Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardian Budhi Nugroho
"Pada saat penyelenggaraan World Food Summit: five years later (KTT Pangan 5) tahun 2002, dunia dihadapkan pada permasalahan lebih dari 800 juta penduduk mengalami kerawanan pangan. Untuk mengatasinya, FAO memandang bahwa suatu upaya bersama seluruh pihak khususnya negara dalam meningkatkan kerjasama di tingkat global (multilateral) untuk menciptakan ketahanan pangan harus dilakukan. Untuk itu, FAO menetapkan target bahwa pada tahun 2015 jumlah masyarakat yang mengalami kerawanan pangan dan malnutrisi dapat berkurang setengahnya atau sebanyak 400 juta orang.
FAO memperkirakan bahwa jumlah terbesar masyarakat yang mengalami kerawanan pangan dan malnutrisi berada di negara berkembang sebanyak 799 juta orang dan mayoritas sebanyak 500 juta berada di kawasan Asia Pasifik. Dari jumlah tersebut 31 persennya di antaranya berada di kawasan Asia Tenggara (data FAO periode tahun 1995-1997).
Dengan latar belakang itu, tesis ini disusun untuk mengkaji langkah-langkah penanganan isu ketahanan pangan pada tingkat global dengan mengkaji peran yang telah dimainkan o]eh FAO sejak penyelenggaraan KTT Pangan tahun 1996 hingga KTT Pangan 5 tahun 2002 dengan memotret kemajuan implementasinya di kawasan Asia Tenggara.Untuk itu, penelitian akan menggunakan interstate level of analysis (Goldstein: 1996) karena fokus kajian adalah kerjasama antar negara di kawasan Asia Tenggara. Penelitian tidak dimaksudkan untuk mengkaji peran aktor non-negara, walaupun memiliki peran yang menentukan dalam penciptaan ketahanan pangan di tingkat nasional dan global. Penelitian juga tidak ditujukan untuk mengkaji isu pangan dalam konteks perdagangan bebas.
Dalam mengkaji isu ketahanan pangan, tesis ini menggunakan perspektif Green Thought (Swans dan Petti ford: 2001) yang menegaskan bahwa isu lingkungan hidup dapat dijclaskan scbagai isu scdcrhana yang saat ini diarahkan pada pemecahan masalah yang dapat dicapai melaiui kerjasama internasional. Untuk menjelaskan kerjasama internasional yang dilakukan maka akan digunakan konsep multilateralisme (Ruggie: 1993).
FAO telah memainkan peran yang signifikan dalam mendorong perhatian seluruh pihak khususnya negara dalam mengimplementasikan komitmen-komitmen global untuk menciptakan ketahanan pangan terutama terhadap komitmen yang dihasilkan pada KTT Pangan 1996 dan KTT Pangan 5 tahun 2002. Terdapat tiga faktor penyebab isu ketahanan pangan masih sulit diwujudkan yaitu: minimnya akses pangan masyarakat pada pangan, minimnya komitmen politik negara dan mobilisasi dana yang belum memadai di tingkat global.
Untuk kawasan Asia Tenggara, penanganan isu ketahanan pangan telah menjadi kepedulian bersama khususnya dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok sebagian bestir masyarakat yaitu heras. Namun dernikian, sebagaimana permasalahan klasik integrasi kawasan di Asia Tenggara, implementasi kesepakatan ASEAN di bidang ketahanan pangan oleh negara anggotanya belum menunjukkan hasil dan kerjasama yang optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Lucy Febriana
"yang ada dengan melihat pada kemungidnan yang dapat dikemlxmgkan. Dernikian
juga halnya dalarn pembangunan atau pengembcingan industri kecil pangan di
Kotcimadya Bandarlampung. Permasalahan yang diangkat adalah :Di mana terdapat
industri emping melinjo, keripik pisang, dan kopi bubuk cli Kotamadya Bandarlampung
tahun 1989 dan 1995? Bagaimana hubungan jumlah industri tersebut dengan produksi
bahan mentah, aksesibilitas, dan jarak pasar?
Dart penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa industri emping melinjo, keripik
pisang, dan kopi bubuk hcznya menyebar di beberapa desa dengan sifat yang
cenderung mengelompok di setiap desanya. Industri emping melinjo pada tahun 1989
berjumlah 220 unit dan menyebctr di 3 desa dan pada tahun 1995 bertambah menjadi
330 unit dan menyebar cli 5 desa. Industri keripik pisang pada tahun 1989 berjurnlah 12
unit dan menyebar di 3 desa dan pada tahun 1995 bertarnbah menjadi 33 unit yang
menyebar di 9 desa. Industri kopi bubuk pada tahun 1989 berjumlah 40 unit dun
menyebar di 9 desa dun pada tahun 1995 bertcnnbah menjadi 95 unit yang menyebar di
17 desa.
Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan bahwa hubungan jumlah industri
dengan produksi bahan mentah tidak menunjukkan hubungan yang cukup erat. Jumlah
industri yang dipengaruhi oleh bahan mentah hanya terjadi pada industri emping
melinjo dimana jumlah industri yang tinggi berada di wilayah produksi melinjo yang
tinggi. Sedangkan hubungan jumlah industri dengan aksesibilitas desa dimana industri
tersebut berada tidak menunjukkan hubungan yang erat. Dan hubungan juinlah industri
dengan jarak pasar menunjukkan bahwa semakin jauh dari pusan jumlah industri
emping melinjo semakin besar, semaldn dekat ke pusan Telukbetung jumlah industri
keripik pisang semaldn besar dan semaldn dekat ke pusan Telukbetung dan Kedaton
jumlah industri kopi bubuk semakin besar.
Sehingga disimpulkcm bahwa industri emping melinjo, keripik pisung, dan kopi bubuk
berada di wilayah produksi bahan mentah atau di sekitarnya. Jurnluh industri yang
dipengaruhi oleh produksi buhan mentah adulah industri emping melinjo. Jurnlah
industri tidak dipengaruhi oleh aksesibilitus. Jumlah industri emping melinjo semaldn
jauh dart pusan semakin bunyak, sedangkan jumlah industri keripik pisang semakin
banyuk ke arah pusan Telukbetung dan jumlah industri kopi bubuk semukin banyuk ke
arah pusan balk pusan Telukbetung maupun Keduton"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Politik pangan Indonesia tertuang dalam UU No.7 tahun 1996 tentang pangan. Pencapaian politik pangan diukur lewat konsep ketahanan pangan. Konsep ini diadopsi ternyata tidak mampu mengatasi masalah kelaparan. Konsep ketahanan pangan yang tidak mempersoalkan siapa yang memproduksi, dari mana produksi pangan, dan bagaimana pangan diproduksi kemudian jadi "kuda troya" kapitalisasi sisitem pembangunan pangan dunia yang didesain oleh negara-negara utara.Hasilnya, sistem pertanian negara-negara selatan hancur.
Kondisi ini melahirkan konsep tandingan: kedaulatan pangan. Berbeda dengan ketahanan pangan yang teknis, kedaulatan pangan adalah konsep politik. Ada perbedaan mendasar antara ketahanan pangan dengan kedaulatan pangan: model produksi pertanian industri VS agroekologis dan multikultur; pasar bebas VS proteksionis dan lokal; memakai instrumen WTO vs International Planning committee for food sovereignty; memuja paten vs anti paten dan komunal; dan wacana economic rationalism vs green rationalism. Jadi, diverfikasi pangan hanya bagian kecil untuk menggapai kedaulatan pangan.
Diversifikasi pangan dirintis sejak 1960-an, tetapi hasilnya belum memuaskan. Hal pola konsumsi dan produksi/ketersediaan pangan tidak seimbang, inefisiensi sisitem distribusi dan liberalisasi pasar pangan. Dibandingkan negara-negara Asia, Indonesia memiliki daya dukung lahan cukup baik. Untuk memperkuat diversifikasi pangan harus dipastikan SD ada di bawah kontrol petani/komunitas untuk memproduksi aneka pangan sesuai kondisi lokal, mendahulukan pangan yang bisa diproduksi sendiri daripada impor, mengolah pangan lokal menjadi tepung, mengubah kebijakan diversifikasi pangan yang tidak konsisten, merancang ulang pasar pangan, dan menjaga konsisitensi kebijakan."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Puspitaningtyas
"Kebutuhan gizi busui meningkat tetapi busui kerap gagal untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi penurunan asupan makan busui. Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai faktor predisposisi, pemungkin, dan pendorong yang berkaitan dengan penurunan asupan makan busui di Puskesmas Beji, Depok. Disain studi adalah kualitatif. Informan yang dipilih adalah 24 ibu bayi yang berusia >6 bulan dan dibagi berdasarkan pola menyusuinya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam serta dilakukan triangulasi sumber data pada suami/ibu, bidan, dan petugas gizi serta triangulasi metode dengan observasi. Ibu yang ASI predominan asupan makannya lebih banyak. Umumnya busui tidak mengkonsumsi susu dan suplemen. Ibu yang ASI predominan umurnya lebih tua, lebih tinggi paritasnya, dan lebih sedikit mempunyai pantangan makan daripada ibu yang ASI parsial. Pengetahuan, motivasi, sikap, dan kepercayaan ibu adalah faktor predisposisi yang berpengaruh pada penurunan asupan makan ibu menyusui sedangkan perawatan kehamilan menjadi faktor pemungkin yang tampak menyebabkan asupan makan busui menurun. Dari faktor pendorong, tenaga kesehatan dan media tampak berpengaruh pada penurunan asupan makan busui. Orang tua memberikan pengaruh yang besar terkait kepercayaan dan pola makan makan busui. Perlu bantuan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi peningkatan kebutuhan gizi kepada busui dan keluarganya serta melakukan promosi tentang gizi menyusui lewat berbagai media.

The nutrient needs of lactating mother is higher than non-lactating mother, but they often failed to meet their recommended nutrient intake. This study aims at digging information on predisposing, enabling, and reinforcing factors associated with decrease of lactating mother intake in Beji community health center, Depok. Design of the study is qualitative with 24 informants that are mothers with infant age more than 6 months and divided based on the pattern of breastfeeding implementation. Data was collected through in-depth interviews and were triangulated based on data sources including midwifes, nutritionists, husbands/mother’s parents as well as observation. Predominant breastfeeding mothers intake were better than partial breastfeeding mother and have less food restrictions. Most of mothers didn’t consume milk and supplements when breastfeed. Knowledge, motivation, attitude, and food beliefs are predisposing factors that influence the dietary practices of lactating mother, antenatal care is a strong enabling factor, lack of information from health personnel and media are reinforcing factors that influence the decrease of intake toward lactating mother. It is suggested to increase mother’s knowledge about lactating mother nutrient needs during antenatal care. Health personnel should educate mothers and their families about lactating mother nutrient needs and decrease the harmful beliefs through mass-media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Perindustrian RI, 2007
R 641.3 Him
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"The objective of the research is to analysis the role of female in food diversification effort in order to reach food security that is affected by householder in Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Indonesia. We focused in role of female household level because female is the decision maker to choose and serve the food household consumption..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Jafar Hafsah
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011
630 MOH m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling strategis baik bagi seorang individu, keluarga, kelompok sosial ataupun dalam tataran bangsa atau negara adalah pangan. Dalam perkembangan peradaban manusia nilai strategis pangan dalam bentuk politik ekonomi pangan mengalami pasang surut. ...."
IKI 2:10 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Apriasna Bhia
"Tesis ini menganalisis tentang implementasi kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut dengan menggunakan teori model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn (1974). Penelitian ini menggunakan pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan studi lapangan serta studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman anggota kelompok terhadap teknik pembudidayaan tanaman maupun ternak, dan penataan administrasi kelompok masih menjadi kendala. Selain itu belum adanya Peraturan Daerah yang mendukung kebijakan ketahanan pangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah karakteristik badan pelaksana dan sikap pelaksana yaitu Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP3) Kabupaten Ende yang sangat menentukan berjalannya program ini. Ukuran dan tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan yang terbatas sementara tugas pemberdayaan kelompok wanita menjadi tugas pemerintah daerah. Komunikasi antar organisasi belum intensif, dan adanya dampak sosial dan ekonomi. Agar implementasi berjalan baik, perlu ada peraturan daerah yang mendukung, sosialisasi dan pendampingan oleh penyuluh pendamping terus harus dilakukan demi peningkatan pemahaman dan keberlanjutan kegiatan kelompok.

This thesis analyzes the implementation of the food security policy in Ende Regency, Province of East Nusa Tenggara through Program of Acceleration of Food Consumption Diversification based on Local Resources and the factors that influence the policy by using a theoretical of policy implementation model Van Meter and Van Horn (1974). This study uses a post-positivist approach with qualitative data collection methods. The technique of the collecting data through indepth interviews, observation and field study and literature study. The results shows that the understanding of the group members about techniques of cultivation livestock and plants, and the arrangement of group administration still an obstacle. In addition to the absence of local regulations that supports food security policies.
There are several factors that influence the implementation are characteristic and the attitude of the executing agency namely the Agency of Food Security and Agricultural Extension of Ende Regency which is responsible of this program, the size and purpose of the policy, policy resources are limited while the task of group empowerment of women?s group is the duty of the local government, communication among the organization has not been intensive, and the program has been given the impact in social and economic sectors. In order to make the program implementation goes well, it needs local regulation to support the food security policy, and then socialization and mentoring by an agricultural extension continues to be done in order to improve the understanding and sustainability of group activities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>