Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Buchari Ali
"Baja perkakas banyak digunakan dalam industri enjinering dan manufaktur sebagai cetakan (moulds and dies) dan berbagai canal pembentuk, baik untuk proses pengerjaan panas maupun untuk proses pengerjaan dingin.
Studi ini ditujukan pada baja perkakas untuk canal proses pengerjaan dingin yang berfungsi sebagai alat mereduksi penampang, dan karenanya harus mempunyai sifat : kekerasan yang tinggi, tangguh dan tahan terhadap keausan.
Bahan yang dipilih dalam penelitian ini adalah baja perkakas dalam keadaan lunak, selanjutnya dilakukan proses permesinan dan yang terakhir adalah perlakuan panas. Proses laku panas yang dilakukan terdiri dari temperatur austenisasi : 960 ° C, 980°C, 1000°C, 1020°C dan 1040°C, dengan waktu tahan 30 menit, pendinginan cepat kedalam minyak (Oli). Setelah proses pengerasan, diadakan pengujian sifat mekanis den pengamatan struktur mikro, sehingga diperoleh suatu temperatur austenisasi optimum.
Benda uji pada temperatur austenisasi optimum tersebut, selanjutnya diberi proses penemperan pada temperatur : 350°C, 400°C, 450°C, 500°C dan 550°C, dengan waktu tahan mesing-masing 60 menit, pendinginan udara. Dilanjutkan dengan pengujian sifat mekanis dan struktur mikro, sehingga diperoleh suatu temperatur penemperan optimum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur austenisasi optimum adalah 1040°C, sedangkan temperatur temper optimum adalah 500°C. Nilai yang diperoleh pada kondisi tersebut adalah : kekerasan 59,1 HRC, barge Impak 4,1 Joule/cm 2 dan keausan 0,2932 gram pada 2500 siklus. Sedangkan struktur mikro terdiri dari matrik mertensit temper dengan karbida chrom . Dalam kondisi lunak mempunyai kekerasan sekitar 19 HRC dengan barge impak sekitar 10,2 Joule/cm2, dan keausan pada 2500 sifts sekitar 0,8089 gram. Struktur mikro terdiri dari karbida massif pada matrik ferit dan perlit dengan sejumlah besar spemidite yang halus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Marta Nurjaya
"Perlakuan panas baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja akan mengakibatkan logam khususnya yang berbasis besi akan mengalami perubahan sifat baik sifat fisik maupun sifat mekaniknya. Perubahan yang paling mendasar adalah perubahan struktur mikro dari material. Dengan berubahnya struktur mikro dari material ini maka nilai koefisien meal termed (Coefficient of Thermal-Expansion) dari material akan berubah.
Penelitian ini menggunakan material baja perkakas atau tools steel jenis DP-2 yang sebelumnya sudah dilaku panas. Baja ini kemudian diproses dengan 2 jenis perlakuan panas. Keduanya dianil sampai suhu autenisasi baja kemudian satu sampel dikuens dengan oli sampai dengan suhu kamar dan satu lagi dikuens dengan media fluida dibawah suhu 0 °C atau dikenal dengan sub-zero treatment. Keduanya akan ukur nilai kekerasannya dan nilai koefisien muai term dibandingkan dengan malaria awal yang tidak dilaku panas.
Hasil dari penelilian ini memperlihatkan bahwa baja perkakas yang telah dilaku panas nilai kekerasan akan naik dan nilai koefisien muai termal temperatur akan turun. Transformasi fase dari ketiga sampel yang diuji tidak niemperlihatkan pergeseran yang signifikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Marta Nurjaya
"Perlakuan panas baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja akan mengakibatkan logam khususnya yang berbasis besi akan mengalami perubahan sifat baik sifat fisik maupun sifat mekaniknya. Perubahan yang paling mendasar adalah perubahan struktur mikro dari material. Dengan berubahnya struktur mikro dari material ini maka nilai koefisien meal termed (Coefficient of Thermal-Expansion) dari material akan berubah.
Penelitian ini menggunakan material baja perkakas atau tools steel jenis DP-2 yang sebelumnya sudah dilaku panas. Baja ini kemudian diproses dengan 2 jenis perlakuan panas. Keduanya dianil sampai suhu autenisasi baja kemudian satu sampel dikuens dengan oli sampai dengan suhu kamar dan satu lagi dikuens dengan media fluida dibawah suhu 0 °C atau dikenal dengan sub-zero treatment. Keduanya akan ukur nilai kekerasannya dan nilai koefisien muai term dibandingkan dengan malaria awal yang tidak dilaku panas.
Hasil dari penelilian ini memperlihatkan bahwa baja perkakas yang telah dilaku panas nilai kekerasan akan naik dan nilai koefisien muai termal temperatur akan turun. Transformasi fase dari ketiga sampel yang diuji tidak memperlihatkan pergeseran yang signifikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Tiara Sofyan
"Baja fasa ganda (Dual phase steel) merupakan bahan lembaran baja karbon rendah yang memiliki sifat mekanis yang baik, seperti mampu bentuk, kekuatan tarik dan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan baja karbon rendah konvensional. Baja fasa gander diperoleh melalui proses perlakuan panas sederhana di daerah austenit yang dilanjutk:an dengan pendinginan cepat (quenching) dalam air sehingga didapat struktur akhir ferit dan martensit. Perlakuan panas yang dilakukan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu anil interkritis dan pencelupan perantara. Temperatur pemanasan pada kedua proses divariasikan : 800 °C. 857 °C dan 900 °C dengan waktu tahan 10, 20 dan 70 menit.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa fraksi volume martensit hasil proses pencelupan perantara lebih besar dari pada hasil proses anil interkritis. Akibatnya kekerasan baja fasa ganda hasil pencelupan perantara lebih tinggi, tetapi kekuatan tarik dan luluhnya lebih rendah dari pada hasil anil interkritis. Sementara regangan baja fasa ganda hasil pencelupan perantara lebih besar dari pada hasil anil interkritis. Fenomena ini terjadi karena adanya perpaduan fasa lunak dan keras yang menyebabkan baja fasa ganda berperilaku seperti material komposit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain Fatoni
" Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kekerasan pada proses
perlakuan panas (Heat Treatment) yang diberi media pendingin berupa air, oli, pasir dan
udara secara mendadak (Quenching) yang kemudian dilihat struktur mikronya pada baja
karbon menengah.
Hasil pengujian kekerasan baja yang telah mengalami pemanasan dan didinginkan di dalam
air laut dan air tawar (tabel 1 sebesar 57,42 HRc dan tabel 2 sebesar 45,24 HRc), kedua
tabel menunjukkan data kecendrungan semakin tinggi temperatur pemanasan semakin keras
baja tersebut. Hal ini dikarenakan semakin tinggi temperatur pemanasan, austenit yang
terbentuk semakin banyak, dan dengan waktu penahanan yang cukup pada temperatur
tersebut, austenit semakin homogen. Austenit inilah yang memungkinkan dapat
bertransformasi menjadi martensite pada saat dilakukan pendinginan cepat.
Akibat dari pendingin yang sangat cepat maka struktur yang terbentuk adalah martensit
(Gambar 11 s.d 21), ini pulalah yang membuat baja semakin keras karena struktur martensit
adalah struktur yang paling keras di dalam baja, sayangnya struktur ini diikuti oleh sifat
yang tidak baik yaitu sifat yang getas dan sangat rentan terhadap beban selnjutnya.
Jika kita bandingkan hasil pengujian kekerasan akibat didinginkan di dalam air laut dan
air tawar (Gambar 11), pendingin dengan media air laut menghasilkan sifat kekerasan
lebih tinggi. Hal ini disebabkan temperatur air laut lebih rendah dibanding temperatur air
tawar oleh pengaruh kadar garam. Sehingga laju pendinginan air laut lebih cepat, karbon
yang terjebak dari struktur austenit (FCC) menjadi martensit (BCT) lebih banyak dan
austenite sisa pada temperatur kamar yang tidak sempat bertransformasi menjadi martensit
lebih sedikit. hal inilah yangmenyebabkan kekerasan dengan pendingin air laut lebih tinggi
dari pendinginan jika menggunakan air tawar.
Kedua metode pendingin ini bila kita bandingkan dengan benda uji tanpa perlakuan, keduaduanya
mempunyai nilai kekerasan jauh lebih tinggi, artinya baja yang telah terbakar akan
menaikkan nilai kekerasan, menaikkan kekuatan tetapi material menjadi sangat getas.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan dengan memberi perlakuan panas
dan di beri pendinginan air laut dan air tawar, air laut lebih keras dan lebih tinggi
dibandingkan pengaruh perubahan mikro dari pada air tawar."
Palembang: Fakultas teknik Universitas tridinanti palembang, 2015
691 JDT 3:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarmansyah
"Baja perkakas saat ini banyak diguankan oleh industri enjineering dan manufaktur, sebagai bahan cetaakn (mould and des) dan berbagai rol pembentuk baik untuk proses pengerjaan panas maupun untuk pengerjaan dingin.
Penelitian ini ditujuan pada baja perkakaas pengerjaan oanas untuk rol pembentuk proses ppengerjaan panas, yang berfungsi sebagai alat mereduksi penampang dan karenanya harus mempunyai sifat keras, tahan bentran dan tahan terhadap kehauasan.
Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ni adalah baja perkaaks pengerjaan panas seperti chromium H-12 dalam kondisi lunak. Bahan tersebut selanjutnya diproses permesinan dan yang terakhir adalah perlakuan panas, yang meliputi proses austensasi dan tempering. Proses austenisasi dimaksudkan untuk meningkatkan kekerasan atau memperbaiki kekuatan, sedanngkan proses tempering bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa dan sekaligus meningkatkan keuletan dan ketangguhan akibat pendinginan secara cepat pada proses austanisasi.
Dalam pelaksanaan proses austenisasi temperature, divariasikan pada 960, 980, 1000, 1020, dan 1040 C, sedangkan untuk proses tempering dilakukan dengan benda uji yang diambil dari hasil proses austenisasi yang optimum. Temperature proses tempering divariasikan pada 450, 490, 530, 570, dan 610 C. parameter waktu tahan dan media pendingin pada setiap perlakuan panas dibuat berbeda. Selanjutnya dilakukan pengujian sifat mekanis, pengamatan struktur-mikro dan pengamatan permukaan patahan.
Hasil yang diperoleh setelah proses austanisasi menunjukkan bahwa kekerasan dan ketahanan terhadap keausan meningkat, sedangkan harga impak menurun dengan makin naiknya temperature. Kekerasan dan ketahanan terhadap keausam tertinggi dicapai pada temperature 1020 C, dengan struktur-mikro terdiri dari karbida chrom berbentuk pelat yang cukup besar didalam metrik martensit. Sedangkan hasil proses tampering dari benda uji temperature austanisasi 1020 C tersebut diatas menunjukkan, bahwa harga impak meningkat sedangkan kekerasan dan ketahanan terhadap keausan cenderung menurun dengan kenaikan temperature. Harga impak tertinggi dicapai pada temperature proses tempering 610 C, dengan struktur-mikro terdiri dari karbida paduan berbentuk pelat yang merata di dalam metrik martensit temper serta permukaan patahan tampak seperti berserat kasar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erry Yudokusumo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Jenni Ria
"Baja Perkakas (Tool Steel) sebelum digunakan membutuhkan perlakuan panas. Perlakuan panas yang diberikan meliputi : pemanasan awal (pre heating), pengerasan dan penemperan. Pada penelitian ini diteliti sejauh mana pengaruh perlakuan panas terhadap sifat mekanis baja perkakas H-13. Untuk maksud tersebut maka dilakukan perlakuan panas dengan variasi temperatur austenisasi yang berkisar antara 9000 C hingga 11000 C ditahan selama satu jam dan didinginkan di udara. Sedangkan proses penemperan dilakukan di antara 4500 C sampai dengan 6500 C ditahan dua jam kemudian didinginkan di udara. Proses perlakuan panas tersebut mengikuti standar yang diterapkan di pabrik untuk baja perkakas standar ALSI H-13. Setelah diberi perlakuan panas, kemudian dilakukan pengujian sifat mekanis yaitu pengujian kekerasan (Hardness test), pengujian takik (Impact test), pengujian aus (Wear test), pengamatan struktur mikro (Metallografi), permukaan patahan (Faklografi). Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa kondisi optimal perlakuan panas adalah suhu austenisasi 10000 C dan suhu temper 5000 C. Kondisi optimal tersebut ditentukan dari sifat mekanisnya meliputi kekerasan, kekuatan impact, ketangguhan, keausan dan didukung oleh metallografi dan faklografi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz
"Aplikasi dari baja perkakas sebagai material cetakan dingin amatlah memegang peranan strategis dalam dunia industri. Dikarenakan baja perkakas untuk aplikasi cetakan dingin dapat digunakan untuk membentuk material pada kondisi dingin, sehingga jika dilihat dari aspek kualitas, kuantitas dan safety akan lebih baik jika dibandingkan membentuk material baja perkakas pada temperatur tinggi. Agar diperoleh baja perkakas cetakan dingin kualitas tinggi, maka terus dilakukan berbagai penelitian, salah satu caranya adalah dengan mengatur komposisi kimia, perlakuan panas, agar diperoleh material baja perkakas yang berkualitas tinggi, dengan biaya pembuatan yang murah. Karakteristik dari baja perkakas dapat diatur sesuai dengan kebutuhan aplikasi pemakai. Pengaturan karakteristik dari baja perkakas yaitu dengan cara mengatur komposisi kimia, mengatur proses perlakuan panas, dan media pendinginan setelah tempering. Baja perkakas dapat memiliki sifat ? sifat khusus, dengan cara mengatur kuantitas dari paduan yang menyusun dari baja perkakas tersebut, seperti mengatur jumlah dari vanadium, silikon, molibdenum dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, material baja perkakas diatur komposisi paduannya dengan menambahkan unsur paduan Si yang berbeda yaitu 0,8%wt, 2,0%wt, dan 3,0%wt Si pada setiap material baja perkakas dengan unsur paduan lainnya ditambahkan dengan perbandinganan tetap untuk setiap material baja perkakas dan tidak diberikannya unsur vanadium untuk material baja perkakas lainnya, untuk mengetahui perbandingan sifat mekanis setelah ditambahkan unsur paduan Vanadium. Kemudian baja perkakas tersebut dilakukan perlakuan quench temper dengan penggunaan temperatur temper yang berbeda yaitu 600ºC, 640ºC, dan 690ºC dan sphroidized anneal dengan menggunakan temperatur 810ºC. Dengan variabel yang digunakan adalah penambahan unsur paduan dan perlakuan panas yang dilakukan maka akan diketahui pengaruhnya terhadap sifat mekanis, yaitu kekerasan, laju aus, dan kuat tarik, sifat mampu las serta struktur mikro material baja perkakas. Dalam penelitian ini disimpulkan dengan penambahan unsur paduan Si maka sifat mekanis meningkat, dan untuk membandingkan baja perkakas yang diberikan unsur paduan vanadium dan yang tidak, baja dengan paduan vanadium sifat mekanis yang dimiliki lebih tinggi. Sedangkan untuk variabel perlakuan panas yang diberikan dengan semakin tingginya temperatur temper maka sifat mekanis akan menurun sehingga didapati baja perkakas yang lebih tangguh. Untuk sifat mampu las material baja perkakas diperoleh hasil bahwa nilai weldability nya rendah dikarenakan adanya endapan karbida keras seperti SiC pada baja perkakas hasil dari penelitian.
The application of tool steel as cold pressing die have very important role in many strategic industry. The strategic role of tool steel for cold work materials can be used as for forming materials in the cold condition, so that if we seen in many quality, quantity and safety aspects more better if we compared in forming materials in high temperature. Many researches have been done gradually to get tool steels for high quality cold work. One of the way how to engineered the materials to become better with change their chemical composition, heat treatment, to get high quality materials with lower cost. The characteristic of tool steel materials can be modified with change their chemical compositions and change their tempering and used proper quenching media. With changed alloys quantity, like modify content of vanadium, silicone, molybdenum and the other alloys, tool steel materials exactly have spesific characteristics.Tool steel has special properties regarding to requirement of process in processing fundamental material become ready for use product or thus, the special influenced by existence of alloying element and treatment passed to tool steel. At this research, tool steel materials are arranged by alloy composition. Added alloying element Si which different composition there are 0,8%wt, 2,0%wt, and 3,0%wt for each appliance steel material with other alloying element is added with balance comparison for every tool steel materials and without element of vanadium for other tool steel material to know comparison of mechanical properties after added alloying element Vanadium. Then the tool steel is done with heat treatment quench temper with usage of different temper temperature those are 600ºC, 640ºC, and 690ºC and spheroidized anneal by using temperature 820ºC. With variable applied is addition of alloys materials and heat treatment done hence will be known the influence to mechanical properties, that is hardness, wear resistant, weld ability, tensile strength and tool steel material microstructure. The conclusion of these research are several addition of alloying element Si cause increasing mechanical properties, and compare appliance steel given alloying element of vanadium and another steel without adding vanadium, steel with mechanical properties vanadium alloy owned higher. While for variable heat treatment given increasing height of temper temperature hence mechanical properties will change is discovered tool steel which more tough. The effect of second phase, carbide phase will cause poor weldability for tool steel materials, carbide phase and second phase are very hard and very britle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26157
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S40629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>