Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136978 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Oni Bibin Bintoro
"ABSTRAK
Media massa sudah sejak lama digunakan sebagai saluran komunikasi politik.
Kehadirannya tidak saja bisa dimanfaatkan oleh mereka yang mempunyai kemampuan
untuk menyeleksi mana yang penting dan mana yang tidak untuk diberitakan. Oleh
karena itu kehadiran debat di Televisi antar kandidat presiden Amerika sebagai salah satu
komponen pers yang bebas dan saluran tradisi demokrasi di Amerika antara pemimpin
bangsa dan para pemilih dalam kehidupan politik di Amerika tidak diragukan lagi. Media
massa tidak saja dimanfaatkan sebagai saluran komunikasi politik bagi warganya, akan
tetapi secara tidak Iangsung menetukan arah bangsa dengan mendiskusikan issu issu
bangsa yang sedang berlaku pada saat itu.
Beranjak dari Iatar belakang yang diutarakan, maka pokok masalah kajian
ini berangkat dari pertanyaan dalam konteks studi pemikiran ekonomi Amerika dan
pengaruhnya dalam komunikasi politik di Amerika seperti:
1. apa dampak atau pengaruh isu isu perekonomian dalam debat kandidat presiden
Amerika?
2. apakah kontribusi dari masing masing isu ekonomi (pajak, kesehatan, AFTA,
perdagangan luar negeri, subsidi, dll ) dalam debat kandidat presiden dalam
menenlukan kemenangan pemilihan Presiden?
Jadi permasalahan pokoknya tidak diangkat dari pengaruh dampak debat
kandidat presiden, akan tetapi justru lebih menekankan kepada isi permasalahan ekonomi.
Melihat makin besarnya peranan debat kandidat presiden Amerika dalam
kehidupan perekonomian dan politik Amerika dewasa ini, khususnya dalam studi ini
adalah peranan isu perekonomian dalam analisa kandungan debat, maka tujuan utama
dari studi ini adalah berawal dari pengkajian transkrip debat debat kandidat Presiden
Amerika pada tahun 1992. Secara rinci tujuan Studi ini adalah :
1. Mengkaji bagaimana peranan isu isu ekonomi dalam ketiga debat kandidat
presiden Amerika tahun 1992.
2. Menelaah bagaimana perbedaan dalam melakukan tanggapan (response) dan
kemampuan berkomunikasi dari para kandidat presiden Amerika tahun 1992
uutuk isu isu perekonomian.
3. Memahami analisa analisa yang ditampilkan dalam media tentang isu isu ekonomi
dalam debat kandidat presiden Amerika selama pemilihan presiden Amerika
tahun 1992 serta bagaimana masing-masing kandidat menggunakan isu isu
ekonomi dan membungkusnya dalam mendukung ungkapan-ungkapan
perekonomian dan perpolitikan pada masa kampanye kepresidenannya.
4. Untuk memahami dan memperlihatkan pemahaman teks dari format debat
kandidal presiden dalam tradisi demokrasi Amerika."
2007
T17582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Hermawan
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Public Relations Bill Clinton sebagai bagian dad tim sukses seorang calon presiden Amerika memiliki peran dalam menciptakan serangkaian program kegiatan kampanye dengan strategi dan taktik komunikasi.
Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana peran tim Public Relations selama proses kampanye berlangsung disertai kegiatan promosi Bill Clinton untuk menjadi presiden Amerika Serikat pada tahun 1992.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis-interpretatif. Teknik pengurnpulan data melalui studi kepustakaan.
William Blythe Jefferson atau dikenal dengan Bill Clinton telah terpilih menjadi presiden Amerika Serikat ke-42 pada tahun 1992. Keberhasilannya merupakan basil kerja keras tim Public Relations-nya yang kuat dan profesional. Tim Public Relations berperan dalam membentuk proses komunikasi dua arah untuk kemudian merespon dan menciptakan pesan untuk disampakikan kepada publik. Pesan-pesan tersebut dikemas dalam berbagai bentuk kampanye guna menciptakan opini publik yang positif terhadap Bill Clinton.
Berbagai strategi dan taktik dilakukan oleh tim Public Relations seperti pembuatan pidato, penanggulangan isu, debat calon presiden, pembuatan publisitas periklanan seperti iklan di media cetak dan elektronik ataupttn slogan-slogan untuk meningkatkan popularitas Bill Clinton pada saat itu.
Tim Public Relations meherapkan beberapa hal panting dalam menciptakan koniunikasi dua arah selama mass kampanye, yaitu a story, be brie, be emotional, be unige, be relaxant, repeal your message relentlessly. Tahapan-taltapan tersebut telah membawa pesan-pesan itu mendapat umpati batik {feedback) dari masydrakat Amerika, yang tercermin di media cetak dan elektronik.
Hasil pemilihan umum tahun 1992 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kinerja tim Public Relations sebagai bagian dari tim sukses Bill Clinton merupakan bentuk keberhasilan dari profesionalisme tim Public Relations dalam mengemban tugasnya selama kampanye berlangsung.

The purpose of the research is to show that the public relations is a part of the successed team of candidate of the American president, have had a role in created campaign program with communication strategy and tactic.
The research problem is how the role of public relations team during the campaign process with Bill Clinton's promotion program to became the American president in the year of 1992.
The research methodology is qualitative methodology with analysis-intrepretative approach. The data collecting is the library research.
William Blythe Jefferson or called Bill Clinton has elected for the American president 42"d in 1992. The successed is result of working the public relations team which strong and professional. The public relations team role is created two ways communication process, further more to responsed and created message to be informed to the public. Those messages packed in many campaign program to create positive public opinion about Bill Clinton.
Many strategy and tactic had used by the Public Relations team such as make a speechs, solved issues, American candidat debates, make publication such as advertsing in printed and electronic media or slogans to increase popularity Bill Clinton in that time.
The- public relations team occupied some important things in two ways communication in campaign process, are a .story, he brief, be emotional, he uniqe, be re/avant, repeat your message relentlessly. The steps has brought messages took feedback from the American society, which reflected in printed and electronic media.
The American election result in 1992 indicated that the public relations team as a part Bill Clinton's success team is the success from the public relations professionalism during the American president campaign.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Gopokson Tarulitua
"Penulisan ini akan memfokuskan perhatian pada perbandingan kebijakan Bush dan Clinton periode 1989-1996 yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti institusional setting (kelembagaan bail( Presiden maupun Badan Eksekutif), Kongres, lingkup sosial, media massa dan faktor ideologi dan munculnya masalah-masalah dalam domestik Cina seperti HAM, Ekonomi (defisit perdagangan dan hak cipta), Taiwan maupun militer.
Pembahasan perbandingan kebijakan Bush dan Clinton pada dasarnya bermuara pada hubungan antara AS dan RRC yang timbul sebagai akibat dari strategic triangle yang dibentuk oleh Presiden Nixon melalui kunjungan bersejarah ke Beijing dan Moskwa tahun 1973. Hubungan AS-RRC berkembang menjadi suatu kemitraan strategis yang terbina oleh ketakutan bersama terhadap kekuatan Siviet pada masa Brezhnev. Belakangan kemitraan tersebut pecah karena hilangnya ancaman Soviet, terjadi peristiwa Tiannanmen dan munculnya Cina sebagai negara adidaya yang potensial.
Kerangka pemikiran penulisan tesis ini adalah bagaimana kebijakan kedua pemimpin tersebut dipengaruhi oleh kondisi internal AS sendiri dan pada saat yang sama juga sebagai respon terhadap kebijakan-kebijakan internasional (faktor eksternal RRC).Kondisi internal yang meliputi lingkungan sosial, lembaga-lembaga/institusi, dan karakteristik pengambilan keputusan menurut Kegley dan Witkoft merupakan input bagi proses pengambilan kebijakan luar negeri Bush dan Clinton dan seluruh proses tersebut mengubah input menjadi kebijakan terhadap lingkungan eksternal yang menjadi landasan bagi para pengambil kebijakan dalam mencapai tujuan nasionalnya.
Masalah-masalah HAM, ekonomi, Taiwan, dan militer Cina merupakan masalah luar negeri yang paling sulit ditanggulangi oleh pemerintah AS khususnya pada masa Clinton dan Bush karena berkaitan erat dengan persepsi-persepsi yang tumbuh di dalam negeri AS sendiri baik itu dari kelembagaan pemerintahan AS maupun persepsi lingkungan Sosial (opini publik yang dituangkan dalam media massa).
Terlihat bahwa dalam menetapkan kebijakan luar negerinya, baik Bush maupun Clinton menggunakan instrumen/alat seperti kebijakan yang berasal dari pengaruh social environment dan institusional setting yang meliputi opini publik, Kongres, maupun perbedaan ideologi (Partai Republik - kubu Bush dan Partai Demokrat - kubu Clinton) yang dituangkan dalam pemberitaan media massa cetak maupun elektronik turut mempengaruhi langkah kebijakan yang diambil kedua pemimpin tersebut. Kebijakan Bush maupun Clinton dalam banyak hal seringkali mengkaitkan isu-isu HAM, dan demokrasi maupun isu Taiwan dalam masalah domestik negeri tirai bambu tersebut untuk menekan Cina dalam mencapai apa yang menjadi tujuan Polugri AS."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simela Victor Muhamad
"ABSTRAK
Kebijakan Amerika Serikat menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi menempati posisi penting dalam kebijakan politik luar negeri pemerintahan Presiders Bill Clinton. Kebijakan pemerintahan Clinton terhadap Haiti pada tahun 1993-1994 adalah contoh kasus yang nyata dan terang-terangan dalam upaya Amerika mempromosikan demokrasi. Pemerintahan Clinton memandang bahwa rejim militer Haiti yang melakukan kudeta terhadap pemerintahan sipil yang sah hasil pemilihan demokratis merupakan pengingkaran terhadap aspirasi liberal bangsa Amerika yang sangat menjunjung tinggi kehidupan demokrasi. Oleh karena itu, pemerintahan Clinton merasa perlu melakukan upaya pemulihan dan promosi demokrasi di negara Kawasan Karibia tersebut. Misi Amerika di Haiti tersebut tidak semata-mata menyangkut promosi demokrasi, tapi juga dikaitkan dengan upaya Amerika memperluas pasar bebas (free market). Karena bagi pemerintahan Clinton, kebijakan demokrasi harus dikaitkan Pula secara terpadu dengan upaya memperluas pasar bebas. Pelaksanaan kebijakan ini sesungguhnya terkait dengan kepentingan nasional Amerika Serikat dan juga merupakan bagian dari strategi Amerika untuk menciptakan perdamaian di dunia yang didasarkan atas terciptanya pemerintahan demokratis di mana-mana."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wangke, Humphrey
"Proses konstruksi etika lingkungan sebagai bagian penting dari budaya korporasi multinasional bukanlah suatu hal yang mudah untuk dipraktekkan. Pada umumnya korporasi multinasional telah lama terkondisi oleh pemikiran bahwa praksis-praksis lingkungan hidup hanya merupakan beban bagi korporasi itu yang bisa mengurangi daya saing mereka secara domestik maupun internasional.
Presiden AS Bill Clinton berusaha mengubah cara pandang itu dengan mengeluarkan kebijakan yang mengintegrasikan perlindungan lingkungan hidup sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi Amerika. Korporasi Amerika didorong untuk menjadikan perlindungan lingkungan hidup sebagai bagian dari etika bisnis mereka melalui perluasan UU Hak Mengetahui masyarakat. Cara ini secara tidak langsung menuntut korporasi Amerika untuk bersikap responsif terhadap masalah lingkungan hidup. Dukungan yang datang dari LSM dan anggota Konggres serta dari kalangan pengusaha sendiri menambah keyakinan bahwa lingkungan hidup merupakan masalah yang tidak terpisahkan dari kebijakan ekonomi.
PT Freeport Indonesia sebagai bagian dari korporasi Freeport McMoRan dituntut pula untuk mengimplementasikan nilai baru dalam etika bisnis di Amerika tersebut. Banyak kendala yang ditemui dalam tahapan-tahapan proses konstruksi etika lingkungan ini. Meskipun telah mempunyai komitmen terhadap masalah lingkungan hidup, tetapi mereka masih pula melakukan penyimpangan-penyimpangan. Konsekuensinya pemerintah Bill Clinton menangguhkan bantuan OPIC senilai US$ 100 juta. Tekanan terhadap PTFI tidak hanya datang dari badan federal Amerika saja tetapi juga LSM-LSM luar negeri. Semuanya ini menunjukkan bahwa PTFI masih harus bekerja lebih keras lagi dalam mewujudkan etika lingkungan sebagai budaya korporasi mereka."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Herti Afriani
"Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu pertama mendeskripsikan dan menjelaskan strategi kesantunan yang digunakan oleh Presiden George Walker Bush sepanjang tahun 2006; kedua, mengidentifikasi pertalian antara strategi kesantunan yang digunakan Presiden Bush dan implikaturnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan ancangan pragmatik. Ancangan pragmatik digunakan untuk menganalisis bagaimana tuturan tersebut memengaruhi penutur dan petuturnya di dalam komunikasi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Presiden Bush di dalam teks pidato politik berbahasa Inggris menggunakan empat strategi dari lima strategi yang dirumuskan Brown dan Levinson, yaitu strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi (BTTB); bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif (BTBKP); bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif (BTBKN), dan bertutur secara samar-samar (BS).
Secara keseluruhan, strategi yang paling sering digunakan adalah strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif (62, 96 %) karena Presiden Bush ingin menunjukkan penghargaan, rasa solidaritas, simpati, dan persahabatan serta kcinginan yang sama.Tujuannya adalah untuk mempertahankan stabilitas di antara sesama sehingga dapat terjalin persahabatan dan kedekatan diantara Presiden Bush dengan mitra tutur baik di dalam maupun di luar negeri. Pertalian strategi bertutur ini dengan implikaturnya, yaitu strategi bertutur dengan menggunakan strategi BTTB, BTBKP, BTBKN, dan BS (sarat dengan kesantunan) memiliki implikatur yang kuat, artinya petutur dari Presiden Bush bisa memahami maksud tuturan Presiden Bush.
Selain itu, tuturan Presiden Bush mengandungi efek kontekstual yang banyak, yang diperoleh dengan mengeluarkan usaha paling sedikit atau dengan waktu paling pendek. Secara politis, dalam urusan dalam negeri, tuturan Presiden Bush memiliki maksud meminta dukungan, dan memengaruhi petutur. Ia juga ingin menunjukkan bahwa kebijakannya sesuai dengan kepentingan rakyat Amerika Serikat. Dalam urusan luar negeri, tuturannya menginfonnasikan bahwa is sebagai Presiden dari sebuah negara adidaya memiliki kebijakan yang ditujukan untuk kebaikan seluruh manusia di dunia.

This research has two aims: firstly to describe and elaborate President George Walker Bush's politeness strategies during 2006; secondly to identify the relation between the strategy and its implicatures. This research is a qualitative with pragmatic approach. This approach is adopted to analyze how an utterance can influence the speakers and hearers in a communication.
The result shows that the English texts of President Bush's politics speeches adopted four of the five strategies formulated by Brown and Levinson. Those strategies are direct language without compliments or bald on record without redressive action (BTTB), direct language with positive politeness or FTA on record with redressive action (BTBKP), and direct language with negative politeness or FTA on record with redressive action (BTBKN), and FTA of record (BS) strategics.
Overall, President Bush mostly adopted direct language with positive politeness strategy (62. 96%) to show the hearers his appreciation, sense of solidarity, sympathy and friendship as well as common intention. His aim is to maintain the stability among conversational participants in order to form friendship and establish close relations with the hearers both domestically and internationally. The relations of those strategies, i.e. the strategies using BTTB, BTBKP, BTBKN, and BS (politeness laden) have strong implicature. This suggests that the hearers understand the meaning of President Bush's speeches.
In addition, his speeches contain many contextual effects with minimum efforts or shortest time. Politically, in his domestic policy, Presiden Bush's speeches have a meaning to get support, and influence the hearers. He also needs to show that his policy is appropriate with United States's needs. In his international policy, his speeches inform that he has a beneficial policy which is purposed for all persons in the world.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T25185
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napang, Marthen
"Pemilihan umum tahun 2000 di Amerika Serikat telah terlaksana. Tetapi terdapat beberapa masalah yang menjadi pokok bahasan dalam tesis ini, yaitu: mengapa partisipasi para pemilih dalam pemilihan presiden di Amerika relatif terbatas hanya sekitar 50% - 55 % dari suara pemilih, mengapa partai yang memenangkan kursi presiden tidak menjamin partai tersebut mempertahankan kemenangan sebelumnya di Kongres: DPR (The House of Representative) dan Senat, Mengapa Presiden terpilih Amerika dengan dukungan a plurality (Majority electoral college) belum tentu merebut dukungan a majority (popular votes) atau mengapa kandidat yang memperoleh dukungan populer votes tidak terpilih sebagai presiden Amerika, dan apakah makna penyelesaian sengketa politik hasil pemilihan presiden 2000 di Mahkamah Agung Negara Bagian Florida dan Mahkamah Agung Federal Amerika (U.S. Supreme Court) ? Pembahasan dilakukan berdasarkan pendekatan kualitatif yang didukung pendekatan kuantitatif, dengan mengandalkan kesahihan informasi dan data kepustakaan.
Pemilihan dilakukan sebagai perwujudan dari sistem demokrasi konstitusional yang dianut Amerika Serikat. Sistem demokrasi konstitusional memberi pengertian bahwa kebebasan, perwakilan, dan pembatasan kekuasaan pemerintah bersandar pada demokrasi dan konstitusi. Demokrasi menggambarkan pemerintahan yang dibentuk adalah pemerintahan berdasarkan aturan mayoritas (majority rule). Sedang konstitusi menyatakan pembatasan pada kekuasaan demokrasi, dalam batasan bahwa suara mayoritas yang memerintah tidak akan meluas menindas minoritas. Dalam demokrasi partisipasi politik merupakan suatu cara seseorang menyatakan, menentukan, atau mengungkapkan kemampuan dirinya menciptakan nilai-nilai kemanusiaannya dalam sebuah pemilihan. Pemilihan diselenggarakan secara teratur dan berkelanjutan dengan aturan-aturan: winner takes all, the single-member district system, the plurality and majority rule, the Electoral College.
Dalam pemilihan umum tahun 2000, dilakukan pemilihan presiden yang diikuti oleh kandidat Presiden George W.Bush dari Partai Republik dan Al Gore dari Demokrat yang memperebutkan 538 suara elektoral, dengan partisipasi 105.326.325 rakyat pemilih. Juga diadakan pemilihan 435 anggota DPR (the House of Representative) yang diikuti oleh 835 kandidat , dan 34 Senator yang diikuti oleh 75 kandidat.
Ternyata kubu Al Gore mengklaim hasil penghitungan suara para pemilih di Florida, yang saat itu juga merupakan negara bagian yang paling terakhir merampungkan penghitungan suara. Sehingga terjadi persengketaan di Pengadilan. Setelah melalui beberapa tahap persidangan termasuk oleh Mahkamah Agung Florida, akhirnya Mahkamah Agung Federal memutuskan sengketa hasil penghitungan suara ini, dan George W. Bush dinyatakan terpilih sebagai Presiden Amerika ke-43.

Al Gore V. George W. Bush in U.S. President Campaign 2000: Conflict of General Election Result in FloridaThe 2000 General Election in United State has been held. But there were some problem that became the main topic in this thesis, i.e. : why the participation of voters in president election in United State relatively limited only range for 50%-55% of voters, why the party who was winning the president chair were not guaranteeing that party to maintain its former victory in Congress; The House of Representative and Senate, Why the selected American President with the support of plurality (Majority electoral) was still not certain to gain majority support (popular votes), or why did the candidates who had gain popular votes support was not selected as the American President, and what is the mean of resolution for politic conflict of the 2000 general election result at the Supreme Court of Florida State and at the U. S. Supreme Court? The discussion was held based on qualitative approach, by counting on the legality of information and literature data.
Election was held as manifestation of the constitutional democracy system, which was believed in United States. It provides a comprehension that the government's freedom, representative, and authority limitation was lie on democracy and constitution. Democracy described the formed government as government based on majority rule. Whereas, the constitution stated that in limitation of democracy power, the governing majority vote will not expand and oppress the minority. Democracy of politic participation is a certain method to state, determine, or express his ability about creating his humanity values i n one election. United State organized the election regularly and continuously by rules of: winner takes all, the single-member district system, the plurality and majority rule the Electoral College.
On the general election in the 2000 years, the president election were participated by the candidate of Republican Party, President George W. Bush and Al gore of the Democrats Party, which was struggling for 538 Electoral Votes. Also, the election of 435 House of Representative members, which were participated by 835 candidates, and 34 Senators which was participated by 7 5 candidates. It turned out t hat t he Al Gore entrenchment claimed the vote enumeration of the electors in Florida, which in that time was also the last state in completing its vote enumeration. Then there were accusations in the court. After passing several stages of court session including by the Florida Supreme Court, and finally the Federal Supreme Court decide that in this dispute of vote enumeration result, George W. Bush was declared as the 43nd American President."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 12257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisari Dyah Paramita
"Tesis ini membahas mengenai kebijakan luar negeri AS dalam konflik Israel-Palestina khususnya pada saat masa Presiden Bush, serta menjelaskan faktor-faktor eksternal dan internal AS yang berubah dan tidak dapat diabaikan pada saat itu sehingga membuat AS melakukan adaptasi dalam perilakunya. Dalam hal ini penulis menggunakan negara sebagai unit analisa. Tesis ini sangat menarik bagi penulis karena yang dianalisa adalah perilaku kebijakan AS sebagai satu-satunya negara yang mengalami perubahan secara signifikan dalam doktrin dan kebijakan luar negerinya setelah peristiwa serangan teroris tanggal 11 September 2001.
Adaptasi perilaku AS, merupakan respon AS terhadap perkembangan di lingkungan eksternalnya yaitu peningkatan eskalasi konflik di wilayah pendudukan di Palestina, adanya tekanan dari negara-negara asing termasuk dari negara-negara yang merupakan "sekutu dekat" AS di kawasan serta strategi ofensif yang dijalankan oleh Perdana Menteri Israel Ariel Sharon sejak tahun 2001. Di samping itu, adaptasi perilaku AS tersebut juga merupakan respon AS atas perkembangan di lingkungan internalnya yaitu adanya keprihatinan anggota Kongres/Senat serta publik domestik AS, adanya kekhawatiran kehilangan momentum positif proses perdamaian di Timur Tengah serta adanya kekhawatiran menurunnya koalisi global anti terorisme di kalangan Pemerintah AS.
Pembahasan mengenai permasalahan dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan berbagai kerangka pemikiran sebagai alat analitis.Dengan menggunakan pendapat Rosenau yang mengaitkan antara tindakan suatu negara terhadap lingkungan eksternalnya dengan respon terhadap aksi dari lingkungan eksternal dan internal serta penjelasan bahwa kebijakan luar negeri perlu dipikirkan sebagai suatu proses adaptif, pendekatan sistem politik David Easton, Mochtar Mas'oed dan Hoisti mengenai komponen kebijakan luar negeri serta teori yang dikemukakan Howard Lentner bahwa dalam mencapai tujuan politik luar negerinya, suatu negara mengalami serangkaian penyesuaian yang tetap yang terjadi di dalam negara maupun antara negara dengan situasi yang dihadapi, penulis mencoba membahas permasalahan tersebut.
Hasil dari penulisan ini adalah adaptasi perilaku AS diwujudkan dalam beberapa penyesuaian kebijakan luar negeri AS mengenai konflik Israel-Palestina, yang mencapai puncaknya pada peluncuran roadmap pembentukan dua negara sebagai penyelesaian terhadap konflik Israel-Palestina pada tanggal 30 April 2003. Dalam roadmap disebutkan bahwa realisasi pengakhiran konflik Israel-Palestina hanya dapat dicapai dengan penghentian kekerasan dan tindakan terorisme, dengan pemimpin Palestina yang mampu secara tegas mengambil tindakan melawan tindakan teror dan mampu untuk membangun demokrasi berdasarkan toleransi dan kemerdekaan, kesediaan Israel untuk melakukan apa yang diperlukan bagi berdirinya negara Palestina dan diterimanya oleh kedua pihak suatu wilayah pemukiman sebagaimana telah diatur dalam roadmap tersebut.
Peluncuran roadmap perdamaian merupakan wujud adaptasi kebijakan Presiden Bush pada tingkat perilakulaksi dalam konflik Israel-Palestina, dimana sebelumnya Presiden Bush selalu menolak thrill tangan langsung untuk menggerakkan proses perdamaian. Presiden Bush kini mengulurkan tangannya langsung dengan meletakkan kapasitas dan pengaruh AS untuk membuka kembali solusi politik yang selama lebih dari dua tahun tertutup rapat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Kuntarti
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25462
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>