Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187657 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanny Ophir Yani Zainuddin
"ABSTRAK
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan hidup manusia. Ini mendorong manusia untuk selalu dekat dengan air Akibatnya banyak bermunculan pemukiman di sepanjang sungai yang sebagian besar penduduknya memanfaatkan air sungai sebagai sumber air keluarga untuk mandi, mencuci, wudlu dan buang air.
Ada asumsi yang mengatakan bahwa pemanfaatan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga berkaitan erat dengan status sosial ekonomi yang relatif rendah (Sumandhini,1991). Mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan yang relatif rendah dikatakan cenderung memiliki sikap negatif atau setuju terhadap pemanfaatan air sungai, sekalipun air sungai tersebut telah tercemar, sedang mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi dan pengetahuan yang relatif tinggi dikatakan bersikap positif atau tidak setuju terhadap penggunaan air sungai Ciliwung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (Sumandhini, 1991:62-65).
Kini sebagian besar masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Ciliwung masih memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga, walaupun pemerintah telah berusaha membantu mereka untuk memperoleh air bersih yaitu dengan membangun MCK dan pompa-pompa tangan serta memasang saluran PAM . Penelitian ini ingin mengetahui hal-hal apa saja yang mendorong mereka, melakukan hal tersebut dan apakah kemiskinan telah membuat mereka tidak mau memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah, dan apakah kemiskinan berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam memanfaatkan air sungai.
Selama ini penelitian mengenai masalah pencemaran air sungai kebanyakan dilakukan oleh ahli-ahli dari disiplin ilmu biologi dan ilmu kimia, yang mengukur kadar pencemaran dengan menggunakan parameter biologi atau kimia, sedang analisis dari kacamata sosial budaya relatif masih sedikit jumlahnya selain itu beberapa penelitian yang pernah dilakukan selama ini pada umumnya menggunakan persepsi dari si peneliti bukan persepsi dari orang yang diteliti. Tesis ini mencoba mengatasi kelemahan ini dengan mengungkapkan pandangan-pandangan orang yang diteliti:
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. untuk mengetahui apakah orang memanfaatkan air sungai Ciliwung untuk kebutuhan rumah tangga karena tingkat sosial ekonomi mereka yang masih rendah.
2. untuk mengetahui apakah kemiskinan merupakan satusatunya faktor yang menyebabkan mereka masih
3. untuk mengetahui pandangan serta persepsi masyarakat mengenai lingkungan dan kesehatan.
Penelitian ini, dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan Aprl 1992 s/d pertengahan bulan Juni 1992 di 2 (dua) lakasi yaitu:
a. Kelurahan Manggarai Selatan RW 10 dan RT 01
b. Kelurahan Kampung Melayu RT 01/07, RT 04/07, RT 08/07
Metode Penelitian
Karena sifatnya yang kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui; a) Observasi partisipasi. b) Wawacara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara ini dapat berkembang di lapangan.
Hasil Temuan dari Penelitian ini adalah:
a. Kemiskinan bukan merupakan satu-satunya alasan yang mendorong warga masyarakat untuk memanfaatkan air sungai Ciliwung guna memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Data yang diperoleh memperlihatkan bahwa masih relatif banyak informan yang memiliki pendidikan yang cukup dengan tingkat sosial ekonomi yang relatif tinggi masih memanfaatkan air sungai Ciliwung untuk kebutuhan rumah tangga.
b. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan warga masyarakat di daerah penelitian masih memanfaatkan air sungai Ciliwung, walaupun fasilitas MCK di sana sudah ada. Faktor tersebut antara lain:
1. Adanya peraturan yang melarang warga untuk membuat jamban (tempat buang air besar) di dalam rumah mereka, karena terlalu rapatnya jarak rumah penduduk di situ. Pembuatan jamban pribadi dikhawatirkan akan mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut (peraturan ini hanya berlaku di RT 08/07).
2. Warga masyarakat (terutama mereka yang akan pergi bekerja) umumnya malas untuk antri ke MCR, pada jam-jam sibuk (yaitu antara pukul 6 pagi sampai dengan pukul 9 pagi). Oleh karena terburu-buru mereka memulih cara yang lebih praktis yaitu pergi ke sungai, di sana mereka tidak perlu antri.
3. Hereka menganggap bahwa air sungai masih lebih bersih jika dibandingkan dengan air pompa yang ada di gang maupun di MCR. Air sungai tidak berbau sedangkan air pompa menimbulkan bau dan apabila digunakan untuk memcuci beras maka beras akan menjadi kebiru-biruan. Kalau untuk mencuci pakaian air pompa akan menimbulkan pada pakaian bintik-bintik hitam.

ABSTRACT
Water is a necessity of human life. This leads to the emergence of human settlements along the rivers where people can easily obtain water for washing, bathing, ablution etc.
It is assumed that those who make use river water have low social, economic status (Sumandhini 1991)_ They are also assumed to have low educational level and have a tendency to accept or to agree with the use of river water, even when it is already polluted. Those who relatively have higher education or better knowledge are said to have a positive attitude, that is to disagree with the use of river water for their household needs (Sumandhini 1991: 62-65).
Most of the people settling along the Ciliwung river still use the river water for their daily needs, despite the government's help to obtain clean, fresh water by setting up MCKs and installing PAM pipes. This study tries to elucidate factors that make them not to use the facilities provided by the governments, and gives answers to the peoblem of the influence of proverty on the patterns of use of Ciliwung water.
Research on problems of pollution were mostly conducted by biologist and chemists, in which the level of pollution was measured in biological and chemical parameters. Socio cultural analysis on these problems is still lacking. Furthermore, most sociocultural analysis adopt researchers perspective, while the perspective of the people under study is neglected.
This study tries to remedy this weakness. It describes the views of the local people and take them into account in the explanation of their behavior.
AIMS OF TSE STUDY
With regard to the problems above, this study is aimad at:
1. Determining the relation between social, economic status and the use of the river water, i.e. whether or not the use of river water is attributable to the low social, economic status.
2. Determining the relation between prov and the use of the river water, i.e. whether or not poverty is the only factor responsible for the making use of river water.
3. Elucidating the people's perceptions of their environment and health conditions
This three-month study was carried out from June to August 1992. in two locations
a. Kelurahan Manggarai Selatan
b. Kelurahan Kamoung Melayu
RESEARCH METHODS
Since the study is a qualitative one, the data was obtained through : (a) Participant Observation; (b) Depth Interview, in which an interview guide was used. The questions were developed in the field;
FINDINGS OF THE STUDY
1. Poverty is not the only reason for making use the water of Ciliwung for household' needs. The data show that informants with relatively high education and high social-economic status are still using the Ciliwung water in their daily lives.
2. Some factors responsible for the use of Ciliwung water, despite the presence of MCK facilities, are.
a. The rule that forbids the local people to build private latrine in their own houses due to the high density of the local settlement. It is feared that the installation of private latrines would result in the pollution of the local ground water (this rule, however, is valid only in RT 08/07).
b. Shortage of MCK facilities, which compels people to line up during the "peak hours" (i.e. between 6-9 a.m), discourages them to use the facilities when they are in a hurry. They prefer to go to the river where they do not need to line up.
c. Many people who use the river water are of the opinion that the river water is still better than the water from the local pumps or from the MCKs. Unlike the river water, the pump water stinks. Moreover, when rice is wash in pump water, it would turn bluish. When the pump water is used to wash clothes, it creates black spots on the clothes.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizali Karliansyah
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh kualitas air sungai yang buruk mempengaruhi kualitas air sumur penduduk, sehubungan dengan masih banyaknya penduduk di RW 04 Kelurahan Manggarai yang menjadikan air sungai sebagai tempat membuang hajat dan menggunakan air sumur pampa sebagai air baku air minum.
Masalah pokok yang diteliti adalah (a) berapa besar kandungan Escherichia coil di dalam air sumur-sumur pompa tangan penduduk pada jarak dari tepi sungai, kedalaman, dan pemakaian air yang berbeda-beda; (b) korelasi antara nilai Most Probable Number (MPN)" koli tinja dengan parameter fisika-kimia, sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1) Makin banyak pemakaian air sumur, makin besar kemungkinan terkontaminasi koli tinja.
2) Makin dalam sumur pompa penduduk, makin kecil kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri koli tinja.
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengambil sampel-sampel air sumur secara sensus dan air sungai secara acak, masing-masing 3 kali ulangan selama 3 hari berturut-turut di awal musim kemarau. Di samping itu diambil pula data kuesioner, wawancara, dan observasi langsung sebagai data penunjang.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara analisis statistik menggunakan korelasi jenjang Spearman terhadap nilai MPN koli tinja dan parameter fisika-kimia.
Hasil penelltian menunjukkan bahwa 9 dari 14 sumur pompa tangan yang diteliti telah tercemar oleh bakteri koli tinja, di mana faktor jarak dan kedalaman berpengaruh terhadap nilai MPN koli tinja. Sedangkan besarnya pemakaian air tidak berpengaruh terhadap nilai MPN koli tinja. Di samping itu sanitasi lingkungan yang buruk dan tingkah laku masyarakat yang kurang saniter turut membantu pencemaran koli tinja ke air sumur-sumur pompa.
Salah satu dampak pencemaran sumber air oleh E. coli di wilayah ini adalah tingginya angka penderita penyakit diare dan angka kematian bayi. Di samping itu kandungan E. coil yang tinggi juga merupakan beban yang berat bagi pihak Proyek Air Minum (PAM) DKI Jakarta dalam proses pengolahan air baku air minum.
Diharapkan penurapan dan pemindahan lokasi pemukiman penduduk RW 04 (RT 006 sld RT 0017) ke lokasi pemukiman baru dapat menjadi prioritas pembangunan di Kecamatan Tebet. Hal ini mengingat kondisi kualitas air yang sangat buruk di samping lokasi tersebut (bantaran sungai) memang tidak layak sebagai kawasan pemukiman. Di dalam Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK) Kecamatan Tebet tahun 2005, kawasan tersebut telah diperuntukan sebagai kawasan hljau tanpa bangunan.

ABSTRACT
The aim of this research is to know how deep the bad river water quality influences the well-water-pump quality in relation to the fact that people at RW 04 Manggarai Village use the river as a defecation place and the well-water-pump as the source of drinking water.
Research points of view are (a) how many Escherichia coli present in the well-water-pump in different distances from the river edge, in different depth of the well, and in different quantity of water usage; (b) the correlation between MPH fecal coil and physic-chemist parameters.
Therefore, the formulations of hypothesis are: (l) the more well-water-pump usage, the bigger the potentiality of fecal col. contamination. (2) The deeper the well water pump, the lesser the potentiality of fecal coli contamination.
This research was implemented by taking the well-water-pump samples with census sampling method and the river water samples with random sampling method, each sample 3 times a day for 3 consecutive days in the early dry season. Questioners, interviews, and direct field observation were also taken as supporting data.
Statistical analysis of the hypothesis was performed with Spearman rank correlation to the value of MPN fecal cola and physic-chemist parameters.
The result of this research indicates that 9 from the 14 well-water-pump tested were polluted by fecal coil bacteria, with distance and depth factors influencing the value of MPN fecal coll. Whereas the quantity of well water pump usage did not influence the value of MPN fecal coli. In addition, bad environmental sanitation and less sanitary-conscience human behavior also supported the fecal coil contamination to the well water pump.
Among the impacts of water-source pollution by E. coli in this area were the high diarrhea sufferer and infant mortality rate. The high E. coil content in the water source also represent the heavy burden of the drinking water processing at Jakarta Municipal Water Treatment Plant (PAM DKI Jakarta).
We hope that the plastering of river edges and the transfer of residents of RW 04 (RT 006 to RT 0017) to the new residence location would be the development priority of Tebet Sub district, considering the bad water quality and improper residence location. In the Regional City Division Plan (RBWK) of Tebet Sub district 2005, this area would be a green-open space.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Suwandhini
"ABSTRAK
Skripsi ini berusaha untuk membahas faktor-faktor yang mempengaruhi sikap penduduk yang bermukim di tepi sunga1 Ci1iwung terhadap penggunaan air sungai tersebut untuk kehidupan sehari-hari. Sikap ada1ah kesediaan bereaksi terhadap suatu hal (obyek), bersifat tertutup tetapi bi1a sudah terbentuk akan turut menentukan cara-cara tingkah laku manusia terhadap obyek tersebut. Penulis merasa perlu membahas topik ini karena masalah pencemaran (terutama pencemaran air sungai) telah menjadi masalah lingkungan hidup yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia. Masa1ah itu ternyata baru dibahas o1eh ilmuwan dari bidang ilmu pasti alam saja, pembahasan yang dilakukan ilmuwan sosial sangat sedikit sekali. Untuk memudahkan analisa maka penulis menggunakan variabel status sosial ekonomi dan pengetahuan mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan sebagai variabel pengaruh (independent variable), variabel sikap terhadap penggunaan air sungai Ciliwung sebagai variabel antara (intervening variable) dan variabel penggunaan air sebagai variabel terpengaruh (dependent variable). Penulis menggunakan variabel-variabel tersebut untuk mengetahui sampai seberapa jauh faktor sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan dapat mempengaruhi sikapnya terhadap penggunaan air sungai yang telah tercemar. Selain itu penulis juga ingin mengetahui apakah sikap yang dimiliki seseorang berkaitan dengan tindakan (tingkah lakunya) terhadap suatu obyek terutama dalam hal ini adalah tindakan dalam menggunakan air sungai Ciliwung yang telah tercemar untuk kehidupan sehari-hari). Untuk studi empiris yang harus dilakukan, penulis menetapkan daerah Kelurahan Kampung Melayu sebagai daerah penelitian. Alasan dari ditetapkannya daerah tersebut adalah karena wilayah keiurahan itu hampir seluruhnya terletak memanjang di tepi sungai Ciliwung, dan banyak penduduk daerah itu yang menggunakan air sungai tersebut untuk berbagai, keperluan hidup sehari-hari. Padahal menurut penelitian secara fisio-kimiawi dan mikro-biologi, pencemaran yang terjadi pada sungai Ciliwung telah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB). Sebagai populasi penelitian, penulis menetapkan semua penduduk yang bermukim tepat di tepi sungai Ciliwung dan proses penarikan sampelnya dilakukan secara acak tetapi bertahap (multi-stage random sampling). Dari proses itu penulis mendapatkan 100 orang responden yang terdiri dari para ibu rumah tangga, karena mereka itulah yang paling banyak menggunakan air untuk berbagai keperluan (baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun bagi kepentingan keluarganya). Dari data yang terkumpul didapat bahwa sebagian besar responden bersikap negatif (setuju) terhadap penggunaan air sungai Ciliwung untuk kehidupan sehari-hari. Setelah diadakan analisa didapat bahwa sikap itu berkaitan dengan faktor sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan yang relatif rendah. Dari ketika analisa itu dilanjutkan didapat bahwa sikap yang dimiliki responden itu ternyata sejalan dengan tindakan atau tingkah lakunya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kurniasari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Aliyati
"Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diimbangi penambahan fasilitas, sarana, prasarana cenderung membentuk permukiman yang sangat padat. Permukiman penduduk yang sangat padat memberikan peluang atau penyebab kondisi lingkungan kota menjadi buruk. Kapasitas ruang yang ada tidak mampu melayani rumah penduduk secara layak sehingga muncul permukiman kumuh. Hampir semua pinggiran sungai di perkotaan digunakan untuk permukiman.
Peraturan Pemerintah nomer 35 Tahun 1991 tentang sungai pasal 26 dilarang mendirikan bangunan di bantaran sungai harus seizin pemerintah setempat. Bantaran sungai merupakan jalur pengaman atau penghijauan. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik permukiman kumuh, dan bagaimana konsepsi penataan ruang dan pembangunan jangka panjang serta bagaimana pemahaman dan kesiapan masyarakat di daerah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan permukiman kumuh Region Barat Bantaran Ci-Liwung meliputi Kelurahan Manggarai - Kelurahan Srengseng Sawah terdapat dua karakteristik yaitu kumuh sedang dan kumuh ringan. Permukiman kumuh Region Timur Bantaran Ci-Liwung meliputi Kelurahan Kampung Melayu - Kelurahan Kalisari terdapat tiga karakteristik yaitu kumuh berat, kumuh sedang, kumuh ringan. Daerah penelitian tidak sesuai dengan konsepsi penataan ruang serta masyarakat daerah penelitian tidak paham dan tidak siap tentang implementasi konsep penataan ruang khususnya pada daerah penelitian.

Higher population growth without balanced addition of facilities, equipment, infrastructure tends to form a very dense settlements. A very dense population settlements provide opportunities or environmental conditions cause the city to be bad. The capacity of the existing space could not adequately serve the people's houses so that they appear slums. Almost all rivers in the urban periphery is used for settlements.
Government Regulation number 35 Year 1991 on the river section 26 are prohibited from building on flood plains should the local government's permission. Flood plains is a safety line or reforestation. Issues to be discussed in this research is how the characteristics of slums, and how the conception of spatial planning and long-term development and how the understanding and preparedness of communities in the study area.
The results showed the banks of the slums of West Region Ci-Liwung includes Kelurahan Manggarai - Kelurahan Srengseng Sawah there are two characteristics of slum and shanty was mild. Eastern Region slums banks of Ci-Liwung include Kelurahan Kampung Melayu - Kelurahan Kalisari there are three characteristics of heavy slum, medium slum, mild slum. The study area does not match the spatial conception of society does not understand the research area and is not ready on the implementation of the concept of spatial planning, particularly in the research area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T33681
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bagong Setyo Nugroho
"Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang terjadi selama ini berkaitan erat dengan tingkat pertambahan penduduk dan pola penyebarannya yang kurang seimbang dibandingkan dengan penggunaan sumberdaya alam serta daya dukung lingkungan yang tersedia. Disamping itu kerusakan tersebut juga merupakan akibat dari pengaturan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang belum memadai. Akibat dari kondisi tersebut menyebabkan di beberapa daerah kerusakan lingkungan telah menjadi sedemikian parah dan rawan (kritis).
Di daerah lingkungan permukiman masalah utama yang masih tetap merupakan hal yang belum terpecahkan adalah masalah limbah. Bahan limbah, baik padat maupun cair yang dihasilkan belum dapat sepenuhnya ditangani dengan baik, karena masih menghadapi beberapa kendala, terutama dalam hal pengumpulan dan pengelolaan limbah serta dalam mendapatkan tempat buangan akhir yang baik. Sampai saat ini cara pembuangan limbah masih ada yang dibuang langsung ke sungai, ke got atau ke dalam lapisan bumi yang lebih dalam, di mana cara pembuangan yang demikian itu akan membahayakan kelangsungan kehidupan dunia.
Angle (dalam Murray and Lappin, 1967), mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang dalam kegiatan di lingkungannya, ialah: usia, pekerjaan, penghasilan, pendidikan, dan lama tinggal di suatu tempat. Dalam uraiannya diterangkan bahwa individu dengan usia menengah keatas cenderung untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang ada di lingkungannya. Keaktifan dalam berpartisipasi ini merupakan implementasi pengetahuan yang diperoleh dari informasi atau pengalaman dalam kehidupannya, yang kemudian diistilahkan menjadi pemahaman. Dipakainya istilah pemahaman dalam penelitian Pemahaman Masyarakat di Bantaran Sungai Ciliwung tentang Sanitasi Lingkungan, karena dalam penelitian literatur yang ditemukan istilah pemahaman mengandung makna "mengerti dan slap melaksanakan". Artinya apabila seseorang telah memahami suatu masalah, berarti dia sudah mengerti dan siap melaksanakan pengertian tersebut. Jadi dengan penelusuran terhadap pemahaman masyarakat tentang sanitasi lingkungan dapat kita lihat tingkat keikutsertaan masyarakat di dalam pengelolaan lingkungannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat di bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi lingkungannya, dan mengidentifikasi sarana sanitasi lingkungan yang ada di daerah penelitian tersebut. Sedangkan hasilnya diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan peningkatan pemahaman sanitasi lingkungan di masyarakat dalam pengelolaan lingkungan terutama untuk daerah bantaran sungai Ciliwung, sehingga normalisasi fungsi sungai Ciliwung dapat dilaksanakan.
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa tingkat pemahaman masyarakat di bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi lingkungan akan mempengaruhi kondisi sanitasi lingkungannya, dan pemahaman masyarakat di bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi Iingkungan dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan lamanya tinggal di tempat tersebut.
Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif, sedangkan teknik korelasi dipergunakan untuk mencari hubungan antar variabel serta menggunakan analisis korelasi regresi berganda dan uji statistik. Data primer diperoleh dengan cars wawancara terstruktur melaui kuesioner dan wawancara mendalam. Pengambilan sampel secara purposif, mengingat populasi yang ada dalam kondisi homogen. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kelurahan, kecamatan, atau instansi yang terkait.
Sedangkan hasil penelitian ditinjau dari kondisi daerah penelitian secara umum, kondisi sosial ekonomi responden, dari hasil penelitian serta pembahasan yang difokuskan pada masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat bantaran sungai Ciliwung tentang sanitasi lingkungan ditinjau dari pemahamannya terhadap air bersih, pengelolaan air limbah, dan pengelolaan sampah; dapat ditarik kesimpulan bahwa: sarana sanitasi lingkungan yang teridentifikasikan berupa air bersih ketersediaannya sudah cukup memadai ditinjau dari pengertian air bersih yang berlaku di masyarakat bantaran sungai Ciliwung, di mana air bersih yang dimaksud adalah hanya air yang digunakan untuk memasak dan minum; karena kebanyakan masyarakat telah memiliki sumur pompa atau berlangganan dengan PDAM. Tetapi apabila air bersih yang dimaksud termasuk air untuk mencuci dan mandi, yang masih bertumpu kepada keberadaan air sungai, maka ketersediaan sanitasi lingkungan berupa air bersih masih kurang mencukupi.
Kondisi saluran drainase sebagai sarana pembuangan air limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga yang ada di daerah penelitian, secara umum baik dan memenuhi syarat teknis serta memenuhi syarat bangunan; tetapi kondisi peruntukan dan perawatan saluran drainase sebagai sarana pengaliran air limbah kurang baik, terbukti dengan adanya air limbah rumah tangga yang menggenang (ngembeng), banyak terdapat sampan, terdapat timbunan tanah bekas sisa pembangunan, dan menimbulkan bau yang kurang sedap. Juga dijumpai saluran drainase tertutup oleh berbagai penggunaan seperti teras rumah, tempat mencuci, tempat meletakkan gerobak, tempat duduk, tempat memelihara ayam dan keperluan lain dalam kehidupan rumah tangga.
Tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) keberadaannya relatif sangat jauh, yaitu berada di Jalan Jatinegara Barat, di dekat rel kereta api yang berbatasan dengan kelurahan Kebon Manggis, dan di pasar dekat kantor kelurahan, sehingga mereka memanfaatkan sungai dan badan sungai sebagai sarana pembuangan sampak Secara umum masyarakat membuang sampah langsung ke sungai Ciliwung dengan cara membungkus dengan plastik, di mana hal ini dilakukan untuk memudahkan pengangkatan sampah di pintu air Manggarai yang dianggapnya sebagai TPSS.
Pemahaman masyarakat bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi lingkungan berada pada tingkatan sedang. Tingkatan jelek/buruk dalam hasil pembahasan ini tidak muncul. Tingkatan tinggi dalam pengetahuan, perilaku atau pemahaman berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan yaitu apabila minimal 60% responden memiliki kategori tinggi.
Pemahaman masyarakat bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi lingkungan dipengaruhi secara nyata oleh jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya tinggal di lokasi, sedangkan usia dan pendapatan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (non signifikan). Ketidaknyataan yang terjadi sebagai akibat adanya keterbatasan yang merupakan kendala terhadap pemahaman masyarakat, seperti padatnya permukiman, tingginya jumlah penduduk dengan segala sikap dan tabiatnya, atau sempitnya lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan yang terkait dengan peningkatan sanitasi lingkungan.
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sanitasi lingkungan, disarankan peningkatan operasional aparat pemerintah ataupun lembaga struktural seperti aparat Kelurahan, RW, RT dan dapat menggunakan kelompok organisasi LSM yang sudah ada dimasyarakat, serta organisasi keagamaan; memasyarakatkan penggunaan MCK - umum, dengan pemeliharaan dan perawatan secara swa kelola dengan cara memberikan penjadwalan perawatan yang sifatnya wajib sesuai dengan musyawarah yang disepakati, pengguna MCK tidak harus membayar setiap kali memakai, tetapi dengan kompensasi wajib ikut menjaga dan merawat sesuai jadwalnya; disediakannya tempat pembuangan sampah di "sungai" dan pemrogramam secara "bottom up" pada proyek-proyek bantuan yang akan diberikan.

Ciliwung Community Understanding on Environmental Sanitation (Case study in kelurahan Kampung Melayu Jakarta. Timur)The damage incurred on natural resources and environment which is happening at present has close relationship with the increase of population and its dissemination pattern that is imbalance compared with the use of natural resources and environmental support provided. Beside that, the damage was also as the result of in-appropriate management of natural resources and environmental. The result of that condition makes the environment damages in some areas are so badly and critical.
In the living environment, the main problem which has not yet been solved is the solid waste problem. The waste, both solid and liquid resulted have not yet been fully handled seriously because of some constrains mainly in the form of waste collective, handling, and finding the appropriate places to dispose them. Up to the present, some people dispose of domestic waste into rivers, sea, or buried them in the deep hole in the land. All of those methods will threaten the survival of living creature in the world.
Angle (in Murray and Lappin, 1967), stated that several factors which influence people's participation toward environmental activities are: age, occupation, income, level of education, and duration of stay that locality.
In his further explanation, Angle mentioned that middle age persons and over tend to participate actively in every activity in their surroundings. This active participation is as an implementation of knowledge received from information or experience in their life which is later on called "understanding". The reason why the understanding is used in this research on Ciliwung Community Understanding Watershed on Environmental Sanitation, because in the literature's study, "Understanding", means "understand and ready to implement". It means that if somebody has an understanding about something, it means that he or she has already understood and ready to implement what he/she has already understood. So research toward community understanding on environmental sanitation can be seen from the level of their participation in the environmental management.
The goal of this research is to know the level of community understanding who live in the Ciliwung watershed of lain, kelurahan Kampung Melayu on environmental sanitation, and to identify the level of understanding toward environmental sanitation in the research area The results obtained, will be, it is hoped, useful as a consideration in the policy and program formulation of understanding improvement on community sanitation in the environmental management especially in the Ciliwung watershed area, so that normalization of the function of the Ciliwung river can be realized.
The hypothesis of this research is Ciliwung watershed community in kelurahan Kampung Melayu on environmental sanitation is affected by age, level of education, gender, level of income, and duration of living in that area. All of those mentioned above will influence the condition of environmental sanitation.
The technical analysis used in this research is descriptive and correlation is used to find out the correlation among variables, and statistical analysis is also used The data taken are primary and secondary data. Primary data are obtained through structural interview The sample is taken purposively, because the population is homogeneous. The secondary data are obtained from the kelurahan, sub-district office, and related institutions.
Based on the over all research results, the general condition of the research area such as social-economic condition of respondents, and research result and discussion which is focused on knowledge and behavioral problems of community in the Ciliwung watershed on environmental sanitation if it is looked from its understanding towards clean water, waste water management, and waste management, it can be concluded that: environmental sanitation equipment which can be identified such as clean water provided is appropriate, because most of the community have had their own water pump or clean water from Government Water Supply Center (PDAM). But if it is seen from the meaning of clean water that exist in the community of the Ciliwung river's flood plain, where the clean is meant the only water for cooking and drinking purposes, and the water for washing and having shower are still depending on the water of a river. So, the provideness of environmental sanitation on clean water, it is felt has not enough yet.
The drainage condition as a tool for disposal of waste water produced by housing in the research area, in general is good and fulfilled the technical and construction criteria. But in terms of allocation and maintenance of drainage channel is improper This is shown by the presented of blocked waste water from community houses, a lot of trash and a mound of soil come from renovated houses, and putrid odor. If we look into further, we will find out that in some areas, canals are covered by terraces, washing places, parking car, public meeting places, chicken coops and other purposes of community daily life.
The temporary waste disposal location (TPSS) is relatively far from the community houses. It is located at Jatinegara Barat Street (Jalan Jatinegara Barat), next to the railway which is in the border of Kebon Manggis sub-sub district area (kelurahan Kebon Manggis), and at the traditional market next to sub-sub district office (kantor kelurahan), so the community use river as a place to throw their house waste. Generally, the community, before throwing their house trash, they wrap up their trash with a plastic's bag. They pack their trash in order to simplicity in lifting them when its arrive to the Manggarai water gate that is considered by community as a TPSS.
The understanding of kelurahan Kampung Melayu's community on environmental sanitation is at the medium level. The lowest level of understanding has not come out in this discussion. It means that if other communities have already understood at the high level category even though, they are very few, it is considered that they are at medium level of understanding.
The high level in knowledge, behavior or understanding, based on the pre-determined decision that if 60% of the respondents are at the high level category, then in general the level is high.
The understanding of the community of the Ciliwung river's flood plain on environmental sanitation is influenced obviously by gender, education, the duration of stay at the location, nevertheless, age and income showed an insignificant influence (non significant). This is due to the various limitations, and it is considered as constraints toward community understanding, for example, the dense population area or the limitation of land space to conduct activities related to environmental sanitation development.
To improve community understanding on environmental sanitation, it is suggested to improve the operation of government personnel or structural institutions such as personnel of kelurahan, RW, RT and to encourage the existing NGOs to use the existing organizational group especially religious organizations; socialization of using public facilities (MCK) the preservation and maintenance of which are carried out by the community themself based on the agreed regulation such as self-help. Through these efforts, it is hoped that by using the MCK the community do not have to pay; and bottom-up program upon the project-aid given.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ferdinandus S. Nggao
"Kemiskinan merupakan masalah besar bagi Indonesia. Sebelum krisis pertengahan 1997, angka kemiskinan terjadi penurunan, namun sejak krisis meningkat lagi. Berbagai program telah dicanangkan baik pemerintah maupun non pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha. Supaya berbagai program tersebut makin efektif, maka diperlukan penelitian untuk mengevaluasi program. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan program dan mengetahui fakor pendukung dan penghambat pelaksanaan program dengan studi kasus pada Program Pengembangan Keuangan Mikro Bina Swadaya Guswil DKI Jakarta di wilayah Manggarai, Jakarta Selatan dan Kampung Melayu, Jakarta Timur dalam kurun waktu 2001 sampai pertengahan 2004. Evaluasi pelaksanaan program di lihat dari sisi input, process, dan outcome dengan menggunakan indikator yang disebar menurut kerangka penelitian. Untuk input indikator yang digunakan adalah ketersediaan, relevansi, upaya, kualitas, dan etisiensi. Sementara untuk process, indikator yang digunakan adalah pemanfaatan, kualitas, upaya, relevansi, dan keterjangkauan. Untuk mengevaluasi ourcome, peneliti menggunakan indikator dampak, yaitu pada pengembangan kapasitas SDM dan pengembangan usaha. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamataan dan data sekunder berkaitan dengan program. Sementara teknik pemilihan informan dilakukan dengan purposive sampling. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian adalah pengembangan masyarakar, karena program ini berkaitan dengan kedua konsep ini. Konsep lain, keuangan mikro dan usaha mikro, karena program ini berkaitan dengan pengusaha mikro dalan keuangan mikro.
Ada beberapa kesimpulan penting dari hasil penelitian ini. Pertama, Guswil DKI Jakarta telah berhasil menjangkau pengusaha mikro, mampu mengembangkan Sl KSM dengan anggota sebanyak 2.874 orang, terdiri dari 1.568 wanita dan 1.306 pria. Kedua, program ini sangat relevan dengan kebutuhan sasran program. Ketiga, program ini memiliki kendala dalam hal keterbatasan penyediaan dana, fasilitas, dan kapasitas staf Keempat, dari kelima aktivitas yang dilakukan, pengembangan KSM dan pengembangan administrasi KSM serta pengembangan permodalan Iebih banyak dilakukan, sementara dua aktivitas lain yaitu pengembangan usaha produktif dan pengembangan jejaring kurang diperhatikan. Kelima, program ini telah berhasil mengembangkan kapasitas individu anggota, namun hanya pada batas wawasan dan keterampilan yang relatif,sedikit. Sementara pengembangan usaha terjadi bukan karena intervensi yang dilakukan program tetapi lebih karena perjuangan individu anggota. Keenam, perubahan kebijakan terhadap fokus pelayanan telah membawa dampak yang tidak kondusif bagi para pelaksana lapangan dan menggagu pelaksanaan program di lapangan. Ketujuh, terjadi kredit macet yang menunjukkan terjadi penyelewengan dalam penyaluran dana dan juga sebagai dampak mengejar kemandirian guswil. Karena itu, sebaiknya upaya kemandirian guswil dilakukan tidak hanya dengan mengandalkan pendapatan dari pelayanan keuangan mikro, tetapi juga altematif sumber pendanaan lain, seperti mengembangkan usaha, menangani proyek.
Berdasarkan hasil evaluasi, peneliti menyarankan program ini diteruskan dengan beberapa perbaikan, seperti perlu lebih kreatif memobilisasi dana pihak lain untuk pelaksanaan program, monitoring lebih ketat, sehingga tidak terjadi Iagi penyelewengan penyaluran kredit dengan mengacu pada pedoman penyaluran kredit. Perbaikan Iainnya, pelayanan pengembangan usaha produktif perlu ditingkatkan, misalnya, guswil bisa menjadi trading house bagi pemasaran produk kelompok. Kapasitas para stafperlu ditingkatkan agar mampu melaksanakan tugasnya secara lebih optimal, misalnya melalui pelatihan-pelatihan di luar TPKS. Program ini perlu menerapkan secara jelas tahap terminasi, supaya ada kejelasan sampai batas mana sebuah kelompok atau anggota dilayani."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Fariqa
"Pendahuluan: Diare merupakan penyebab kematian pada balita terbanyak di Indonesia dengan proporsi 25,2%. Kasus diare pada balita di Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan Tahun 2012 sebesar 34,09% dari seluruh kasus diare yang ada. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara jenis sumber air bersih dan faktor risiko lainnya dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Metode dan desain studi: Dengan menggunakan desain studi cross sectional, dilakukan survey berbasis populasi pada 153 balita berusia 0—59 bulan di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan pada bulan Mei 2013. Data mengenai kejadian diare balita, jenis sumber air bersih yang digunakan, dan faktor risiko lainnya diukur dalam waktu bersamaan melalui wawancara dengan kuesioner.
Hasil: Prevalensi diare balita sebesar 32,70%. Melalui analisis bivariat chi square,diperoleh beberapa variabel berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian diare pada balita, yaitu jenis sumber air bersih berupa sumur pompa (SPT/SPM) (95% CI 1,30—5,04) PR= 2,56; sarana pembuangan sampah (95% CI1,10—2,70) PR= 1,73; dan risiko pencemaran sumber air bersih (95% CI 1,11—2,84) PR= 1,78.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana sanitasi, pengetahuan ibu/pengasuh, dan hygiene perorangan yang cukup baik saja kurang efektif mencegah terjadinya daire pada balita tanpa diimbangi dengan tersedianya air bersih dari sumber yang berisiko kecil mengalami pencemaran.

Introduction: Diarrhea is the main leading causes responsible for under-fives death in Indonesia with a proportion 25,2%. Under-fives diarrhea cases in Kelurahan Manggarai, South Jakarta in 2012 is 34,09% from all diarrhea cases. This study assessed the correlation between types of water sources used and other related risk factors and the incidence of diarrhea among under-fives in Kelurahan Manggarai, Tebet, South Jakarta.
Methods and study design: By using a cross sectional study, a population based survey conducted among 153 children aged 0 to 59 months in Kelurahan Manggarai, Tebet, South Jakarta during May 2013. Data about the incidence of diarrhea among under-fives, types of water sources used, and other related risk factors were assessed in one time interview by a questionnaire.
Result: Diarrhea prevalence among under-fives was 32,70%. By using chi square analysis, variable statistically significant related to the incidence of diarrhea among under-fives were types of water sources in the form of pump well (handpump well/machine-pump well) (95% CI 1,30—5,04) PR= 2,56; solid waste treatment and facilities (95% CI 1,10—2,70) PR= 1,73; and the risk of contamination of water sources (95% CI 1,11—2,84) PR= 1,78.
Conclusion: The results show that adequate sanitation facilities, caregiver knowledge, and personal hygiene only are not enough to prevent diarrhea incidence among under-fives without adequate water supply from the minimum risk of contamination of water sources.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Endah Susanti
"Skripsi ini membahas perpustakaan komunitas memiliki andil yang cukup besar sebagai sarana terbukanya akses masyarakat terhadap sumber-sumber informasi yang berkualitas. Perpustakaan komunitas juga berperan sebagai sarana pengembangan kreatifitas masyarakat terutama anak-anak karena di perpustakaan komunitas biasanya diadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan dan kreatifitas. Tulisan ini mengambil objek di Rumah Baca Zhaffa, Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan. Permasalahannya adalah bagaimana perpustakaan komunitas mewujudkan perannya di masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Dapat terlihat bahwa walau memiliki berbagai hambatan, perpustakaan komunitas dapat mewujudkan perannya di masyarakat dengan menjadi sarana masyarakat terutama anak-anak untuk belajar, memperoleh sumber bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasannya, mengembangkan kegiatan positif. dan menjadi sarana berkumpulnya masyarakat.

Community library plays an important role as a tool to serve information source to people. Community library‟s role also as a medium of creativity, especially for children, because it‟s common in community library to provide creative activity. This theses emphasizes on Rumah Baca Zhaffa, Manggarai, Jakarta Selatan. The problem was how the community library do its role in society. This research is qualitative research with descriptive analytic method. The result shows that the community library do its role well to people. It is because, the community library become a place for people to expand their horizon of knowledge and doing positive activity through reading and studying in community library. Community library also become a meeting point for the people."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S15618
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>