Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ignatius Prawira
"Telah banyak penelitian dilakukan untuk mendapatkan perencanaan struktur yang relatif tahan gempa antara lain adalah perencanaan kapasitas pada struktur beton bertulang dan berbagai sistem isolasi dasar bangunan (Base Isolation System). Berbagai macam disain dari isolator-isolator dasar ini mempunyai sifat atau tujuan yang utama yaitu memberikan fleksibilitas horisontal pada struktur serta kemampuan memencarkan sebagian energi gempa yang terjadi. Suatu sistem isolator dasar akan diteliti secara teoritis analitis dimana pada struktur dipisahkan antara substruktur dan struktur atas oleh suatu permukaan yang rata dan hanya bergeser akibat gaya tahanan geser raja. Dengan mengatur besaran-besaran tahanan geser ini akan memberikan/meyebabkan reduksi sebagian energi gempa dengan memencarkannya melalui friksi. Respons struktur dengan substuktur bergeser akibat eksitasi tanah fungsi sinusoida dihitung dengan model matematis 2 massa pegas linier - Viskos damper - Coulomb damper/friksi damper dengan anggapan tahanan geser adalah kaku plastis. Besaran-besaran spektrum respons dari sistim isolator dasar ini digambarkan terhadap frekuensi/perioda alami struktur untuk berbagai ratio massa struktur atas dan massa struktur bawah serta koefisien-koefisien friksi. Spektrum-spektrum ini menunjukan reduksi dari respons struktur dengan substruktur bergeser ini dibanding dengan struktur konvensional (Fixed Base Structure)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Rakhmat Setiadi
"Pada penelitian ini, struktur akan dimodelkan beserta tanah disekelilingnya dengan program SAP2000 dimana tanah dimodelkan sebagai linear solid 3D element. Analisis gempa yang digunakan berupa analisa linear time history. Variasi yang model mencakup ketinggian struktur dan juga variasi perletakan, yaitu berupa perletakan jepit dan perletakan tanah dengan nilai modulus elastisitas yang dibeda ? bedakan pada lapisan tanah dimana pondasi berada. Hasil dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa efek pengaruh dari SSI tidak terlalu banyak berbeda dengan struktur perletakan jepit baik untuk periode getar struktur maupun respon linear struktur.

In this study, structure will be modeled along with the surrounding soil with finite element program SAP2000, where the soil will be modeled as a linear 3D solid element. Earthquake anaysis used in this study are Linear Time History analysis. Model variations are variations in the height of the structure and variations of boundary condition in the foundation. First variation in boundary are fixed foundation where the building asumming laying in the rock, and the second variation are the soil around the building will be modeled with variations of modulus elasticity. The result of this study concluded that the effect of soilstructure interaction are not too much different from the structure where the fixed foundation asumming, the period of structure and linear response of structure are almost same.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42973
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bagus Jaya Santosa
"ABSTRACT
Gempa bumi yang terjadi pada 17/09/2008 22:04:80 dan 14/11/2008 00:27:31.70 UTC dekat Semangko dianalisis untuk identifikasi bidang
patahannya. Kedua gempa bumi tersebut direlokasi untuk
menilai pandangan fisis terhadap ketidakpastian hiposenter.
Data yang digunakan untuk menentukan parameter gempa kedua sumber adalah seismogram penuh tiga komponen lokal direkam oleh Geofon IA broadband stasiun jaringan (MDSI, LWLI, BLSI dan RBSI) untuk gempa pada 17/09/2008 dan untuk gempa pada tanggal 14 /11/2008 oleh stasiun jaringan (MDSI, LWLI, BLSI dan KSI). Jarak dari
semua stasiun menuju pusat gempa kurang dari 5°. Solusi momen tensor dari kedua gempa dianalisis bersamaan dengan
penentuan posisi pusat gaya (centroid)-nya. Analisis simultan meliputi posisi hiposenter, posisi centroid dan bidang nodal dari gempa menunjukkan bidang patahan Semangko. Arah strike dari dua gempa ini sesuai dengan arah Zona Sesar Sumatera. Menimbang bahwa zona sesar Semangko merupakan daerah rawan gempa, identifikasi atas bidang patahan seismik ini penting untuk meneliti bahaya seismik daerah tersebut.

Abstract
The 17/09/2008 22:04:80 UTC and 14/11/2008 00:27:31.70 earthquakes near Semangko fault were analyzed to identify
the fault planes. The two events were relocated to assess physical insight against the hypocenter uncertainty.
The data used to determine source parameters of both earthquakes was three components of local waveform recorded by Geofon
broadband IA network stations, (MDSI, LWLI, BLSI and RBSI) for the event of 17/09/2008 and (MDSI, LWLI, BLSI and KSI) for the event of 14/11/2008. Distance from the epicenter to all station was less than 5°. Moment tensor solution of two events was simultaneously analyzed by determination of the centroid position. Simultaneous analysis
covered hypocenter position, centroid position and nodal planes of two events indicated Semangko fault planes. Considering that the Semangko fault zone is a high seismicity area, the identification of the seismic fault is important for the seismic hazard investigation
in the region. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam], 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Marsono
"Metoda dekonvolusi dan inversi diterapkan pada rekaman seismogram gempa Biak 17 Februari 1996 untuk mendapatkan informasi distribusi spasial dan temporal momen seismik pada bidang sesar. Bidang sesar direpresentasikan dengan bidang planar seluas 200 x 100 Km berdasarkan distribusi gempa susulan dengan orientasi sesuai dengan solusi bidang sesar (4)5=129°, 5=18°, X=73° ; USGS). Pada bidang sesar tersebut dibuat grid 20 x 20 Km sebagai tempat kedudukan subevent.
Menggunakan rekaman seismogram fase P periode panjang untuk jarak teleseismik ( 30° < A < 90°) dan 8 stasiun, metoda inversi dilakukan dengan menerapkan kombinasi rise time T1 = 5 detik dan rupture time r2 = 11 detik. Dari hasil perhitungan diperoleh 9 subevent signifikan yang menyertai gempa Biak dengan waktu yang terkonsentrasi pada detik ke 13 - 42 setelah gempa utama. Subevent ini menyebar ke arah Barat Laut - Barat - Barat Daya.
Dengan membandingkan hasil tersebut dengan momen seismik gempa-gempa sebelumnya, diperkirakan bahwa momen seismik gempa-gempa sebelumnya ini tidak cukup "kuat" untuk membuat slip daerah ini secara signifikan. Diperlukan gempa sebesar gempa Biak 1996, dengan momen seismik total 6.849 x 10v dyne-cm untuk membuat daerah ini mengalami slip yang cukup berarti.
Dari model distribusi momen seismik diperkirakan bahwa bidang sesar terdiri atas bagian asperities dan bagian barrier. Bagian asperities yang merupakan bagian lemah, terdapat di sebalah timur pada kedalaman 20 Km memanjang ke arah tenggara-barat daya sekitar 40 - 60 Km, di bagian tengah bidang sesar dan cenderung melingkar, serta bagian kecil di bagian barat, sedangkan bagian barrier merupakan bagian terbesar di bidang sesar.

Deconvolution and inversion method are applied to Biak earthquake record to determine the spatio-temporal seismic moment distribution information over the fault plane. This plane is represented by planar of 200 x 100 Km base on the aftershock distribution, oriented following the Focal Mechanism Solution (4 = 129°, 8 = 18°, X = 73° , USGS). This plane is gridded by 20 x 20 Km to place some sub events.
Using the teleseismic ( 30° < A < 90°) long period P fase record from 8 stations, inversion method is applied with the combination of rise time = 5 sec and rupture time = 11 sec. We have determined 9 sub events with are concentrated at the second of 13 to 42 following the first nucleation time. These sub events were scattered in NW - SW direction.
We also have determined that the seismic moment of several events prior to Biak earthquake are not sufficient to slip the area significantly. It needed to have a great event as Biak earthquake with the total seismic moment of 6.849 x 1027 dyne-cm to make significant slip over the area.
Base on this distribution, we have estimated that the area consisted of asperities and barrier. The asperities are in the eastern part with the depth and width of 20 and 20 to 40 Km respectively, clustering at the center, and in small area at the western part, while the barrier is in the most part of the plane.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octa Desi Ayuningtyas
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26516
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Yerrie
"Penelitian ini menghubungkan antara mitigasi bencana gempa bumi dengan penataaan perkotaan di Provinsi DKI Jakarta. Pendekatan penelitian kualitatifeksploratif. Unit analisis penelitian adalah gedung tinggi di DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata letak DKI Jakarta terhadap zona subduksi Selat Sunda/Sunda Megathrust memiliki implikasi yang signifikan terhadap Jakarta. Mitigasi bencana gempa bumi dalam rencana, perizinan, dan pengelolaan bangunan tinggi di kota DKI Jakarta masih sangat minimal, karena unsur bencana gempa bumi belum menjadi pertimbangan utama, dan mayoritas bangunan tinggi belum memenuhi standar anti-gempa dengan skala besar. Begitu pula respon masyarakat tentang kesiapan mitigasi bencana sejauh ini masih relatif lemah.

The research related the earthquake disaster mitigation with urban planning in DKI Jakarta province. This research used qualitative-explorative approach. The unit analysis was high buildings in DKI Jakarta. The result showed that DKI Jakarta's layout towards subduction zone of Sunda Strait/Sunda Megathrust had significant implications for Jakarta. The planning, licensing, and management of high buildings in DKI Jakarta related to the earthquake disaster mitigation was still implemented in a very minimal scale, because the earthquake disaster element had not been put into main consideration, and the majority of high buildings had not fulfilled the anti-earthquake standard in large scale. The citizens response about the readiness of disaster mitigation also stated that so far it?s still relatively low.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cornelia Magdalena
"Wilayah Sulawesi Utara mengalami deformasi aktif akibat aktivitas lempenglempeng tektonik di bawah permukaan, sehingga menciptakan zona subduksi serta sesar-sesar aktif. Menjadikan Sulawesi Utara memiliki potensi risiko gempa yang signifikan. Sehingga mengetahui keakuratan hiposenter gempa merupakan langkah awal dalam upaya memahami risiko seismik serta mengimplementasikan tindakan pencegahan yang sesuai. Relokasi hiposenter dilakukan dengan memanfaatkan data katalog arrival time gelombang P dan S dari International Seismological Center (ISC) pada tahun 2012-2022, dengan total 8.058 kejadian. Algoritma relokasi yang digunakan adalah Double Difference yang berfokus pada perbandingan jarak antara 2 hiposenter. Model kecepatan yang digunakan adalah model kecepatan 1D lokal di stasiun SMSI. Hasil pengolahan menunjukkan terdapat 4,456 kejadian yang berhasil terelokasi. Melalui analisis distribusi hiposenter diindikasikan bahwa distribusi kejadian menjadi lebih teratur dan terlihat pola klasterisasinya dibandingkan sebelum direlokasi. Gempa lebih memadat di daerah sekitar Patahan Gorontalo. Distribusi gempa yang tadinya ada di sebelah utara dari Trench Sulawesi Utara cenderung memadat ke arah selatan. melalui uji validasi dengan residual waktu tempuh mendekati 0 yang meningkat. Dengan demikian, metode double-difference diasumsikan mampu memberikan pola kegempaan yang lebih jelas dalam analisis gempa.

The region of North Sulawesi undergoes active deformation due to the tectonic plate activities beneath its surface. This plate movement creates subduction zones and active faults, making North Sulawesi significantly at risk for earthquakes. Thus, understanding the accuracy of earthquake hypocenters is a fundamental step in comprehending seismic risk and implementing appropriate preventive measures. Hypocenter relocation was carried out using the arrival time catalogue data of P and S waves from the International Seismological Center (ISC) between 2012-2022, totalling 8,058 events. The relocation algorithm used is the Double Difference method, which focuses on comparing the distances between two hypocenters. The velocity model is a local 1D velocity model at the SMSI station. The processing results indicate that 4,456 events were successfully relocated. Analyzing the hypocenter distribution shows that the events’ distribution became tidier and cluster patterns were more evident than before relocation. Earthquakes became denser around the Gorontalo Fault. The distribution of earthquakes, previously north of the North Sulawesi Trench, tends to shift southward, as validated by travel time residuals approaching 0, which increased. Therefore, the double-difference method is assumed to provide a more precise seismic pattern in earthquake analysis."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Handayani
"ABSTRAK
Sudah banyak kerugian yang dihasilkan akibat gempa bumi yang terjadi
sepanjang sejarah manusia baik kerugian material maupun jiwa. Manusia dengan
segala daya upayanya berusaha untuk mengurangi dampak negatif yang
dihasilkannya, diantaranya dengan membuat struktur tahan gempa dengan
perencanaan plastis dan sekarang sudah banyak digunakan isolator untuk
mengurangi efeknya.
Isolator seismik berfungsi untuk mengurangi efek gempa bumi dcngan cara
rnengisolasi struktur dari pergerakan tanah. Energi gempa yang datang akan diserap
oleh isolator melalui fleksibilitas dan redaman yang dimilikinya. Fleksibilitas
isolator akan menggeser perioda alami struktur menjauhi perioda predominan
gempa dan redaman yang dimilikinya akan mereduksi amplitudo respons struktur_
Jadi penggtmaan sistem isoiasi ini bertujuan untuk mencegah kerusakan elemen
srruktur maupun non-struktur yang biasa terjadi pada struktur yang tidak bedsolator
karena dengan terserapnya sebagian energi gempa maka deformasi struktur menjadi
lebih kecil sehingga gaya dalam yang terjadi pada struktur juga kecil sehingga
daktilitas yang dibutuhkan juga kecil.
Isolasi seismik adalah sistem yang memisahkan struktur dari pergerakan tanah
dengan material yang fleksibel yang prinsip kerjanya adalah meningkatkan
fleksibilitas sistem disertai redaman yang tepat.
Model isolasi seismik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah isolasi
seismik dengan kekakuan bervariasi terhadap pergerakan lateral dimana
kekakuannya besar bila dikerjakan gaya kecil dan kekakuannya akan mengecil
dengan bertambahnya gaya lateral yang bekerja. Sifat non-linier isolator ini akan
bersumber pada bentuk geometri isolator bukan dari sifat materialnya dan dengan
slfat tekuk isolator.
Pada penelitian ini akan digunakan isolator seismilc non-linier tidak bergeser.
Disebut tidak bergeser karena tidak adanya pergeseran dalam material isolator baik
antar pelat baja dengan karet maupun antara karet dengan karet, dan tidak ada
pergeseran antara bangunan dengan isolator maupun antara isolator dengan
peletakannya. Dengan bantuan program komputer akan dicari bentuk isolator yang
paling memungkinkan untuk menghasilkan sifat non-linier yang diinginkan dengan
memvariasikan ukuran dan bentuk elemen tambahan. Pengaruhnya terhadap respons
struktur akan diperoleh dengan menggunakan program yang telah dibuat oleh Ir.
Nur Aditia Buana S.

"
1996
S34549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>