Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haru Setyo Anggani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ukuran Dento Kranio-Fasial Jurusan Vertikal pada populasi mahasiswa FKG-UI yang memiliki wajah selaras; proporsional, tidak ada disharmoni fasial, belum pernah dirawat ortodonsi serta mempunyai hubungan gigi geligi yang baik. Selain itu juga untuk mengetahui, apakah ada perbedaan ukuran tersebut di antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya diharapkan dapat dikembangkan pada populasi yang lebih luas sehingga akhirnya diperoleh norma-norma ukuran sefalometri komponen Dento Kranio-Fasial Jurusan vertikal yang sesuai dengan morfologi kranio-fasial berbagai populasi di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sefalometri. Pada gambar hasil penjiplakan pada sefalogram, diukur 12 komponen Dento Kranio-Fasial Jurusan vertikal yang kemudian dihitung nilai-nilai Mean, Range dan Standard Deviasinya. Kedua belas komponen Dento Kranio-Fasial tersebut adalah: Tinggi wajah total anterior, Tinggi wajah anterior atas, Tinggi wajah anterior bawah, Tinggi ramus naandibula, Tinggi wajah total posterior, Tinggi wajah posterior atas, Tinggi wajah posterior bawah, Tinggi dentoalveolar anterior atas, Tinggi dentoalveolar anterior bawah, Tinggi dentoalveolar posterior atas, Tinggx, dentoalveolar posterior bawah dan sudut antara bidang Mandibula dan garis SN.
Di antara laki-laki dan perempuan, ternyata terdapat perbedaan bermakna pada ukuranukuran Tinggi wajah total anterior, Tinggi wajah anterior atas dan Tinggi wajah total posterior. Diduga hal ini karena adanya dimorfisme seksual dalam ukuran. Sedangkan perbedaan bermakna ukuran Tinggi wajah posterior atas. dan Tinggi dentoalveolar posterior bawah kemungkinan lebih merupakan akibat tidak langsung adanya dimorfisme seksual dalam hal pola bentuk kranio-fasial. Secara garis besar, bila dibandingkan dengan norma-norma ras Kaukasoid, terlihat bahwa sampel penelitian ini lebih retruded. Hal tersebut terlihat pada isyarat-isyarat kecenderungan pola pertumbuhan yang lebih ke arah vertikal, tinggi dentoalveolar anterior atas dan bawah yang sedikit lebih panjang dan besarnya sudut SN-Hp."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Ninik Tridjaja
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Ruslita
"Adanya korelasi yang erat antara kista folikuler (kista dentigerous) dengan ameloblastoma telah diamati oleh para ahli, walaupun terdapat perbedaan yang cukup besar baik sifat maupun perawatan dari kedua kasus tersebut. Dalam hal ini ameloblastoma dimungkinkan terlihat dalam dinding kista dentigerous yang terlebih dulu ada, sebagai bagian dari kemungkinan proses terbentuknya ameloblastoma. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kemungkinan kista dentigerous berdegenerasi menjadi ameloblastoma yang ditinjau berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologis, serta dipelajari kecenderungan-kecenderungannya.
Sasaran penelitian adalah semua penderita kista dentigerous dan ameloblastoma pada poli bedah mulut RSCM & RSU Tangerang, yang diambil dari catatan medik penderita dari Januari '90 - Desember '91. Dengan demikian diharapkan hasil yang bermanfaat berguna sebagai informasi bila mungkin untuk deteksi dini pada kasus-kasus yang diduga ameloblastoma berasal dari kista dentigerous, sehingga perawatan seoptimal mungkin disertai tindak lanjut pasca bedah dapat dilakukan.
Hasil penelitian meliputi dari 46 kasus yang diteliti- diperoleh (17%) kasus ameloblastoma yang berdegenerasi dari kista dentigerous yang seluruhnya terdapat pada pria (100%) dengan rata-rata pada umur dewasa muda (27 tahun). Lokasi terbanyak pada rahang bawah (75%) dengan lesi ukuran 9.1-10 cm (50%). Kekambuhan sebesar 25% dengan waktu kekambuhan kurang dari 1 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audiawati
"Cases of oral candidiasis are commonly found, both in healthy individuals and immunecompromise patients, however publications of Candida carrier in the oral cavity of healthy population and risk factors for colonization in Indonesia are hardly available. Objective : This study was aimed to analyze the type and number of Candida colonies and identify risk factors in the oral cavity of apparenthly health FKG UI students. Material and methods : the specimens were taken from 195 subjects with oral rinse technique for identification using culture medium CHROMagar® and Sabaraoud dextrose agar. Results and discussion : Candida species were found in the 107 subjects oral cavity (54.87%), being Candida albicans was is the predominant species (52.33%). Some 88 subjects (82.24%) was dominant in the number of colonies <400 CFU/ml, while the rest had colony of >400 CFU/ml (17.76%). Candida colony grew dominantly in single colony (90.65%), and the others showed multi-species colonies (9.34%). Risk factors identified included age; gender; hormonal; blood type O; denture; orthodontic appliances; unstimulated salivary flow; pH of saliva; smoking, alcohol and oral cleaning habit; and oral health status. By using a statistical Pearson chi-square test, no significant relationship was found between risk factors and number of Candida colonies in the oral cavity p<0.05. Conclusion : there was no one single risk factor for Candida colonization, but combination of various risk factors for demographis, local and systemic was observed."
Jakarta: Universitas Yarsi, 2015
362 STK 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aliyah Pradono
"Stomatitis aftosa rekuren (SAR), disebabkan oleh multifaktor. Salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya SAR adalah defisiensi zat besi. Keadaan defisiensi zat besi dapat diketahui dengan melihat kadar serum iron (SI) penderita. Hasil dari berbagai penelitian dari berbagai negara tentang hal tersebut masih terdapat banyak perbedaan. Sehubungan dengan itu perlu kita ketahui keadaan kadar SI pada penderita SAR yang datang ke klinik penyakit mulut RSCM. Dari tiga puluh satu pasien SAR yang datang pada periode Juni 1992 - Juni 1993, dilakukan pemeriksaan SI, total iron binding capacity (TIBC), hemoglobin (Hb). Hasilnya terdapat 6 (19.35%) pasien SAR dengan nilai SI di bawah normal dan tidak satupun dari grup kontrol. Secara statistik nilai rata-rata kadar SI tidak berbeda bermakna dibanding dengan kontrol. Dari 6 pasien dengan SI di bawah normal, 1 pasien dengan TIBC tinggi, 1 pasien dengan TIBC rendah, 4 pasien dengan TIBC normal dan 3 pasien dengan Hb rendah. Jadi pada penderita SAR perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, SI dan TIBC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Ratna Karaton
"Pada mukosa mulut dapat ditemukan lebih kurang 200 macam penyakit yang secara klinik memberikan gambaran yang hampir serupa satu sama lain, sehingga para klinisi memerlukan suatu informasi yang rasional untuk menetapkan diagnosisnya. Salah satu alternatif ialah dengan menggunakan teknik sitologi eksfoliatif. Penelitian ini bertujuan mempelajari berbagai gambaran sitologik dari lesi erosif/ulseratif mukosa mulut dengan harapan dapat menunjang diagnosis klinik. Bahan pemeriksaan berupa komponen epitel yang berasal dari kerokan mukosa mulut yang terlihat sebagai mukosa erosif/ulseratif yang diambil dari pasien-pasien yang datang ke klinik penyakit mulut.
RSCM/FKGUI dan prosedur laboratorik dilakukan di laboratorium sitologi RSCM/FKUI yaitu mewarnai sediaan dengan pewarnaan Papanicolaou. Sediaan yang diperiksa serta dipelajari adalah berbagai gambaran sitologik lesi erasif/ulseratif dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dari 30 penderita dengan lesi erosif/ulseratif pada mukosa mulutnya di diagnosis sebagai stomatitis aftosa rekuren 9 kasus, 4 infeksi Herpes simplek, l infeksi Herpes zoster, 2 ulkus traumatika, 5 lichen planus erosif, 1 eritroplakia, 1 benign mucous membrane pemphigoid, 5 kandidiasis dan 2 karsinoma sel skwamosa .Pemeriksaan sitologik yang dilakukan pada lesi-lesi tersebut dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis klinik menemukan penyakit yang tidak terdiagnosis secara klinik, dapat memperkirakan faktor predisposisi timbulnya suatu penyakit dan berguna sebagai alat observasi lesi-lesi praganas. Pada infeksi virus Herpes, gambaran sitologik berupa marginasi kromatin, ballooning degeneration` dan sel raksasa berinti banyak dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit, disamping adanya badan inklusi intranuklear yang kadang-kadang ditemukan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Srie Rahayu Kustini
"ABSTRAK
Bactesyn is an antibiotic that contains suitamicillin. This antibiotic is a complex of combination between ampicillin and sulbactam in double ester bond. This makes Bactesyn become an antibiotic with broader spectrum. Lincomycin is an antibiotic, which is dental enough to treat dentoalveolar infections. This antibiotic is well known among the fellow dentist in Atma Jaya Hospital. It is obvious that these two medicines are very effective to deal with infections arising after operations of impacted teeth. The dose of Bactesyn is 375mg, given twice a day, whereas, Lincomycin is 500mg, given three times daily."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Titi S. Soebekti
"ABSTRAK
Memilih ukuran gigi anterior atas dalam pembuatan Gigi Tiruan Penuh, memerlukan ketrampilan tersendiri.
Pada penelitian ini dicari tanda-tanda anatomik di wajah yang mungkin dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan ukuran gigi anterior atas. Tanda-tanda anatomik yang digunakan adalah ukuran lebar sayap hidung dan ukuran lebar Sudut mulut.
Sampel yang digunakan adalah mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu, serta memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Hasil yang didapat menunjukkan adanya hubungan antara ukuran lebar gigi anterior atas dengan ukuran lebar sayap hidung, dan ukuran lebar sudut mulut.
Selain itu hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu lebih lebar dari ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG di Inggris dan populasi di Colorado. Sedang ukuran gigi anterior atas tidak menunjukkan adanya perbedaan. Sehingga pedoman yang umumnya digunakan dalam pembuatan gigi tiruan, khususnya Gigi Tiruan Penuh, bahwa garis yang ditarik dari tepi sayap hidung sejajar dengan garis tengah muka, akan melalui puncak tonjol kaninus atas, belum sepenuhnya dapat diterapkan."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Destiana Nur Fithri
"Latar Belakang:.Pembedahan kepala dan leher merupakan tindakan yang kompleks dan penuh tantangan karena berhubungan dengan pencernaan dan pernapasan. Dengan angka kejadian komplikasi yang cukup tinggi yaitu 17%, dibutuhkan tolok ukur yang dapat memprediksi komplikasi pascabedah terutama di bidang bedah mulut dan maksilofasial. Sistem skoring APACHE II pada penelitian terdahulu terbukti efektif dalam memprediksi kejadian komplikasi pascabedah reseksi dan rekonstruksi mandibula. Tujuan Penelitian: Mengetahui efektivitas sistem skoring APACHE II sebagai prediktor komplikasi pascabedah reseksi dan rekosntruksi tumor jinak mandibula. Metode Penelitian: Studi retrospektif tahun 2015 – 2020 pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Data diambil dari rekam medis pasien baik tertulis maupun digital. Analisis variabel kategorik dengan Uji Chi Square. Uji Mann-Whitney U untuk perbandingan rerata skor dua kelompok. Efektivitas skor APACHE II dinilai berdasarkan kurva ROC dan luas area dibawah kurva. Hasil: Dari 62 subjek penelitian, sebanyak 6 responden (9.7%) mengalami komplikasi pascabedah. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara semua variabel independen yang duji dengan peningkatan skor APACHE II (nilai p > 0.05). Rerata skor pada kelompok komplikasi lebih tinggi (4.83) namun pada Uji Mann-Whitney U nilai p > 0.05. Analisis ROC pada studi ini memiliki sensitivitas 50% dan spesifisitas 78.6% dengan nilai cut off point 5.5 dan luas area dibawah kurva ROC sebesar 0.558. Kesimpulan: Sistem skoring APACHE II terbukti efektif dalam memprediksi kejadian komplikasi pascabdedah reseksi dan rekonstruksi tumor jinak mandibula.

Background: Head and neck surgery is a complex and challenging procedure because it affect the digestion and respiration organ system. With a fairly high incidence of complications, namely 17%, an indicator is needed to predict postoperative
complications, especially in the field of oral and maxillofacial surgery. The APACHE II scoring system in a previous study proved to be effective in predicting the incidence of postoperative complications after mandibular resection and reconstruction. Objective: To determine the effectiveness of the APACHE II scoring system as a predictor of postoperative complications of mandibular resection and reconstruction of benign tumors. Methods: Retrospective study on subjects who met the inclusion criteria in the period of 2015 – 2020. The data is collected from the patient's medical record, both written and digital. Categorical variable is being analyze with Chi Square Test. While Mann-Whitney U test analyzing the comparison of the mean scores of the two groups. The effectiveness of the APACHE II score was assessed based on the ROC curve and the area under the curve. Results: Of the 62 research subjects, 6 respondents (9.7%) experienced postoperative complications. There was no significant difference between all tested independent variables with an increase in the APACHE II score (p value > 0.05). The mean score in the complication group was higher (4.83) but in the Mann-Whitney U test the p value was > 0.05. The ROC analysis in this study has a sensitivity of 50% and a specificity of 78.6% with a cut off point value of 5.5 and an area under the ROC curve of 0.558. Conclusion: The APACHE II scoring system proved to be effective in predicting the incidence of postoperative complications after surgical resection and reconstruction of benign mandibular tumors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Damiyanti
"ABSTRAK
The objective of this study was to find out the relationship between prior learning and performance of final test on dental material science. A sample of 70 respondents was randomly selected from students in the Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Jakarta. The data were taken through objective (for entry learning) and essay tests. The relation among prior learning and final test on dental material science was analysed by partial correlation and multiple regression techniques. The resulting findings are as follows: there was a positive correlation between student's prior learning and performance of final test (r=0.533). This study also revealed that the mean score of students ability on prior learning and final test were higher than their theoretical mean score. It can be concluded that prior learning significantly contributed to learning achievement in dental material science."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>