Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176190 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eddy Santoso
"Minyak dan gas bumi hingga kini adalah tulang punggung bagi pembangunan di Indonesia yaitu sebagai sumber devisa penting bagi Negara dan mendukung anggaran pembangunan. Di samping itu minyak dan gas bumi sumber energi utama untuk kegiatan industri, transportasi, dan rumah tangga. Minyak dan gas diperoleh dari serangkaian kegiatan seperti eksplorasi, produksi, pengolahan, pendistribusian, dan pengangkutan. Kegiatan di industri minyak dan gas tidak luput dari masalah pencemaran lingkungan dan beberapa masalah sosial.
Perusahaan minyak dan gas bumi memiliki potensi sebagai sumber dampak pencemaran Lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari setiap kegiatannya. Limbah cair, padat, dan gas yang dihasilkan dari kegiatan produksi utama dan penunjangnya adalah bahan pencemar yang dapat menimbulkan dampak negatif pada Lingkungan.
Salah satu bentuk zat pencemar terbesar dalam industri minyak dan gas adalah air terproduksi. Air terproduksi adalah air tanah sebagai produk sampingan dalam proses produksi minyak mentah. Air terproduksi keluar bersama minyak yang diambil menuju permukaan dengan membawa berbagai senyawa yang berbahaya, sehingga sebelum dibuang atau dimanfaatkan harus terlebih dahulu diolah dan disesuaikan dengan standar baku mutu yang ada.
Tujuan Penelitian adalah:
1. Mengkaji perubahan kondisi air terproduksi sebelum dan sesudah penerapan sistem zero discharge sebagai salah satu pengelolaan limbah berdasarkan tujuh parameter (COD, minyak dan lemak, sulfida H2S, ammonia, (NH3), fenol, temperatur dan pH).
2. Mengkaji pengaruh sistem zero discharge pada kualitas air permukaan yaitu badan air yang ada di sekitar areal produksi.
3. Merumuskan kemungkinan pemanfaatan air terproduksi baik untuk kegiatan di PT. CPI maupun untuk pemanfaatan lainnya.
Adapun metodologi penelitian yang digunakan adaiah metoda survei dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Setelah tahun 1997 PT. Caltex menggunakan sistem zero discharge yaitu suatu konsepsi sistem pengelolaan limbah air terproduksi. Dalam penelitian ini dan kaitannya dengan sistem zero discharge akan dipantau tujuh parameter yaitu kebutuhan oksigen kimiawi (COD), kandungan minyak dan lemak, sulfida (H2S), ammonia (NH3). fenol, temperatur dan pH. Pemantauan dilakukan di lima lokasi yaitu di stasiun pengumpul GS-1, GS-2, dan GS-3 serta di dam pengontrol polusi GS-1 dan GS-2 di sungai Ukai, serta dam pengontrol polusi GS-3 di Sungai Tapih.
Hasil pemantauan di GS-1, GS-2 dan GS-3 dari tahun 1992-2002 menunjukkan penurunan cukup tajam kadar tujuh parameter menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42/MenLH/1O/199 sehingga nilainya jauh di bawah nilai baku mutu. Hasil pemantauan di dam pengontrol GS-1, GS-2 dan GS-3 juga menunjukkan penurunan yang sama, walau pada parameter minyak nilainya masih jauh di atas nilai baku mutu.
Dalam melakukan studi untuk memanfaatkan limbah air terproduksi sehingga layak digunakan sebagai air minum dan irigasi pertanian. Namun karena nilai baku mutu air minum belum terpenuhi, masih perlu waktu untuk mewujudkan hal
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan hal--hal sebagai berikut:
1. Kualitas air terproduksi Gathering Station 1, 2 dan 3 untuk Minas OU PT. Caltex Pacific Indonesia setelah diterapkan sistem zero discharge tahun 1998 lebih baik dari pada sebelum diterapkan sistem zero discharge untuk ketujuh parameter.
2. a. Kualitas Sungai Ukai sebelum pelaksanaan Zero Discharge dipengaruhi oleh 3 parameter yaitu parameter NH3, Fend dan temperatur. Sedangkan sesudah pelaksanaan Zero Discharge dipengaruhi oleh COD, kandungan minyak dan NH3.
b. Kualitas Sungai Tapih sebelum pelaksanaan Zero Discharge dipengaruhi oleh parameter temperatur sedangkan sesudah zero discharge dipengaruhi oleh parameter kandungan minyak.
3. Pengelolaan khusus dari air terproduksi dapat dimanfaatkan sebagai altematif pemanfaatan air terproduksi dari banyak kepentingan atau stakeholder di sekitar PT CPI untuk meningkatkan persediaan air, kebersihan lingkungan, kesehatan lingkungan dan memberikan nilai ekonomi terhadap air buangan.
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disarankan hai-hal sebagai berikut:
1. Mewujudkan sistem zero discharge semaksimal mungkin, sebaiknya pada situasi tak terdugapun sistem zero discharge dapat dipertahankan.
2. Menutup Waste Pit dan menggantinya dengan tangki untuk menampung sedikit buangan dari tangki pengolahan yang masih dialirkan ke Waste Pit.
3. Jika terjadi upset condition maka kegiatan pada Stasiun Pengumpul 1, 2 dan 3 dapat dilakukan secara manual.
4. Memanfaatkan air terproduksi sebagai air bersih seperti untuk pertanian, untuk penyiram jalan dan lain-lain tetapi tidak sebagai bahan baku air minum karena perlu penelitian iebih lanjut yang memberikan penjelasan ilmiah tentang layak atau tidaknya air terproduksi sebagai bahan baku air minum.
Daftar Pustaka: 45 (1971-2002)

Zero Discharge Strategy on Water Body Quality (A Case Study in Minas PT. Caltex Pacific Indonesia)Oil and gas industry now is still an important devisa source to the country as a budget for development. In addition to that, oil and gas is also important as main source of energy for industry, transportation and the houses. Oil and gas could be produced starting from exploration, production, refinery, distribution and transportation. The activity has also unexpected result such as environmental pollution and social problem.
Oil and gas industry has direct and indirect impact to the environment. Liquid, solid and gas wastes which are resulted from the main and supporting activities are pollutants that may create negative impact.
One of the big pollution components in oil and gas industry is produced water. Produced water is groundwater as by product in crude oil production process. Produced water and oil come up to the surface and bring a lot of kind dangerous compound. Before being disposed and utilized, the produced water must be treated to meet with the GOI standard.
The objectives of research are as follows:
1. To assess produced water condition before and after zero discharge as waste management based on 7 parameters (COD, oil and greese, sulfide, ammonia, phenol, temperature and pH).
2. To assess the effect of zero discharge system to surface water quality especially water body surrounding of Minas production area.
3. To formulate the possibility of produced water optimization both for CPI activity and others.
Research methodology is survey method with qualitative and quantitative approaches.
Since 1998, PT. Caltex Pacific Indonesia has been implementing zero discharge system as a strategy concept to process the produced water. This study will cover zero discharge system where 7 parameters are monitored: chemical oxygen demand (COD), oil content, sulfide (H2S), ammonia (NH3), phenol, temperature and pH. Monitoring to the seven parameters has been done in five locations, at gathering station GS 1, GS 2, and GS 3 and at Pollution Control Dam GS 1 and GS 2 at Ukai's River and Pollution Control Dam GS 3 at Tapih's river.
The monitoring result in GS1, GS2, and GS3 from 1992 - 2002 revealed a significant decrease of the 7 parameters pursuant to KepMenLH/42/1996 so they are below the acceptable standard. The significant decrease also for Pollution Control Dam GS1, GS2 and GS3 between 1992 - 1998 even though for the oil and grease, the level is still exceeding the GOI standard.
To utilize produced water in accordance as a drinking water and for land irrigation, the water quality wasn't in compliance yet with GGI standard. The significant effort is still in progress to accomplish it.
Refer to the subject discussed above, we can conclude the followings:
1. Quality of produced water at Gathering Station 1, 11 and of III for Minas OU of PT. Caltex Pacific Indonesia have achieved under standard quality of liquid waste of gas and oil exploration pursuant to Kep-421Menlh/10/1996. Before applying zero discharge system, seven parameters are below standard quality and after applying zero system in 1998, the seven measured parameters are lower than before discharge zero system was implemented
2. a.Before zero discharge, quality of Ukai river was effected by 3 parameters of produced water from GS 1, 2 namely NH3, Phenol and temperature. Meanwhile after zero discharge, it was effected by COD, oil content and NH3.
b.Before zero discharge, quality of Tapih's river was only effected by temperature parameter of produced water from GS 3. Meanwhile after zero discharge, it was effected by oif content.
3. Special management of produced water can be an alternative of produced water optimization for many importances of stakeholder around PT CPI to improve of water supply, to promote environmental sanitation, to increase of environmental health and to give added value of produced water
Refer to the subject discussed above, we suggest the followings:
1. Realizing maximum of zero discharge system even though in the upset Condition, zero discharge system can be implemented.
2. Closing waste pit and changing it with tank to accommodate a few discharge from processing tank which is still flowed into waste pit
3. If upset condition happened so the activity at Gathering Station 1, 2 and 3 can be done manually.
4. Utilizing produced water as clean water like for agriculture, street watering and others but do not be used for drinking water source because it needs furthermore research which give scientific explanation about competent or not, the produced water as drinking water sources.
Literature: 45 (1971-2002).
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edward
"Perairan Teluk Ambon terletak di Pulau Ambon pada posisi 128°OO'00"BT--128°14'25"BT dan 03°37'55"LS-03°37'45' LS, terdiri atas dua bagian yaitu Teluk Ambon Bagian Dalam (TAD) dan Teluk Ambon Bagian Luar (TAL), keduanya dipisahkan oleh suatu celah yang sempit dan dangkal. Teluk Ambon Bagian Dalam relatif sempit, dangkal dan banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran sungai. Teluk Ambon Bagian Luar lebih luas, dalam dan berhubungan langsung dengan Laut Banda. Luas kedua Teluk ini sekitar 143,5 km2 dan panjangnya sekitar 30 km. Ekosistem yang ada di kedua Teluk ini adalah ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut dan sebagainya.
Kondisi seperti di atas membuat perairan Teluk Ambon ini relatif subur dan kaya dengan keanekaragaman flora dan fauna.
Keadaan ini telah menimbulkan berbagai masalah, khususnya mengenai pencemaran laut. Berbagai tanggapan bermunculan di media masa mengenai kualitas perairan Teluk Ambon. Hal ini disebabkan karena semakin berkurang dan rusaknya beberapa potensi sumberdaya yang ada, seperti berkurangnya populasi ikan umpan, rusaknya terumbu karang, hutan mangrove dan sebagainya.
Untuk mengetahui dan mengevaluasi kondisi perairan Teluk Ambon, pada bulan Mei dan Juli 1995, telah dilakukan pemantauan pada kualitas perairan ini, yang meliputi beberapa parameter fisika (suhu, kecerahan dan zat padat tersuspensi), dan kimia (oksigen terlarut, salinitas, fosfat, nitrat dan pH).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memantau kualitas perairan Teluk Ambon, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasilnya diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah untuk penyusunan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi berbagai kepentingan dan analisis mengenai dampak lingkungan.
Untuk melihat kecenderungan perubahan kualitas perairan, posisi stasiun pemantauan ditetapkan secara purposive random sampling dengan mengacu kepada posisi stasiun pemantauan yang telah dilakukan sejak tahun 1973.
Contoh air laut diambil dengan menggunakan tabung Nansen pada lapisan permukaan. Suhu, kecerahan, salinitas, zat padat tersuspensi, dan pH berturut-turut ditentukan dengan termometer balik terlindung (protected reversing thermometer), piringan Secchi (Secchi disk), salinometer Beckman RS-7, timbangan analitik Sartorius secara gravimetri, dan Horiba Water Checker U-8. tat hara fosfat dan nitrat ditentukan secara kolorimetri menurut cara yang ditetapkan oleh Strickland dan Parsons (1958) dengan menggunakan spektronik-21 Shimadzu, sedang oksigen terlarut ditentukan dengan metode Winkler secara titrasi.
Untuk melihat perbedaan masing-masing parameter antar bulan pemantauan (Mai dan Juli), digunakan statistik uji t (pair observation) (Subiyakto, 1994), sedang untuk melihat perbedaan antar stasiun dan tahun pemantauan digunakan rancangan acak kelompok (Steel and Torrie, 1980).
Hipotesis dari penelitian ini adalah 1) Waktu (bulan dan tahun) dan posisi stasiun berpengaruh pada kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH), 2) Kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH) masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) untuk berbagai peruntukkan.
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa 1) Waktu (bulan dan tahun) berpengaruh pada kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan dan zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH), sedang stasiun hanya berpengaruh pada suhu, salinitas dan nitrat (Aei), suhu, salinitas dan fosfat (Juli)(P < 5%), 2) Kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH) masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) untuk berbagai peruntukkan, kecuali kecerahan untuk pariwisata dan rekreasi.
Jika perairan ini hendak digunakan sebagai lokasi budidaya perikanan, disamping parameter-parameter di atas, perlu dilakukan pemantauan yang mendalam dan terpadu pada parameter-parameter fisika dan kimia yang lain yang pada penelitian belum diamati. Selain itu faktor musim juga perlu dipertimbangkan.
Daftar Kepustakaan: 86 (1961-1995)

The Waters Quality of Ambon BayAmbon Bay waters is located in Ambon Island between 126°O0'00"E-128°14'25"E and 03°37'55"S-03°37'45"S. It consists of two bays namely the Inner and Outer Ambon Bay. These bays are separated by a narrow and shallow sill. The Inner Ambon Bay is rather narrow, shallow, semi-enclosed, and affected by the ,river flows. On the other hand the Outer Say is wide, deep and connected to Banda Sea directly. The area of this bay is about 143,5 km2, and length about 30 km. The ecosystems found in this water are mangrove, coral reefs, sea grass and seaweed.
The condition such above makes the water fertile and rich, especially with floral and faunal biodiversity.
In line with the increase of development activities in Ambon City, various types of waste also produced. This situation had caused much problem, such as marine pollution. This case is reflected by the reaction of the mass media on the quality of Ambon Bay waters. This is also due to the decline and damages of the marine resources, such as life bait fish, coral reefs, mangrove and so on.
To know and evaluate the condition of Ambon Bay waters, a study was carried out in May and July 1995 in this waters to monitor the physical and chemical parameters such as temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH of the sea water.
The purpose of this research is to know the waters quality of Ambon Bay according to physical, chemical and biology parameters and other factors which influence. The results is expected to give the information to the government in environmental management of Ambon Bay and environment impact analysis.
Surface Sea water samples for physical and chemical parameters analysis were taken by using Nansen Tube. Temperature, transparency, total suspended solid, salinity, pH determined by using protected reversing thermometer, Secehi disk, Sartorius analytical balance, salinometer Beckman-RS7, and Horiba Water Checker U-8 respectively. Nutrient (phosphate and nitrate) determined by calorimetric and measured their concentration with spectronic-21 Shimadsu, while dissolved oxygen determined by Winkler method with titration.
Monitoring station position stated based on monitoring stations position which had done since 1973 by purposive random sampling.
The hypothesis of this research are 1) Time (month and year) and station position have influence on the quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate and pH), 2) The quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH) still fulfill the criterion of Baku Hutu Air Laut for all purposes.
To know the difference among monitored months, statistical approach is used namely t test (pair observation) (Subiyakto, 1994), while among monitored station and years by using randomized block design (Steel and Torrie, 1980).
The results showed that 1) Time (month and year) have influence on the quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH), while station position have influence on temperature, salinity, and nitrate (May), temperature, salinity, and phosphate (July) (P < 5%), 2) The quality of Ambon Bay waters (temperature, transfaran oxygen, phosphate, nitrate, and pH) still fulfill the criterion of Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) for all purposes, exception transparency for tourism and recreation.
If this water will be used for mariculture purposes, the other physical, chemical and biological parameters need to be observed. Beside that the moonson factors is also need to be consider.
Number of reference : 86 (1961-1995)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armaji Kamaludi Syarif
"ABSTRAK
Laporan UNICEF pada tahun 2014 menyatakan bahwa Indonesia adalah negara terbesar kedua di
dunia dengan praktik buang air besar sembarangan. Puskesmas adalah garis depan dalam
menangani masalah ini, salah satu programnya adalah memastikan cakupan sanitasi air bersih dan
jamban sehat di wilayahnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi terkait
pengaruh kepemimpinan dan kegiatan operasional terhadap kinerja UKM terkait cakupan sanitasi
air bersih dan jamban sehat dengan menggunakan kriteria Baldrige Excellence Framework. Data
yang relevan dari penelitian indeks kualitas pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh
Badan Litbangkes dianalisis lanjut secara deskriptif dan analitik dengan menggunakan Structural
Equation Modeling (SEM). Kepemimpinan berhubungan signifikan dengan kegiatan operasional
dengan standardized coefficient 0,99 (p-value 0,05); kegiatan operasional berhubungan tidak
signifikan dengan kinerja dengan standardized coefficient 0,09 (p-value 0,05); kepemimpinan
berhubungan tidak langsung secara tidak signifikan dengan kinerja melalui kegiatan operasional
dengan standardized coefficient 0,09 (p-value 0,05). Berbagai faktor dapat menyebabkan hal
tersebut namun ketidakcocokan kovarian dari variabel di populasi dan sampel serta kemungkinan
peran sektor lain yang lebih besar menjadi dua hal yang menonjol. Kesimpulannya, kinerja UKM
puskesmas terkait cakupan sanitasi air bersih dan jamban sehat masih kurang baik, sehingga perlu
adanya peningkatan capaian indikator-indikator kepemimpinan dan kegiatan operasional yang
harus bekerjasama erat dengan sektor lain.

ABSTRACT
The 2014 UNICEF report stated that Indonesia is the second largest country in the world in
practicing open defecation. The puskesmas is the front line in dealing with this problem, one of
the programs is to ensure the coverage of clean water sanitation and healthy toilets in the area.
This study aims to obtain information regarding the influence of leadership and operational
activities on the performance of public health effort related to the coverage of clean water and
healthy toilet by using the Baldrige Excellence Framework criteria. Relevant data from the
research on the quality index of public health services carried out by the National Institute of
Health and Research Development were further analyzed descriptively and analytically using
Structural Equation Modeling (SEM). Leadership was significantly related to operational
activities with a standardized coefficient of 0.99 (p-value 0.05); operational activities were not
significantly related with performance with a standardized 0.09 coefficient (p-value 0.05);
leadership was not indirectly related significantly to performance through operational activities
with a standardized coefficient of 0.09 (p-value 0.05). Various factors can cause this situation
but covariance mismatches of variables in the population and the sample; and the possibility of
the role of other sectors are the two most probable explanations. In conclusion, the performance
of UKM health centres related to the coverage of clean water and healthy latrines is still not good,
so there are needs to increase in the achievement of leadership indicators and operational activities
which are followed by working closely with other sectors.
"
2019
T53871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Nur Hakim
"Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta, merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang berada di Perairan Teluk Jakarta. PPS Nizam Zachman Jakarta berfungsi sebagai tempat pendaratan ikan, pemasaran ikan, pendaratan kapal-kapal perikanan dari berbagai ukuran, pertumbuhan unit usaha perikanan serta sebagai sentra nelayan. Aktivitas di PPS Nizam Zachman Jakarta berpotensi menghasilkan limbah yang akan menurunkan kualitas perairan. Untuk meminimalkan penurunan dampak limbah terhadap kualitas perairan dari aktivitas PPS Nizam Zachman, diperlukan ketersediaan data yang terkait dengan kualitas perairan dalam rangka mengevaluasi dampak kegiatan PPS Nizam Zachman Jakarta terhadap lingkungan perairan. Untuk mengetahui kondisi kualitas lingkungan perairan, dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia yang hasilnya dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut yang diperuntukan bagi perairan pelabuhan. Secara biologis, kualitas suatu lingkungan perairan dapat diketahui dengan kehadiran atau ketidakhadiran fitoplankton sebagai bioindikator melalui Indeks Keanakeragaman (H?), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan di PPS Nizam Zachman Jakarta mendekati atau telah berada diatas ambang batas yang ditentukan. Sedangkan berdasarkan struktur komunitas fitoplankton mengindikasikan perairan berada pada kondisi tercemar berat sampai tercemar sedang. Berdasarkan analisis AHP diketahui bahwa Instrumen yang digunakan dalam pengelolaan kualitas lingkungan perairan PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan skala prioritas adalah 1) instrumen sosial budaya dan pendidikan, 2) instrumen teknologi, 3) instrumen ekologi, 4) instrumen ekonomi dan 5) instrumen hukum. Sedangkan Strategi yang perlu dilakukan dalam pengelolaan kualitas lingkungan perairan PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan skala prioritas adalah 1) Optimalisasi kegiatan sanitasi dan higiene, 2) Pembinaan stakeholder, 3) Perbaikan sistem & teknologi, 4) Partisipasi aktif masyarakat, and 5) Optimalisasi penegakan hukum. Adapun program yang perlu dilakukan dalam pengelolaan kualitas lingkungan perairan PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan skala prioritas adalah 1) Sosialisasi dam bimbingan teknis, 2) Penghargaan dan sanksi, 3) Penyediaan dan perbaikan fasilitas, 4) Gerakan bersih pelabuhan, dan 5) Peningkatan koordinasi.

Nizam Zachman Jakarta Oceanic Fishing Port (PPS Nizam Zachman Jakarta) is one of the fishing port located in the Jakarta Bay waters. PPS Nizam Zachman Jakarta serves as a place for fish landing, fish marketing, fishing vessels landing from any kind of sizes, the growth of fishery business units and as fisherman center. The activities in PPS Nizam Zachman Jakarta will potentially generate waste that will reduce the water quality. To minimize the impact of waste on water quality from the activity of PPS Nizam Zachman Jakarta, hence it needs to be supported by the availability of data related to water quality in order to evaluate the impact of PPS Nizam Zachman Jakarta towards the water environment. To determine the water quality conditions, it can be conducted by measuring towards physical and chemical parameters. The test results were compared with the water quality standards by the Decree of the Minister of Environment Number 51 Year 2004 regarding Marine Water Quality Standards that intended for the port waters. Biologically, the quality of the water environment can be determined by the presence or absence of phytoplankton as a bioindicator by calculating the Diversity Index (H'), Equitability Index (E) and dominance index (D). The result showed that the water conditions in PPS Nizam Zachman Jakarta is closer to or has been over a specified threshold. Meanwhile from the phytoplankton community structure, the water in the conditions of heavily polluted to moderate polluted. The results of Analysis Hierarchy Process (AHP) showed that the alternative instruments using for management of water quality area of PPS Nizam Zachman Jakarta based on priorities are 1) the socio-cultural and educational instrument, 2) technology instrument, 3) ecology instruments, 4) economic instrument and 5) legal instrument. While, the strategy that need to be conducted in the management of water quality area of PPS Nizam Zachman Jakarta based on priorities are 1) optimizing sanitation and hygiene activities, 2) coaching stakeholders, 3) improving systems and technology, 4) active community participation, and 5) optimizing law enforcement. As for programs that need to be conducted in the management of water quality area of PPS Nizam Zachman Jakarta are 1) socialization and technical guidance, 2) rewards and punishment, 3) provide and improve the facilities, 4) port clean movement, and 5) improve coordination."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Safira Putri Kusumawati
"Wilayah Sungai Citarum yang menjadi perhatian utama karena permasalahan pencemarannya, dengan nilai Indeks Kualitas Air (IKA) pada tahun 2018 termasuk dalam kategori tercemar berat. Dari permasalahan ini, disusunlah sebuah rencana aksi untuk mengendalikan pencemaran dan kerusakan yang terjadi di DAS Citarum yang dikenal dengan nama Renaksi Citarum Harum. Renaksi Citarum Harum ini memiliki 12 program dimana tersusun atas program pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan yang ditargetkan akan memperbaiki kualitas DAS Citarum dalam 7-15 tahun ke depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa program dalam Renaksi Citarum Harum yang berkaitan dengan pengelolaan limbah cair domestik, limbah cair industri, dan penanganan lahan kritis dengan batasan parameter TSS, Total N, dan Total P di daerah hulu DAS Citarum tepatnya pada segmen Cirawa-Cisangkuy. Penelitian dijalankan menggunakan permodelan aplikasi QUAL2Kw dengan 3 skenario permodelan dimana bertujuan untuk mencapai target memenuhi baku mutu sungai kelas II. Pada kondisi eksisting, permodelan yang dijalankan menunjukkan parameter TSS dan TP yang melewati baku mutu, sedangkan TN tetap di bawah baku mutu sepanjang aliran. Dari hasil permodelan skenario evaluasi menunjukkan bahwa untuk program pengelolaan limbah domestik mampu menurunkan beban pencemaran domestik TSS, TN, dan TP berturut-turut sebanyak 749.069,2 kg/tahun; 206.204,4 kg/tahun; dan 48.479,08 kg/tahun, dan untuk penanganan lahan kritis mampu menurunkan beban pencemaran akibat penggunaan lahan untuk TSS, TN, dan TP berturut-turut sebanyak 17.729 kg/tahun; 3.225,26 kg/tahun; dan 1.075,09 kg/tahun. Namun dengan penurunan beban sebanyak itu masih belum mampu mencapai target baku mutu sampai tahun 2025. Maka dari itu, dijalankan skenario lain yang mampu mencapai target baku mutu, yaitu dengan peningkatan pelayanan limbah domestik sampai 95% serta penurunan beban pencemaran dari anak sungai sampai 80%. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mencapai skenario tersebut adalah dengan meningkatkan pelayanan IPAL Sanimas untuk seluruh wilayah, pengetatan baku mutu limbah industri, peningkatan pembuatan unit gully plug, dan intervensi di anak sungai menggunakan kanal pengolahan (treatment canal).

Citarum watershed is known widely because of its pollution problems, with the Water Quality Index (IKA) value in 2018 concluded that the Citarum watershed is indeed in the heavily polluted category. Because of this issue, an action plan was developed to control pollution and damage that occured in the Citarum watershed, known as the Citarum Harum Action Plan. The Citarum Harum Action Plan has 12 programs which are consist of prevention, response and recovery programs that are targeted to improve the quality of the Citarum watershed in the next 7-15 years. This research aims to evaluate several programs in the Citarum Harum Action Plan related to the management of domestic wastewater, industrial wastewater and the handling of critical land with parameters to evaluate for are TSS, Total N and Total P in the focus of upstream area of the Citarum watershed, precisely in the Cirawa-Cisangkuy segment. The research was carried out using the water quality modelling application QUAL2Kw with three modeling scenarios which aimed to achieve the target of meeting water quality standards-class II. In the existing condition, the running model shows that TSS and TP exceed the quality standard, while TN remains below the quality standard along the flow. From the result of the evaluation scenario modeling, it shows that the domestic wastewater management program is able to reduce the domestic pollution load of TSS, TN and TP respectively as much as 749.069,2 kg/year; 206.204,4 kg/year; and 48.479,08 kg/year, and for handling critical land programs is able to reduce the pollution load due to land-use in TSS, TN and TP as much as 17.729 kg/year; 3.225,26 kg/year; and 1.075,09 kg/year, respectively. However, with that much decrease in the load, the result shows that it has not been able to achieve the target of the water quality standard-class II by 2025. Therefore, another scenario is carried out until the target is achieved, and the results are addition in programs such as increasing domestic wastewater services until 95% of the population are served and reducing pollution loads from river branches until 80%. Recommendations that can be given to achieve this scenario are by increasing the WWTP Sanimas service for the entire region, tightening industrial wastewater quality standards, increasing the contruction of gully plug units, and intervention in river branches using treatment canals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maika Nurhayati
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan daya dukung air di Kota Bekasi. Di Kota Bekasi ada dua sumber air bersih yaitu Sungai Bekasi dan air tanah. Saat ini pemanfaatan air tanah lebih dominan (80% dari total penduduk memakai air (tanah) daripada air permukaan, hal ini dikarenakan air permukan telah tercemar sehingga diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Kota Bekasi terletak pada zona Cekungan Air Bawah Tanah Bekasi Karawang dan pada 3 Daerah aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Bekasi, DAS Sunter, dan DAS Cakung. Potensi imbuhan air tanah bebas pada Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Bekasi Karawang adalah sebesar 47,0256 m3/detik. Potensi air permukaan (Sungai Bekasi) yang dapat diandalkan di Kota Bekasi saat ini adalah 9.16 m3/detik namun dengan adanya tambahan pasokan dari Jatiluhur melalui Saluran Induk Tarum Barat debit yang diandalkan dapat mencapai 44,62 m3/detik.
Berdasarkan hasil proyeksi, potensi air permukaan di Kota Bekasi hanya dapat menyediakan air sampai tahun 2012, namun dengan adanya tambahan pasokan dari Saluran Induk Tarum Barat daya dukungnya bisa sampai tahun 2023. Potensi air tanah di Kota Bekasi belum dapat diketahui karena tidak adanya data air tanah yang mencukupi. Namun dikaitkan dengan penggunaan lahan non terbangun dan terbangun dapat diketahui besarnya potensi resapan air tanah di Kota Bekasi, yaitu sebesar 1.4 m3/detik.
Strategi untuk mengoptimalkan daya dukung air di Kota Bekasi dapat dilakukan dengan cara mempertahankan lahan tidak terbangun sebesar 30%, membuat sumur resapan baik individu maupun komunal, mengoptimalkan fungsi dan peranan PDAM, serta memperluas cakupan layanan PDAM, dan mengendalikan pencemaran di badan air, pengelolaan DAS terpadu, mewajibkan pengembang perumahan untuk menyediakan instalasi pengolahan air untuk melayani penghuni dalam perumahan tersebut, industri diwajibkan untuk mendaur ulang limbahnya sehingga dapat digunakan kembali untuk air baku proses maupun kebutuhan lainnya. Dengan adanya langkah-langkah optimasi tersebut, maka Kota Bekasi dapat untuk tidak tergantung dengan SITB dan berlanjut ditinjau dari aspek hidrologi.

The objective of this research is to observe the potential and the carrying capacity of water resources in Bekasi City. Bekasi city water resources for its community and neighboring area is taken from Bekasi River and groundwater. The existing water resouces for Bekas City is dominated by groundwater (80% from total of inhabitants), because the river water was heavy polluted, so immediately could not be made use of by the inhabitants.
Bekasi city was located in Bekasi Karawang Groundwater Basin and in the 3 watershed (Bekasi Watershed, Sunter Watershed, and Cakung Watershed). The recharge rate of free groundwater in Bekasi Karwang Groundwater Basin is 47,0265 m3 /s. Dependable flow of Bekasi River is 9,16m3 /s, but with the existence of the addition of supplies from Jatiluhur through the West Tarum Cannal the debit that was relied on could reach 44,62 m3/s.
Based on projection calculation method, the potential for the surface water in the Bekasi City only could provide water up until 2012, but with the existence of the addition of supplies from the West Tarum Cannal the carrying capacity of Bekasi River could to 2023. The potential for the ground water still could not be in the Bekasi City known because of the nonexistence of the sufficient ground water data. However was connected with the use of the buit areas and un-built areas could be known by the potential size for the absorption of the ground water in the Bekasi City, that is of 1,4 m3/s.
The strategy to optimize the water resources carrying capacity in the Bekasi City to be able to be done by means of maintaining the un-built area in 30%, make individual and communal infiltration well, maximised the function and the PDAM role, as well as widened the PDAM service scope, and controlled pollution on the water body, integrated watershed management, obliged the housing developer to provide the processing installation of water to serve occupants in this housing, the industry was obliged to recycling their waste water to support the process and the other requirement. With the existence of steps this, then carrying capacity of water resources in the Bekasi City could not depend on West Tarum Cannal and from hidrologycal aspect, Bekasi City become a sustainable city."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T25447
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amrina Rasyada
"

Air tanah Kota Bekasi dan Metro mayoritas digunakan sebagai bahan baku air bersih dan minum. Terdapat beberapa permasalahan air tanah kota penelitian, yaitu kandungan bakteri, besi, dan asam organik tinggi. Penelitian WFW pada tahun 2020-2022 berupa data kualitas air tanah WFW berupa TDS, kekeruhan, TC, Escherichia Coli, pH, dan temperatur diuji dengan hasil kuesioner, yaitu faktor ekonomi (pengeluaran masyarakat per bulan dan kepemilikan hewan ternak), sosial (pendidikan, kepemilikan rumah, dan jumlah penghuni rumah), dan lingkungan (kepemilikan toilet, metode penyediaan air tanah, dan pengosongan tangki septik), dan persepsi dan tingkat kepuasan. Penelitian menggunakan analisis statistik (analisis deskriptif, t-test paired sample, crosstabs, Spearman Rank, dan regresi biner) dan studi literatur. Analisis deskriptif menghasilkan parameter di musim berbeda memiliki nilai berbeda. T-test paired sample Kota Bekasi (E. Coli, TC, dan pH) menghasilkan nilai Sig. (2 tailed) < 0,05 atau terdapat perbedaan parameter di beda musim. Uji crosstabs dilaksanakan untuk mengetahui variansi data faktor penelitian. Uji Spearman dan regresi biner menghasilkan hanya faktor metode pengambilan air tanah berkorelasi dengan parameter pH, temperatur, dan TC dengan nilai Sig. (2 tailed) < 0,05. Rekomendasi metode penyediaan air tanah berupa borehole dan protected well.


The majority of Bekasi City and Metro ground water is used as a raw material for clean and drinking water. There are several problems with the research city groundwater, namely the high content of bacteria, iron, and organic acids. WFW research in 2020-2022 in the form of WFW groundwater quality data in the form of TDS, turbidity, TC, Escherichia Coli, pH, and temperature were tested with the results of a questionnaire, namely economic factors (monthly community spending and livestock ownership), social (education, house ownership, and number of occupants), and environment (toilet ownership, methods of groundwater supply, and emptying of septic tanks), and perceptions and levels of satisfaction. The study used statistical analysis (descriptive analysis, paired sample t-test, crosstabs, Spearman Rank, and binary regression) and literature studies. Descriptive analysis produces parameters in different seasons have different values. T-test paired samples of Bekasi City (E. Coli, TC, and pH) yielded Sig. (2 tailed) < 0.05 or there are different parameters in different seasons. The crosstabs test was carried out to determine the variance of the research factor data. Spearman's test and binary regression yielded only groundwater abstraction method factors correlated with pH, temperature, and TC parameters with Sig values. (2 tailed) < 0.05. Recommendations for groundwater supply methods are in the form of boreholes and protected wells.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verena Amanda
"

Air minum yang aman menjadi salah satu kebutuhan yang krusial bagi manusia. Air tanah merupakan salah satu sumber utama untuk memperoleh air minum. Kualitas air dapat bervariasi berdasarkan sumber kontaminan dan waktu atau musim pada tahun tersebut, sehingga diperlukan langkah tambahan untuk memastikan kualitas air. Data penelitian diperoleh dari data historis parameter kimia pH dan konduktivitas untuk sumber air pada salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia dari bulan Januari 2021 hingga Februari 2023. Data dibagi menjadi dua bagian, training set dan testing set yang kemudian digunakan untuk memprediksi kualitas sumber air menggunakan pendekatan Recurrent Neural Network (RNN) dengan arsitektur Long Short-Term Memory (LSTM) dan Gated Recurrent Units (GRU). Dari penelitian ini, didapatkan pendekatan terbaik yang dapat digunakan untuk mendapatkan akurasi tertinggi pada setiap model yang dibangun. Secara keseluruhan, pendekatan RNN dengan arsitektur LSTM dan GRU dapat digunakan untuk memprediksi kualitas sumber air dengan akurasi yang tinggi.


Safe drinking water is a crucial need for humans. Groundwater is one of the main sources to get drinking water. Water quality varies based on contaminants and time or season of the year, therefore extra steps to ensure water quality are needed. This research used pH and conductivity chemical parameters historical data for source water at one of Fast Moving Consumer Goods (FMCG) companies in Indonesia from January 2021 until March 2023. Data is divided into two sections, the training set and testing set which were used to predict source water quality using Recurrent Neural Network (RNN) with Long Short-Term Memory (LSTM) and Gated Recurrent Units (GRU) architectures. This research aims to know the best approach to use to get the highest accuracy for each developed model. Overall, the RNN approach with LSTM and GRU architectures can be used to predict source water quality with high accuracy.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"ABSTRAK
Beban pencemaran yang harus ditanggung oleh Sungai Mookervart semakin besar, seiring dengan sernakin banyakznya industti dan pemukiman di sekitar slmgai yang membuang limbahnya ke sungai Dari sekian banyak zat-zat pencemar yang terdapat dalam limbah cair yang dibuang ke Sungai Mookervart, senyawa-senyawa Nitrogen seperti NH3-N dan N03-N adalah merupakan senyawa-senyawa yang biasa ditemukan dalam limbah cair tersebut.
Senyawa Nitrogen adalah salah satu bahan nutrient yang penting dalam pertumbuhan organisme hidup. Dalam jumlah yang mencukupi, senyawa ini akan digunakan oleh mikroorganisme sebagai bahan makanan. Akan tetapi kehadiran senyawa Nitrogen dalam jumlah yang berlebih dapat menyebabkan pertumbuhan organisme lain yang tidak dikehendaki (misalnya Alga), dapat pula menyebabkan penurunan kelarutan oksi gen (DO) dan penurunan pH dalam badan air. Oleh karena itu maka perlu dilakukan pembatasan terhadap jumlah senyawa Nitrogen yang masuk ke dalam aliran Sungai Mookervart. Dan suatu model matematik yang mampu mensimulasikan distribusi konsentrasi senyawa Nitrogen di aliran sungai akan menjadi alat yang sangat membantu untuk keperluan ini.
Karena pemasalahan tersebut di atas, maka pada penelitian ini dikembangkan suatu model matematik untuk mensimulasikan distribusi konsentrasi senyawa ammonia nitrogen (NH3-N) dan nitrat nitrogen (NO3-N) di aliran Sungai Mookervart.
Pengamatan terhadap kualitas air Sungai Mookervart beserta saluran-saluran
outfallnya dilakukan selama 7 hari (10 April - 16 April 1996) dengan titik-titik pengamatannya adalah jembatan PT. Bir Bintang, jembatan Garuda, jembatan PT.
Bakrie, jembatan PT. United Can dan jembatan PT. Tembaga Mulia Semanan.
Sedangkan saluran-saluran outfall yang diperiksa kualitas airnya adalah saluran Rasico, saluran Warung Gantung, saluran Super Itali, saluran Perumahan Citra dan saluran Semanan Dari semua variabel yang dibutuhkan oleh model matematika hanya harga K (laju penguraian) yang tidak dapat diulcur, baik secara matematis maupun dengan cara pengukuran langsung di lapangan. Oleh sebab itu maka harga K hams dicari dengan cara coba-coba (trial dan error) sampai didapat harga K yang memberikan simpan dan minimum antara besarnya konsentrasi di lapangan dengan konsennasi hasil perhitungan model. Dengan menggunakan program Microsof Excel yang mempunyai fasilitas solver, dapat dicari harga K ini dengan cepat dan teliti.
Setelah dilakukan pengukuran di lapangan, perhitungan dengan menggunakan model dan analisa terhadap hasil penelitian, dapat diketahui harga K yang mendekati keadaan sebenarnya di lapangan. Untuk senyawa NH3-N harga K rata-rata yang didapat dari penelitian ini adalah 1,29X10 -5/detik, sedangkan mum senyawa N03-N harga K yang didapat adalah 1,1 6X10 -6/detik Dari hasil pengujian terhadap model matematik, dapat disimpulkan bahwa model yang dikembangkan pada penelitian ini terbukti mampu mensimulasikan distribusi konsentrasi senyawa NH3-N dan N03-N di aliran Sungai Mookervart selama 7 hari pengamatan.

"
1996
S34644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Winayadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S35027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>