Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219808 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joyo Nur Suryanto Gono
"ABSTRAK
Tesis pengetahuan politik dan sikap politik Mahasiswa dalam Pemilihan Umum 1992, merupakan penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor komunikasi dan non komunikasi terhadap pengetahuan politik mengenai OPP yang dipilih dan sikap politik terhadap OPP yang dipilih; pada mahasiswa PTS Islam dan Katolik atau Kristen di Yogyakarta. Faktor-faktor komunikasi dalam penelitian ini adalah surat kabar, radio, televisi, keluarga, kelompok sebaya, kampus. Sedangkan faktor-faktor non komunikasi adalah orientasi politik Orang tua responden terhadap OPP, Pendidikan Ayah, dan Pendidikan Ibu responden.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, yaitu menggunakan kuesioner untuk memperoleh data penelitian dari sampel. Populasi diambil adalah mahasiswa dari PTS Islam dan PTS Katolik atau Kristen di Yogyakarta, yang masih tercatat sebagai mahasiswa aktif angkatan 1991 ke bawah dan masih aktif mengikuti mata kuliah hingga saat diadakan penelitian. Hal ini untuk kemudahan memperoleh data, dan saat diadakan pemilu 1992 telah tercatat sebagai mahasiswa aktif.
Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap, cluster dan random sampling. Analisis data dilakukan dengan statistik, yaitu analisis regresi ganda dan analisis diskriminan.
Hasil penelitian untuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sebagai wakil bagi PTS Islam, terhadap pengetahuan politik mengenai OPP yang dipilih, surat kabar merupakan faktor komunikasi dan Orientasi politik orang tua terhadap OPP merupakan faktor non komunikasi yang paling berpengaruh. Sedangkan terhadap sikap politik terhadap OPP yang dipilih, faktor komunikasi kampus memiliki tingkat signifikansi paling kecil, walaupun P = 0,07, tetapi paling mendekati P<0,05, sehingga di antara faktor komunikasi yang lain menunjukkan pengaruh paling besar terhadap sikap politik. Walaupun demikian kampus merupakan "discriminating variabel" paling besar dalam menjelaskan kesenjangan antara pengetahuan politik mengenai OPP yang dipilih dan sikap politik terhadap OPP yang dipilih.
Untuk Universitas Atma Jaya Yogyakarta, sebagai wakil PTS Katolik/Kristen, terhadap pengetahuan politik mengenai OPP yang dipilih, televisi merupakan faktor komunikasi dan Orientasi politik orang tua terhadap OPP merupakan faktor non komunikasi yang paling berpengaruh. Terhadap sikap politik terhadap OPP yang dipilih, maka kampus merupakan faktor komunikasi dan Orientasi politik orang tua terhadap OPP merupakan faktor non komunikasi paling berpengaruh. Sebagai "discriminating variables", kampus merupakan faktor komunikasi dan Orientasi politik orang tua terhadap OPP merupakan faktor non komunikasi paling besar menjelaskan kesenjangan Pengetahuan Politik dan sikap politik."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juneman Abraham
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan mekanisme psikologis dari partisipasi politik mahasiswa. Desain penelitian ini adalah desain korelasional prediktif, dengan teknik analisis data berupa analisis jalur (path analysis). Variabel dependen adalah Intensi Partisipasi Politik. Variabel prediktor adalah Kreativitas dan Sikap terhadap Ilmu Ekonomi. Variabel mediator adalah Pengalaman Berpolitik yang Diperlukan (necessary political experience) dan Efikasi Politik (political efficacy). Penelitian ini mengambil sampel 104 mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang, Jawa Timur (Musia = 19,50 tahun; SDusia = 2,397 tahun). Ditemukan bahwa kreativitas dan sikap terhadap ilmu ekonomi mampu meramalkan intensi partisipasi politik mahasiswa melalui mediasi efikasi politik dan pengalaman berpolitik yang diperlukan (Chi-Square = 8,24, df = 5, P-value = 0,14349, GFI = 0,97, RMSEA = 0,08).

This research aims to find the psychological mechanism of students? political participation. The research was designed with predictive correlational design and the data analysis technique was path analysis. The dependent variable was political participation intention. The predictor variables were creativity and students? attitude toward economics. The mediator variables were the necessary political experience and political efficacy. One hundred and four students of Department of Psychology, FPPsi, Malang State University, participated (Mage = 19.50 years old; SDage = 2.397 years). The research found that creativity and attitude toward economics are significant predictors for students? political participation intention and this prediction is mediated by political efficacy and the necessary political experience (Chi-Square = 8.24, df = 5, P-value = 0.14349, GFI = 0.97, RMSEA = 0.08)."
Universitas Bina Nusantara. Fakultas Humaniora ; Universitas Negeri Malang. Fakultas Pendidikan Psikologi, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Iman Prasetya
"Penelitian ini melihat pengaruh sosialisasi politik terhadap partisipasi politik mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistim politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik (Michael Rush & Philip Althof : 2002. hal 27 ) yang terjadi. Falctor - faktor komponen utama yang diperoleh dari sosialisasi politik tersebut yaitu; keluarga, agama, status sosial, media massa dan lingkungan.
Partisipasi politik merupakan tindakan politik yang dilakukan seseorang atau kelompok. Adapun bentuk partisipasi politik tersebut terbagi dua yaitu konvensional dan non konvensional. Bentuk partisipasi politik konvensional terdiri dari pemungutan suara,, diskusi politik, kampanye, membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan, dan berkomunikasi secara individu dengan pejabat publik atau lobby politik, sedangkan non konvensional terdiri dari demontrasi, pemogokan umum dan perusakan fasilitas umum.
Penelitian tesis menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang tidak lajim dilakukan karena hasil partisipasi politik ini perlu dilakukan pembuktian, dan merupakan keharusan untuk melanjutkan penelitian kuantitatif ini dengan studi empirik berdasarkan literatur media massa, wawancara, dan observasi dilapangan mengenai partisipasi politik mahasiswa tersebut yang diwakili oleh kelompok gerakan mahasiswa yang terdapat di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.
Menurut hasil pengujian diketahui bahwa sosialisasi politik memiliki pengaruh sangat rendah dengan tingkat korelasi (r) sebesar -0,246 dan koefisien determinasi 6,05 %, sedangkan sisanya 94 % ditentukan faktor-faktor lainnya. Untuk frekwensi rata-rata partisipasi politik yang terendah pada mahasiswa Untirta adalah melakukan demonstrasi massa (2,78) , berdiskusi tentang politik (3,35), berkampanye untuk calon partai politik (3,61) , mengajukan pernyataan protes tertulis atau selebaran (3,76), membaca koran tentang politik (3,84) dan berpartisipasi dalam pemogokan (3,91). Sedangkan frekwensi rata-rata partisipasi politik mahasiswa Untirta yang tertinggi adalah meyakinkan teman-teman memberi suara lama dengan diri sandhi (4,21), menghadiri pertemuan/rapat politik (4,00) dan menghubungi para pejabat/politisi untuk melakukan lobi politik (3,98).
Sementara itu hasil peringkat intensitas partisipasi politik ini yaitu pemogokan (35,19), petisi tertulis (26,32), demonstrasi (22,24), kampanye untuk calon partai (21,66), suka menghubungi para pejabat publik untuk lobi politik (20), suka menghadiri rapat politik (16), meyakinkan teman-teman memberi sums sama (13), diskusi politik (7), membawa koran politik (4).Meskipun frekuensi rata-rata umumnya rendah keterkaitan tingginya intensitas kegiatan politik mahasiswa terutama aksi demonstrasi dengan gerakan mahasiswa menunjukan signifikansi yang sangat tinggi diantaranya keduanya.
Kelompok gerakan mahasiswa yang memiliki keterlibatan penuh dalam tindakan aksi politik mereka melalui setiap demonstrasi yang dilakukan yaitu , BEM Untirta, FAM Untirta, FKM Untirta, Gema Baraya (Gerakan Mahasiswa Banten Raya ) Untirta, Kamsat (Komite Aksi Sultan Ageng Tirtayasa), FPMB (Front Perjuangan Mahasiswa Banten), FSPB (Front Serikat Perempuan Banten), HMI,PMII, dan KAM II komisariat Untirta, Kumala, Imala, Kumandang, Himata.
Aksi yang dilakukan dengan orientasi kepentingan mahasiswa seperti dugaan korupsi perpustakaan, beasiswa, pembelian mobil soluna dan kijang kapsul, rekening SPP, pembangunan gedung perkuliahan berlantai 4 (empat), mempercepat penegrian Untirta, dan penurunan biaya SPP.
Sedangkan tema aksi orientasi kepentingan lokal Banten yaitu; perjuangan pendirian Propinsi Banten (1999), pemilihan Gubernur Banten (2001), pemilihan Bupati Serang (2000), petani Cibaliung (2001), penculikan wartawan (2003), dana perumahan DPRD Banter (2003-2004), anggaran pembangunan DPRD Banten (2003), studi banding DPRD Banten ke China (2004), anggaran pendidikan murah (2003), kasus penambangan pasir laut di wilayah Pontang (2003 - 2004), pelantikan anggota DPRD Banten (2004). Aksi yang bersinggumgan dengan kepentingan nasional dan pusat kekuasaan yaitu naiknya BBM, tdl. listrik, telephon (2003), dana KKN Obligasi (2003), pengadilan Akbar Tanjung di Mahkamah Agung Jakarta (2004), dsb. serta masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu lebih rinci.
Membangun kembali pemerintahan mahasiswa ideal di Untirta sebagai bagian kepentingan lembaga formal kemahasiswaan hanya dapat dipenuhi melalui prasyarat yaitu ; 1) kesetaraan jabatan secara struktural organisasi kemahasiswaan dengan pihak rektorat, 2) pengelolaan otonomi keuangan kegiatan kemahasiswaan kembali ke mahasiswa, 3) otoritas kebebasan mimbar mahasiswa melalui pemilu raya mahasiswa,4) membawa prioritas mini pendidikan.
Sedangkan pada kelompok gerakan mahasiswa diluar organisasi struktural internal kemahasiswaan umumnya memiliki banyak kelemahan dilihat dari manajemen organisasi ideal. Hal ini disebabkan masalah tidak adanya kemandirian organisasi secara ekonomi dan kecenderungan organisasi tersebut hanya sebagai organ taktis bersifat temporer untuk melakukan transformasi sosial dan hanya muncul ketika dibutuhkan, tak jarang persoalan independensi kerap dipertanyakan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T11917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993
351.819 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Elsa Natasia Br.
"Penelitian ini menjelaskan pengaruh nilai-nilai ekosentrisme terhadap perilaku pro-lingkungan pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bagaimana nilai-nilai tersebut terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan masyarakat. Penelitian ini berfokus pada bagaimana nilai-nilai ekosentrisme berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan mahasiswa sebab mahasiswa merupakan orang yang terdidik sehingga memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data yang dikutip melalui survei.
Penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bahwasanya nilai-nilai ekosentrisme, nilai-nilai altruistik, nilai-nilai antroposentrisme, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan mereka. Untuk melengkapi studi-studi sebelumnya, peneliti meneliti pengaruh nilai ekosentrisme terhadap perilaku pro-lingkungan Mahasiswa FISIP UI. Nilai ekosentrisme merupakan nilai yang mengutamakan kepekaan terhadap lingkungan dan mengedepankan nilai intrinsik flora, fauna, dan ekosistem. Nilai ini terdiri dari aspek ego- biosentris dan biosfer. Sementara itu perilaku pro-lingkungan merupakan tindakan yang bertujuan untuk meminimalisir dampak buruk terhadap alam dengan cara mengurangi penggunaan energi yang terbatas dan memaksimalkan sumber daya yang ada. Perilaku ini terdiri dari enam aspek yang terdiri dari konservasi energi, mobilitas dan transportasi, konsumerisme, konservasi, aktivitas daur ulang, dan pengurangan limbah.
Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dan korelasi antara kedua variabel tersebut adalah cukup kuat. Artinya tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut adalah sedang positif. Dengan kata lain, nilai-nilai ekosentrisme cukup berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun faktor-faktor lain yang memengaruhi perilaku pro-lingkungan adalah biaya, keterjangkauan aktivitasnya, ketersediaan fasilitas, dan stigma masyarakat.

This study explains the effect of ecocentrism values on pro-environmental behavior in students of the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia (FISIP UI). Previous studies explain how these values affect pro-environmental behavior in society. This study focuses on how ecocentrism values affect pro-environmental behavior among students because students are educated people so they have high environmental awareness. This study uses a quantitative approach by collecting data quoted through a survey.
Previous studies have explained that ecocentrism values, altruistic values, anthropocentrism values, education level affect their pro-environmental behavior. To complement the previous studies, the researcher examined the effect of the value of ecocentrism on the pro-environmental behavior of students at FISIP UI. The value of ecocentrism is a value that prioritizes sensitivity to the environment and prioritizes the intrinsic value of flora, fauna and ecosystems. This value consists of ego- biocentric and biospheric aspects. Meanwhile, pro-environmental behavior is an action that aims to minimize the negative impact on nature by reducing the use of limited energy and maximizing existing resources. This behavior consists of six aspects consisting of energy conservation, mobility and transportation, consumerism, conservation, recycling activities, and waste reduction.
The results of the Chi-square analysis show that there is a significant relationship between the two variables and the correlation between the two variables is quite strong. This means that the level of correlation between the two variables is moderately positive. In other words, ecocentrism values are quite influential on pro-environmental behavior among students of the Faculty of Social and Political Sciences. Other factors that influence pro- environmental behavior are cost, affordability of activities, availability of facilities, and community stigma.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
R. Ali Aulia
"ABSTRAK
Pemilihan tema skripsi ini pertama-tama dilatarbelakangi oleh kejadian-
kejadian yang tampak di Iingkungan mahasiswa dalam kurun waktu satu tahun
terakhir (Mei 1997-Mei 1998). Dalam kurun waktu tersebut berbagai bentuk
partisipasi politik mahasiswa muncul, mulai dari yang unconventional (tidak diterima
sebagai kelaziman oleh budaya politik yang dominan, misalnya demonstrasi),
conventional (partisipasi politik yang dapat diterima, seperti mengirim surat ke MPR)
bahkan tingkah laku apatis. Lingkup mahasiswa juga menjadi menarik karena ia telah
dianggap sebagai agent of change. Fenomena adanya perbedaan pilihan bentuk
partisipasi oleh mahasiswa dapat diterangkan melalui konsep alienasi. Alienasi -
suatu konsep socio-psychological-dapat dipahami sebagai suatu keadaan individual,
yang dijelaskan melalui kondisi-kondisi sosial yang obyektif (Hughes, 1975) dan
pemahaman tersebut merupakan alasan ketiga dalam pemilihan topik ini. Rush
(1990) menyatakan bahwa alienasi dapat menyebabkan individu menjadi sangat aktif
maupun apatis. Contoh yang diberikan oleh Rush tentang individu yang aktif adalah
dalam melakukan partisipasi politik conventional. Sementara itu Conway (1992)
menyatakan bahwa partisipasi politik unconventional adaiah merupakan konsekuensi
dirasakannya alienasi. Dengan dernikian dapat disimpulkan bahwa alienasi dapat
dijumpai pada semua bentuk partisipasi politik, baik conventional, unconventional,
maupun tingkah laku apatis. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa yang
membedakan alienasi yang menyebabkan individu melakukan partisipasi politik
conventional, unconventional, dan tingkah laku apatis ? Satu hal yang mungkin
membedakan adalah dimensi alienasinya. Finifter (1970) telah mengkonstruksi
dimensi aliensi politik, yaitu; political powerlessness (perasaan individu bahwa ia
tidak dapat mempengaruhi tindakan pemerintah) political meaninglessness
(keputusan politik dianggap tidak dapat diramalkan), perceived political
normlessness (persepsi individu bahwa norma atau peraturan yang digunakan untuk
mengatur politik telah diabaikan) dan political isolation (penolakan terhadap norma
yang dipegang oleh sebagian masyarakat).
Karena itu ingin didapat gambaran partisipasi politik pada dimensi alienasi politik
mahasiswa. Variabel dalam penelitian ini adalah alienasi politik mahasiwa dan
partisipasi politik mahasiswa. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa, dan
pengambilan sample dilakukan dengan teknik purposive. Untuk mendapatkan
jawaban atas rnasalah, data diolah dengan menggunakan korelasi Pearson's Product
Moment dan Multiple Regression. Hasil yang didapat adalah: alienasi politik mempunyai hubungan yang positif dengan
apatis; political powerlessness, political meaninglessnes,dan political isolation
memiliki hubungan yang negatif dengan partisipasi politik unconventional; serta
alienasi politik memiliki hubungan yang negatif dengan partisipasi politik
conventional. Gambaran kedua yang didapat adalah:political powerlessness, political
isolation menjadi faktor yang paling memberi kontribusi terhadap apatis; political
powerlessness paling memberi kontribusi terhadap dilakukannya partipasi politik
unconventional; political isolation paling memberi kontribusi dilakukannya
partisipasi politik conventional.Saran untuk perbaikan alat adalah: menambah jumlah
item pada dimensi political normlessness, mengurangi pernyataan negatif pada
political powerlessness, dan melihat korelasi dengan keadaan obyektif. Sementara
saran yang diberikan sebagai hasil penelitian ini adalah: hindari keadaan yang
mendorong dirasakannya alienasi politik karena mendorong munculnya tingkah laku
apatis."
1999
S2745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmanzah
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia , 2011
324.2 FIR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Zulkifli
"Golongan menengah memi1iki peran yang besar saat kita menganalisis struktur masyarakat. Unfuk konteks Indonesia peran golongan ini mengalami pasang naik dan surut seiring perubahan sistem politik yang berlaku di Ind onesia : sistem demokrasi parementer. Demokrasi terpimpin dan orde baru.
Pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an terjadi sejumlah perubahan pada situasi politik Indonesia. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana peran golongan menengah Indonesia itu yang dalam konteks penelitian ini
adalah bagaimana isi komunikas politiknya terhadap suatu
peristiwa demokratisasi di Indonesia kini. Sebagai kasus demokratisasi dipilih kasus Kongres Luar Biasa Partai Demokrasi Indonesia (KLB-PDI). Sedangkan kelompok yang diidentifikasikan sebagai golongan menengah adalah intelektual, mahasiswa kelompok profesional, pemimpin suratkabar dan pengusaha/pedagang Penguktiran isi komunikasi politik ini dilakukan dengan metodologi analisa ini kualit.aUf terhadap seluruh
pernyataan kclima kelompok yang .diteliti yang terdapat pada
suratkabar Kompas dan Media Indonesia pada periode 2-13
Desember 1993. Dari konseptualisasi yang dilakukan terhadap pernyataan
kelima kelompok yang diteliti terhadap isu KLB PDI diperoleh
2 isu utama KLB POI: isu independensi partai dan isu kepemimpinan.
Terhadap isu independensi partai, kelima kelompok
masyarakat yang diteliti umumnya tidak sepenuhnya menolak
intervensi eks ternal terhadap POI. Artinya intervensi itu
dipahami Sebagai sesuatu yang ada dalam kon teks kehidupan
partai politik di Indonesia yang memungkinkan peran negara
sebagai ekuatan eksternal. Apa yang kelima Kelompok masyarakat
anggap penting adalah bagaimana mengurangi peran kekuatan
eksternal tersebut dan bukan menghi langkannya sama sekali.
Sebagai catatan , kekuatan eksternal yang dimaksudkan oleh
kelima kelompok masyarakat yang diteliti adalah negara.
Terhadap isu epemimpinan, yang lebih dipilih umumnya
adalah tipe kepemimpinan figuritas taripada ipe kepemimpinan
kelembagaan. Tipe kepemimpinan yang pertama lebih
menyangkut figur tokoh itu dengan mitos-mitos yang melekat
padanya -- dan tipe yang kedua lebih mengacu pada kemampuan
diri tokoh tersebut dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
di dalam organisasi yang dipimpinnya"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S4116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>