Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104632 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Nurjani
"ABSTRAK
Cheilitis angularis adalah peradangan pada satu atau kedua sudut mulut yang berupa maserasi, fisur dan eritema yang erosi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya cheilitis angularis antara lain berkurangnya dimensi vertikal, defisiensi nutrisi dan "superimpose" dari mikroorganisme yaitu Candida albican, Staphylococcus dan Streptococcus. Pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada anak-anak SD kecamatan Pacet kabupaten Cianjur temyata ditemukan banyak penderita cheilitis angularis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya mikroorganisme pada cheilitis angularis anak-anak didaerah ini dan mikroba mana yang lebih banyak ditemukan. Subyek dipilih dari muridmurid SD dikecamatan Pacet kabupaten Cianjur. Dari 315 orang murid, ditemukan 85 orang (24,21%) yang menderita cheilitis angularis. Hasil yang diperoleh dari 79 sampel yang dapat dianalisa secara mikrobiologis terlihat pria lebih banyak dari wanita, makin meningkat umur anak terlihat penurunan jumlah penderita cheilitis angularis, ditemukan mikroorganisme dengan urutan terbanyak stafilokokus 48 (60,75%), streptokokus 42 (53,16%) dan candida 23 (29,75%), makin parah cheilitis angularis makin banyak dapat diidentifikasi kombinasi mikroorganisme. Kesimpulan yang diperoleh, bukan saja golongan jamur berperan pada cheilitis angularis, tetapi kuman golongan kokus lebih banyak ditemukan dibanding jamur. Oleh sebab itu dalam pemberian terapi diperlukan kombinasi anti jamur dan antibiotik secara topikal.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Rosa Delima
"Dental caries is a multifactorial disease that can affect all levels of society. There are several factors that take part ini caries initiation. Caries risk factors in children are related to age, gender, use of bottles, tooth brushing frequency, the role of the mother, and parental education. The purpose of this studywas to find out factors related to the cause of early childhood caries experienced by preschool children at PAUD Kenanga 17 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, North Jakarta. An observational analytical methods with cross sectional approach was used in this study. Subject in this study consisted of 20 children as a total sample of the population. Data collection was carried out using questionnaires and def-t index was employed for dental examination. Data processing and statistical analysis using chi-square test were applied with a significance value of p <0.05. The results showed significant correlation between age (p value 0.001) and gander (p value 0.047) andearly childhood caries.however, no correlation was observed betwen the use of bottle (p value = 0.909), frequency of tooth brushing (p value 1.00), role of mother (p value 1.00), and i parental education (p value = 0.798) and early childhood caries."
Jakarta: Universitas Yarsi, 2015
362 STK 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sarworini Bagio Budiardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0577
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0583
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Rinati Adrin
"ABSTRAK
The aim of this study was to determine the difference of oral hygiene and teeth caries in children with asthma bronchiale, age 3-6 years with several levels of frequency of asthma attack. Fifty children with asthma bronchiale were chosen from Pulmonology Clinic University of Indonesia RSCM. This study used Green and Vermillion to asses the oral hygiene and def-t index for measured caries. The frequency of asthma attack was the amount of attack of children using drugs per year. The sample was divided into 3 groups. The first group consists of children with asthma 2-6 attacks per year. Second group with 7-12 attacks per year and the third group more than 12 times per year. One way ANOVA test showed that the oral hygiene and def-t had significant differences between the three groups (p<0.001). Tukey test showed that oral hygiene had significant differences between the group I-II and I-III (p<0.001). In Tukey test for def-t showed there was a significant difference between the group I-II, I-III, II-III respectively (p<0.001). There was a strong correlation between oral hygiene and frequency of asthma attack (r=0.68), def-t and frequency of asthma attacks (r=0.75), and oral hygiene and caries (r=0.85)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Henri Winangun
"ABSTRAK
Perikoronitis merupakan salah satu komplikasi dari adanya gigi molar tiga bawah yang impaksi. Keadaan ini dapat berkembang menjadi infeksi yang berbahaya, bahkan fatal. Literatur mengatakan bahwa kejadian ini akibat adanya suatu trauma dari gigi antagonisnya, yang menyebabkan masuknya kuman ke dalam jaringan sehingga menimbulkan radang / infeksi. Kejadian tersebut dapat terjadi pada berbagai klasifikasi impaksi, berkaitan juga dengan faktor umur, jenis kelamin, dan kebersihan mulut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kejadian ini pada gigi molar 3 bawah impaksi sebagian sehubungan dengan ada atau tidaknya trauma gigi antagonisnya.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, pada semua pasien perikoronitis yang datang di poliklinik gigi RSCM, dari bulan Pebruari sampai dengan Juli 1994. Pasien pasien tersebut diperiksa dan dicatat pada form khusus penelitian, dalam kelompok umur, jenis kelamin, kebersihan mulut dan kiasifikasi impaksi.
Hasil penelitian menunjukkan ditemukan 67 pasien perikoronitis, dengan ratio laki-laki: perempuan = 2:3. Trauma akibat gigi antagonis sebanyak 48 kasus {72%) dari seluruh kasus perikoronitis. Jumlah kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur 20 - 29 tahun, dengan kebersihan mulut sedang. Menurut klasifikasi gigi impaksinya menunjukkan bahwa pada kelas I dan II relatif hampir sama banyaknya, pada posisi A jauh lebih banyak dari pada posisi B, dan sumbu terbanyak adalah vertikal. Tetapi dilihat dari ada atau tidaknya trauma gigi antagonis maka belum dapat disimpulkan secara hubungan kausal terhadap kejadian perikoronitis. Kesimpulan yang dapat diambil adalah memang cukup banyak ditemukan kasus perikoronitis dengan trauma gigi antagonis."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talia Andam Sadikin
"Latar Belakang: Restorasi resin komposit masih memiliki kekurangan, yaitu terjadinya kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan restorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara RK packable (RP) dan RK flowable dengan kandungan filer tinggi (RF).
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada tiga puluh dua gigi premolar kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ditumpat dengan RP, kelompok kedua dengan RF, keduanya ditumpat secara inkremental. Selanjutnya spesimen dilakukan uji thermocycling dan diikuti perendaman dalam biru metilen 1% selama 24 jam. Gigi kemudian dibelah bukolingual dan diamati menggunakan mikroskop stereo pembesaran 14x dan dinilai dalam skala ordinal (0-4). Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kelompok RP dan RF (p=0,699).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kebocoran mikro menggunakan RP maupun RF yang ditumpat secara inkremental. Namun secara substansi, RF menunjukkan kebocoran mikro lebih sedikit dibandingkan dengan RP.

Background: Composite resins undergo contraction during polymerization which may result in microleakage and leads to restoration failure. The purpose of this study is to analyze the microleakage of Class I restorations that were filled with packable composite (RP) and high filler flowable composite (RF) incrementally.
Methods: Standardized Class-I cavities were prepared on 32 extracted human premolars and randomly assigned into two groups. The first group were filled with RP and the second group were filled with RF. The specimens were subjected to thermocycling, followed by immersion in 1% methylene blue dye for 24 hours. The teeth were sectioned bucco-ligually and evaluated for microleakage under 14x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale (0-4). Statistical analysis was performed with the Kolmogorov-Smirnov test.
Results: There was no significant difference between group RP and RF (p=0.699).
Conclusion: There is no significance difference between microleakage by RP and RF. But substantially, RF provided less microleakage than RP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi S. Soebekti
"ABSTRAK
Memilih ukuran gigi anterior atas dalam pembuatan Gigi Tiruan Penuh, memerlukan ketrampilan tersendiri.
Pada penelitian ini dicari tanda-tanda anatomik di wajah yang mungkin dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan ukuran gigi anterior atas. Tanda-tanda anatomik yang digunakan adalah ukuran lebar sayap hidung dan ukuran lebar Sudut mulut.
Sampel yang digunakan adalah mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu, serta memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Hasil yang didapat menunjukkan adanya hubungan antara ukuran lebar gigi anterior atas dengan ukuran lebar sayap hidung, dan ukuran lebar sudut mulut.
Selain itu hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu lebih lebar dari ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG di Inggris dan populasi di Colorado. Sedang ukuran gigi anterior atas tidak menunjukkan adanya perbedaan. Sehingga pedoman yang umumnya digunakan dalam pembuatan gigi tiruan, khususnya Gigi Tiruan Penuh, bahwa garis yang ditarik dari tepi sayap hidung sejajar dengan garis tengah muka, akan melalui puncak tonjol kaninus atas, belum sepenuhnya dapat diterapkan."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Anggraeni Wibawaningsasi
"Penggunaan sudut ANB dan Wits di klinik sebagai metode pengukuran diplasia dentokraniofasial jurusan anteroposterior adakalanya memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya pengaruh antara lain variasi posisi Nasion dan kemiringan garis oklusi. Dengan dasar pemikiran bahwa pemakaian lebih dari dua parameter akan memberikan hasil yang lebih baik dan lebih jelas, maka sudut SGn AB yang diperkenalkan oleh Sarhan, dipakai sebagai alat bantu mendiagnosa hubungan mandibula dan maksila ke kranium dalam jurusan anteroposterior.
Penelitian yang merupakan suatu studi awal ini dilakukan pada pasien dewasa yang datang ke klinik ortodontik FKGUI dari bulan Januari 1990 sampai dengan bulan Desember 1993. Tujuannya membuktikan bahwa parameter SGn AB bersama-sama metode sudut ANB dan Wits dapat dipergunakan untuk identifikasi adanya displasia dentokraniofasial jurusan anteroposterior secara lebih baik.
Subjek yang diteliti berupa 70 sefalogram yang terdiri dari 45 wanita dan 25 pria berusia 19-25 tahun, bangsa Indonesia, belum pernah mendapat perawatan ortodontik. Dari setiap subjek diukur sudut SNA, sudut SNB, sudut ANB, sudut SGn AB dan Wits.
Untuk mendapatkan klsifikasi maloklusi, sudut ANB diukur memakai ukuran Steiner yaitu 2° dengan SD ± 2°. Sudut SGn AB diukur menurut norma ukuran Sarhan dan Wits diukur sesuai ukuran Jacobson yaitu 0 mm dengan SD ± 1 mm. Dilakukan pengelompokan klasifikasi maloklusi antara sudut ANB dan Wits, antara sudut SGn AB dan ANB maupun antara sudut SGn AB dan Wits.Kemudian dilihat tingkat ketidakselarasan antara sudut ANB dan Wits, antara sudut SGn AB dan sudut ANB, serta antara sudut SGn AB dan Wits.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat ketidakselarasan antara sudut ANB dan Wits sebesar 24.2 %, dengan kelompok klasifikasi maloklusi yang berbeda sebesar 17 sampel. Pengukuran memakai sudut SGn AB menghasilkan koreksi sudut ANB sebesar 11 sampel, Wits sebesar 6 sampel. Ketidak selarasan antara sudut SGn AB dan sudut ANB sebesar 14 %, dan ketidak selarasan antara sudut SGn AB dan Wits sebesar 10 %.Terlihat bahwa ketidakselarasan antara sudut ANB dan Wits adalah lebih besar dari pada ketidakselarasan antara sudut SGn AB dan sudut ANB maupun antara sudut SGn AB dan Wits.
Secara umum dapat disimpulkan posisi nilai sudut SGn AB yang terletak ditengah-tengah sudut ANB dan Wits, menunjukkan bahwa sudut SGn AB dapat digunakan untuk mengoreksi sudut ANB dan Wits secara seimbang. Dengan dernikian sudut SGn AB dapat digunakan sebagai alat bantu yang menunjang keakuratan pengukuran displasia dentokraniofasial jurusan anteroposterior, disamping metode sudut ANB dan Wits."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutadi Heriandi
"ABSTRAK
Mutans streptococci are considered as major bacteria in human dental caries, and S. mutans and S. sobrinus are the ones most commonly found in humans. It has been shown from previous study that the numbers of S. sobrinus in oral samples are usually underestimated, and the S. sobrinus colonies are often misidentified as S. mutans. The aim of this study was to identify S. mutans and S. sobrinus from dental plaque of children. Dental plaque samples were collected using sterile cotton swabs from first and second upper deciduous molars from 3 children. Samples of dental plaque were inoculated onto MSB-0.5% yeast extract-20% sucrose. Identification of S. mutans and S. sobrinus was performed using examination of colony morphology and biochemical analysis with inulin and rafinose. Identification results were then documented as digital images with Olympus Digital BX 51. S. mutans form convex, translucent colonies with rough margins, while the S. sobrinus colonies are translucent, circular, with pinpoints are smooth margins. Aglisining bubble often accumulates on top of the colony when excessive glucan is synthesized from sucrose. Biochemical analysis had showed positive reaction on S. mutans, and negative on S. sobrinus. From this study it can be concluded that S. mutans and S. sobrinus could be identified clearly with examination of colony morphology and biochemical analysis."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>