Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199663 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mardjan
"The Relationship between Knowledge, Atitude with the Practice of in Preventing HIV/AIDS Infection among Prostitute Women in Sebangkau Localization and Bengkayang Station, Singkawang, Sambas Regency, West Kalimantan Province in 1996Many efforts have been done by the government of Indonesia to over come the transmission of infections Disease especially venereal disease such as prevention HIV/AIDS in high Risk group with prostitute women as a target.
This research uses cross sectional approach which the goal is to explore many factors that Influence the practical relationship (using condom) in preventing HIVIAIDS transmission in prostitute women groups. The interview and observation result towards 108 samples in Sebangkau Localization and Bengkayang Station Singkawang Sambas District West, Kalimantan Province in 1996. Shows that low education 71,2 %, low knowledge of HIV/AIDS 66,6 %, negative attitude 64,8 %, never get health education 62 %, can not get condom 47,2 %, customer 1 visitor negative attitude 74,1 %, less practice (never use condom 52,8 %).
The result of Bivarian analysis / only three variables have significant correlation, there are the relation between knowledge and attitude odds ratio 3,75 ( 95%, CI p-0,00) ,the relation between the supply of condom with the practice 8,56 (95%, Cl p=0,00), health education with the practice odds ratio 7,29 (95%,CI ps0,U0 ). Multivarian analysts about 6 variables models, indicates that the supply of condom and the visitors / customers atitude have significant correlation with odds ratio 1,77 (95 %, CI p=0,01) and 2,15 (95%, CI p0,01). This result can also more explain 85 % some the variation.
This study proves that the stock of condom and visitors attitude are the main factor that can influence the using of condom among the prostitute woman on Singkawang localization Sambas Regency, West Kalimantan Province.
In the short time, as a suggestion to anticipate and prevent AIDS transmission by emproving the supply of condom directly to the prostitute woman and mucikari (the mother care of prostitute women) and also by supplying condom ti the shop which is dosly at the localization. By this effort the customers can get and use easily.
Health education intervention towards prostitute women and the customers is needed to Improve the knowledge about AIDS disease murder to get positive attitude and good behavior.
In the long term, cooperation between program and sectors must be improved to praise the prostitute women as an Indonesian human resources.
Literature : 83 (1973 - 1996).
ix + 118 pages, 17 tables, 4 chart, 10 appendix.

Berbagai upaya penanggulangan penyakit menular khususnya pemberantasan penyakit kelamin yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, antara lain pencegahan penyakit AIDS dikalangan kelompok resiko tinggi dengan sasaran Wanita Tuna Susila (WTS).
Penelitian dengan pendekatan Cross sectional ini bertujuan untuk menggali berbagai laktor yang mempengaruhi hubungan praktek (penggunaan kondom) dalam mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan WTS. Hasil wawancara dan observasi terhadap 108 responder di lokalisasi Sebangkau dan Stasion Bengkayang Singkawang Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat tahun 1996, menun jukkan pendidikan rendah 71,2 %, pengetahuan HIV/AIDS kurang 66,6 %, Sikap negatip 64,8 %, tidak pernah mendapat penyuluhan 62 %, tidak pernah mendapat kondom 47,2 %, Sikap pelanggan negatip 74,1 %, Praktek kurang (tidak pernah menggunakan kondom 52,8 %).
Hasil analisa bivariat , hanya 3 variabel hubungan bermakna yaitu, hubungan antara pengetahuan dengan sikap, Odds rasio 3,75 (95 % CI p=0,00), hubungan tersedianya kondom dengan praktek Odds rasio 8,56( 95% CI p =0,00), hubungan penyuluhan dengan praktek Odds rasio 7,29(95 % CI p = 0,00). Analisa multivariat diantara 6 variabel yang menjadi model, ternyata tersedianya kondom dan sikap pelanggan menunjukkan keeratan hubungan yang bermakna dengan Odds rasio 1,77 ( 95 % CI p= 0,01) dan 2,15 (95 % CI p=0,O1), ternyata dari hasil ini dapat menerangkan lebih besar 85 % dari variasi yang ada.
Studi ini membuktikan bahwa ketersediaan kondom dan sikap pelanggan (tamu) merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi penggunaan kondom dikalangan para WTS pada lokalisasi Singkawang Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat.
Sebagai saran untuk mengantipasi dan mencegah penularan penyakit AIDS , jangka pendek meningkatkan pengadaan kondom kepada WTS maupun melalui mucikari serta toko disekitar lokasi sehingga memudahkan pelanggan untuk mendapatkannya jika akan digunakan. Intervensi penyuluhan terhadap WTS dan pelanggan sangat diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit AIDS sehingga menimbulkan sikap dan perilaku positip.
Jangka panjang perlu ditingkatkan lagi kerja sama lintas program dan lintas sektoral dalam mengentaskan WTS sebagai salah satu sumber daya manusia Indonesia.
Daftar Pustaka : 83 (1973 - 1996).
ix + 118 halaman, 17 tabel, 4 began, 10 lampiran"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Gunawan
"Permasalahan penyebaran HIV/AIDS semakin memprihatinkan dan dapat menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Upaya penanggulangannya melalui Kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sering mendapatkan penolakan dari masyarakat luas mengingat karaktreristik cara penularannya. Fokus Evaluasi Proses Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia adalah faktor pihak atau aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, faktor interaksi diantara pihak atau aktor tersebut, dan sumber atau dukungan dana penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Untuk menjelaskan faktor-faktor tersebut dalam rangka pemahaman mengenai pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, digunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan langkah-langkah penelitian kuantitatif. Faktor Pihak atau aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS dilihat dari keterlibatan dalam upaya penanggulangan dan khususnya keterlibatan dalam pembuatan kebijakan. Masih banyak pihak atau aktor penting yang tidak terlibat dalam pembuatan kebijakan tersebut sehingga kebijakan yang dibuat tidak mengakomodasi kepentingan yang seluas mungkin mewakili kelompok-kelompok yang terlibat. Interaksi diantara pihak atau aktor berjalan dengan baik bahkan karena adanya kedekatan hubungan diantara para pihak atau aktor tersebut sering kali pertemuan atau rapat diadakan secara informal. Secara teknis dalam pertemuan atau rapat pembuatan kebijakan publik, Komisi Penanggulangan AIDS, Departemen Kesehatan dan UNAIDS, lebih mendominasi jalannya berbagai pertemuan dan rapat. Dan dilihat dari nilai-nilai kepentingan yang diakomodasi dalam kebijakan penanggulangan HIV/AIDS, nilai-nilai kesehatan masyarakat dirasakan dominan.Besarnya keterlibatan dan pengaruh akademisi serta praktisi dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS dan lemahnya keterlibatan masyarakat secara luas menjadikan model pembuatan kebijakannya adalah model rasional komprehensif, karena selain dibuat para ahli dengan sedikit kepentingan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia merupakan kebijakan terobosan. Faktor sumber atau dukungan dana memperlihatkan bahwa dana penanggulangan didominasi bantuan luar negeri yang penggunaannya secara prosedural harus melalui bimbingan teknis lembaga internasional. Dominasi pembiayaan yang berasal dari luar negeri tidak baik bagi upaya penanggulangan dari segi kontinuitas dan a\terakomodasinya kepentingan-kepentingan dalam negeri. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) harus membuka akses seluas mungkin dalam perlibatan pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS. Selain itu KPA juga harus meningkatkan kapasitasnya agar mampu menjaring dana dalam negeri. Pada akhirnya komitmen pemimpin merupakan hal penting untuk mengawali kondisi yang baik dalam proses pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

The HIV and AIDS epidemic spread out rapidly and threatening the development in Indonesia. The alleviation program through HIV and AIDS policy oftenly gets denial from the people, it is happen because of the HIV transmission of this disease.
Focus of the HIV and AIDS Policy Making Process in Indonesia are actors or stakeholders factors involved in the policy making process in Indonesia, interaction factor of the stakeholders, and financial support for the program. The Descriptive Research with qualitative approach and quantitative research is chosen to explain the policy making process factors. Actors or stakeholders factor involved in the policy making process can be assessed by the involvement in the prevention program and policy making. Many parties or actors were not involved in the policy making process, therefore the policy could not accommodate all people interests. Interaction of parties or actors run very smooth because they are having close relations and oftenly share ideas on the formal and informal meetings. National AIDS Commission, Ministry of Health and UNAIDS technically dominating the meetings among stakeholders. When we overview the values accommodated on the HIV and AIDS policy, the most accommodated value is health value. The dominate of experts in the HIV and AIDS policy turn the policy into rational comprehensive model, because it is made by expert who has low interest in the HIV and AIDS policy and it is also called cross cut policy. Resource factor or financial support shows that fund for HIV and AIDS is dominated by international funding, where the management should follow the international agencies regulations. International fund domination make uncontinuity program and low local value interest. The National AIDS Commission (NAC) should be scaling up access in policy making process. Besides that, NAC should be able to increase capacity in international resource mobilization. In the end, leadership commitment is an important thing to start good climate in HIV and AIDS policy making process."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Jos Iswadi
"Penularan HIV menjadi tantangan dunia hingga saat ini yang memerlukan pencegahan yang konprehensif berbasis pengetahuan. Remaja merupakan kelompok kecil yang rentan terhadap penularan HIV. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 87 siswa SMA dengan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan penularan HIV. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,01, α=0,05). Analisis bivariat sikap dan perilaku menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,20,α=0,05). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk memperkaya remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV/AIDS sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan HIV/AIDS.

HIV transmission is challenging the world to date and need base prevention conprehensive prooer knowledge. Teenagers are a small group who are vulnerable to HIV infection. This correlation descriptive study aimed to identify the correlation between knowledge and attitudes to HIV prevention behaviour with a cross-sectional approach involving juvenile respondents with a high school 87 students with quota sampling technique. The research instrument used questionnaires to measure the level of knowledge, attitudes, and behaviors to prevent HIV transmission. Results of bivariate analysis with chi-square test showed that there was a significant relationship between knowledge with behavior of the prevention of HIV/AIDS (p=0,01 α=0,05). Bivariate analysis of attitudes and behavior showed there was no significant relationship between attitude with behavior prevention of HIV/AIDS (p=0,20 α=0,05). Health education should be included in the education curriculum in schools to enrich the youth about health information in particular HIV/AIDS so that they can break the chain of transmission of HIV/AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dewi Pusparini
"Penelitian ini membahas tentang modal sosial apa saja yang dimiliki LSM Bandungwangi sekaligus melihat bagaimana peran modal sosial tersebut dalam upaya pencegahaan penularan HIV AIDS yang dilakukan di kalangan PSP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bandungwangi sebagai sebuah LSM memiliki modal sosial berupa jaringan sosial yang menciptakan ikatan sosial antara Bandungwangi dengan PSP lembaga donor pemerintah. LSM lain dan antar Staf dalam Bandungwangi sendiri Ikatan sosial ini nyatanya membangun nilai dan norma bersama mengenai kebiasaan sehari hari nilai bekerja sebagai PSP dan kelebihan Bandungwangi dalam menjangkau komunitas PSP. Nilai dan norma bersama ini yang kemudian membangun kepercayaan antar aktor. Bentuk modal sosial seperti ini menandakan bahwa bonding dan bridging Bandungwangi kepada aktor aktor tersebut berhasil dibangun.
Penelitian ini juga menemukan bahwa kelemahan modal sosial Bandungwangi terletak pada jaringannya dengan LSM lain yang kurang dimaksimalkan. Masing masing bentuk modal sosial yang dimiliki LSM Bandungwangi juga terbukti berperan dalam membangun komunikasi kordinasi meningkatkan reputasi hingga menciptakan tindakan kolektif upaya pencegahan penularan HIV AIDS pada tataran partisipasi kegiatan. Penelitian ini mengisi kekosongan pembahasan mengenai modal sosial LSM dalam upaya pencegahan penularan HIV AIDS di kalangan PSP yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus pada LSM Bandungwangi. Terdapat 12 informan dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive.

This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers. This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS. The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers. This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers. Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi's bonding and bridging to another actors perfectly build.
The finding also shows that the weakness of Bandungwangi's social capital is social network with other NGO. Each of these forms Bandungwangi's social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS. This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before. This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta. Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisni Bantarti
"Remaja merupakan kelompok yang cukup berpotensi menunjang bagi perkembangan epidemi HIV/AIDS. Di Indonesia jumlah data yang ada menunjukkan adanya peningkatan prevalensi HIV pada kelompok usia 15-49 tahun dan 20-29 tahun. Bila hal ini tidak segera ditanggulangi akan mengancam pengembangan sumber daya manusia bangsa Indonesia. Oleh karena obat maupun vaksin untuk pencegahan HIV/AIDS belum ditemukan dan karena 68% proses penularannya di Indonesia melalui hubungan seksual maka upaya pencegahannya adalah perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan. Dan beberapa hasil penelitian mengenai seksualitas remaja menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi pada remaja dalam melakukan aktivitas seksualnya, maka strategi pencegahan yang dilakukan melalui Pendidikan Kelompok Sebaya (PKS) yang dilakukan oleh Penggerak Pendidik Kelompok Sebaya (PPKS) merupakan strategi pendidikan kesehatan yang dipandang cukup efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS daripada siswa yang diberikan Pendidikan Kelompok Sebaya dan siswa yang tidak diberikan Pendidikan Kelompok Sebaya sebelum (pre-tes) dan sesudah (pos-tes) perlakuan. Disamping itu juga ingin diketahui proses pelaksanaan kegiatan PKS yang dilakukan oleh PPKS serta tanggapan sasaran PKS terhadap PPKS.
Studi ini menggunakan jenis penelitian Experimen , dengan rancangan Pre-test, Post-test, Control Group Design. Dalam jenis rancangan ini digunakan dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang mendapat perlakuan PKS dan kelompok pembanding yaitu kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan PKS namun terpapar informasi melalui penyuluhan massal, dengan jumlah sampel untuk masing-masing kelompok 134 yang dipilih secara acak (random). Kedua kelompok tersebut diamati selama tiga bulan. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji t,X,2 (Chi Square) dan analisis regresi linier. Adapun perbandingan perbedaan antara kedua kelompok dilakukan sebelum dan sesudah tiga bulan intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap siswa pada kelompok intervensi berbeda bermakna dengan nilai p < 0,05, dengan rentang peningkatan untuk seluruh butir pengetahuan berkisar antara 4,5% sampai dengan 71,6% dan peningkatan sikap yang berkisar antara 2,9% sampai dengan 40,3%. Pada kelompok kontrol nilai p > 0,05 untuk hampir seluruh butir pengetahuan , dimana rentang peningkatannnya berkisar 0% sampai dengan 30,2% . Sedangkan untuk sikap berkisar antara 2,2% sampai dengan 17,8%. Sebelum dilakukan perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dengan nilai p = 0,733 (CI 95% = -0,85 : 0,60). Sesudah perlakkuan terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p = 0,000 (CI 95% = -7,30 : -5,81). Adanya perbedaan tersebut adalah karena adanya perlakuan atau intervensi Pendidikan Kelompok Sebaya. Hasil uji bivariat (beda mean) memperlihatkan bahwa variabel tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu berbeda bermakna dengan nilai p < 0,05. Namun setelah dimasukkan dalam analisis regresi menunjukkan tidak berbeda bermakna. Variabel jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan orangtua dan sumber informasi HIV/AIDS yang pernah diperoleh siswa tidak menjadi faktor pengganggu bagi terjadinya peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap sesudah perlakuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan Kelompok Sebaya ternyata berpengaruh pada pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS.

Adolescents are a group of particular concern in the growing HIV/AIDS epidemic. In Indonesia, national data indicates an increase in HIV prevalence among the 15-19 and the 20-29 year age group. If this condition is not solved immediately, it will have a great impact on the human resources development. Since the cure or vaccine for HIV has not been found yet and 68% of the HIV transmission models in Indonesia were found in sexual intercourse, prevention then should emphasize on behavior change through the health education programmed. Based on several researches on adolescents sexuality, this young people seems to have high frequencies in their sexual activity , that in order to prevent the spreading of HIV among adolescents Peer Education is considered the most effective strategy for young people.
The aims of this study are to investigate the difference in knowledge and attitude in relation to HIV among High School students in Depok who receive Peer Education activity and students who do not receive Peer Education. The results presents not only the output of this Peer Education activity but also the process by which this activity takes place and the performance of the peer educator in giving information about HIV/AIDS correctly and their effort to change attitude among their peer friends.
This study has been conducted using an Experiment group, with a Pre-test, Post-test, Control Group Design. An intervention group (students, who receive Peer Education,) and a comparison group or control group (students who do not receive Peer Education) were followed for three months, with a total of 134 students in the intervention group and 134 students in the control group, which were randomly selected.
For statistical analysis the t-test and X2 (Chi Square) and linier regression analysis were used and P < 0.05 was defined statistically significant. Comparisons were made only between results obtained before and after three months study.
The results indicates a significant increase ( P < 0,05 ) in knowledge about HIVIAIDS in the intervention group, and also changes in attitudes towards HIV infected individuals, where the knowledge test results increase between 4,5% to 71,6% for all of the item knowledge and 2,9% to 40,3% for the changes of attitude. In the control group however, the corresponding increase between 0% to 30,2% was non-significant for almost all of the item knowledge and -2,2% to 17,8% for the changes of attitude. No significant difference in knowledge and attitude was seen before the study in the intervention and the control group (P= 0,733) (CI 95% = -0,85 : 0,60), but after the study significant difference was seen in both of this group (P= 0,000) (CI 95% = -7,30:-5,81). The experiment which this study is conducted seems to have caused this difference in knowledge and attitude among students who receive peer education and students who do not receive peer education. Father's and mother's education variables were significant when entered into a bivariate analysis, however, was non significant when entered into a multiple regression analysis (tinier regression), Sex, age, parent's educational status and exposure to HIV/AIDS information through the mass media are variables that are not confounding with the increase knowledge and changes in attitude of students after the study. This study shows that Peer Education is indeed possible to increase students' knowledge and to influence students' attitude in relation to HIV/AIDS.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosarina P.
"Secara nasional prevalensi kasus HIV di Indonesia sebesar 0,45 per seratus ribu penduduk. Angka sebenarnya orang yang terinfeksi HIV tidak diketahui, namun diperkirakan tahun 2010 akan ada sekitar seratus ribu orang meninggal karena AIDS dan satu juta orang yang mengidap virus HIV. Kontribusi terbesar penularan HIV sampai saat ini adalah lewat hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang pengalaman seksual dan praktek wisatawan mancanegara terhadap pencegahan risiko tinggi HIV/AIDS tahun 2003.
Penelitian dilakukan di Kota Batam yang merupakan daerah industri, perdagangan, pariwisata dan alih kapal, dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah wisatawan manca negara yang berkunjung ke tempat-tempat hiburan dan mempunyai pengalaman berhubungan seks dengan pekerja seksual.
Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa tempat tempat hiburan memudahkan akses untuk melakukan seks dengan pekerja seksual, antara lain di karaoke, diskotik, dan panti pijat. Dalam melakukan hubungan seks dengan pekerja seksual, informan melakukan perilaku berisiko tinggi karena tidak menggunakan kondom dan berganti-ganti pasangan seks.
Hal yang paling mendorong informan sehingga mempunyai motivasi melakukan seks adalah pengaruh lingkungan yaitu memudahkan informan untuk melakukan seks, lemahnya kontrol sosial dan lemahnya penegakan peraturan yang berkaitan dengan penatalaksanaan di tempat hiburan. Aspek penting lainnya yang berhubungan dekat dengan perilaku berisiko adalah aspek ketidaktaatan beribadah dan ketidaksetiaan terhadap pasangan.
Disarankan untuk melakukan promosi kesehatan secara terus menerus dan evaluasi kepada kelompok pekerja seksual serta meningkatkan.kemampuan bernegosiasi kepada pelanggan agar selalu menggunakan kondom. Perlu juga melakukan promosi kesehatan di tempat-tempat hiburan melalui pemasangan poster, atau gambar-gambar tentang HlVyang mudah gampang dilihat oleh pelanggan
Daftar Pustaka (1992 - 2003)

Experience of Having Sexual Intercourse Experience and International Tourist Practices for the Prevention of High Risk HIV/AIDS in Batam City in 2003Nationally, the prevalence of HIV/AIDS in Indonesia is 0.45 per 100.000 population. The real number of HIV infected sufferer has not been determined yet until the present, but it is predicted about 100.000 people would die due to AIDS cause and about one million people would be infected in 2010. The main cause of HIV/AIDS transmission is sexual contact without using condom.
This study aimed to get thorough information about having sexual experience and international tourist practice for the prevention of high risk HIV/AIDS in Batam City in 2003.
The study was conducted in Batam City, which is known as an industrial zone, business and tourism area, and ship transit. The study used qualitative design. Subject of the study are international tourists who visited entertainment places and had sexual intercourse experience with Commercial Sex Worker (CSW).
According to the result of the study, it showed that entertainment places that provided access to the informant for having sex with CSW are such as in karaokes, night clubs, and massage houses. In having sexual contact with the CSW, the informants did highly risk behavior because of not using of condom and sexual partner interchanging.
Thing motivated informants to have sexual intercourse are environmental causes that consisted easy access for sex, weaknesses in social control in society, and lack of law enforcement. Other crucial aspects concerning to risky behavior of HIV/AIDS are religion disobedience and unloyalty to one's own partner (wife/husband).
It is suggested to carry out continual health promotion to CSWs and to improve their negotiation ability with their costumer to use condom. Health promotion also can be done in entertainment places by putting posters or other means for the HIVIAIDS prevention campaign on the places in strategic angle, which are easily seen by visitors.
References: 28 (1992 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaniago, Dilla Yulian
"Angka penularan HIV/AIDS masih terus bertambah pada saat ini. Penggunaan akun alter-ego di twitter telah menjadi salah satu media untuk transaksi seksual. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data primer. Hasil analisis inferens dengan uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan (nilai p = 0,519; POR = 1,42; 95% CI = 0,48 – 4,23) dan sikap (nilai p = 0,285; POR = 0,58; 95% CI = 0,26-1,33) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Namun analisis menunjukkan terdapat hubungan antara usia (nilai p = 0,030; POR = 0,33; 95% CI = 0,13 – 0,83), status pekerjaan (nilai p = 0,045; POR = 0,38; 95% CI = 0,16 – 0,90), dan status perkawinan (nilai p = 0,020; POR = 0,11; 95% CI = 0,01 – 0,93) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Program dan pelayanan kesehatan perlu melakukan penjangkauan pemberian pendidikan dan promosi kesehatan terkait HIV/AIDS pada pengguna akun alter-ego di twitter dengan memaksimalkan penggunaan internet serta sosial media misalnya mengadakan webinar terkait HIV/AIDS dan memperkuat kolaborasi dengan lintas sektor lainnya seperti perusahaan, dinas kesehatan setempat, LSM dan lainnya.

The rate of transmission of HIV/AIDS is still increasing at this time. The use of alter-ego accounts on Twitter has become a medium for sexual transactions. This study aims to identify the relationship between the level of knowledge and attitudes towards HIV/AIDS prevention behavior. This study is a quantitative study with a cross-sectional design and uses primary data. The results of the inference analysis using the chi-square test showed that there was no relationship between the level of knowledge (p value = 0.519; POR = 1.42; 95% CI = 0.48 – 4.23) and attitude (p value = 0.285; POR = 0 ,58; 95% CI = 0.26 – 1.33) on HIV/AIDS prevention behavior. However, the analysis showed that there was a relationship between age (p value = 0.030; POR = 0.33; 95% CI = 0.13 – 0.83), employment status (p value = 0.045; POR = 0.38; 95% CI = 0.16 – 0.90), and marital status (p value = 0.020; POR = 0.11; 95% CI = 0.01 – 0.93) on HIV/AIDS prevention behavior. Health programs and services need to outreach the provision of education and health promotion related to HIV/AIDS to alter-ego account users on Twitter by maximizing the use of the internet and social media, for example holding webinars related to HIV/AIDS and strengthening collaboration with other cross-sectors such as companies, health offices local, NGOs and others."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silowati
"Penularan HIV/AIDS berkaltan erat dengan faktor sosial manusia yaitu perilaku. Dua perilaku yang erat kaitannya dengan kejadian peningkatan kasus berisiko HIV ndalnh perilaku pcnggunmm Jarum suntik tidak steril pada penasun dan perilaku sekksual berisiko baik homnseksual atau heteroseksual yang tidak menggunaknn pencegahan. Upaya penccgahan yang dilakukan berkaitan dengan penularan tersebut adaiah penggunnan Jarum tidak secara bersama alau berbcnti sama sckali, dan pcmakuian kondom. Tiga kelompok sasaran pencegahan penularan HIV/AIDS adalah kelompok rentan tertular HIV, keiompok risiko tertular HIV. dan kelompok tertular atau orang dengsn HIV/AIDS (ODHA).
Penelitian ini dltakukan untuk mendapatkan gamPatan perilaKu ODHA dalam pencegahAN penularan leBih lanjut HIV/AIDS, yang terjadi klien pada klinik IMS Pondok Sehati Kabupaten Bekasi, Desain penelitian yang digwtakan adalah desain penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalam dan telaah dokumen. lnforman penelitian melibatkan 9 (sembilan) orang ODHA yang terdaftar dalam medical record klinik IMS Pondok Sehuti dan 5 orang petugas pada klinik IMS Pondok Sehati yang memberjkan pelayanan !angsur.g pada klien. Lama penelitian diiakukan selama 5 minggu pada bulan November dan Dcsember 2007, Informan ODHA pada penelitian ini mempunyai berbagai latar belakang cara penularan, yaitu melului hubungan homoseksual pnda waria. hubungan heteroseks:ual pada pasanga11 suami istri, hubungan heteroseksual pada pelanggan WPS, dan melaiui jarum suntik pada pcnasun.
Hasil temuan dari pcnclitian ini dapat menjelaskan bahwa, faktor ketergantungan penasun pada narkoba. mcmbuat sulutnya seorang pcnosun berhcenti mengkonsumsi narkoba terscl:
Temuan lain adalah, sebahagian ODHA melakukan test B'V lebih dari satu kali. ODHA yang mengetahui positif HIV lama, memiliki pengetahuan lebih balk dibanding dcngan ODHA yang mengetahui positif HIV relatif baru. Demikian juga ODHA yang ikut bcrgabung dnlam Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), memiliki pengetahuan dan stats mental yang lebih balk dibandingkan dengan ODHA yang tidak tergabung dalam KDS. Dukungan pasangan dan keluarga terhadap ODHA, relatif masih kurang. Hal ini disebabkan karena ODHA merahasiakan status HIVnya kepada keluarga. Dalam penggunaan fasilitas kesehatan, ODHA wemilib Klinik dibandingkan dengan Rumah Sakit, karena dianggapnya lebih cepat dan lebih spesifik.
Upaya peneegahan penularan HIV, selain meningkatkan pengetahuan ODHA melalui konseling dan pendampingan, diperlukan juga pendekatan khusus paCa ODHA yang menyentuh rasa kemanusiaa.Mya, agar lebih peduli pada o:nng lain agar mereka tidak menularkan HIV11-ya. Selain itu perlu peningkatan pengetahuan pada kelompok risiko tinggi tertular HIV atau masyarakat umum meialui konseling dan promosi kesehatan terutama kelompok remaja yang rentan terhadap narkoba, Memfasilitasi pembentukan KDS, sebagal wadah ODHA akan sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hid up ODHA. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Daini Zardi
"Lelaki Beresiko Tinggi membeli seks nomor dua setelah waria. Mereka merupakan jembatan penular infeksi HIV dari kelompok resiko tinggi kepada wanita resiko rendah. Penggunaan kondom yang tidak konsisten mempunyai peranan menjadi faktor resiko transmisi penularan infeksi HIV. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan konsistensi penggunaan kondom pada Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) di Indonesia yang merupakan analisis lanjut dari data STBP tahun 2015. Disain studi adalah cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah 1867 Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) yang pernah menggunakan kondom. Hasil penelitian didapatkan proporsi konsistensi penggunaan kondom sebesar 27% dan proporsi pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS sebesar 57,3%. Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan HIV dengan konsistensi penggunaan kondom dengan PR adjusted 1,190 [95% CI: (1.027-1,864)]. Kesimpulan studi ini adalah pengetahuan yang baik berpeluang 1,194 kali lebih konsisten menggunakan kondom dibandingkan yang pengetahuan kurang setelah dikontrol oleh kofounding persepsi resiko tertular HIV, pekerjaan, lama meninggalkan keluarga dan variabel interaksi pengetahuan dengan keterpaparan media informasi HIV.

Men are at high risk of buying number two sex after transvestites. They are bridges that transmit HIV infection from high risk groups to low risk women. The use of inconsistent condoms is one of the factors of transmission. The thesis is a crosssectional study as part of National IBBS 2015 which discuss associated HIV/AIDS knowledge with the consistency of condom use in High Risk Men (LBT) in Indonesia. The subjects in this study were 1867 High Risk Men who had used condoms. The results showed that the proportion of condom use was 27% and the proportion of good knowledge about HIV/AIDS was 57,3%. Multivariate analysis states an association between knowledge of HIV and the consistency of condom use with adjusted Ratio Prevalent 1,190 [95% CI: (1,027-1864)]. The conclusions of this study are that knowledge has a good chance of 1,190 times more using condoms compared to poor knowledge controlled by confounding perception of HIV infection risk, job, duration of leaving family and interaction variables like HIV konowledge with exposure to HIV information media."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997
616.97 Eti
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>