Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru Riyanto
"Prakiraan Jangka panjang terutama prakiraan musim untuk daerah Tropis masih sangat sulit dilakukan dan hasilnya masih sangat jauh dari kebenarannya. Banyak model dipakai untuk membuat prakiraan tersebut, dan hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Di Indonesia banyak model yang dipakai untuk membuat prakiaan jangka menengah dan jangka panjang, hasilnya juga kurang menggembirakan. Model-model yang dominan dipakai di Indonesia adalah model statistik murni ( yang dominan adalah time series). Dengan memakai Power Spectrum Analysis pada daerah penelitian (Pulau Jawa) ternyata daerah tersebut mempunyai periodisitas dominan tiga sampai lima tahunan untuk musim kemarau dan tidak kelihatan periodisitasnya dengan jelas pada musim penghujan.
Untuk membuat prakiraan musim di P. Jawa , pada penelitian ini digunakan kaidah monsoon dan hubungan tendensi tekanan dalam pernilihan prediktor, yang dapat ditulis melalui persamaan :
Y = A + B,X1 + B:X2 + BA,
Y = Curah hujan (variabel tak bebas)
Xi , X2, X, = Unsur klimatologi lainnya (variabel bebas)
Dari kaidah muson dapat dipilih prediktor-prediktor yang mempunyai pengaruh dominan atas perubahan musim tersebut. Ada lima katagori yang mempunyai pengaruh dominan atas perubahan musim antara lain Energi matahari, Muson barat atau timur, kecepatan angin, Hujan dan suhu muka laut. Karena prediktor-prediktor yang dipilih dalam pengolahan kurang lebih 25 unsur maka dengan mempergunakan Step Wise Analysis dicari prediktor mana yang mempunyai korelasi paling tinggi secara berurutan sehingga persamaan diatas bisa lebih ringkas dan ketepatannya semakin baik. Setelah didapat persamaan sebagai model, ramalan dapat diperoleh dengan mencari harga Y setelah variabel bebas X di Subtitusikan ke persamaan tersebut. Diperoleh hasil untuk musim kemarau 1995 mempunyai ketepatan 66%, dan musim hujan 1994/1995 mempunyai ketepatan 72 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ramasari Hamid
"Dalam rangka penelitian kondisi oseanografi perairan pantai utara Pulau Jawa, telah dilakukan pengambilan contoh plankton dari tujuh lokasi pada musim barat dan musim timur 1981 oleh para teknisi Laboratorium bagian Plankton, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi ? LIPI, Jakarata. Analisa kepadatan Chaetognatha telah dilakukan, terhadap contoh plankton yang diambil dari 35 stasiun, baik pada musim barat (Januari ? Februari 1981) maupun musim timur (Agustus ? September 1981). Analisa kuantitatif menunjukkan bahwa pada bulan Januari ? Februari1981, kepadatan Chaetognatha rata-rata di perairan pantai utara Pulau Jawa adalah 22 individu/m3. Sedangkan kepadatan Chaetognatha rata-rata pada bulan Agustus ? September 1981 adalah 20 individu/m3. Dari hasil uji t-student diketahui bahwa kepadatan Chaetognatha rata-rata tidak berbeda nyata pada kedua musim. Dari hasil analisa kualitatif , pada musim barat ditemukan jenis-jenis Sagitta enflata, S. johorensis, S. neglecta,dan S. robusta, sedangkan pada musim timur ditemukan S. enflata, S. neglecta, S. robusta, S. bruuni, S. bedoti, S. oceania, dan S. regularis. Dari jenis-jenis tersebut, S. enflata merupakan jenis yang dominan baik pada musim barat maupun musim timur."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Wibowo
"Hujan sangat besar artinya bagi masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat petani. Kegiatan pertanian sangat bergantung pada ketersediaan air. Ketersediaan air bagi usaha pertanian sederhana bersumber dad hujan. Lamanya musim hujan akan mempengaruhi ketersediaan air. Pada gilirannya kelangsungan usaha pertanian tergantung pada keberadaan hujan. Jumlah hujan tidak begitu penting, hujan rata-rata umumnya cukup banyak. Namun yang penting bagi mereka adalah kapan musim hujan tiba dan berapa lamanya musim hujan.
Sehubungan dengan itu, usaha-usaha untuk menentukan permulaan datangnya musim hujan dan permulaan datangnnya musim kemarau atau akhir dan musim hujan sangat berarti bagi usaha pertanian. Usaha untuk menentukan mulainya musim hujan dan musim kemarau di Pulau Jawa telah dilakukan oleh de Boer, Schmidt dan van der Vecht yang sedikit berbeda antara satu dengan yang lain.
Pulau Madura telah dilakukan penelitian, tetapi belum seutuhnya. Juga mengingat persyaratan yang dipilih Sandy untuk Pulau Bali yaitu daerahnya tidak luas, unsur-unsur pengendali iklim, seperti topografi sederhana, tutupan titik-titik pengamat hujan cukup merata, dan variasi jumlah hujan cukup lengkap, dari yang rendah hingga yang tinggi. Untuk itu dilakukan penelitian kapan awal, akhir dan berapa lamanya musim hujan di Pulau Madura. Masatahnya adalah; Kapan dan di mana awal musim hujan dan akhir musim hujan di Pulau Madura serta berapa lamanya musim hujan di Pulau Madura, dan bagaimana pola awal musim hujan, akhir musim hujan dan lamanya musim hujan di Pulau Madura?.
Hasil dari penelitian tentang musim hujan di Pulau Madura adalah : Awal musim hujan di Pulau Madura adalah sepuluh had pertama November (1 November), sepuluh had kedua November (2 November), sepuluh had ketiga November (3 November), sepuluh had pertama Desember (1 Desember) dan sepuluh had kedua Desemben (2 Desember). PoIa awal musim hujan di Pulau Madura adalah bagian barat Pulau Madura mendapatkan awal musim hujan lebih dulu dibandingkan dengan bagian yang Iebih ke timur dad Pulau Madura; Akhir musim hujan di Pulau Madura adalah sepuluh had pertama Mei (1 Mei), sepuluh had pertama Juni (1 Juni), dan sepuluh had pertama Juli (1 Juli). Pola akhir musim hujan di Pulau Madura adalah bagian barat Pulau Madura akhir musim hujannya Iebih lambat dari bagian yang lebih ke timur dad Pulau Madura; Lamanya musim hujan di Pulau Madura adalah kurang 150 had (15 dasarian), antara 150 had - 180 had (15 dasarian - 18 dasarian), dan lebih dan 180 had (18 dasarian). Pola lamanya musim hujan di Pulau Madura adalah bagian barat Pulau Madura Iebih lama musim hujannya di bandingkan bagian yang Iebih timur dari Pulau Madura; Pola dan awal, akhir, dan lamanya musim hujan di Pulau Madura mengikuti pola umum curah hujan di Indonesia yaitu tempat yang terletak di sebelah Barat musim hujannya datang lebih dulu dari pada tempat yang Ietaknya lebih ke Timur, pada pulau-pulau dengan rezim barat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Resentday, the application and user of the GPS/GNSS technology become wider and vary in Indonesia. However the application is not optimal, as the GPS/GNSS height (geometric height) could not utilized especially for practical purposes. To optimalize, the GPS/GNSS height has to be transformed to the the orthometric height through the availability of geoid model. An alternative utilized geoid model is global geoid model (GGM). Seven (7) GGM have been evaluated in this research to determine the most suitable GGM for the case of Jawa island. First of all the differences among the model have been calculated and analized. Further, each GGM has been compared with the geometric geoid model derived from combination of geometric height (GPS/GGNS height) and orthometric height (Waterpass height). The comparison have been carried out absolutely within one point and relatively among the points. Based on mean differences between the GGM and geometric geoid the most suitable was determined. Finally the best GGM was fitted to the geometrics geoid using 2nd degree polynomial to determine its bias and get the hybrid global geoid model. The results show that the best GGM in Jawa island is GGM02C for absolute comparison and EGM08 for relative comparison with the relative acuracy of about 0.017 ppm - 52.63 ppm. GGM with higher orde and degree results in more detail and closer to the geometric geoid. Finally, the fitting results shows that the differences between the GGM to the gravimetric geoid significantly decrese and controlling the result using 5 independent points for absolut and 16 baselines for relative shows the RMS of 0.066m and 0.035m, respectively."
MTUGM 30:4 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Daiman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S33839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S33525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1997
S33842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Nur R. Nugroho
"Pantai utara Pulau Jawa terus mengalami dinamika pesisir yang mengakibatkan mundurnya garis pantai secara signifikan. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dari 100 lokasi pantai yang tergerus di 17 provinsi, pantai utara Pulau Jawa mengalami erosi terparah, mencapai 745 km atau 44 persen total panjang garis pantainya. Kemunduran garis pantai dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu kenaikan muka air laut, erosi dan penurunan tanah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kesetimbangan sedimen pada sel pantai terhadap hipotesa awal adanya penurunan tanah yang menyebabkan kemunduran garis pantai. Metode perhitungan kesetimbangan sedimen menggunakan model hipotetikal kesetimbangan sedimen. Pemodelan dilakukan di sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pemodelan hipotetikal kesetimbangan sedimen menggunakan LITDRIFT model Longshore Sediment Drift. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa terdapat anomali yaitu kondisi sedimen bernilai surplus namun kondisi dilapangan garis pantainya mengalami mundur. Beberapa lokasi yang
mengalami surplus sedimen namun mengalami kemunduran garis pantai, dan setelah dibandingkan dengan pengamatan lapangan dan data sekunder terdapat bukti penurunan tanah yaitu Pantai Pondok Bali, Pantai Randusongo, Pantai Muara Reja, Pantai Depok, Pantai Slamaran, Pantai Jeruksari-Mulyorejo dan Pantai Sriwulan. Hasil pemodelan ini dapat digunakan sebagai indikator awal adanya penurunan tanah yang menyebabkan garis pantai mundur. Dalam penanganan erosi sedimentasi, studi detail perlu dilakukan secara lebih komprehensif"
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2019
551 JSDA 15:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Rahadiati
"ABSTRAK
Wilayah pesisir (terutama pulau kecil) sangat rentan terkena dampak dari peningkatan muka air laut. Terendamnya wilayah wilayah yang merupakan sentra ekonomi akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Untuk menghindari kerugian tersebut perlu pengelolaan pulau pulau kecil dengan memanfaatkan model spasial dinamik/temporal. Tujuan studi adalah mengembangkan model spasial dinamik/temporal untuk mengkaji kerentanan permukiman penduduk di pulau pulau kecil. Metode yang digunakan adalah pemodelan sistem dinamik/temporal (SD) dipadukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan identifikasi isu dan kondisi lingkungan di pulau kecil, yaitu Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan, Kabupaten Jepara. Data yang digunakan adalah data pertumbuhan penduduk (data sekunder) dan peta dasar Pulau Karimunjawa dan Kemujan. Asumsi yang digunakan pada pemodelan adalah tidak terjadi bencana alam atau musibah yang mengurangi jumlah penduduk, kematian dianggap sebagai kematian normal dengan mengacu umur rata rata harapan hidup penduduk Indonesia (69 tahun), tidak ada kegiatan reklamasi pantai, tidak ada perubahan ekosistem secara signifikan. Pemodelan spasial dinamik/temporal mengikuti tahapan sesuai dengan prosedur pemodelan. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa bila fraksi sea level rise (SLR) 10 cm per tahun, akan berdampak pada penurunan ketersediaan lahan permukiman. Tinggi kenaikan muka air laut berkisar antara 0,5 meter pada tahun ke 10, hingga mencapai ketinggian kenaikan 5,0 meter pada tahun ke 100. Akibatnya akan terjadi genangan air laut di permukiman penduduk seluas 13,02 ha pada tahun ke 10 danpada tahun ke 100 menjadi 226,5 ha. Diperlukan upaya rekayasa lingkungan, seperti membangun tanggul pantai dan memperbaiki rancangan konstruksi bangunan permukiman, agar dapat mengurangi dampak terhadap ketersediaan lahan permukiman. Kenaikan muka air laut yang berdampak terhadap penduduk dan permukiman di Pulau Karimunjawa dan Kemujan membutuhkan adanya adaptasi sebagai upaya mitigasi dampak. "
Tangerang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka, 2018
600 JMSTUT 19:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>