang peraturan-peraturan yang ada; namun mereka jarang secara teratur meng-tuned up kendaraan mereka sebagaimana diinstruksikan dalam keputusan Gubernur. Para responden juga radar bahwa pencemaran udara perkotaan kebanyakan disebabkan oleh emisi gas buang dan kendaraan-kendaraan bermotor. Kenyataannya 90% dari jumlah responden setuju diberlakukannya peraturan yang ketat, dan 87% menunjuk bahwa pemerintah propinsi DKI Jakarta mempunyai kewenangan untuk pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara. Hanya sekitar 43.2% dari pemilik kendaraan bermotor yang meng- tuned up secara teratur, 15.4% hanya apabila ada kerusakan pads mesin kendaraan, dan sisanya terdiri dari mereka yang tidak pernah meng-tuned up kendaraannya. Bengkel-bengkel mobil yang telah memperoleh ijin uji emisi di Jakarta Selatan menyatakan bahwa jumlah kendaraan pribadi yang memeriksan dan merawat masih rendah.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini direkomendasikan bahwa sekalipun jumlah kendaraan motor pribadi adalah tetap atau bertambah pada masa yang akan datang, jumlah Perjalanan (trips) perlu dikurangi, dan para pemilik kendaraan bermotor perlu lebih memperhatikan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti basin yang tidak ber-timbal. Lebih jauh pula dianjurkan bahwa sistem baru perlu menggalakkan untuk mendorong para pemilik kendaraan bermotor untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituangkan dalam peraturan, dan suatu standar mutu peranserta masyarakat untuk menuju kepada unjuk kerja yang professional sangat diperlukan.
Strategi-strategi yang direkomendasikan dalam rangka program pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraan bermotor milik pribadi adalah sebagai berikut:
a) Strategi S-O, berdasarkan tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi akan pengendalian pencemaran udara lewat implementasi Keputusan Gubernur Nomor 95/2000 tentang Pemeriksaan Ernisi dan pemeliharaan kendaraan bermotor milik pribadi,
b) Strategi W-O, untuk menyelenggarakan program sosialisasi berdasarkan kerjasama dan peranserta dalam pengelolaan system pengawasan emisi dan perawatan kendaraan bermotor milik pribadi.
c) Strategi S-T, menganjurkan dengan efektif kesadaran masyarakat yang tinggi dalam pembatasan jumlah perjalanan perhari dari kendaraan bermotor.
d) Strategi W-T. Melaksanakan program sosialisasi yang lebih intensif untuk mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh mobilitas kendaraan bermotor yang tinggi.
Berdasarkan strategi-strategi yang direkomendasikan, kiranya jelas bahwa pemberlakuan persyaratan-persyaratan yang ada pada keputusan Gubernur merupakan pengejawantahan salah satu dari upaya-upaya untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan peningkatan budaya masyarakat dalam pelestarian kualitas lingkungan Iewat perubahan sikap dan perilaku dari pars pemilik, dan menuju kepada pengelolaan dari lingkungan binaan dalam segi pengelolaan sarana fisik dan infrastruktur seperti manajemen lalu-lintas dan sarana pemantau kualitas udara dan lain-lain.

Community Participation In The Management Of Air Quality in the DKI Jakarta Province. ( A review of the Gubernatorial Decree no 95/2000 on the Emission Inspection and Private Motor Vehicles Maintenance in the DKI Jakarta Province)Air constitutes an important media for life, without air not a single life can exist on this earth. The quality of our air tends to degrade from year to year, due to human activities, in particular transportation activities which emit gases and ashes from the exhaust pipes into the air, causing air pollution. The high rate of private motorcars mobility in the DKI Jakarta is being followed by high consumption of fuels, which are evidently not environmentally friendly. Such continuing condition if remains unmanaged, will eventually cause the urban citizens life endangered.
The problem formulation is limited to what extent the participation of private motorcars owners comply to the provisions contained in the DKI Jakarta Gubernatorial Decree no 95/2000 on The Emission Inspection and Private Motor Vehicles Maintenance in the DKI Jakarta Province.
The objectives of the study are as follow:
1. To identify air pollution sources which are dominantly generated by motor vehicles which degrade the ambient environmental quality in the forms of smoke and ash particles.
2. To identify the community perception and participation in the management of urban air quality in terms of emission inspection system and private motor vehicles maintenance.
3. To identify the community participation institutions in the emission inspection and private motor vehicles maintenance.
4. To identify the Strength (S), Opportunity (0), Weakness (W), and Threat (T) factors and strategies which are used in the emission inspection and private motor vehicles maintenance in the DKI Jakarta Province.
The significance of the study is to provide strategic management inputs to the private motor vehicles owners, the provincial Government of DKI Jakarta, and scientific contribution to the development of environmental science in general. The working hypothesis tested in this particular study is that the community can promote their roles and participation through the emission inspection and private motor vehicles maintenance system in terms of the DKI Jakarta air quality management.
Results of study indicate that the respondents have understanding and awareness of the existing regulations; however they rarely let their cars to be tuned-up regularly as instructed by the Decree. The respondents are also aware that urban air pollution is mostly caused by motor vehicles exhaust emissions. In fact 90% of the total respondents agree that strict law enforcement should be conducted, and 87% indicate that the provincial Government has authorities to manage the air quality and control air pollution. Only about 43,2% of car owners regularly tuned - up their vehicles, 19,8% rarely tuned-up their vehicles, 15,4% only if they have engine disorders, and the rest never let their vehicles being tuned - up. The licensed car workshop in the South Jakarta admit that the rate of inspection and maintenance of private cars is quiet low.
Based on the results of study it is recommended that eventhough the number of private motor vehicles is constant or tends to increase in the future, the number of trips should be made decreased, and that car owners should pay more attention toward environmental - friendly fuels utilization, such as the use of unleaded gasoline. Further it is also recommend that a new system should be promoted to push the owners to comply to the legal provisions contained in the Decree, and a standard of quality of community participation toward more professional performance is deemed necessary.
Recommended strategies in terms of emission inspection and private motor vehicles maintenance programme are as follow:
a) S - 0 strategy, based on the high rate of community awareness of the air pollution control to implement the DKI Jakarta Gubernatorial Decree No 9512000 on the Emission inspection and private motor vehicles maintenance.
b) W - 0 Strategy, to enhance the programme socialization based on cooperation or partnership in the management system of inspection and maintenance of private motorcars
c) S - T Strategy, to render the high rate of community awareness more effective in the limitation of motor car daily trips.
d) 1N - T Strategy, to make the programme socialization more intensive to anticipate environmental inspacts generated by the high rate of cars mobility.
Based on the recommended strategies, it is clear that the implementation of the provisions contained in the Decree constitutes one of the efforts to preserve the living environmental function and the promotion of socio - cultural environmental quality due to the owners behavioural changes, and toward better management of the man - made environment in terms of the management of the physical means and infrastructure such as traffic management, air quality monitoring devices, etc.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Air polution from vehicle emission becomes a major problem in urban areas,including Jakarta,Indonesia.This vehicle emission worsening ambient air concentration because of incresingle use of diesel engine for urban transportation....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Apranti
"Perkembangan aktivitas penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan mobilisasi yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan hingga mencapai suatu tingkat tertentu dimana laju pertumbuhan jalan tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan jumlah kendaraan yang terus meningkat sehingga terjadilah suatu permasalahan yang disebut sebagai kemacetan. Permasalahan tersebut banyak terjadi di kota-kota besar, khususnya di Kota Jakarta. Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan yang terjadi adalah pembangunan jalan tol.
Ruas jalan tol memiliki sistem pembayaran tarif yang dilakukan pada pintu tol. Pada beberapa pintu tol tertentu, pembayaran tarif tol masih dilayani oleh petugas pintu tol, dimana petugas pintu tol ini bekerja secara rutin. Hal ini menyebabkan petugas pintu tol terpapar oleh emisi kendaraan bermotor. Salah satu diantaranya Total Suspended Particulate (TSP) yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, seperti ISPA, Bronchitis kronis, penurunan fungsi paruparu, serangan jantung minor, dan lain-lain. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengukuran terhadap besarnya konsentrasi TSP di sekitar pintu tol sehingga dapat dilakukan perhitungan tingkat resiko pemajanan TSP, yang dinyatakan dalam nilai Risk Quotient, terhadap kesehatan petugas pintu tol.
Pengendalian terhadap besarnya nilai konsentrasi TSP dapat dilakukan secara efektif dengan mengendalikan sumber yang paling mempengaruhi besarnya nilai yang terukur. Sumber utama penghasil TSP pada daerah sekitar pintu tol merupakan kendaraan bermotor, sehingga perlu dilakukan identifikasi jenis kendaraan bermotor mana yang paling mempengaruhi dan paling berkontribusi terhadap besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur.
Metode yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi TSP adalah metode gravimetri dengan perangkat HVAS, dimana pengukuran dilakukan selama 7 jam, mulai dari pukul 06.00 hingga pukul 13.00. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif, metode regresi linier sederhana dan berganda serta Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Sedangkan, pengukuran konsentrasi timbal dilakukan dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).
Hasil penelitian menunjukkan jenis kendaraan yang paling mempengaruhi besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur di pintu tol Cililitan 2 adalah kendaraan Golongan II yang merupakan Truk dengan dua gandar. Nilai koefisien determinasi R2 antara volume kendaraan total dengan konsentrasi TSP sebesar 0,123, menandakan bahwa 12,3 % besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur dipengaruhi oleh besarnya volume kendaraan total, dan 87,7 % sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya suhu dan kelembaban.
Nilai RQ hasil perhitungan menunjukkan para petugas pintu tol masih berada dalam tingkat resiko yang cukup aman akibat pemaparan polutan TSP. Namun, resiko pajanan yang diterima oleh petugas pintu tol tidak hanya berasal dari TSP, tetapi juga dari zat pencemar lain yang dihasilkan kendaraan bemotor, seperti NOx, SOx, HC, dan sebagainya, sehingga diperlukan data konsentrasi zat pencemar lain untuk menghitung resiko kesehatan total yang dialami oleh petugas gardu.
Nilai hasil uji kadar konsentrasi Pb menunjukkan hasil sebesar 0,055 g/Nm3. Hasil konversi nilai konsentrasi Pb untuk pengukuran 24 jam adalah 0,032 μg/Nm3. Nilai ini tidak melebihi baku mutu udara ambien sesuai dengan PP No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Development of people?s activities is bringing on the rise of mobilization that pointed out in an increase number of vehicles up to a certain level where the rate of path growth can not compensate for the increasing number of vehicles, so that there is traffic jam. It usually occurs in many metropolis on the development country, especially in Jakarta. One of effort to solve this problem is highway construction.
Highway payment system is carried out on the highway gate. In many gate, payment is still served by an officer who works in a continous period. This lead the officer to expose by motor vehicle emissions. One of the emission is Total Suspended Particulate (TSP) which is bad for human health, such as respiratory infections, bronchitis, decrease the function of lung, minor heart attack, etc. Therefore, it is important to measure the TSP concentration around the gate so that we can assess TSP exposure risk level, where described in Risk Quotient value, to the officer?s health.
Control of TSP concentration can be done effectively by controlling the source that has the most influence to the magnitude of TSP concentration measured around the gate. The main source of TSP in such area is motor vehicle, therefore it is necessary to identify the type of vehicle which the most influential and most contribute to TSP concentration.
TSP concentration was measured from 06.00 A.M to 01.00 P.M by using Gravimetry method with HVAS Equipment. Lead concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The most influential type of vehicle to TSP concentration was determined by descriptive analysis. The relationship between TSP concentration and vehicle traffic volume was assessed by using least square and multiple regression analysis. Whereas TSP exposure risk level in Risk Quotient (RQ) value was assessed using Environmental Health Risk Analysis.
Result of analysis shows the type of vehicle that the most affect the magnitude of TSP concentration measured at Cililitan 2 gate highway is vehicle that belongs to Category II, truck with two axles. Coefficient of determination R2 between total vehicles volume with TSP concentration is 0,123. The value indicates that 12,3 % data of TSP concentration influenced by total vehicles volume, and 87,7% data of TSP concentration influenced by other factors, such as formation of secondary particulate, changes in temperature and humidity, etc.
Result of Risk Quotient (RQ) assessment shows that the officers are still in a safe level from risk due to exposure of TSP. However, the risk of exposure received by the officer not only come from TSP, but also come from the other pollutants, such as NOx, SOx, HC, etc. So, investigating another pollutant concentration data is necessary to calculate the total health risk experienced by the officers.
Measurement of Pb concentration level with AAS method shows the value of 0,055 μg/Nm3. The conversion value for 24 hours measurement is 0,032 μg/Nm3. It is not exceed the ambient air quality standards accordance with government regulation PP No.41/1999 about Air Pollution Control.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1113
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herryanto
"Kualitas udara dalam ruang pada industri garmen rumah tangga dicemari oleh gas formaldehid dari bahan tekstil. Gas formaldehid akan menyebabkan efek iritasi pada pekerja yang berada dalam ruang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pencemaran udara dalam ruang oleh gas formaldehid dan efek iritasi yang terjadi pada pekerja garmen di industri rumah tangga. Juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi gas formaldehid dalam ruang (temperatur, kelembaban, kepadatan dan luas ventilasi ) dan karakteristik pekerja (umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, lama bekerja dan jenis pekerjaan).
Penelitian menggunakan desain potong lintang (cross sectional), pengambilan sampel secara purposif pada 4 industri garmen rumah tangga di Jakarta Barat dengan jumlah responden 192 orang.
Hasil pengukuran konsentrasi gas formaldehid dalam ruang pada industri garmen rumah tangga antara 0,00 mg/m3 - 0,62 mg /m3 dengan rata-rata 0,27 mg/m3, pada beberapa titik sampel ada yang melampaui nilai ambang batas untuk TLV.C (0,37mg/m3 ).
Dengan mempergunakan uji statistik regresi logistik didapatkan hasil bahwa konsentrasi gas formaldehid, lama bekerja dan jenis pekerjaan berhubungan dengan terjadinya efek kesehatan/iritasi pada pekerja dan masuk dalam model persamaan regresi logistik. Konsentrasi gas formaldehid adalah variabel yang paling mungkin untuk di intervensi untuk menurunkan resiko terjadinya efek kesehatan yang lebih berat.
Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara konsentrasi gas formaldehid dalam ruang dan efek kesehatan/iritasi pada pekerja industri garmen rumah tangga dan disarankan agar lingkungan kerja lebih diperhatikan sebagai upaya untuk menurunkan konsentrasi gas formaldehid dan pemakaian bahan substitusi untuk formaldehid pada tekstil.
Daftar bacaan : 30 ( 1977 - 1996 )

The Relationship Between Indoor Air Pollution by Formaldehyde and Irritation Effect on Household Garment Industry Workers In Jakarta 1997The quality of indoor air at household garment industry is contaminated by formaldehyde of textile material. Formaldehyde will cause irritating effect on the indoor workers.
The purpose of this research is to know the relationship between indoor air pollution by formaldehyde and the irritation effect on household garment industry workers. It is also to know the factors that influence indoor formaldehyde concentration (temperature, humidity, density and ventilation) and the workers' characteristic (age, sex, smoking habit, length of working and kind of job).
The research used cross sectional design, taking the sample purposely at four household garment industries with 192 respondents in west Jakarta,
The measurement result of the indoor formaldehyde gas concentration at household garment industries is between 0,00 mg 1 m3 - 0,62 mg/m3 with the average 0,27 mg/m3 , on some sample dots there is an over limit value of TLV.C (0,37mg/m3 ).
Using the logistic regression statistic test, we find the result that formaldehyde concentration , length of working, kind of job related to the cause of health effect/irritation on the workers and belong to logistic regression similarity model. The concentration of the formaldehyde gas is the most possible variable to be intervened to decrease the risk of severe health effect.
The research concluded that there is a relationship between the indoor concentration of formaldehyde and the health effect/irritation on household garment industry workers. It suggested that the working environment to be more paid attention as an effort to decrease the formaldehyde concentration and using of the substituted formaldehyde material on textile.
References : 30 ( 1977 - 1996 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>