Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127784 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulhasril
"ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), merupakan salah satu penyakit viral yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sampai saat ini penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius, karena pada waktu-waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering berakibat fatal (P2M & PLP,1981). Insiden tertinggi kasus DBD di Indonesia terjadi pada tahun 1987 dan tahun 1988 yaitu 23846 kasus dan 47573 kasus, dengan angka kematian 4,7 % dan 3,2 % Pada tahun 1990 dan tahun 1991 kembali terjadi ledakan kasus DBD walaupun angkanya tidak setinggi seperti tahun sebelumnya, yaitu hanya 20692 kasus dan 21120 kasus dengan angka kematian 3,7 % dan 2,7 %. Dalam tahun 1992, terdapat 17620 jumlah penderita yang terjangkit DBD di Indonesia namun angka kematian hanya 2,9 % (cumber P2M & PLP yang dikutip dari Suroso 1991 dan Hoedojo 1993)
Nyamuk yang berperan sebagai penular utama penyakit DBD di Indonesia adalah Aedes aegypti. Selain sebagai penular penyakit DBD, nyamuk ini diketahui dapat pula menularkan demam chikungunya ( Oda, dkk, 1983 ), filariasis (Taylor, 1960 ), juga beberapa penyakit karena virus seperti demam-kuning dan ensefalitis (Faust, et.a1.,1973).
Pada umumnya di Asia Tenggara termasuk Indonesia, wabah DBD dikaitkan dengan distribusi Aedes Aegypti, karena nyamuk ini sangat dekat hubungannya dengan manusia seperti misalnya dalam berkembang biak, memilih tempat perindukan yang terdapat di dalam rumah dan nyamuk ini lebih bersifat antropofilik (Halstead, 1975 dalam Sumarmo, 1989). Kepadatan populasi Ae.aegypti yang tinggi merupakan faktor yang dapat menunjang terjadinya wabah penyakit DBD . Dengan melakukan pemantauan dan menekan populasi nyamuk ini memungkinkan untuk dapat membantu mengevaluasi adanya ancaman penyakit DBD, dan tnencegah terbentuknya suatu daerah endemik (P2M & PLP,1981) Salah satu program dalam upaya pemberantasan penyakit DBD adalah dengan memutuskan mata rantai penularan antara manusia sebagai hospes dan nyamuk penularnya.
Berbagai cara telah diupayakan oleh Instansi Pemberantasari Penyakit Menular (P2M), untuk mengendalikan vektor penyakit DBD ini antara lain: melakukan pengendalian lingkungan terutama meniadakan tempat perindukan nyamuk, yaitu dengan membersihkan Tempat Penampungan Air (TPA) satu minggu sekali. Program ini ternyata kurang berhasil dalam mencapai sasaran, terbukti masih adanya ledakan wabah penyakit DBD yang sering terjadi pad waktu-waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena masih kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya arti kebersihan dan kesehatan lingkungan, sehingga masyarakat kurang berperan aktif dalam mebabantu program. Faktor ini yang menyebabkan populasi vektor penyakit DBD meningkat, terutama pada waktu musim hujan karena lebih banyak terdapat tempat-tempat perindukan nyamuk tersebut, sehingga kasus penyakit DBD cenderung meningkat.
Selain Cara pengendalian tersebut di atas, telah pula dilaksanakan program pengendalian vektor penyakit DBD dengan menggunakan insektisida, terutama fogging dengan malation dan abatisasi dengan temefos. Keuntungan cara pengendalian ini hasilnya dapat terlihat dengan cepat, tetapi bila dalam pelaksanaan program hanya digunakan satu macam insektisida secara terus menerus, tanpa memperhitungkan dosis yang digunakan dengan tepat dan tanpa pengawasan yang baik memungkinkan terjadinya resistensi nyamuk vektor terhadap insektisida tersebut. Kerugian lain yang mungkin timbul dari cara pengendalian ini adalah terjadinya polusi terhadap lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada organisme yang bukan sasaran dan menyebabkan gangguan keseimbangan lingkungan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Wuryani
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kelurahan Cempaka Putih Timur yang tergolong tinggi, sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektor DBD. Salah satu larvasida yang aman digunakan untuk memberantas vektor DBD adalah Bacillus thuringiensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keberadaan larva Aedes sp. dengan jenis kontainer setelah pemberian Bti.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan dengan mengambil sampel larva satu bulan setelah pemberian Bti yaitu pada tanggal 25 April 2010 dari masing-masing 100 rumah pada Kelurahan Cempaka Putih Timur (daerah perlakuan: kontainer telah diberi Bti) dan kelurahan Cempaka Putih Barat (daerah kontrol: tanpa pemberian Bti). Data larva diambil dengan cara singlelarvae method dan dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian didapatkan house index (HI) 31%, container index (CI) 14,5% dan breteau index (BI) 40 pada daerah perlakuan, sedangkan daerah kontrol didapatkan HI 17 %, CI 7,3 % dan BI 22. Penyebaran larva Aedes sp. lebih banyak ditemukan pada daerah perlakuan dibandingkan dengan daerah kontrol dan berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan perbedaan bermakna antara keberadaan larva Aedes sp. dengan jenis container (p = 0,005).
Berdasarkan jenis container diketahui larva banyak ditemukan pada container non TPA dan container ini tidak diberi Bti baik di daerah perlakuan maupun di daerah kontrol. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan larva Aedes sp. berhubungan dengan jenis container setelah pemberian Bti.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one public health problem in Indonesia, including in kelurahan Cempaka Putih Timur which is high, so it needs to be done to eradicate dengue vector. One larvasida that can be used safely to eradicate dengue vector is Bacillus thuringiensis (Bti). This study aims to determine the existence of relationships of larvae Aedes sp. with the type of container after the addition of BTI.
This study used cross-sectional design conducted by taking samples of larvae of one month after addition of BTI on April 25, 2010 from each of the 100 houses in Cempaka Putih Timur (treatment areas: the container has been given a Bti) and the village of Cempaka Putih Barat (local control: without giving Bti). The data retrieved by a single larva-larvae method and analyzed by Chi-square test.
The results obtained house index (HI) 31%, container index (CI) 14.5% and breteau index (BI) 40 at the treatment area, while the control area obtained HI 17%, CI 7, 3% and BI 22. The spread of larvae Aedes sp. more common in the treatment area compared with the control area and based on chisquare statistical tests found significant differences between the presence of larvae of Aedes sp. with the type of container (p = 0.005).
Based on the type of container known larvae found in many non-landfill containers, and containers are not given the Bti in both treatment areas as well as in the control area. Can be concluded that the presence of larvae of Aedes sp. associated with type of container after addition Bti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Kurniasari
"Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pemberantasan biologik menggunakan bakteri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Bti konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di TPA luar rumah. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan intervensi Bti formulasi cair konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2. Lokasi penelitian adalah di RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 13 Januari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 14 Februari 2010.
Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di TPA luar rumah yang berada di 100 rumah di RT 11-18 (Bti konsentrasi 2 ml/m2) dan 100 rumah di RT 5-10 (Bti konsentrasi 4 ml/m2). Data diolah dengan program SPSS versi 11.5 dengan analisis menggunakan uji Fisher. Setelah pemberian Bti jumlah TPA positif di RT 11-18 (Bti konsentrasi 2 ml/m2) menurun dari 9 menjadi 7 TPA tetapi terdapat kenaikan pada TPA toren, sedangkan di RT 5-10 (Bti konsentrasi 4 ml/m2) 2 TPA positif menjadi negatif.
Disimpulkan bahwa Bti formulasi cair dengan konsentrasi 4 ml/m2 lebih baik dalam menurunkan keberadaan larva Ae.aegypti di TPA luar rumah dibandingkan konsentrasi 2 ml/m2.
Controlling of dengue vectors can be done in various ways such as using biological control by using bacteria. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2 in reducing the presence of Ae. aegypti in containers outside the house. This study used an experimental design with intervention of the Bti concentrations of 2 ml/m2 and 4 ml/m2. The observation was done in RW 03, Paseban, Central Jakarta. The data before the intervention was taken on January 13, 2010 and after intervention on February 14, 2010.
Entomology survey conducted by single-larval methods in the container outside the house located at 100 houses in RT 11-18 (Bti concentration 2 ml/m2) and 100 houses in RT 5-10 (Bti concentration 4 ml/m2). The data were analyzed with SPSS version 11.5 with the analysis using the Fisher?s test. After treatment with Bti the number of positive water containers in RT 11-18 (Bti concentration 2 ml/m2) decreased from 9 to 7 water containers, but there is an increase in "toren". In RT 5-10 (Bti concentration 4 ml/m2) 2 positive water containers decrease to negative.
In conclusion, Bti concentrations 4 ml/m2 is better to reduce the presence of Ae. aegypti in water containers outside the house than concentration 2 ml/m2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reiva Wisdharilla Md
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Jakarta, Indonesia. Salah satu wilayah di Jakarta yang memiliki prevalensi DBD yang tinggi adalah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberantasan DBD melalui pemberantasan vektornya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan dan kepadatan larva Aedes pada container non-TPA sebagai data dasar yang diperlukan bagi tindakan pemberantasan DBD lebih lanjut.
Penelitian dilakukan menggunakan desain cross-sectional di kelurahan Cempaka Putih Timur (daerah perlakuan) dan Cempaka Putih Barat (daerah kontrol) satu bulan setelah pemberian Bacillus thuringensis israelensis (Bti) pada 25 April 2010. Data diambil dengan single larvae method dan dianalisis menggunakan Chi-Square. Di daerah Cempaka Putih Timur, dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index 31 %, container index 14,3 %, dan breteau index 40. Sedangkan di daerah Cempaka Putih Barat, didapatkan house index 17 %, container index 7,3 %, dan breteau index 22.
Pada penelitian ini, ditemukan 23 container positif dari 119 container non-TPA (19,3%) di daerah Cempaka Putih Timur. Sedangkan di daerah kontrol (Cempaka Putih Barat), terdapat 4 container positif dari total 73 container non-TPA (5,5%). Perhitungan Chi-Square Test menunjukkan terdapatnya perbedaan bermakna antara keberadaan larva Ae. Aegypti dengan pemberian Bti dan tanpa pemberian Bti (p=0,007).
Disimpulkan bahwa kepadatan dan penyebaran vektor DBD di Cempaka Putih Timur dan cempaka Putih Barat termasuk tinggi dan keberadaan larva Ae. Aegypti pada container non-TPA berhubungan dengan pemberian Bti.

Dengue Haemorrhagic fever (DHF) is a deadly disease which since long has been a critical health problem in Jakarta, Indonesia. Some areas in Jakarta, including Cempaka Putih Barat and Cempaka Putih Timur, still have high DHF prevalence, therefore the need to eradicate DHF vector arises. This research aims to gather the distribution and density data of Aedes larvae in Temporary Water Container in order to, hopefully, being used in future research.
The design of this study is cross-sectional, with Cempaka Putih Timur as treatment area and Cempaka Putih Barat as control area. The data was taken 1 month after Bacillus thuringensis israelensis (Bti) treatment, at 25th April 2010; with single larvae method, and further analyzed by Chi-Square test. In Cempaka Putih Timur, from 100 houses as subjects, the results are: house index 31 %, container index 14,3 %, and breteau index 40. Meanwhile in Cempaka Putih Barat, results show house index 17 %, container index 7,3 %, and breteau index 22.
In this study, there were 23 larvae-positive containers from 119 temporary containers (19,3%) in treatment area; while in control area, there were 4 larvae-positive containers from total 73 temporary containers (5,5%). Chi-Square Test showed significant difference between the distribution and density of Ae. Aegypti larvae, treated by Bti or not (p=0,007).
In conclusion, the distribution and density of DHF vector in Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat are considered high; and the presence of Ae. Aegypti larvae in temporary container does have correlation with Bti treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Mutiara Suwita
"Satu-satunya cara pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan memberantas vektor nyamuk, sehingga diperlukan metode yang efektif dan tidak berbahaya bagi organisme non-target. Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) adalah metode pemberantasan larva nyamuk yang memenuhi kriteria tersebut. Dalam penelitian cross-sectional ini dilakukan survei larva dengan single larval method pada container non-tempat penampungan air (non-TPA) di dua daerah, yaitu RW 03 (tidak mendapat Bti) dan RW 07 (mendapat larutan Bti).
Hasil penelitian menunjukkan dispenser sebagai container non-TPA positif larva terbanyak, dan keberadaan larva Aedes antardaerah tidak berbeda bermakna. Hal ini disebabkan Bti formulasi larutan tidak efektif memberantas larva Aedes yang bottom feeder.

The only way to eradicate Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is by eradicating the mosquito vector, therefore we need an effective and safe eradication method, for example Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). In this cross-sectional research, survey is done by single larval method on non-water-reservoir containers at two regions, RW 03 (not given Bti) and RW 07 (given Bti).
Result shows that dispensers are the highest quantity of positive container, and the presence of Aedes larval in the two regions is not significantly different. This is because Bti in liquid formula is not effective to eradicate Aedes larval which is bottom feeder
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febbysinta Dewi
"Cempaka Putih Timur merupakan salah satu dari sebelas daerah di Jakarta Pusat yang memiliki kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tinggi. Untuk mengontrol DBD di Cempaka Putih Timur, semua TPA dalam rumah di daerah ini diberikan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti), sebuah larvasida biologis. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas Bti dalam menurunkan jumlah TPA dalam rumah yang mengandung larva Aedes aegypti dan menurunkan House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Cempaka Putih Timur. Penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimental dengan aplikasi Bti sebagai intervensi. Pengumpulan data dilakukan di 106 rumah di Cempaka Putih Timur (daerah intervensi) dan 116 rumah di Cempaka Putih Barat (daerah kontrol) pada tanggal 28 Maret 2010 (kunjungan pertama) dan 25 April 2010 (kunjungan kedua) dengan menggunakan single larval method. Didapatkan bahwa HI, CI, BI menurun masing-masing 12%, 8,94%, 22 dan ABJ meningkat 12% pada kunjungan kedua di Cempaka Putih Timur. Karakteristik TPA dalam rumah di kedua daerah tidak berbeda bermakna secara statistik, kecuali dalam hal volume air. Karakteristik-karakteristik tersebut dianalisis dengan uji Chi Square dan Exact Fisher. Hasil yang lain menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara proporsi TPA dalam rumah yang positif larva Aedes aegypti di kedua daerah sebelum dan sesudah aplikasi Bti. Proporsi ini dianalisis dengan uji Mc Nemar. Dapat disimpulkan aplikasi Bti belum efektif dalam menurunkan jumlah kontainer dalam rumah yang positif larva Aedes aegypti di Cempaka Putih Timur.

Cempaka Putih Timur is one of eleven districts in Central Jakarta that have high Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) cases. In order to control DHF in Cempaka Putih Timur, all inner house containers in this district were given Bacillus thuringiensis israelensis (Bti), a biological larvacide. This study aims to determine the effectivity of Bti in decreasing the total of inner house containers which have Aedes aegypti larvae and in decreasing House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) and in increasing Larva Free Index (LFI) in Cempaka Putih Timur. It uses quasi-experimental method with Bti application as the intervention. The data collection was conducted in 106 houses in Cempaka Putih Timur (intervention area) and 116 houses in Cempaka Putih Barat (control area) in 28th March 2010 (the first visit) and 25th April 2010 (the second visit) by using single larval method. It was found that HI, CI, BI decreased 12%, 8,94%, 22 and FLI increased 12% in the second visit in Cempaka Putih Timur. The characteristics of the inner house containers of both areas weren?t statistically significant difference, except in their water volume. The characteristics were analyzed using Chi Square and Exact Fisher test. The other result shows that there wasn?t statistically significant difference of the proportion of inner house containers which have Aedes aegypti larvae in both areas before and after Bti application. These proportions were analyzed by Mc Nemar test. It is concluded that Bti application hasn?t been effective in decreasing the total of inner house containers which have Aedes aegypti larvae in Cempaka Putih Timur."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hardian Gunardi
"Salah satu upaya untuk memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan cara memberantas vektor, yaitu Aedes aegypti. Pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya secara biologis seperti dengan menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Bti dalam memberantas Aedes di tempat penampungan air (TPA). Rancangan penelitian ini bersifat kwasi-eksperimental. Data diambil dua kali dengan single larval method untuk membandingkan keberadaan larva sebelum dan sesudah aplikasi Bti, yaitu tanggal 28 Maret dan 25 April 2010.
Hasil menunjukkan, sebelum aplikasi Bti, keberadaan larva Aedes dalam TPA di Kelurahan Cempaka Putih Timur lebih tinggi secara bermakna (p = 0,01) dibandingkan di Cempaka Putih Barat. Sesudah aplikasi bti, keberadaan larva di TPA Kelurahan Cempaka Putih Barat tidak berubah, sedangkan di Cempaka Putih Timur, keberadaan larva menurun secara bermakna. Meskipun demikian, penurunan tersebut bukan disebabkan oleh Bti karena keberadaan larva di container yang mendapat Bti tidak menurun secara bermakna. Penurunan keberadaan larva disebabkan oleh penurunan larva di drum, ember, dan TPA lain yang tidak permanen. Disimpulkan bahwa Bti bentuk larutan tidak efektif dalam menurunkan keberadaan larva Aedes di TPA.

A way to exterminate Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is to erradicate the vector of the disease itself, Aedes aegypti. Vector erradication could be done in several ways, one of them is with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The objective of this research was to know the influence of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) in erradicating Aedes in water containers. This research used quasi-experimental design. Data was collected two times with single larval method, at March 28 and April 25 2010, to compare the existence of Aedes before and after application of Bti in Cempaka Putih Barat and Cempaka Putih Timur.
The result showed that the existence of Aedes larvae before Bti application in water containers at Cempaka Putih Timur, was significantly higher (p = 0,01) than at Cempaka Putih Barat. After Bti application, the existence of Aedes larvae in containers at Cempaka Putih Barat did not change, while there was a reduction of Aedes larvae existence at Cempaka Putih Timur. However, the reduction was not caused by Bti application, because the existance of Aedes larva in the containers which had been given Bti were not reduced significantly. The reduction was significant in other non-permanent containers. It was concluded that Bti solution was not effective in reducing the existence of Aedes larvae in water containers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kabisat Febiachrulia
"Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga kini masih menjadi masalah kesehatan global yang tidak kunjung terselesaikan. Indonesia pun tidak luput dari gangguan penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes sp ini. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk mencegah penularan penyakit ini, mulai dari penyuluhan hingga penggunaan zat-zat kimia dengan tujuan memberantas vektornya. Container TPA menjadi fokus penelitian ini karena seharusnya container TPA terpelihara dengan baik mengingat fungsinya yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keberadaan larva Aedes sp di container TPA setelah mendapatkan Bacillus thuringiensis israelensis dan dilakukan dengan rancangan cross sectional analitik. Populasi penelitian ini yaitu seluruh container TPA yang terdapat di rumah warga Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan subjek penelitian 100 rumah di RW 07 (mendapat Bti) dan 100 rumah di RW 03 (tidak mendapat Bti).
Dari hasil penelitian didapatkan HI, CI, dan BI di daerah yang mendapatkan Bti masing-masing sebesar 11%, 4,9%, dan 12 serta di daerah yang tidak mendapatkan Bti masing-masing sebesar 17%, 7,3%, dan 22. Dari 187 container TPA yang ada RW 07, ditemukan 8 container positif larva, dan dari 229 container yang ada di RW 03, 18 di antaranya postif larva. Uji kemaknaan menggunakan Fischer exact menunjukkan tidak adanya hubungan antara jumlah container TPA positif larva di daerah yang mendapatkan Bti dengan jumlah container TPA positif larva yang ada di daerah kontrol. Hasil ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keadaan lingkungan, perbandingan jumlah container TPA yang diteliti, kebiasaan pemilik container, letak container, dan sebagainya.

Until now Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) remains an unsolved global health problem. Indonesia can’t also escape from this Aedes sp-transmitted disease. Various ways have been done to prevent the transmission of this disease, ranging from counseling to the use of chemical substances to control the vector of DHF. Water reservoirs (container TPA) became the focus of this study because they should be mantained well considering their function for daily needs. The study was conducted to determine the presence of Aedes sp larvae in water reservoirs after Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) application and be done with cross sectional analytic design. The population of this study is the entire water reservoirs located in kelurahan Cempaka Putih Barat with 100 houses in RW 07 (applied with Bti) and 100 houses in RW 03 (not applied with Bti) as the subject.
From the research, HI, CI, and BI obtained in areas applied with Bti are 11%, 4.9%, and 12, and in area with no Bti application 17%, 7.3%, and 22 as well. Among 187 containers in RW 07, 8 positive larval containers are found, and 18 positive larval containers are found among 229 containers in RW 03. Significance using Fischer’s exact test shows no relationship between the number of positive larval water reservoirs in area applied with Bti and the positive larval water reservoirs in area with no Bti application. These results can be influenced by many factors, such as environmental condition, ratio of the number of water reservoirs examined between 2 area, habits of the containers’ owners, the location of the containers, and so on.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rosarie
"Demam berdarah dengue merupakan penyakit epidemik di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Cara yang paling efektif untuk menanggulanginya adalah pencegahan penyakit dengan membunuh vektor DBD yaitu Aedes aegypti. Salah satu caranya yaitu menggunakan insektisida alami, Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keefektifan Bti cair dengan konsentrasi 4ml/m2 untuk menurunkan kepositifan larva pada tempat penampungan air (TPA) yang tidak terkena cahaya. Penelitian ini dilakukan pada Kelurahan Cempaka Putih Timur sebagai daerah perlakuan dan Barat sebagai daerah kontrol.
Desain yang digunakan adalah kuasi eksperimental. Pengambilan data menggunakan single larva method dilakukan pada 28 Maret 2010 dan sebulan kemudian pada 25 April 2010. Hasilnya menunjukkan tidak terdapat penurunan kepositifan larva Aedes aegypti secara bermakna (p=1,000). Diambil kesimpulan bahwa diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap tidak efektifnya Bti dalam menurunkan kepositifan larva pada TPA yang tidak terkena cahaya.

Dengue haemorrhagic fever (DHF) is an epidemic disease in Indonesia which can cause death if it doesn't handled correctly. Many ways can overcome this disease, but the most effective way is preventing it by killing the vector of DHF, Aedes aegypti. One of the way is using natural insecticide, Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The purpose of this research is to know the effectiveness of liquid Bti (concentration 4ml/m2) to eradicate the larvae in the container (TPA) without light exposure. This research took place in the red zone of DHF, East Cempaka Putih as the intervented area and West Cempaka Putih as the control area.
Quasi experimental design is used in this research. The data is taken using single larva method on March 28, 2010 dan one month later on April 25, 2010. The result shows there is no significant difference in the positiveness of Aedes aegypti larva (p=1,000). A more comprehensive study should be done to know the factors which can influence the ineffectiveness of Bti in decreasing the larva in the container without light exposure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Pramana Putra Lolo Allo
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah penyakit tropik infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama pada daerah perkotaan seperti pada Kecamatan Cempaka Putih, DKI Jakarta yang merupakan daerah rentan DBD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas aplikasi Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) terhadap pengendalian larva Aedes aegypti di TPA tertutup. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental. Pengambilan data dilakukan dua kali, yaitu 28 Maret dan 25 April 2010 di Kelurahan Rawasari dan Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan single-larval method.
Hasilnya menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna kepositifan larva pada kedua daerah baik pada kunjungan pertama (p=0,46) maupun pada kunjungan kedua (p=0,26). Keberadaan larva pada TPA tertutup tidak berbeda bermakna pada Kelurahan Rawasari (p=0,50) setelah aplikasi Bti, maupun di Kelurahan Cempaka Putih Barat (p=0,62) yang tidak dilakukan aplikasi Bti. Disimpulkan bahwa tidak terdapat penurunan kepositifan larva yang bermakna secara statistik setelah aplikasi Bti pada TPA tertutup dalam menurunkan keberadaan larva Aedes aegypti.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of infectious tropical disease that remains a public health problem in Indonesia, especially in urban areas such as the Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta which is a vulnerable area of DHF. The purpose of this study was to examine the effectiveness of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) application to control Aedes aegypti larvae in a closed container. This research uses quasi-experimental design. Data were collected twice, ie 28 March and 25 April 2010 at Kelurahan West Cempaka Putih and Kelurahan Rawasari with single-larval methods.
The results showed no significant difference in positivity of larvae in the two regions both on the first visit (p = 0.46) nor on the second visit (p = 0.26). The presence of larvae on a closed TPA was not significantly different at the Kelurahan Rawasari (p = 0.50) after application of Bti, and in Kelurahan Cempaka Putih Barat (p = 0.62) which was not done Bti application. It was concluded that no impairment of larval positivity was statistically significant after application of Bti in a closed container in reducing the presence of Aedes aegypti larvae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>