Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192980 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjetjep Syarif Hidayat
"ABSTRACT
Comparative Study On Extention Education To Combat The Parasites At Five Primary School In District Of Bogor, 1995.The efforts to combat the parasites warming performed by the government and the private sector in some area of Indonesia so far seem to be unsuccessful. By now this infection is still as one of the health problem since the prevalence of infection among some pupils of the primary school in DKI Jakarta is 60 - 90% and in West Java is 70 - 90%.
The aim of this study is to get evidence on the difference between the effort to combat the parasite with and without extention education. The sample taken by purposive which is all the pupils of grade V of SDN Cimanggu II and of SDN Cimanggu III as the treated group I, and those pupils of SDN Kedung Jaya II and SDN Cibuluh III as the treated group II, and those pupils of SDN Cimahpar I as the group of control. The group I given education about parasites warming and given deworming tablet, group II given treatment deworming without any education about parasites. The control group did not get any intervention.
Out of 241 pupils there were 105 pupils who their faecal can be regularly examined and analyzed, i.e. four times during the whole period of the study. The differences of the knowledge, attitude and behavior between the treated groups were analyzed using X2 test. The difference of the prevalence of the parasites between the treated groups was analysis using PQ-test.
The results of the analyzed showed that there was significant relationship between the intervention of deworming and extention education with the increasing of knowledge, attitude and behavior in reducing the prevalence of parasites among the Primary School pupils. There was a significant decreasing of prevalence of parasites among the pupils of the treated group, and there was no re-infection by the end of the study. In fact, this evidence was supported by increasing personal hygiene of the respective pupils. The pupils of the treated group without extention education but deworming suffered from re-infection by the end of the study. The study can be well carried out based on good cooperation and support from the parents of the pupils. The study also proved that extention education can prevent the pupils from re-infection. To combat the problem of parasites among the Primary School pupils it is suggested that deworming should be carried out together with extention education on health and personal hygiene.
The result of the study are expected to be used in planning and execution to combat the problem of parasites among the pupils of Primary School. To achieve the successful of the program to combat the problem of parasites, the participation of the parent and the school teachers is really needed, in such that the program can sustain in near future.

ABSTRAK
Upaya pemberantasan cacingan yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta di berbagai wilayah di Indonesia selama ini kelihatannya belum memberikan basil yang memuaskan. Sampai saat ini penyakit cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena prevalensi infeksi cacingan di kalangan murid Sekolah Dasar di DKI Jakarta mencapai 60 - 90% dan di Jawa Barat mencapai 70 - 90%.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji ada tidaknya perbedaan antara upaya penanggulangan cacingan dengan dan tanpa penyuluhan.
Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan ulang non random. Sampel diambil secara dengan sengaja yaitu seluruh murid kelas V di SDN Cimanggu II dan SDN Cimanggu III sebagai kelompok perlakuan I dan SDN Kedung Jaya II dan SDN Cibuluh III sebagai kelompok perlakuan II serta SDN Cimahpar I sebagai kelompok kontrol. Kelompok perlakuan I mendapat perlakuan penyuluhan tentang cacingan dan diberi obat cacing, untuk kelompok perlakuan II mendapat perlakuan pengobatan tanpa mendapat penyuluhan tentang cacingan. Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat kegiatan pengobatan maupun penyuluhan tentang cacingan. Dari 241 murid yang diteliti ternyata hanya 105 murid yang bisa secara berkesinambungan mengikuti kegiatan penelitian dengan memeriksakan tinjanya selama 4 kali dan sekaligus menjadi sampel yang dianalisis dalam penelitian ini.
Uji-X2 digunakan untuk menguji adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang cacingan antar kelompok perlakuan. Selain itu juga dilakukan uji-PQ untuk mengkaji adanya perbedaan prevalensi cacingan pada murid Sekolah Dasar antar kelompok perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang bermakna antara perlakuan pemberian obat casing disertai penyuluhan tentang cacingan dengan peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku cacingan dan menurunkan prevalensi cacingan murid SD. Pada kelompok perlakuan yang diberi obat cacing disertai penyuluhan tentang cacingan penurunan prevalensi cacingan terus berlangsung sampai tidak terjadi reinfeksi pada saat penelitian berakhir. Keadaan ini didukung dengan adanya perubahan perilaku kebersihan pribadi murid yang diteliti. Sedangkan pada kelompok perlakuan yang hanya diberi obat cacing tanpa penyuluhan tentang cacingan terjadi reinfeksi pada murid yang diteliti. Penelitian ini dapat dilaksanakan berkat adanya partisipasi guru dan orang tua murid dalam membantu kelancaran pelaksanaan penelitian. Dengan demikian penyuluhan tentang cacingan dapat memperlambat atau mencegah reinfeksi cacingan pada murid Sekolah Dasar. Untuk itu selain pemberian obat cacing, penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cacingan perlu diberi bobot yang lebih besar dalam upaya pemberantasan penyakit cacingan pada murid Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan cara mencegah dan memberantas penyakit cacingan pada murid Sekolah Dasar. Supaya program penanggulangan cacingan berhasil memberantas cacingan pada murid Sekolah Dasar, diperlukan partisipasi orangtua murid dan guru sehingga program dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estianti Achmadi
"Dalam pelaksanaan program pemberantasan casing di sekolah-sekolah dasar DKI Jakarta selama ini, tidak ada intervensi khusus yang ditujukan kepada dokter kecil. Padahal sebaiknya mereka perlu dilibatkan secara aktif dalam program ini, karena dokter kecil diharapkan dapat membina teman-temannya dan berperan sebagai promotor dan motivator dalam melaksanakan program pemberantasan cacing di sekolah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program pemberantasan cacing dengan pelatihan dokter kecil terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek murid sekolah dasar. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan ulang non random. Sampel diambil secara purposive yaitu seluruh murid kelas IV,V,VI tanpa dokter kecil dari SDN Pasar Minggu 01 Pagi sebagai kelompok eksperimen, dan dari SDN Pasar Minggu 07 Pagi sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama mendapat program pemberantasan cacing, dan pada kelompok eksperimen ditambah kegiatan pelatihan dokter kecil. Hasil penelitian menuniukkan bahwa, ternyata pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak setara untuk variabel umur murid dan variabel praktek murid hasil pre-test. Perbedaan pengetahuan, sikap dan praktek antara pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok didapatkan hasil yang bermakna. Sedangkan perbedaan peningkatan tersebut antar kelompok didapatkan hasil yang tidak bermakna. Berarti program pemberantasan cacing baik dengan atau tanpa pelatihan dokter kecil, sama-sama meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek murid. Temuan tambahan penelitian ini adalah diketahuinya dampak program pemberantasan cacing berupa penurunan kasus kecacingan setelah jangka waktu tertentu. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan studi pendahuluan, sehingga pemilihan responden dapat setara. Juga sebaiknya dilaksanakan mencakup beberapa sekolah dasar pada daerah yang lebih luas dan pengambilan sampel dilakukan secara random, sehingga hasilnya dapat di generalisasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianita Fitriani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi sebaya terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada aggregat anak usia sekolah yang beresiko kecacingan di Desa Baru Manggar Kabupaten Belitung Timur sebelum dan sesudah diberikan edukasi sebaya antara kelompok intervensi dan kontrol. Penelitian ini quasi eksperimen dengan desain non equivalent control group, before-after design. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan, sikap dan keterampilan bermakna anak usia sekolah sebelum dan sesudah diberikan edukasi sebaya. Insidensi kecacingan menurun sesudah diberikan edukasi sebaya. Penelitian ini merekomendasikan kepada pelayanan kesehatan untuk mengembangkan kebijakan edukasi sebaya terintegratif dalam pelayanan keperawatan di sekolah untuk pengendalian kecacingan.

The purpose of this research is to find out the influence of peer education towards clean and healthy life behavior in school age with the risk of helminthes? infection at Manggar Baru Vilage, East Belitung district before- after receiving peer education among intervention and control groups. This research is quasi experiment with non equivalent control group, before-after design. The result of research revealed that there is a meaningful difference at school age children?s knowledge, attitude and skill in intervention group before and after they are taken peer education. Helminthes incidence was decreasing in intervention group after they received peer education. Peer education has effectively increased or improved PHBS at school age aggregate. This research recommends health service to develop peer education policy within school health nursing program in handling helminthes infection."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Eviana Sumarti
"Pendidikan kesehatan pada ibu dapat meningkatkan praktik perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR), namun kemampuan ibu untuk melakukan praktik perawatan BBLR di rumah belum banyak digali. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh paket pendidikan kesehatan pada ibu terhadap praktik perawatan BBLR di Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan terhadap 159 ibu dengan BBLR yang bayinya dinyatakan boleh pulang dari ruang Perinatologi dengan pendekatan quasi eksperimen (78 ibu kelompok intervensi dan 81 ibu kelompok kontrol) dan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Ibu dengan BBLR yang berdomisili di wilayah intervensi mendapatkan paket pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat puskesmas.
Paket pendidikan kesehatan terdiri dari penyuluhan tentang perawatan BBLR, yang diberikan pada 3-5 hari setelah BBLR keluar RS dan pendampingan pada ibu dan keluarga pada minggu ke-2 dan ke-6 setelah penyuluhan atau pengukuran awal. Ibu yang berdomisili di wilayah kontrol mendapatkan booklet tentang perawatan BBLR. Kedua kelompok dilakukan pengukuran dengan waktu yang sama sebanyak 4x yaitu 3 hari setelah keluar RS, 2, 6 dan 12 minggu setelah penyuluhan atau pengukuran awal. Pengumpulan data kualitatif juga dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperlukan setelah mendapatkan gambaran hasil kuantitaif. Analisis multvariat dilakukan dengan Regresi Linier Ganda General Estimating Equation (GEE).
Hasil memperlihatkan pemberian paket pendidikan kesehatan pada ibu dengan BBLR memberikan efek peningkatan praktik ibu dalam perawatan BBLR sebesar 25,19%. Praktik perawatan BBLR pada ibu di kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol pada setiap waktu pengukuran (p=0,000). Variabel sikap dan dukungan kader kesehatan yang dilatih merupakan konfonder yang mempengaruhi hubungan pendidikan kesehatan terhadap praktik ibu dalam perawatan BBLR.
Kesimpulan: Pemberian paket pendidikan kesehatan yang dilakukan berkelanjutan selama 6 minggu berdampak efektif terhadap peningkatan praktik perawatan BBLR di rumah dan terhadap peningkatan status kesehatan bayi. Paket pendidikan kesehatan dapat dikembangkan di komunitas dengan melibatkan kader kesehatan untuk memberikan pendampingan pada ibu dengan BBLR diwilayahnya. Pelatihan ataupun sosialisasi tentang perawatan BBLR perlu diberikan pada tenaga kesehatan puskesmas dan kader kesehatan, sehingga dapat melakukan pendampingan secara tepat pada ibu dengan BBLR.

Health education for mothers can improve low birth weight (LBW) infant care practices. Yet, the ability of mothers to exercise LBW infant care at home has not been much explored. This study aims to assess the effect of health education packages on mothers towards LBW infant care practices in Central Jakarta. The study was conducted on 159 LBW mothers whose babies were permitted to return from the perinatology room with a quasi-experimental approach (78 mothers in the intervention group and 81 mothers in the control group). The sampling technique of this study was consecutive sampling. LBW mothers who were domiciled in the intervention areas received health education packages provided by nurses in health centers.
The health education package consisted of counseling on LBW care given in 3-5 days after LBW infant out of the hospital and mentoring for mothers and families at the 2nd and 6th weeks after counseling or initial measuring. Mothers who lived in the control area received a booklet on LBW infant care. The two groups were measured with the same time as much as 4 times, which was 3 days after leaving the hospital, 2, 6 and 12 weeks after counseling or the initial measurements. Qualitative data collection were also done to complete the information needed after getting a picture of the quantitative results. Multivariate analysis was carried out with Multiple Linear Regression General Estimating Equation (GEE).
The results showed the provision of health education packages to mothers with LBW have an effect to increase the practice of mothers in LBW infant care by 25.19%. The practice of LBW infant care among mothers in intervention group were higher than those in control groups at each measurement (p = 0,000). The attitude and support of trained health cadres variable are confounders that influence the relationship of health education to the practice of mothers in LBW care.
Conclusion: The provision of health education packages carried out continuously for 6 weeks has an effective impact on improving the practice of LBW infant care at home and has an impact on improving the health status of infants. Community-based health education packages developed by involving health cadres to provide assistance to mothers with LBW infant in their area. Training or socialization of LBW infant care to be given to health center workers and cadres, so they could provide appropriate assistance to LBW mothers."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2768
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rokky Oliviano
"Kasus HIV dan AIDS di Indonesia khususnya untuk kalangan remaja cukup tinggi, dibuktikan pada data kasus HIV baru tahun 2011, 18% merupakan anak kelompok usia 15-24 tahun. Berdasarkan data KPAD Kota Bogor, jumlah penderita HIV dan AIDS hingga tahun 2013 tercatat sebanyak 2.015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan dalam peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap isu HIV dan AIDS pada siswa/i kelas XI di SMA Negeri 1 Ciomas. Penelitian ini menggunakan desain studi intervensi dengan One Group Only Pre-test Post-test. Hasilnya rata-rata peningkatan pengetahuan 175% pada post-test pertama dan 85% pada post-test kedua. Rata-rata peningkatan sikap 120% pada post-test pertama dan 162% pada post-test kedua. Diperlukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara berkala dan berkesinambungan agar pengetahuan siswa/i meningkat dan stabil atau tidak mengalami penurunan tentang kesehatan, khususnya HIV dan AIDS

HIV and AIDS cases in Indonesia, especially for teenagers is quite high, evidenced in the data of new HIV cases in 2011, 18% are people of age group 15-24 years. Based on data KPAD Bogor, number of people living with HIV and AIDS by the year 2013 were 2,015. The purpose of this study was to determine the effect of health education in improving knowledge and attitudes towards HIV and AIDS issues on the 2nd year students in SMA I Ciomas. This study used a design intervention studies with only one group pre-test post-test. The result is an average 175% of increase in knowledge in the first post-test and 85% in the second post-test. Average increase 120% of attitude on the first post-test and 162% on the second post-test. Required counseling or health education regularly and continuously to increase and stabilize the knowledge of students in health, especially HIV and AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Satriyo Wibowo
"Salah satu strategi pemberantasan soil transmitted helminthes (STH) adalah dengan edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pencegahan STH terutama pada anak yang tinggal di lingkungan yang padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pencegahan STH dengan karakteristik demografi anak panti asuhan. Studi cross sectional dilakukan di panti asuhan X, Lubang Buaya, Jakarta Timur pada tanggal 10 Juni 2012 dengan mengikutsertakan semua anak sebagai subyek penelitian. Subyek diminta mengisi kuesioner yang berisi delapan pertanyaan mengenai pencegahan STH. Data diolah dengan program SPSS versi 20 dan diuji dengan Kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian menunjukkan jumlah anak yang dijadikan subyek adalah 153 anak, usia 6-12 tahun 54,2%,13-15 tahun 37,3% dan > 16 tahun 2%; laki-laki 41,8%, perempuan 58,2%; pendidikan SD 52,3%, SMP 37,9% dan SMA (9,8%). Sebanyak 68% anak tidak memiliki pengalaman cacingan baik diri sendiri maupun orang di sekitarnya. Anak yang mempunyai pengetahuan baik (3,3%), sedang (22,9%) dan pengetahuan kurang (73,9%). Uji Kolmogorov Smirnov menghasilkan p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan pencegahan STH dengan karakteristik demografi, yaitu, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman cacingan. Disimpulkan tingkat pengetahuan mengenai pencegahan STH tergolong kurang dan pengetahuan tersebut tidak berhubungan dengan karakteristik demografi anak di Panti Asuhan X, Jakarta Timur.

One strategy for combating soil transmitted helminthes (STH) is the health education improving knowledge of STH prevention, especially in children who live in crowded environments. This study aims to determine the relationship between knowledge level and characteristics in orphanage. Cross-sectional study conducted in an orphanage X, Lubang Buaya, East Jakarta on June 10, 2012 including all children as research subjects. Subjects were asked to fill questionnaire containing eight questions about STH prevention. The data were processed using SPSS version 20 and tested with the Kolmogorov Smirnov. The results show the number of children who are the subject is 153 children, age 6-12 years 54.2%, 13 to 15 years and 37.3%, > 16 years old 2%; male 41.8%, female 58.2%; primary education 52.3%, junior high school 37.9% and senior high school 9.8%. As many as 68% of children do not have experience of worm infection either themselves nor those around them. Children who have good knowledge (3.3%), moderate (22.9%) and lack of knowledge (73.9%). Kolmogorov Smirnov test produces p> 0.05, which means no significant difference between the knowledge level of STH prevention with demographics, such as, age, gender, education level, and experience of worm infection. In conclusion, knowledge level about the prevention of STH is not associated with children’s characteristics in the orphanage X, East Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Anggraeni
"Indonesia telah berupaya untuk membudayakan kebiasaan praktik PHBS dikalangan anak sekolah dasar yaitu melalui peran kader sebaya dalam pelaksanaan dokter kecil. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dalam pelaksanaan dokter kecil dengan praktik PHBS siswa. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah responden 73 orang. Penelitian dilakukan di SDSN Kayu Putih 09 Pagi. Hasil uji Pearson Correlation didapatkan p value 0,02 artinya terdapat hubungan antara pelaksanaan dokter kecil dengan praktik PHBS siswa. Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada pembina UKS untuk melakukan pengawasan dan pengontrolan kader sebaya dalam pengamatan kebersihan ataupun memotivasi teman sebaya dengan cara menyusun jadwal kegiatan harian yang harus dilakukan kader sebaya.

Indonesia, there is peer cadres role as the implementation of little doctor program that aims to cultivate the habbit of CHL practice among primary school. The purpose of this study is to determine the relationship between little doctor implementation perceptions with CHL practices. This study used descriptive correlation with cross sectional approach by the number of respondents 73 people. The study was conducted in National Standard Elementary School Kayu Putih 09 Pagi. Pearson Correlation results obtained p value of 0,02, which means there is a relationship between the implementation of little doctor and CHL practice. The results of this study recommend to the constructor School Health Unit for monitoring and controlling a cadre activity such as peer observation of cleanliness or motivate peers by arranging cadre?s daily activity schedule."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Iryawati
"Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai pendidikan anak tuna grahita usia sekolah di SD Mutiara Bunda Bandung. Sekolah dasar ini merupakan sekolah umum yang menerapkan sistem pendidikan inklusif, suatu sistem pendidikan yang menerima anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-lama dengan siswa regular, termasuk di dalamnya anak tuna grahita.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan mengenai pendidikan yang diberikan SD Mutiara Bunda terhadap anak tuna grahita serta faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekataa kualitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa pendidikan anak tuna grahita didasarkan pada baseline yang mereka bisa. Artinya di sekolah umum ini mereka ditangani sesuai dengan kemampuan yang ada; mereka tidak dipaksakan untuk mengikuti kurikulum standar yang ada di SD Mutiara Bunda, kurikulum yang bersifat fleksibel sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Untuk mengetahui baseline yang dimiliki oleh anak tuna grahita yang menjadi subyek penelitian ini, pihak sekolah dalam hal ini ahli ortopedagogi; sekolah dan ibuunya melakukan assessment dan observasi yang meliputi aspek akademis, sosial emosi dan motorik. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum tahun ajaran baru berlangsung yang nantinya dijadikan panduan untuk Program Pengajaran Individual (PPI).
Sistem pendidikan inklusif di sekolah ini dapat berjalan lancar karena berbagai faktor seperti kerjasama yang baik antar tim pengajar, walaupun anak tuna grahita merupakan tanggung jawab dari ortopedagog kelas narnun guru kelas, guru bidang studi juga tetap Mengikutsertakan mereka main dan pembelajaran yang bersifat umum dengan tetap memperhatikan kemampuan mereka.
xiv, 154 halaman, 7 tabel, 6 lampiran
Daftar Pustaka: 22 buku, 2 Surat Kabar, 3 makalah, 7 hasil penelitian, 2 dokumen pemerintah, 2 dokumen sekolah, 3 website (1979-2003)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Rossdiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursamsiah Asharini
"Hingga saat ini Pemerintah masih mengganggap pendidikan merupakan wahana penting untuk memajukan bangsa, terutama pendidikan di sekolah.Pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan. Oleh sebab itu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di pendidikan dasar akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di jenjang pendidikan berikutnya.
Semenjak Pemerintahan Orde Baru telah terjadi penyempurnaan kurikulum sebanyak tiga kali. Penyempurnaan tersebut dilakukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan dapat terlaksana. Adapun acuan pembangunan pendidikan adalah Garis-garis Besar Haluan Negara.
Walaupun perbaikan kurikulum terus menerus dilakukan, namun ternyata hingga akhir tahun 1980'an sampai awal 1990'an diberbagai kalangan dalam masyarakat maupun pemerintah sekolah dianggap masih belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Desakan terhadap perbaikan penyelenggaraan pendidikan semakin dianggap kritis karena pada tahun 1994 akan dimulai Pembangunan Jangka Panjang II yang diharapkan akan membawa bangsa Indonesia pada masa Industrialisasi.
Penelitian ini dilakukan untuk dapat membantu Pemerintah melihat permasalahan pada penyelenggaraan pendidikan di tingkat dasar. Mengingat bahwa selama ini Pemerintah telah melaksanakan perbaikan secara terus menerus terhadap kurikulum yang berlaku, maka diasumsikan bahwa pelaksanaan kurikulum lah yang masih belum tepat. Oleh sebab itulah-penelitian ini dipusatkan pada pelaksanaan kurikulum yakni kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar Guru melakukan merubah pikiran, perilaku serta perasaan murid; sedangkan murid melalui pengalaman yang diperolehnya merubah dirinya. Sebagaimana kegiatan belajar mengajar telah didefinisikan di' atas, jelaslah bahwa pendidikan di sekolah tidak semata melalui instruksi-instruksi formal tetapi juga melalui interaksi yang berlangsung selama di sekolah.
Selama interaksi berlangsung murid mempelajari aturan-aturan bertingkahlaku yang tepat yang diasumsikan merupakan aturan tingkahlaku yang tepat bilamana mereka menjalankan perannya kelak dalam masyarakat.
Penelitian terhadap interaksi Guru dan Murid selama di sekolah menunjukkan bahwa aturan interaksi yang berlaku tidak mendukung tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam GBHN, yakni terbentuknya sikap mandiri, tangguh, kreatif berdisiplin, beretos kerja, dan bertanggung jawab. Di sekolah murid tidak didorong untuk mengembangkan kegiatannya sendiri, waktunya sendiri, maupun menyampaikan buah terhadapsuatu permasalahan."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>