Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Florentius Heru Stoffer
"Latar Belakang
Hubungan antara karya sastra dan kenyataan sering dipertanyakan oleh para kritikus sastra. Kenyataan di sini adalah segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
Salah seorang kritikus yang mencoba melihat hubungan tersebut adalah Aristoteles (384-322 SM) melalui sebuah konsep mimesis yang dikemukakannya. Dalam karyanya yang berjudul Poetica, ia mengatakan bahwa mimesis bukan semata-mata tiruan kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif. Bertolak dari sebuah kenyataan, seorang penyair mencoba menciptakan suatu kenyataan lain. Dengan bermimesis seorang penyair sebenarnya menciptakan kembali kenyataan, berdasarkan hal-hal yang pernah ada, atau hal-hal yang dibayangkan seharusnya ada, baik berupa fakta, keyakinan, maupun cita-cita (Luxemburg, et.al, 1992:17).
Dalam ilmu sastra modern, teori Aristoteles mengenai mimesis masih diperhatikan, terutama teorinya mengenai recreatio, yang berasumsi bahwa karya sastra merupakan suatu dunia tersendiri. Di satu pihak karya sastra dapat dianggap sebagai sebuah cermin atau gambaran mengenai kenyataan, akan tetapi di pihak lain karya sastra juga dianggap mampu menciptakan dunianya sendiri, yakni dunia kata-kata, sebuah dunia baru yang kurang lebih terlepas dari kenyataan. Unsur-unsur khayalan yang terlepas dari kenyataan tersebut dikenal sebagai fiksionalitas. Dengan demikian sebuah teks fiksi adalah teks yang mengandung unsur-unsur tersebut (ibid: 19).
Dalam pengertian sintaks naratif, fiksi menunjuk pada sekumpulan teks dengan ciri--ciri yang khas. Dalam hal ini karya sastra, misalnya roman dan novel -dengan berbagai aturan dan pengelompokannya- dapat dianggap sebagai fiksi. Sedangkan fiksi dalam pengertian semantik menunjuk pada status denotatum, yakni rekaan.
Kebenaran fiksi di sini sebenarnya berkaitan dengan sebuah kenyataan yang didenotasikan. Akan tetapi kedua pengertian tersebut saling berkaitan, artinya di dalam fiksi menurut pengertian sintakis terdapat fiksi dalam pengertian semantik (Van Zoest, 1990: 5).
Fiksi merupakan gabungan dari realitas dan imajinasi. Seringkali realitas dalam fiksi seolah-olah dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, akan tetapi tidak jarang realitas tersebut nampak jauh dari jangkauan realitas, sehingga sukar dibedakan dengan imajinasi. Realitas yang kelihatan jauh dari realitas kita seharihari inilah yang disebut sebagai "realitas intern", yakni kebenaran yang terikat oleh kesepakatan dan sama sekali lepas dari kenyataan yang mentah (ibid: 44).
Fiksi memberi kebebasan kepada pengarang untuk menyimpang dari realitas sehari-hari. Seorang penulis secara leluasa dapat mengolah tanda/denotatum ke dalam karyanya sehingga membentuk kebenaran baru, kebenaran tekstual, yakni sebuah "dunia mungkin"."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryani Setyo Astuti
"Keadaan suatu masyarakat berkaitan erat dengan keadaan sosial ekonomi politik dan budaya yang terjadi di dalamnya begitu pula yang terjadi ketika kudeta militer di Turki pada tahun 1960 yang dianggap pihak militer sebagai bentuk revolusi Paviliun istana menjadi saksi bisu Zafer enocak menggambarkan keadaan masyarakat Turki yang belum sepenuhnya siap menghadapi perubahan besar sehingga dapat kita lihat dari habitus yang tercermin dari setiap agen yang berperan di dalamnya Demokrasi diinginkan untuk mengubah sistem yang sebelumnya namun nyatanya nilai nilai yang tertanam di benak masyarakat tidak mudah dihapuskan begitu saja karena setiap invidu membawa modalnya sendiri sendiri untuk mempertahankan posisinya

The general condition of one particular civilization is tightly related to the citizens'social economical political and cultural condition This is what happened when there was a military coup in Turkey in 1960 which was considered by the military as a revolution The Palace's Pave had become a silent witness Zafer enocak reveals the condition of the unprepared Turkish people facing the big change The readers can observe it from the habitu s reflected in every of the agents'role in the story Democracy was needed in order to change the previous 'revolutionary' system in Turkey but in reality values that were already constructed in the society's mind in the era of 'revolution' cannot be forgotten just as easily because every individual bring his own modals to defend his position "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karya sastra jawa (Kuna) banyak memuat berbagai aspek ,seperti sejarah,budaya seni,ajaran,teknologi maupun aspek kehidupan yang lainnya. kesemuanya itu merupakan warisan yang tidak dapat dinilai harganya...."
PATRA 9(3-4) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbayak, Desri Maria
"ABSTRAK
Novel Song of Solomon karya Toni Morrison dan novel Mama Day karya Gloria Naylor merupakan dua karya besar penulis wanita kulit hitam. Dengan menggunakan unsur mitos dan aspek supranatural dalam menggerakkan alur cerita, Morrison dan Naylor mengangkat satu tema pencarian "dunia baru" melalui masing-masing tokoh utamanya. "Duna baru" yang merupakan sebuah idealisme dan obsesi orang kulit hitam untuk menemukan identitas rasnya disampaikan dengan sangat rill oleh Morrison dan Naylor. "Dunia baru" tersebut dikonstruksikan sebagai sebuah kota Shalimar dan pulau Willow Springs dengan ciri-ciri budaya lama orang kulit hitam sebagai pembentuknya.
Persoalan pencarian "dunia baru" yang berkaitan erat dengan konstruksi ras ditelaah dengan menggunakan satu pendekatan sosio-historis yang akan memaparkan persoalan dibalik pencarian "dunia baru". Song of Solomon dan Mama Day mengungkapkan bahwa permasalahan orang kulit hitam muncul tidak hanya ketika mereka berinteraksi dengan orang kulit putih sebagai pembeda, namun permasalah rumit yang muncul kemudian adalah ketika orang kulit hitam berinteraksi dengan sesama orang kulit hitam sendiri. Pada saat yang sama, Song of Solomon dan Mama Day mengungkap konflik internal ras kulit hitam sebagai manifestasi dari kaburnya identitas ras kulit hitam.
"Dunia baru" yang diposisikan di Selatan tersebut memapahkan konsep Utara yang selama ini disebut sebagai Promised Land. Idealisme ini akhirnya menyodorkan sebuah konstruksi sejarah baru orang kulit hitam, yang mengungkapkan kemampuan orang kulit hitam untuk bebas dari perbudakan. Konstruksi sejarah baru ini sebagai satu usaha untuk menepis sejarah orang kulit hitam yang selama ini dibentuk melalui kacamata orang kulit hitam yang selalu dihubungkan dengan perbudakan dan ketidakberdayaan orang kulit hitam.
"Duna baru" hanya merupakan sebuah alat untuk sementara lari dari konflik dilematis orang kulit hitam. Pencarian "dunia baru" tidak menjawab permasalahan orang kulit hitam untuk menemukan identitas rasnya. Morrison dan Naylor memaparkan posisi orang kulit hitam yang masih tetap tinggal dalam konflik dilematis yang sangat kuat dengan menunjukkan kegagalan kedua tokoh bertahan di "dunia baru" yang mereka cari.

ABSTRACT
Both Song of Solomon and Mama Day are masterpieces written by two black women writers, Toni Morrison and Gloria Naylor. They use mythical and supernatural aspects to develop the plot and present an issue of quest for a "new world" through respective character. "New world" as the Blacks' idealism and obsession is presented as a real fact. The "new world" is constructed as Shalimar town and Willow Springs Island. Both are characterized by the old culture of the Blacks.
The quest for the "new world" relating to the race categorization is analyzed by using the social-historical approach. The approach is employed to find out the problems behind the quest. Morrison and Naylor express that the Blacks' problems arise not only because of the interaction between the Whites, but also because of the interaction among the Blacks themselves which brings about more complicated problems. At the same time Song of Solomon and Mama Day present internal conflicts of the Blacks as the manifestation of their unclear identity.
"New world" positioned in South of America and rejects the existing concept of the North as the Promised Land. The idealism depicts a new history of the Black. It shows the ability of the Blacks to get freed from slavery. The construction functions as an effort to repute the Blacks' history which has been formed through the Whites' perspective before. It always relates to the Blacks' disability and slavery.
The "new world" is one of the means through which the Blacks can escape from their dilemmatic problem. The quest for "new world" can't answer the question of authentic identity. This thesis also concludes the writer's tone, which expresses dilemmatic conflicts of Blacks through the failure of the main character, to survive the "new world"."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gindho Rizano
"ABSTRACT
Tesis ini membahas novel Fight Club dalam konteks politik kelas pada masa kapitalisme lanjut. Fokus dari penelitian adalah melihat bagaimana novel transgresif tersebut berfungsi sebagai alat ideologis sistem kapitalisme dan sekaligus sebagai kritik implisit terhadap sistem tersebut. Novel dianalisis melalui perspektif Marxis menggunakan teori pembacaan political unconscious oleh Fredric Jameson. Dapat disimpulkan bahwa Fight Club mengandung impulsimpuls utopia dengan mengkritik kontradiksi-kontradiksi kapitalisme lanjut seperti alienasi, reifikasi komoditas, dan konsumerisme. Namun, pada saat yang sama novel tersebut dipengaruhi oleh ideologi kapitalis yang membuat kritik novel terhadap kapitalisme menjadi problematis.

ABSTRACT
This thesis discusses Fight Club in the context of class politics of late capitalism. It explores how the transgressive novel can be interpreted as an ideological tool of capitalism as well as an implicit critique of the economic system. The novel is analyzed through Marxist perspective using Fredric Jameson?s theory of the political unconscious. It is concluded that Fight Club contains utopian impulses that criticize the contradictions of late capitalism such as alienation, reification, and consumerism, while at the same time contains the ideology of capitalism that makes the critique problematic.
"
2010
T26631
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Golda Nisa
"Penerjemahan bukan hanyak mengenai proses pemindahan suatu teks dari satu bahasa ke bahasa lainnya, tapi ia "menerjemahkan suatu teks ke dalam bahasa lain dengan cara sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks." (Newmark dalam Haque, 2012). Maka, dalam memenuhi tujuan penerjamahan, bukanlah hal yang gampang, khususnya dalam bidang sastra. Sebuah badan penerbit yang telah menerjemahkan sastra klasik ke dalam Bahasa Indonesia adalah Fiksi Lotus, dengan salah satu cerpennya Charles oleh Shirley Jakcson. Mirip dengan karyanya yang sebelumnya, Charles adalah sebuah prosa yang menawarkan akhiran cerita yang tak terduga, dan hal ini dicapai melalui foreshadowing dalam tokoh utama, yaitu Laurie. Namun, dalam terjemahannya, ada beberapa perbedaan, baik yang berupa dalam deep atau surface meaning. Oleh karena itu, sebuah kajian mengenai terjemahan cerpen Charles diperlukan, khususnya mengenai penokohan Laurie melalui ucapannya, tindakannya dan deskripsi langsung, dengan memahami arti proposisi dan ekspresif yang terkandung di dalamnya.

Translation is not only a process of transferring one text to a different language, but it is "rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text" (Newmark in Haque, 2012). In fulfilling the function of translation, then, is a difficult one, especially in the field of literary. One publisher who has translated classic literary into Indonesian is Fiksi Lotus with one of its prose "Charles" by Shirley Jackson. Similar to her other works, "Charles" is a prose which offers a twist at the end, and this is achieved with the help of foreshadowing through the main character Laurie. However, along the translation, there seems to be a difference with the source text, whether it is the deep or surface meaning. Thus, an analysis of the translation of the short story, specifically of the characterization of Laurie depicted through his speech, action, and direct description in the Indonesian version of the story Charles by understanding both the propositional and expressive meaning, is needed in order to see whether it has fulfilled the intended message which is being conveyed by the source text.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliati
"ABSTRACT
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab tokoh Hasan menjadi seorang ateis dan bagaimana proses perubahan spiritual Hasan dari seorang Islam yang taat menjadi seorang yang ateis serta bagaimana pemikiran Islam dalam menolak paham ateis. Masalah penelitian ini adalah 1) apa yang menjadi penyebab tokoh Hasan menjadi seorang ateis; 2) bagaimana proses perubahan spiritual Hasan dari seorang Islam yang taat menjadi seorang yang ateis; dan 3) bagaimana pemikiran Islam dalam menolak paham ateis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka. Berdasarkan kajian dapat diketahui bahwa penyebab terjadinya transformasi spiritual pada tokoh Hasan dari seorang Islam taat menjadi seorang ateis adalah karena lemahnya tradisi berpikir Islam yang dimilikinya serta faktor percintaan yang mengesampingkan norma dan etika agama."
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MABASAN 11:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Right up until the end of the Hellenistic era the ancient Greeks did not realise that on the far eastern side of the Asiatic continent there was a Chinese civilisation. Before knowledge of China reached the West, silk was introduced there, imported from a country inhabited by a people called the Seres (Σῆρες). We find in Strabo’s Geography the oldest certain reference to the Seres, which originates in the lost history of Apollodorus of Artemita, who described the successes of the Indo-Greek rulers (200–180 BC and 155–130 BC). The real explosion of information about silk and the Seres as its producers came only at the beginning of the Augustan era, for the first time in Horace’s Epodes (between 40 and 30 BC). The Seres became a popular motif in Augustan poetry; in the Georgics Virgil was the first to mention expressis verbis that the Seres were the producers of fabrics. Yet even though the appearance of silk in Augustan Rome is absolutely certain, we cannot be completely sure that contemporary Romans knew anything of China. It is highly likely that the first references to the Seres refer to people from southern India. The first certain piece of information about China is a reference in the Periplus of the Erythraean Sea (40–70 AD) about a country called Thin, whose capital is Thina. New observations made by travellers on overland and maritime routes were written about by Marinus of Tyre and then Claudius Ptolemy, who separated Serica, which is placed in the middle of the continent, from the country of Sinae (Σῖναι). In the third century AD the Roman Empire was experiencing an internal crisis and in China the empire of the Han dynasty was fractured into local states, so there is nothing strange in the weakening of direct trade relations between China and Rome. The book-knowledge of the ancient authors would from this point be the only source for garnering information about China in the Latin West right up until the thirteenth century."
300 HOZ 6:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahsanul Husna
"Skripsi ini membahas tentang tema dan amanat dalam novel Mendhung karya Yes Ismie Suryaatmadja. Untuk mengungkap tema dan amanat, terlebih dulu dilakukan analisis struktur dalam novel, yaitu alur; tokoh; dan latar, berdasarkan buku Memahami Cerita Rekaan oleh Panuti Sudjiman. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat satu tema utama dalam novel Mendhung yaitu perselingkuhan, serta dua tema sampingan yaitu kesenjangan sosial dan ketidakadilan jender. Amanat yang terdapat dalam novel Mendhung adalah ketidaksetiaan dapat membuat seseorang kehilangan segala yang dimilikinya, serta seorang laki-laki harus bersikap tegas.

This paper discusses about theme and mandate in novel Mendhung, Yes Ismie Suryaatmadja work. To reveal the theme and mandate, first do structure analysis of the novel, namely groove; character; and background, based on the book Memahami Cerita Rekaan by Panuti Sudjiman. Results from this research, there is a main theme in the novel Mendhung, that is affair, as well as two side themes, namely social inequalities and gender inequities. The mandate in novel Mendhung is infidelity can make someone lose everything, and a man had to be firm."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Windiyarti
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan mengungkapkan perubahan kepribadian tokoh Nayla dalam novel Nayla. Sumber data penelitian ini adalah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis Karen Horney. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan psikoanalisis. Pembahasan ini menghasilkan hal-hal berikut. Pertama, hubungan orang tua-anak yang buruk menciptakan berbagai peristiwa yang mendorong munculnya konflik batin tokoh Nayla. Kedua, konflik batin yang berupa kecemasan-kecemasan memicu timbulnya tingkah laku neoritis berupa tindakan-tindakan menyimpang tokoh Nayla untuk meraih kebermaknaan hidup.
Kata kunci."
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
400 JIKK 15:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>