Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86209 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Waning G.
"Media massa hadir dengan segala konsekuensinya, termasuk menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat terlepas dari segala kepentingan yang melingkupinya. Kaum muda dengan segala riuh rendah kehidupannya adalah suatu pangsa pasar yang semakin hari semakin diminati dan tidak dapat diremehkan keberadaannya. Mereka adalah suatu pasar yang justru sangat dinamis dan karenanya baik para produsen hingga media pun dibuat turut berpacu dalam mengikuti perkeribangannya. Identitas menjadi satu hal yang paling panting dalam kehidupan kaum muda, dan secara sadar maupun tidak, media menjadi salah satu sumber paling utama bagi remaja dalam pencarian jati dirinya.
Namun media tidak selalu benar maupun mumi dalam menyajikan berbagai informasi, termasuk di dalamnya ikian, terutama dalam kaitannya dengan usaha identifikasi diri para remaja dengan apa yang terpampang di media, Sering media, khususnya media yang ditujukan khusus untuk kaum muda sendiri, justru terlihat membingungkan atau bersifat menyesatkan dalam memberikan segala informasi yang walau tampak remeh temeh tetap bersifat krusial.
Outmagz sebagai salah satu media remaja yang bergerak di jalur independen, menawarkan satu alternatif dalam dunia media massa bagi kaum muda, terutama dalam hal memandang budaya populer dan media yang tampak sebagai kepanjangan tangan ideologinya. Warna independen yang kental tmeruyak dalam setiap artikel dan secara terus menerus ditunjukkan sebagai jalan yang walau bukan satu-satunya yang benar, namun paling tidak dapat memberikan suatu sudut pandang lain dalam hidup di dunia budaya populer.
Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan, apa identitas kaum muda yang muncul dalam majalah Outmagz, dan apa kaitan identitas kaum muda tersebut dengan lingkungan sosiokultural Indonesia. Penemuan tentang identitas kaum muda serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui analisis wacana Fairciough. Untuk analisis teks digunakan analisis dengan metode semiotik. Penelitian dilakukan terhadap 4 (empat) nomor Outmagz edisi 2003 sampai dengan 2004, yaitu sebanyak yang telah terbit di pasaran.
Dari analisis teks terlihat bahwa Outmagz menunjukkan suatu identitas kaum muda yang lain dengan apa yang ada di media massa (untuk) remaja lainnya. Pilihan untuk bergerak di jalur independen dan sikap yang kritis terhadap media massa menjadi dua tema besar yang secara terus menerus hadir dalam setiap edisinya. Di titik ini, Outmagz terlihat berbeda dengan menjadi suatu penyaring bagi kaum muda dalam mencari dan menentukan identitasnya di dalam hidupnya yang sangat dekat dengan berbagai media massa.
Implikasi penelitian yang muncul adalah penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi masyarakat sehingga masyarakat menjadi kritis atas mated-mated yang terdapat dalam majalah. Konsep mengenai media sebagai aparatus ideologi mendapat pengesahan terutama dalam mesa kini yang dipenuhi oleh media massa budaya popular dengan berbagai kepentingannya. Maka studi ini juga dimaksudkan sebagai salah satu cara alternatif dalam membaca teks, khususnya dalam kaitannya dengan majalah independen seperti Outmagz."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romina Rosdianawati Sukma
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui preferensi media yang digunakan oleh mahasiswa kelompok milenial dalam mengakses berita serta faktor yang mempengaruhi pemilihan media tersebut. Generasi milenial merujuk pada individu yang lahir bersamaan dengan munculnya perkembangan teknologi digital. Teknologi digital kini telah mengubah proses produksi dan distribusi berita dari masa lalu. Teknologi digital juga telah mempengaruhi pilihan jenis media yang digunakan oleh millennial dalam mengakses berita. Untuk mengetahui preferensi media yang digunakan millennial, data untuk studi ini diambil melalui studi kuantitatif menggunakan metode survei online kepada 164 mahasiswa berusia 18 sampai 38 tahun yang telah mengakses berita dalam seminggu terakhir. Kami menemukan bahwa penggunaan media digital sebagai sumber berita sangat dominan pada milenial. Preferensi media tersebut didorong oleh faktor konten berita yang disajikan, kecepatan informasi yang didapatkan, biaya, aksesibilitas, dan tampilan berita.

ABSTRACT
This study was conducted to discover media preference used among university students particularly millennials in accessing news, and examine factors contributing to the choice of media preference. Millennial generation refers to individuals who were born along with the development of technology. Digital technology has transformed the process of news production and distribution from the past decades. It has also influenced the choice of media preference used by millennials in accessing news. To find out millennials rsquo; media preferences in accessing news, the data was collected through quantitative study using online survey method distributed to 164 students aged 18 to 38 who have accessed the news in the past week. We found that the use of digital media as a news source is very dominant among millennials. Choice of media preferences is driven by various factors including the news content presented, the speed of information, cost, accessibility, and news display."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ilyas Sidi
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran modal digital di kalangan anak muda yang terlibat aktif dalam komunitas keagamaan berkontribusi terhadap partisipasi sosial kemasyarakatan mereka. Dalam konteks ini Instagram menjadi media yang memfasilitasi partisipasi tersebut. Peningkatan partisipasi sosial dalam masyarakat yang difasilitasi media sosial memang sudah banyak dilakukan dalam studi-studi sejenis sebelumnya. Namun, studi terdahulu belum mengaitkannya dengan bagaimana peran modal digital anak muda anggota komunitas keagamaan dapat membantu meningkatkan partisipasi sosial mereka melalui Instagram sebagai platformnya. Studi ini menggunakan konsep modal digital dari Ragnedda yang menjelaskan bahwa akses dan kompetensi dalam penggunaan teknologi digital dapat berperan dalam mendorong partisipasi sosial anak muda. Peneliti berargumen bahwa modal digital yang difasilitasi oleh media sosial Instagram membantu mengoptimalkan produktivitas anak muda Remaja Islam Masjid Jami Al-Muhajirin (Risma) dalam partisipasi sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, partisipasi mereka terwujud dalam bentuk produksi informasi dan konten di media sosial Instagram sebagai media untuk branding komunitas serta menjangkau masyarakat yang lebih luas. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Remaja Masjid Jami Al-Muhajirin (Risma) di Cibitung, Bekasi. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknik wawancara mendalam terhadap pengurus Risma dan observasi pada Instagram milik Risma

This study aims to describe how the role of digital capital among young people who are actively involved in religious communities contributes to their social participation. In this context, Instagram is the media that facilitates such participation. The increase in social participation in the community facilitated by social media has indeed been done in many previous similar studies. However, previous studies have not linked it to how the role of digital capital of young religious community members can help increase their social participation through Instagram as a platform. This study uses Ragnedda's concept of digital capital, which explains that access to and competence in using digital technology can play a role in encouraging young people's social participation. The researcher argues that digital capital facilitated by Instagram social media helps optimize the productivity of young people from the Islamic Youth of Jami Al-Muhajirin Mosque (Risma) in social community participation. In this case, their participation is realized in the form of information and content production on Instagram social media as a medium for community branding and reaching a wider community. The unit of analysis in this research is the Youth of Jami Al-Muhajirin Mosque (Risma) in Cibitung, Bekasi. The research approach used is qualitative with in-depth interview techniques with Risma administrators and observation on Risma's Instagram."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiftia Eka Puspasari
"Organisasi kepemudaan Indonesia Future Leader (IFL) memanfaatkan media sosial yaitu Twitter sebagai instrumen organisasi dan melalui tweet dari akun @ifutureleaders, IFL mengkonstruksikan pemuda sebagai agen perubahan. Dengan menggunakan teori wacana Foucault serta konsep imagined community, peneliti menganalisis tweet dari akun tersebut selama bulan April-Mei 2013. Proses analisis terbagi menjadi 3 level yaitu: profil IFL, pemanfaatan Twitter untuk pengembangan kepemudaan, dan analisis wacana kritis terhadap tweet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa IFL memanfaatkan media sosial untuk promosi dan membangun jaringan berbentuk imagined community. Sedangkan dalam pengembangan kepemudaan, akun @ifutureleaders cenderung fokus pada pengembangan kepemudaan yang bersifat individualistik dan berorientasi global. Hasil analisis wacana kritis model Sara Mills menunjukkan bahwa IFL dalam tweet mereka memposisikan pemuda Indonesia secara general yaitu menjadi objek dalam citra negatif.

Indonesian Future Leader (IFL), an Indonesian youth organization, utilizes social media, Twitter, as their organization instrument. Through tweets from account @ifutureleaders, IFL constructed youth as agent of changes. By using Foucault discourse theory and imagined community concept, reseacher analyzed tweets from that account within April – May 2013. The analysis process was divided into 3 level : IFL profile, Twitter utilization for youth development and critical discourse for tweet analysis.
The result showed that IFL utilized social media for promoting and developing imagined community network. On the other hand, for youth development, account @ifutureleaders tended to focus on individualistically and globally oriented youth development. The result of Sara Mills critical discourse analysis showed that IFL, in their tweets, placed Indonesia Youth generally as object in negative imaged.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Pappilon Halomoan
"Media massa sebagai regime of looking membentuk penilaian yang didasarkan pada 'yang terlihat'. Hubungan kekuasaan yang terjadi adalah pengaturan tentang bagaimana tubuh harus hadir dan juga dialektika antara tubuh yang hadir dan yang tidak hadir (absence). Konsekuensinya terjadi `normalisasi' dalam representasi. Media massa menentukan siapa yang berada dalam batas `normal' siapa yang kurang normal dan siapa yang melanggar kenormalan. Media massa melakukan kategorisasi terhadap tubuh.
Subjek penelitian ini adalah majalah Kawanku, yang merepresentasikan tubuh dan identitas remaja melalui teks berupa artikel maupun foto-foto di dalamnya. Mitos dan ideologi teks tersebut dibaca dengan menggunakan pendekatan semiotika. Melalui metode semiotika ini, akan diungkapkan identitas ideologis yang dibangun dalam penanda-penanda foto maupun tulisan dan juga ideologi apa yang disampaikan melalui representasi tubuh dalam media tersebut.
Ada tiga bingkai teori yang juga menjadi titik perhatian masalah ini, yakni: (1) Identitas ideologik. Bagian ini berisi uraian tentang praktik mode of address oleh media. Beberapa pendapat Althusser tentang ideologi yang berbentuk ajakan bagi pembaca untuk masuk dalam sistem makna media massa menjelaskan proses ini. (2) Media sebagai name of the father. Mendiskusikan proses pembentukan identitas dalam media massa dengan menggunakan teori psikoanalisis dari Lacan. Bagian ini adalah eksplorasi lebih jauh identitas ideologis. (3)Tafsir tubuh. Berisi gagasan-gagasan Foucault tentang tubuh dan disiplin. Bagaimana bentuk kekuasaan yang terus berubah dalam menangani tubuh. Mulai dari hukuman fisik sampai psikis. Yang utama adalah proses kategorisasi tubuh dalam berbagai bidang.
Kawanku membangun mitos-mitos tentang cantik, remaja, cewek, sehat, yang menuju pada pembentukan ideologi tertentu. Ideologi dengan tujuan naturalisasi makna, penyalahpahaman identitas, dan pembentukan subjek bagi tatanan simbolis majalah tersebut, adalah salah satu bagian dari strategi pengontrolan tubuh. Misrecognition, interpellation dan naturalisation adalah bagian dari strategi pengontrolan dan pendisiplinan terhadap tubuh dan identitas individu. Pengontrolan dan pelatihan membentuk tubuh yang patuh, efisien, efektif dan produktif. Majalah ini mengawasi individu supaya tetap berada dalam bingkai nilai-nilai Kawanku. Penekanan pada suatu bentuk kecantikan tertentu memaksa individu untuk juga membentuk tubuhnya sejalan dengan mitos yang direpresentasikan Kawanku. Dengan pendisiplinan dan pengawasan ini maka roda produksi budaya akan tetap berputar. Tubuh yang sudah siap dan terlatih menjadi komoditi bagi produksi dan konsumsi. Pelatihan dan pengawasan terhadap tubuh yang terus menerus bisa mengantisipasi kekurangan persediaan tubuh. Tubuh menjadi stock dalam proses ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemintang Kejora Mallarangeng
"Artikel ini mencoba melihat peran media baru, khususnya di politik, dan bagaimana penggunaan media tersebut dapat menarik partisipasi dari generasi tertentu di dalam politik itu sendiri. Artikel ini ditulis berdasarkan dua argumen utama, yaitu yang pertama, media hanyalah sebuah alat yang perlu dibentuk. Kedua, media apapun pada akhirnya akan ditinggalkan ketika datang sebuah media yang lebih baru. Dalam membuktikan argumen tersebut, artikel ini menggunakan kasus kampanye presiden Barack Obama pada tahun 2008 dan dibandingkan dengan kampanye presiden John F. Kennedy pada tahun 1960. Kasus ini dipilih karena keduanya sukses dengan bantuan dari media terbaru pada saat itu. Dimana kedua kampanye dengan sukses menggunakan media baru dan membentuknya sesuai dengan target mereka. Selain itu, perubahan trend media yang terjadi dari televisi ke internet juga mampu membuktikan argumen kedua.
This article explores the role of new media, especially in politics, and how the right use of that new media can attract a certain generations participation in politics. This article revolves around proving two central arguments. The first is that the new media is nothing but a tool that needs to be tailored. And second, any new media will eventually be obsolete when a newer media came along. In proving that, this articles uses the case of Barack Obama’s 2008 presidential campaign in comparison to John F. Kennedy’s 1960 presidential campaign. This case is chosen because both campaign succeeded with the help of the latest media at the time. From both those cases, the arguments presented in this article are supported. In which both campaign utilized new media and tailored it according to their target successfully. Also by the change of media trend in campaign from television to internet, shows how the second argument could be supported."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Athifah Chairunnisah
"Penelitian ini mengkaji bagaimana pemaknaan sukses pemuda modern di Indonesia, khususnya Generasi Milenial, diproduksi melalui tren hustle culture di media sosial. Media sosial memiliki peran yang penting dalam memengaruhi aspirasi dan gaya hidup pemuda di era modern. Tren hustle culture dipilih sebagai fokus penelitian karena merepresentasikan pandangan yang kuat mengenai kerja keras, ambisi, dan produktivitas yang sering dipromosikan oleh pemuda-pemuda ini sebagai gaya hidup mereka. Penelitian ini mengumpulkan data melalui konten-konten teks, gambar, maupun multimedia, yang berkenaan dengan hustle culture atau gaya hidup pemuda urban modern di Indonesia di Instagram, Twitter, dan TikTok serta wawancara bersama 6 responden dari Generasi Milenial. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan pendekatan Ethnography Content Analysis (ECA) sembari terus berefleksi terhadap berbagai konsep teori mengenai pemuda, kota, media sosial, dan hustle culture. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren ini merepresentasikan citra dan gaya hidup pemuda modern-urban yang modern, produktif, dan inspiratif sebagai gambaran kesuksesan yang diimajinasikan. Dengan begitu, citra yang sukses di media sosial telah menjadi kesuksesan itu sendiri. Penelitian ini menawarkan perspektif baru yang relevan dalam pemetaan pemahaman sukses pemuda Indonesia di era modern, khususnya dengan mempertimbangkan praktik media sosial dalam kehidupan sehari-hari.

This study examines how the notion of success among modern Indonesian youth, particularly the millennial generation, is constructed through the hustle culture trend on social media. With social media playing a significant role in shaping the aspirations and lifestyles of young individuals, the study centers on the hustle culture trend due to its strong promotion of values such as hard work, ambition, and productivity as integral to their way of life. Data was collected from various platforms including Instagram, Twitter, and TikTok, comprising textual, visual, and multimedia content related to hustle culture and the modern urban youth lifestyle in Indonesia. Additionally, interviews were conducted with six millennial respondents. The collected data is analyzed using the Ethnography Content Analysis (ECA) approach while reflecting on various theoretical concepts regarding youth, urban, social media, and hustle culture. The findings demonstrate that the hustle culture trend constructs an idealized image and lifestyle of modern urban youth, portraying them as modern, productive, and inspirational, thereby equating the social media image of success with actual success. This research provides a fresh perspective on understanding success among Indonesian youth in the modern era, specifically by examining the influence of social media practices in their daily lives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Agustine
"Makalah ini mengkaji hubungan antara fitur-fitur da konsep sosial media yang memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku remaha dewasa pada internet, khususnya pada situs jejaring sosial. Sebagaimana dalam tujuan terbentuknya pada November 2010, Path dikenal sebagai sebuah situs jejaring sosial ekslusif yang memiliki visi dan misi yang mengatasnamakan privasi, dimana hanya pengguna yang telah diterima pertemanannya saja yang dapat mengakses pengikut akun path mereka. Namun demikian, penulis berpikir bahwa nilai privasi dalam Path sebenarnya telah terabaikan selama para penggunanya (yang umumnya adalah remaja dewasa) terbiasa mengimplementasikan dan mengaplikasikan konsep sosial media yang terdapat di dalam lingkungan dan kelompok sosialnya.
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelbagai fitur dan konsep sosial media pada umumnya mengabaikan konsep privasi yang ditawarkan oleh Path. Untuk mengetahui seberapa jauh keterikatan para pengguna remaja dewasa pada akun Path mereka dan apa alasan di balik kegiatan tersebut, jurnal ini menggunakan kombinasi dua metode, yakni metode kualitatif dan kualitatif. Setelah mengetahui beberapa hal dari perumusan masalah di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tiga fitur Path dan dua tipe pengguna Path dalam kelompok sosialnya saling berperan dalam melemahkan konsep privasi di dalam Path. Oleh karena itu, penulis berargumen bahwa kedua hal tersebut adah faktor utama dari sebuah pemikiran baru bahwa Path bukan lagi menjadi sebuah situs jejaring sosial yang bersifat ekslusif.

This paper examines the relations between the variety of features and the concept of social media as the important roles of shaping youth behavior in the internet, specifically on Social Networking Sites (SNS). As the goal of its establishment on November 2010, Path is known as an exclusive social networking site that has a platform on behalf of seeking privacy that only the accepted-friends can access their friend‟s Path activity. However, I reckon that the privacy value of Path is forgotten as long as gen Y‟ers implement social media concept of their community to the given features on Path.
This study aims to examine how the variety of features and the concept of social media violate the privacy concept offered by Path. To see further how deep gen Y‟ers engage on their Path and what the reasons behind their practices are, this study applied the combination of quantitative and qualitative methods. Finally, I can conclude that three features of Path and two types of Path users in this social group interplay to undermine the privacy concept of Path. Thus, I argue that these are main factors of a non-mainstream notion that Path is no longer an exclusive social networking site.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Jong-bok
Korea Seoul: Han Kook Mun hwasa , 2006
KOR 401 LEE i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Mega Prastiwi
"Dalam skripsi ini dikaji penerapan bidang semiotik dalam studi kasus aktual. Pertama, penulis menjabarkan secara ringkas apa sebenarnya semiotik itu dan bagaimana posisinya pada teks verbal di kedua majalah tersebut. Kedua, penerapan semiotik triadik yaitu representamen, Objek, dan Interpretasi pada teks verbal kedua majalah tersebut dan keterkaitan antara ketiganya sehingga membuat majalah tersebut dapat dilirik oleh pembaca. Dengan data satu tahun penerbitan majalah itu, penganalisisan dilakukan berdasarkan hubungan antara triadik semiotik, linguistik yang menghasilkan interpretasi yang bisa menarik perhatian pembaca untuk membeli majalah tersebut. Teks verbal sebagai linguistik dianalisis dari kelas kata yang mengisi teks verbal tersebut. Lantas, hal tersebut diuraikan dalam semiotik triadik. Setelah dilakukan analisis, diperoleh hasil yang patut dicatat. Pertama teks verbal pada kedua majalah itu didominasi oleh kelas kata nomina pada saat teks verbal tersebut sebagai Representamen. Kedua, pada saat keterkaitan Representamen dengan Objek ditemukan kelas kata adverbia sebagai kelas kata yang mendominasi. Ketiga, pada saat Interpretasi dapat diinterpretasikan dengan menggunakan hubungan antara representamen dengan objek dan di luar ketiga hubungan itu"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>