Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teuku Hamid
"Telah dilakukan penelitian mengenai stabilita fisik formula Injeksi Ekstrak Hati dengan berbagai metoda steri - lisasi yang rnenggunakan formula Injeksi Ekstrak Hati dengan konsentrasi 100% Ekstrak Hati,50% Ekstrak Hati dan . 100% Ekstrak Hati dengan penámbahan fenol 0,5%.
Metoda filtrasi relatif dinilal lebih balk dan pada metoda stenilisasi (dengan panas/uap air mengalir) dixnana formula F1,F2,F3 dengan rnetoda iii memberikan basil pH le. -
bib kurang 5,70,stenil,.jernih,warna cokiat (resapan. ultra -
violet 0,265 )."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jennifer Christie
"[Kurkumin merupakan pigmen berwarna jingga kekuningan yang dapat mengalami dekomposisi struktur apabila terkena cahaya. Hal ini menyebabkan senyawa kurkumin menjadi tidak aktif. Salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan kurkumin ini adalah dengan penyalutan lapis tipis. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat mikropartikel ekstrak kunyit dengan hidroksipropil metilselulosa (HPMC) menggunakan fluidized bed. Proses penyalutan dilakukan pada ekstrak kunyit 35 mesh (F2) dan 60 mesh (F3) dengan penyalut hidroksipropil metilselulosa (HPMC) 0,5%. Hasil SEM menunjukkan permukaan halus dan glossy pada formula F2 dan F3. Mikropartikel ekstrak kunyit diuji stabilitasnya di bawah pengaruh suhu; sinar matahari; sinar UV 254 nm; dan sinar lampu. Pada formula F2 diperoleh perubahan kadar berturut-turut sebesar 0,09%; 1,62%; 0,09%; dan 0,15%. Pada formula F3 diperoleh perubahan kadar berturut-turut sebesar 4,88%; 9,35%; 3,32%; dan 3,84%. Proses penyalutan ekstrak kunyit dengan hidroksipropil metilselulosa menggunakan fluidized bed belum memberikan hasil yang optimal secara fisik serta penyalutan ekstrak kunyit dengan hidroksipropil metilselulosa dapat meningkatkan kestabilan dari pengaruh suhu dan cahaya.
Curcumin is yellow-orange pigment. The structure of curcumin can be decomposed when exposed to light, which causes the compound of curcumin becomes inactive. To maintain the stability, curcumin has performed thin film coating. This research was intended to produce microparticles of turmeric extract coated hydroxypropyl methylcellulose by fluidized bed. The coating process is performed on curcumin extract 35 mesh (F2) and 60 mesh (F3) with 0,5% hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) polymer. SEM results showed that formulation F2 and F3 have smooth surface and glossy. Microparticle of curcumin extract has been exposed at certain temperature condition, sunlight, UV 254 nm light, and light. F2 formulation is obtained change of assay consencutively by 0,09%; 1,62%; 0,09%; and 0,15%. F3 formulation is obtained change of assay consencutively by 4,88%; 9,35%; 3,32%; and 3,84%. Coating process of curcumin extract with hydroxyprophyl methylcellulose by fluidized bed, not provide optimal physically results yet. Coating of turmeric extract with hydroxypropyl methylcellulose could increases the stability of curcumin that affected by temperature and light exposure., Curcumin is yellow-orange pigment. The structure of curcumin can be
decomposed when exposed to light, which causes the compound of curcumin
becomes inactive. To maintain the stability, curcumin has performed thin film
coating. This research was intended to produce microparticles of turmeric extract
coated hydroxypropyl methylcellulose by fluidized bed. The coating process is
performed on curcumin extract 35 mesh (F2) and 60 mesh (F3) with 0,5%
hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) polymer. SEM results showed that
formulation F2 and F3 have smooth surface and glossy. Microparticle of curcumin
extract has been exposed at certain temperature condition, sunlight, UV 254 nm
light, and light. F2 formulation is obtained change of assay consencutively by
0,09%; 1,62%; 0,09%; and 0,15%. F3 formulation is obtained change of assay
consencutively by 4,88%; 9,35%; 3,32%; and 3,84%. Coating process of
curcumin extract with hydroxyprophyl methylcellulose by fluidized bed, not
provide optimal physically results yet. Coating of turmeric extract with
hydroxypropyl methylcellulose could increases the stability of curcumin that
affected by temperature and light exposure.]
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S60524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Hayati
"Tanaman obat sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat, mencegah maupun menyembuhkan penyakit. Salah satunya adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian sebelumnya telah menguji aktifitas antioksidan dengan penangkapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada sel darah merah domba yang diberikan stres oksidatif dengan t-BHP secara in vitro, dan melindungi membran sel darah merah domba yang diberikan stress oksidatif dengan t-BHP secara in vitro (MDA).
Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (EEKBM) dengan konsentrasi 1,95mg/mL mampu mengatasi radikal bebas yang ditimbulkan oleh t-BHP dalam hal ini mampu mengatasi peroksidasi lipid membran SDMD oleh t-BHP, ditunjukkan dengan penurunan kadar MDA yang bermakna. EEKBM mampu meningkatkan kadar GSH pada SDMD yang diberi oksidator. EEKBM tidak menyebabkan pembentukan met-Hb, dan tidak berperan dalam menghambat pembentukan met-Hb. Disimpulkan bahwa EEKBM mampu mengatasi peroksidasi lipid.

Medicinal plants have long been used by the people of Indonesia to maintain the condition of their body to stay healthy, prevent or cure any disease. The one is the pericarp of the mangosteen fruit (Garcinia mangostana L.). Previous studies have tested the antioxidant activity 2,2-diphenyl-1-pikrilhidrazil. The question is whether this garcinia can prevent oxidative stress in red blood cells.
This study aimed to examine the effect of ethanol extract of mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) to the red blood cells of sheep (SDMD), that oxidative stress is given by t-BHP in vitro, and it can protects the sheep red blood cell membranes from oxidative stress is given by t-BHP in vitro (MDA).
The results showed that given of 50% ethanol extract of mangosteen pericarp (EEKBM) with a concentration of 1.95 mg / mL able to reduce the free radicals generated by t-BHP and in this case it was able to overcome lipid peroxidation of SDMD membrane by t-BHP, indicated by the decreased levels of MDA. EEKBM can increase levels of GSH in SDMD that given the oxidant. EEKBM not lead the formation of metHb, and did not play a role in inhibiting the formation of met-Hb. It is concluded that EEKBM is able to reduce the lipid peroxidation.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T31343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Numlil Khaira Rusdi
"Latar belakang: Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman yang sedang dikembangkan aktivitasnya sebagai antikanker. Salah satu senyawa aktifnya adalah Lunasin. Permasalahannya harga lunasin komersial sangat mahal karena biaya sintesis lunasin yang besar dan lama. Pada penelitian ini akan dikembangkan sediaan ekstrak tertarget Lunasin (ET-Lun) dengan tujuan untuk membuktikan aktivitas antikanker payudara ET-Lun secara in silico dan in vivo.
Metode: Uji In silico, senyawa aktif pada kedelai sebagai ligan dilihat ikatannya terhadap protein ERα, ERβ, HER2, dan EGFR. Pengujian in vivo dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok kuratif dan preventif. Pada kelompok kuratif, tikus SD diinduksi dengan DMBA 20 mg/kg BB sebanyak 11 kali, 2 kali dalam seminggu kecuali kontrol normal (NOR). Setelah terbentuk nodul dengan volume 1-2 cm3, tikus diberikan perlakuan selama 8 minggu dengan tamoksifen 10 mg/kg BB (TAM), ET-Lun 500 mg/kg BB (ET- Lun), kombinasi ET-Lun dan tamoksifen (ADJ). Pada kelompok kontrol negatif (DMBA) pertumbuhan tumor diamati selama 8 minggu. Kelompok preventif (PREV), diberikan ET-Lun 1 minggu sebelum, selama, dan setelah induksi DMBA selama 24 minggu. Setelah perlakuan, tikus diterminasi, dan diambil tumornya. Volume tumor diukur, dan dilakukan pemeriksaan eskpresi ERα, ERβ, HER2, dan EGFR secara imunohistokimia dan qPCR.
Hasil: Uji in silico menunjukkan Genistein dan Lunasin mempunyai afinitas terbesar terhadap ERα, ERβ, dan EGFR. Uji in vivo menunjukkan ET-Lun kelompok preventif dapat menekan pertumbuhan tumor sebesar 80%, sedangkan kelompok kuratif, terjadi perlambatan pertumbuhan tumor dibandingkan kelompok DMBA yaitu 0,31 kali pada kelompok ET-Lun; 0,37 kali pada tamoksifen; dan 0,15 kali pada kelompok adjuvan selama 8 minggu perlakuan. Secara molekuler, ET-Lun kelompok preventif dan kuratif dapat menurunkan ekspresi protein dan mRNA ERα, serta ekspresi protein EGFR jika dibandingkan kelompok DMBA. Kesimpulan: ET-Lun berpotensi sebagai kandidat antikanker pada pencegahan dan perlambatan karsinogenesis payudara tikus SD yang diinduksi DMBA.

Background: Soybean (Glycine max (L.) Merr.) is a plant that is being developed for its anticancer activity. One of the active compounds is Lunasin. The problem is that the price of commercial lunasin is very expensive because of the high cost of synthesizing lunasin and it takes a long time. In this study, the soybean extract with targeted lunasin (ET-Lun) will be developed with the aim of proving the anti-breast cancer activity of ET-Lun in silico and in vivo.
Method: In silico study, the active compounds in soybean as a ligand was seen for their binding to ERα, ERβ, HER2, and EGFR. In vivo assay, the rat was randomized into 2 major groups, namely curative and preventive groups. In the curative group, the SD rats were induced with DMBA 20 mg/kg BW 11 times, 2 times a week, except for normal controls (NOR). After forming nodules with a volume of 1-2 cm3, the rats were treated with tamoxifen 10 mg/kg BW (TAM), ET-Lun 500 mg/kg BW (ET-Lun), a combination of ET-Lun and tamoxifen (ADJ), for 8 weeks. For negative controls (DMBA), tumor growth in rats was observed in 8 weeks. In the preventive group (PREV), was given ET- Lun 1 week before, during, and after DMBA induction for 24 weeks. After treatment, all the rats were terminated, and the tumors were taken. Tumor volume was measured, and ERα, ERβ, HER2, and EGFR expression were examined by immunohistochemistry and qPCR.
Results: In silico study showed the Genistein and Lunasin had the greatest affinity for ERα, ERβ, and EGFR. In vivo study showed ET-Lun in the preventive group could suppress tumor growth by 80%, while in the curative group, ET-Lun could delay tumor growth by 0,31 times DMBA, tamoxifen 0,37 times DMBA, and adjuvant group 0,15 times DMBA, in 8 weeks of treatment. Molecularly, ET-Lun in the preventive and curative group, could decrease the expression of ERα protein and mRNA, as well as the expression of EGFR protein when compared to the DMBA group. Conclusion: ET-Lun has potential as an anticancer candidate for the prevention and delays of tumor growth in the DMBA-induced breast cancer rat model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny S. Budi
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kelopak bunga Rosela dilaporkan memiliki efek antiinflamasi.
TE-7 adalah salah satu penanda fibroblas. Tujuan: Menganalisis ekspresi fibroblas
pada penyembuhan ulser mukosa mulut tikus pascapaparan ekstrak etanol kelopak
bunga Rosela 7,5 % secara imunohistokimia. Metode: Blok parafin dari ulser
mukosa mulut tikus yang terdiri dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
dipulas secara imunohistokimia tidak langsung menggunakan TE-7 sebagai antibodi
primer. Interpretasi ekspresi fibroblas berdasarkan skoring. Hasil : Pada hari ke-3,
kelompok perlakuan menunjukkan skor 2 dan kedua kelompok kontrol menunjukkan
skor 1. Kesimpulan: Setelah 3 hari paparan ekstrak etanol kelopak bunga Rosela
teridentifikasi 7,5% fibroblas terekspresi lebih baik daripada kelompok kontrol.

ABSTRACT
Background: Roselle’s calyces reported have anti inflammation. TE-7 is one of
fibroblasts marker. Objective: Analyzing fibroblasts expression on rat oral mucosa
ulcer healing after exposure 7.5% ethanol extract of Roselle calyces by
immunohistochemistry. Method: Paraffin blocks of rat oral mucosa ulcer consisting
of the treatment group and the control group stained indirect immunohistochemistry
method using TE-7 as the primary antibodi Result: On day 3, the treatment group
showed a score of 2 and the two control groups showed a score of 1. Conclusion:
After 3 days exposure to 7,5% ethanol extract of Roselle calyces, fibroblasts
expressed better than the control group."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenisa Amanda Sandiarini Kamayana
"ABSTRAK
Jengkol (Archidendron pauciflorum) merupakan tanaman yang tumbuh di Asia
Tenggara, dan biji jengkol telah menjadi makanan khas di berbagai negara tersebut.
Biji jengkol dipercaya memiliki sejumlah manfaat antioksidan karena adanya
kandungan asam jengkol, vitamin C, polifenol dan flavonoid. Asam jengkol
merupakan senyawa dengan gugus sulfur yang dipercaya memiliki sifat antioksidan.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan efek antioksidan dari ekstrak biji jengkol
terhadap stres oksidatif sel yang disebabkan oleh radikal bebas. Hidrogen peroksida
digunakan untuk menginduksi stres oksidatif pada sel darah merah domba secara in
vitro, diikuti dengan pengikuran aktivitas spesifik katalase. Penelitian laboratorium
eksperimental ini dilakukan pada lima perlakuan yang berbeda, di mana ekstrak biji
jengkol diberikan sebelum dan sesudah induksi stres oksidatif oleh hidrogen
peroxide. Hasil penelitian menunjukkan penurunan yang signifikan dalam aktivitas
spesifik katalase dalam sel darah merah dengan penamahan ekstrak biji jengkol, baik
di kelompok kuratif dan preventif. Dengan demikian, penambahan ekstrak biji
jengkol menurunkan aktivitas spesifik katalase, kemungkinan dikarenakan oleh
pembentukan senyawa II katalase. Inaktivasi enzim katalase dapat mencegah
penguraian hidrogen peroksida sebagai senyawa radikal bebas.

ABSTRACT
Jengkol is a plant that grows natively in Southeast Asia, and its seeds has become a
typical food in these various countries. Jengkol beans are believed to carry antioxidant
properties due to its contents of djencolic acid, vitamin C, polyphenols and
flavonoids. Djencolic acid is an organosulfur compound and is thought to have
antioxidant benefits. In this study, we aim to determine the antioxidant effects of
jengkol bean extract against cellular oxidative stress induced by free radicals.
Hydrogen peroxide is used to induce oxidative stress in sheep red blood cells in vitro,
followed by measurement of catalase specific activity. This laboratory experimental
study was conducted on five different treatments, where jengkol bean extract is
administered both before and after induction of oxidative stress by hydrogen
peroxide. Results showed a significant decrease in catalase specific activity in red
blood cells with added jengkol bean extract, both in the curative and preventive
groups. Thus, the addition of jengkol bean extract decreases catalase specific activity
in red blood cells, possibly through formation of compound II. The inactivation of
catalase may prevent eradication of hydrogen peroxide as a free radical."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasti Nindyan Hapsari
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%. Selain itu, melihat kemampuan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang kerang hijau sebagai substrat melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Metarhizium majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau dalam SDYA dengan blok agar di suhu 26,5°C selama 10 hari dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 dapat tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni rata-rata terbesar pada tepung cangkang kerang hijau 10% dalam SDYA 10% menunjukkan penurunan 0,35% dibandingkan SDYA 10% sebagai kontrol. Hasil SEM memperlihatkan kemampuan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang kerang hijau 10% dalam SDYA 10% berdasarkan adanya hifa dan konidia, dan perubahan struktur berupa rongga pada permukaan substrat. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 dapat menggunakan tepung cangkang kerang hijau sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to use chitin-contained crustacean shells as a substrate. This study aims to determine the growth of M. majus UICC 295 at various concentrations of green mussel shell powder at 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), 25% (w/v) in Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%, and, to investigate the ability of M. majus UICC 295 to use green mussel shell powder as a substrate using a Scanning Electron Microscopy (SEM). Agar blocks containing 7-days old M. majus UICC 295 were grown on various concentrations of green mussel shell powder in SDYA at 26.5°C for 10 days under dark conditions. The results showed that M. majus UICC 295 showed growth on all variations of green mussel shell concentration in SDYA 10%. Colony morphology varied based on pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size in 10% green mussel shell powder in 10% SDYA showed a decrease of 0.35% compared to 10% SDYA as a control. The SEM results showed the ability of M. majus UICC 295 to use 10% green mussel shell powder in 10% SDYA by the presence of hyphae and conidia and structural changes of the substrate in the form of cavities on the substrate surface. The results showed that M. majus UICC 295 was able to use green mussel powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delafriadi Bustami
"ABSTRAK
Di Indonesia Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali dilaporkan terjadi di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, yakni 15 tahun setelah terjadi wabah di Filipina. Pada tahun 1973 DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sejak tahun 1985 DBD telah menyebar di 28 propinsi kecuali propinsi Timor Timur (Sumarmo, 1989). Pada tahun 1993 seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan eksistensi DBD (Wuryadi, 1994).
DBa adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang tersebar luas di Indonesia, terutama di kota-kota besar (Surname, 1989).
Saat ini pencegahan atau pemberantasan penyakit DBD hanya efisien dilakukan dengan memutus rantai penularan manusia-nyamuk-manusia, yakni memberantas nyamuk penular Ae, aegypti karena vaksin dan obat anti virus belum ditemukan (Wuryadi, 1994). Berbagai cara pemberantasan Ae, aegypti yang telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia adalah pemberantasan kimiawi menggunakan malation untuk nyamuk dewasa dan temefos untuk stadium larva, di samping pemberantasan lingkungan melalui kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Namun demikian, hasil yang diperoleh masih belum memuaskan, bahkan jumlah kasus DBD cenderung meningkat dan penyebaran semakin luas. Di sisi lain, penggunaan insektisida sintetis walaupun memberikan hasil nyata dalam waktu relatif singkat, akan tetapi memerlukan dana yang besar. Selain itu pemakaian insektisida sintetis secara terus menerus dapat menimbulkan ketidak seimbangan lingkungan karena masuknya zat asing tersebut, dan juga meningkatkan kemungkinan timbulnya resistensi hewan sasaran serta musnahnya hewan bukan sasaran.
Selain penggunaan insektisida sintetis, terbuka juga kemungkinan penggunaan insektisida alami yang berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang menunjukkan potensi untuk itu adalah tumbuhan mindi.
Mindi (Melia azedarach lien.) adalah tumbuhan perdu yang tumbuh liar atau sengaja ditanam sebagai pelindung pada perkebunan kopi dan teh. Hampir seluruh bagian tumbuhan ini telah dimanfaatkan dalam pengobatan berbagai penyakit secara tradisional. Daun, buah, kulit batang dan kulit akar tumbuhan ini dijadikan bubuk kemudian diseduh dengan air panas untuk digunakan sebagai obat diare, cacing, dan penyakit lainnya (Burkill, 1935).
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, diketahui bahwa tanaman mindi memiliki senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid. Selain itu juga mengandung karotenoid, lipida, meliatin dan klorofil. Senyawa yang diduga memiliki aktivitas sebagai bahan insektisida adalah triterpen azadiraktin, meliantriol dan 7-trikosanol?
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryana Agustina
"ABSTRAK
Abrus precatorius Linn
negara-­negara tropis, termasuk
Indonesia. Bagian daun dari tumbuhan ini banyak dimanfaatkan sebagai obat batuk dan
sariawan, dan telah diproduksi masal untuk kebutuhan komersial. Senyawa penanda
(marker substance) adalah substansi yang ditetapkan oleh World Health Organization
(WHO) untuk mengendalikan mutu bahan atau produk herbal. Dengan terisolasi dan
teridentifikasinya senyawa penanda dalam daun A. precatorius, selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk mengendalikan kualitas bahan dan produk herbal yang
mengandung daun A. precatorius.
Riset yang dilakukan adalah menseleksi dan mengisolasi kandidat senyawa
penanda yang diperoleh dari ekstrak metanol daun Abrus precatorius Linn., kemudian
mengembangkan metode analisa untuk keperluan identifikasi serta menetapkan
senyawa penanda dari daun A. precatorius. Seleksi dilakukan berdasarkan profil
kromatorafi lapis tipis (KLT) dari enam sumber sampel daun A. precatorius berbeda di
Pulau Jawa. Isolasi dilakukan dengan menggunakan teknik ekstraksi dan fraksinasi.
Identifikasi atau elusidasi struktur molekul dilakukan dengan menggunakan
instrumentasi infra merah (IR), spektrometer masa (MS), NMR-­1D (NMR proton, NMR
karbon-­13), dan NMR-­2D (correlation spectroscopy (COSY), heteronuclear single-­
quantum correlation (HSQC), heteronuclear multiple-­quantum correlation (HMQC),
dan heteronuclear multiple-­bond correlation (HMBC)). Pengembangan metode analisa
untuk tujuan identifikasi senyawa penanda dilakukan dengan menggunakan
kromatografi cair kinerja ultra (UPLC).
Tiga kandidat senyawa penanda berhasil diisolasi dan diidentifikasi, yaitu
cirsimaritin, N-­metiltriptofan, dan abrusosida E. Abrusosida E atau kombinasi
cirsimaritin dan abrusosida E memenuhi persyaratan sebagai senyawa penanda bagi
daun A. precatorius.

ABSTRACT
Abrus precatorius, is
commonly found in tropical countries including Indonesia. The leaves of the plant are
widely used commercially in Indonesia to treat cough and sprue. Marker substance is a
substance defined by World Health Organization (WHO) for quality control purpose of
herbal materials and finished herbal products. As the marker substances are isolated and
identified, they can be used for quality control purpose of herbal materials and finished
herbal products of A. precatorius leaves.
The objective of this research was to select and isolate the marker substance
candidates from methanolic extract of Abrus precatorius Linn. leaves, to develop
analytical method for identification purpose, and to select the marker substance in A.
precatorius leaves. Selection step was performed based on the thin layer
chromatography (TLC) profile of A. precatorius from six different sources in Java
Island. Isolation was performed using various extraction and fractionation techniques.
Identification or structure elucidation was performed using infra red (IR), mass
spectrometer (MS), 1D [(proton nuclar magnetic resonance (NMR), carbon-­13 NMR)],
2D-­NMR (correlation spectroscopy (COSY), heteronuclear single-­quantum correlation
(HSQC), heteronuclear multiple-­quantum correlation (HMQC), heteronuclear multiple-­
bond correlation (HMBC)). Analytical method development for identification of marker
substance in A. precatorius leaves was performed using Ultra-­High Performance Liquid
Chromatography (UPLC).
Three marker substance candidates were successfully isolated and identified,
later known as cirsimaritin, N-­methyltryptophan, and abrusoside E. Abrusoside E or
combination of cirsimaritin and abrusoside E met the requirements as the marker
substance of A. precatorius leaves."
2019
T53952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Handojo
"Ekstrak daun mangkokan secara empiris banyak digunakan untuk merangsang pertumbuhan rambut. Pada penelitian ini, 2,5%, 5% dan 7,5% (b/b) ekstrak daun mangkokan diformulasikan dalam sediaan gel karena lebih mudah dibersihkan dan tidak lengket dalam penggunaanya dibandingkan salep. Pada penelitian ini ingin diketahui apakah sediaan gel tersebut memiliki stabilitas fisik dan aktivitas pertumbuhan rambut. Uji stabilitas fisik dilakukan pada suhu penyimpanan kamar (28° ± 2°C), suhu tinggi (40° ± 2°C), suhu rendah (4° ± 2°C) dan cycling test. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan mengoleskan sediaan gel pada punggung tikus dan diukur panjang rambut pada hari ke-7 dan 14. Pada hari ke-21 dilakukan pengukuran panjang rambut dan bobot rambutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gel ekstrak daun mangkokan 2,5%, 5% dan 7,5% memiliki kestabilan fisik yang cukup baik dan sediaan gel dengan kandungan ekstrak daun mangkokan 7,5% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut yang paling besar.

Nothopanax leaves extract is widely used for promoting hair growth. In this research, 2.5%, 5% and 7.5% (w/w) nothopanax leaves extracts were formulated as gel because it was easier to clean up and not that sticky as ointment. This research was intended to figure out whether the gel had physical stability and hair growth activity. The physical stability test was conducted at room temperature (28°±2°C), warm temperature 40°±2°C), cold temperature (4°±2°C) storage and cycling test. The hair growth activity test was conducted by applying the gel on rat?s dorsal and the length measured on the 7 th and 14 th day. On the 21st day the length and weight of hair were measured. The result showed that gel of nothopanax leaves extract 2.5%, 5%, 7.5% had enough physical stability and the 7.5% concentration of nothopanax leaves gel showed the most rapid hair growth."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S864
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>