Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purnama
"ABSTRAK
Dengan semakin ketatnya persaingan dunia industri baik yang bersifat nasional maupun internasional, serta melihat statusnya sebagai BUMN maka Pertamina Unit Pengolahan III harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan didalam setiap melaksanakan operasinya, dalam arti senantiasa menjaga dan meningkatkan efektivitas serta efisiensi kegiatannya.
Didalam operasinya Petamina UP III, memerlukan material/barang untuk menunjang kehandalan kilang dimana masalah pengendalian tingkat persediaan material mempunyai peran sangat penting, karena persediaan yang berlebihan akan mengakibatkan biaya yang tinggi untuk penyediaan materialnya. Sebaliknya tiadanya barang pada saat diperlukan akan mengakibatkan gangguan yang serius terhadap jalannya operasi dan aktivitas perusahaan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk menganalisis pelaksanaan pengelolaan persediaan material di Pertamina UP III, apakah sudah bajalan cukup efektif dan efisien, serta opti masi untuk mendapatkan hasil terbaik dari kondisi yang ada maupun saran yang diperlukan untuk perbaikannya.
Bahasan optnmasi difokuskan pada masalah : pemilhan jenis barang persediaan, penentuan waktu pemesanan, penentuan jumlah kebutuhan, penentuan jumlah cadangan, dan penerapan kansep S'tockless Purchasing system.
Untuk pelaksanaan perngendalian persediaan yang lebih efektif sekaligus efisien maka direkomendasikan. 5 tindakan pokok Pertama, untuk pemilihan jenis stock item, harus melihat standardisasi material, kontinuitas pemakaian barang, serta melihat urgensi material tersebut pada operasi perusahaan. Kedua, didalam menentukan waktu pemesanan harus diupayakan tepat waktu secara konsisten, dengan menggunakan sistern Fixed Order Quantity maupun sistem Order Cycle. Ketiga, untuk menentukanjurnlah persediaan barang, dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang sudah ada, yaitu formula EOQ, maupun Formula Min - Max disamping upaya penjajagan pemakaian MRP khusus untuk material yang pemlintaannya bersifat dependen. Keempat, didalam penentuan jumlah safety stock digunakan Standar Deviasi/MAD yang dikombinasikan dengan konsep Service Leve. Kelima, penerapan konsep Stockless Purchasing System antara lain dengan melaksanakan Blanket Order.
Dengan melaksanalcan kelima rekomendasi tersebut diatas, maka diharapkan tercipta adanya Persediaan material yang lebih optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Jati Pingkir
"Pokok masalah tesis ini adalah untuk mengetahui sejauh mana para investor yang dikelompokkan menjadi investor domestik dan investor asing memilih dan membentuk portfolio saham di Bursa Efek Jakarta.
Memilih saham dan membentuk portfolio saham, sangat menentukan keberhasilan investor, karena tujuan utama investor adalah mencapai yang optimal. Membentuk portfolio optimal hanya mungkin terjadi bagi investor yang rasional dalam arti bahwa saham-saham yang dipilih harus berada pada batas efisien, diluar itu tidak akan optimal.
Saham-saham yang berada pada batas efisien adalah saham yang memberi pengembalian maximal pada resiko tertentu atau saham yang memberi pengembalian tertentu pada resiko minimal. Dalam praktek, adalah saham-saham yang memiliki rasio positip atas kelebihan pengembalian terhadap beta. Di Bursa Efek Jakarta saham yang demikian hanya ada pada 18 saham, dan saham-saham tersebut merupakan kandidat saham yang masuk pada portfolio optimal.
Setelah diadakan perhitungan untuk menentukan saham yang masuk dalam portfolio optimal, maka terdapat 4 saham perusahaan terdiri dari :
Cipendawa dengan proporsi dana sebesar 47,34 %
Hadtex dengan proporsi dana sebesar 22,70 %
Indorayon dengan proporsi dana sebesar 15,72 %
Hero Spr Market dengan proporsi dana sebesar 4,24%.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah para investor terse-but dalam hal memilih saham memanfaatkan informasi sebelumnya dan pilihan mereka berada pada batas efisien untuk membentuk portfolio secara tepat?.
Hal ini dijawab dengan membandingkan saham-saham yang paling banyak dipilih oleh investor dengan saham yang menurut informasi sebelumnya mempunyai prospek baik. Sesuai dengan. pembedaan kelompok investor yaitu investor domestik dan kelompok asing, ditemukan bahwa hanya investor domestik yang nyata sekali memanfaatkannya.
Saham-saham yang paling banyak dipilih oleh kedua kelompok investor, baik investor domestik atau asing setelah diadakan pengujian statistik terbukti tidak berada pada batas efisien. Artinya bahwa para investor tersebut tidak mungkin membentuk suatu portfolio optimal sessuai dengan tujuan investor rasional.
Temuan terakhir dari studi ini adalah berkaitan dengan persamaan dan perbedaan kedua kelompok investor. Persamaanya terletak pada ketidak- berhasilan mereka membentuk suatu portfolio optimal. Perbedaannya adalah bahwa investor domestik memanfaatkan informasi sebelumnya tetapi investor asing tidak memanfaatkan informasi tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta D.Y. Rotty
"Keberadaan anomali IPO menarik untuk diteliti karena latar belakang timbulnya anomali tersebut sampai saat ini belum menghasilkan satu konsensus tertentu yang dapat dijadikan kesimpulan utama. Pada saat teori-teori yang berdasarkan economic equilibrium ada, anomali kinerja jangka panjang yang buruk dan siklus pasar `hot' dan `cold' belum banyak disinggung. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, beberapa model dapat digunakan untuk menganalisa anomali tersebut seperti survival hypothesis dengan WIPO model, overreaction hypothesis, dan price support. Ada 3 anomali IPO yang sangat terkenal yaitu return jangka pendek yang positif yang dikenal dengan underpricing, kinerja jangka panjang saham yang buruk, dan siklus pasar `hot' dan `cold'.
Penelitian empiris tentang anomali dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah banyak dilakukan tidak hanya di pasar internasional tetapi juga di pasar Indonesia. Namun demikian, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya. Penggunaan data terbaru, penggunaan beberapa model dalam analisa, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi anomali, dan yang paling panting adanya periode pengamatan yang berbeda yaitu sebelum dan selama krisis adalah beberapa aspek perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Pada bulan Juli 1997, Indonesia mengalami peristiwa yang membawa perubahan mendasar dalam kehidupan berbangsa yaitu dimulainya krisis moneter yang Dada akhirnya meluas menjadi krisis multidimensi. Terdepresiasinya mata uang Rupiah terhadap mata uang US Dollar telah menyebabkan pasar modal terpuruk. Sebagian besar investor asing yang merupakan pemain dominan melakukan aksi jual dan melarikan dananya ke pasar uang bahkan ke luar Indonesia yang disebabkan tingginya resiko dan ketidakpastian berusaha. Karakteristik pasar modal sebelum krisis yang diwarnai oleh besarnya jumlah investor asing, rendahnya nilai transaksi, kecilnya kapitalisasi pasar, dan rendahnya jumlah emiten sedikit banyak telah menyebabkan kejatuhan pasar di masa krisis. Dua kondisi pasar yang berbeda ini mendorong timbulnya penelitian ini.
Penelitian dilakukan atas perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta pada periode Juli 1994-Juni 1998 dengan periode pengamatan yang berbeda yaitu sebelum krisis (Juli 1994-Juni 1997) dan selama krisis (Juli 1997-Juni 1998). Total perusahaan sampel sebanyak 91 emiten di mana 67 perusahaan melakukan IPO pada periode 1 (sebelum krisis) dan 24 perusahaan melakukan IPO pada periode 2 (selama krisis).
Rata-rata return jangka pendek yang diperoleh pada periode 1 dan 2 secara signifikan lebih besar dari 0 di mana pada periode 2, rata-rata (median) IR. yang diterima 10,89% (12,11 %) lebih besar dibandingkan periode 1 sebesar 6,57% (3,7%) karena tingkat risiko periode 2 yang lebih tinggi. Selain itu, pada periode-periode tertentu rata-rata IR saham IPO lebih tinggi dibandingkan rata-rata IR periode pengamatan. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menentukan kapan waktu terbaik untuk melakukan IPO (windows of opportunity).
Kinerja jangka paniang yang buruk terjadi selama tahun pertama setelah IPO. Bila dihubungkan dengan pasar `hot' dart `cold' maka pada tahun ketiga ada kecenderungan kinerja pasar `hot' Iebih buruk dari `cold'. Pada periode I dan 2, hubungan negatif antara IR dengan kinerja jangka panjang terjadi pada tahun ke-3 dan sekaligus mendukung overreaction hypothesis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing juga berbeda di antara periode tersebut. Pada periode 1, AGE, SIZE, dan FINZEV secara signifikan mempengaruhi underpricing. Hasil temuan ini mendukung overreaction hypothesis di mana investor yang sangat optimis akan kondisi perekonomian Indonesia juga optimis dalam melihat kinerja saham. Sedangkan pada periode 2, ALPHA, RRA, dan KURS dapat menjelaskan underpricing dan sekaligus mendukung signaling hypothesis karena pada periode ini perusahaan yang mempunyai fundamental kuat saja yang mampu menyerap dana dari masyarakat dengan memberikan tingkat diskon yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang buruk hanya dapat dideteksi pada periode I yaitu SIZE, AGE, ALPHA, dan IR. Periode yang dicirikan optimisme yang besar menyebabkan investor merespon positif kinerja saham dalam jangka panjang."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Pramudya
"Perkembangan pasar modal yang cukup pesat pada dewasa ini membuat semakin maraknya masyarakat berinvestasi di lantai bursa. Karena investasi surat berharga di pasar modal lebih banyak menjanjikan keuntungan yang besar dibandingkan dengan investasi di tempat lain. Pada sisi lain pasar modal merupakan sarana alternatif untuk mencari dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melakukan pengembangan usaha.
Dalam melakukan suatu investasi tentunya mempertimbangkan adanya ketidakpastian/resiko. Dengan adanya hal itu para investor mensyaratkan adanya suatu tingkat pengembalian minimum dari suatu investasi. Tingkat pengembalian minimum ini merupakan biaya dari dana yang ditempatkan pada proyek investasi. Model yang umum dan sederhana yang digunakan adalah CAPM. Karena CAPM mempertimbangkan hanya pada return pasar. Selain model CAPM, arbitrage pricing theory ( APT ) dapat juga digunakan untuk menentukan suatu tingkat pengennbalian minimum suatu proyek investasi. Model APT tidak hanya mempertimbangkan return pasar tetapi juga variabel makro ekonomi yang berpengaruh pula terhadap besarnya return dari suatu investasi.
Penelitian ini menerapkan model APT di BEJ, untuk menguji pengaruh latar makro ekonomi terhadap return saham sektoral dengan menggunakan model regresi. Pengamatan dilakukan secara bulanan dari Januari 1995 sampai dengan Juni 1997. Sampel yang digunakan adalah saham-saham yang tergabung secara sektoral menurut usaha sebagaimana dikelampokkan pada BEJ. Selain meneliti mengenai APT, dalam penelitian juga mengamati hubungan indeks saham sektoral dengan indeks gabungan dan indeks DMA, STS, NKI, FTL dan, HSH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa return saham sektoral di BEJ dipengaruhi secara signifikan oleh faktor-faktor makro ekonomi yaitu inflasi, tingkat bunga, return pasar, dan nilai tukar rupiah terhadap US$. Penggunaan beta yang distandarisir memberikan, informasi mengenai masing-masing faktor tersebut memiliki pengaruh dominan terhadap return saham sektoral tertentu, hanya variabel nilai tukar rupiah terhadap US$ memiliki pengaruh yang tidak dominan kecuali di sektor pertambangan.
Penelitian ini juga melakukan regresi secara cross section untuk mengetahui pengaruh beta faktor terhadap return saham sektoral, ternyata hasilnya signifikan. Teori APT menyatakan bahwa intersep pada regresi cross section ini merupakan return yang bebas resiko. Adapun intersep yang diperoleh ternyata tidak berbeda jauh dengan tingkat bunga riil dari SBI.
Indeks saham sektoral selain dipengaruhi oleh indeks domestic juga dipengaruhi oleh beberapa indeks bursa dunia. Dengan memperhatikan beta standirisir ternyata pengaruh dari indeks internasional yang lebih dominan adalah indeks DJIA, HSH dan NKJ dibanding dengan FTL,HSH.
Studi ini juga menggunakan pendekatan kointegrasi untuk melihat pengaruh variasi dari variabel makro ekonomi terhadap return saham sektoral dan pengaruh variasi dari indeks dunia terhadap indeks saham sektoral baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Ternyata hanya return dan indeks saham sektor perdagangan yang memenuhi syarat dalam pengujian kointegrasi dengan menggunakan error correction model (ECM)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Brian Ronggur Adobe
"Industri reksa dana di Indonesia mengalarni fenomena yang menarik pada periode 2003 sampai dengan 2006. Pertumbuhan NAB yang pesat dari Rp 8 triliun tahun 2001 mencapai puncaknya Rp 113 triliun pada bulan Februari 2005, Kemudian terjadi gelombang redemption yang menjatuhkan NAB menjadi Rp 29 triliun pada bulan Desember 2005. Tetapi dalam periode pengatnatan penelitian ini, reksa dana saham adalah satu-satunya jenis reksa dana yang mengalami pertumbuhan NAB positif. Hal ini mengindikasikan meningkatnya minat masyarakat kepada reksa dana saham. Untuk itu penelitian ini dilakukan sebagai referensi investor dalam melakukan penilaian dan pemilahan reksa dana saham.
Penelitian ini menganalisis 15 reksa dana saham yang memenuhi batasan yang telah ditetapkan. Untuk mengukur kinerja reksa dana saham, digunakan metode pengukuran kinerja Sharpe's Measure, Treynor's Measure, Jensen's Measure, dan Appraisal Ratio. Data perhitungan yang digunakan adaiah NAB mingguan reksa dana saham, IHSC mingguan, dan tingkat suku bunga SBI mingguan. Selain itu dibahas juga reksa dana terbaik dalam tiga skenario investasi investor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reksa dana saham dengan Sharpe's Measure terbesar adalah reksa dana saham Rencana Cerdas. Reksa dana saham dengan Treynor's Measure terbesar adalah reksa dana saham Arjuna. Reksa dana saham dengan Jensen's Measure dan Appraisal Ratio terbesar adalah reksa dana saham Rencana Cerdas.
Dengan menggunakan cut-off tiga besar dalam tiap-tiap metode yang digunakan, penelitian ini memilih lima reksa dana saham terbaik dalam periode pengamaian. Yaiat reksa Jana saham Si Dana Saharn, Rencana Cerdas, Schroder Dana Prestasi Plus, Panin Dana Maksima, dan Arjuna. Untuk menentukan reksa dana saham yang terbaik bagi tiap investor, penelitian ini menyimpulkan bahwa reksa dana saham Rencana Cerdas adalah reksa dana saham terbaik jika skenario investasi investor adalah total investasi investor dan skenario campuran portofolio aktif dengan portofolio indeks pasar pasif, Sedangkan reksa dana saham Arjuna adalah reksa dana saham terbaik untuk skenario investasi sub-pcirtofolio dalam sebuah investment fund yang besar.
Mengingat risiko investasi di reksa dana saham memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan reksa dana lainnya, maka scbaiknya investor mcmiliki horizon investasi jangka panjang dalam reksa dana saham. Seiain itu, dalam memilih reksa dana saham, investor hares memilih reksa dana saham dengan profil imbal Vasil dan risiko yang sesuai dengan dirinya dart mempertin hangkan skenario investasinya.

The period of 2003 to 2006 illustrates an interesting phenomenon in the mutual fund industry in Indonesia, After a rapid net assets value (NA V) growth from 8 trillion rupiahs in 2001 to its peak of 113 trillion rupiahs in February 2005, the inrhtstg suffer- a huge loss due to a lot of redemptions throughout 2005. By December 2005, the NA V was 29 trillion rupiahs. In this period, equity mutual f utd was the only mutual_f utd with positive NAV growth. This indicates that the interest and confidence to equity mutual f nrd is increasing. This research is conducted to add reference for investors to evaluate and choose equity mutual frurd.
This research analyzed 15 equity mutual funds that meet the terms set. It employed Sharpe 's Measure, Treynor's Measure. Jensen 's Measure, and Appraisal Ratio to measure the equity mutual fund performance. The data that used are weekly equity mutual fund NA V, weekly Jakarta Composite Index (JCI), and weekly SBI interest rate. Furthermore, it determined the best equitl, mutual find based on three investment scenarios.
The result of the research shows that the equity mutual find with the highest Sharpe's. Measure is Rencana Cerdos. Equity mutual fired with the highest Tremor's Measure is Arjuna. Equity mutual fund with the highest Jensen?s :Measure and Appraisal Ratio is Rencana Cerdas.
Five equity mutual funds fill the best of three in each performance measurentent. These ere Si Dana Saham, Rencana Cerdas. Schroder Dana Prestusi Plus, Panin Dana Maksima, and Arjuna. Moreover, in three different investment scenarios, the best equity mutual fiord is Rencana Cerdas if it represents overall investor investment or if it will be mixed with market portfolio. While Arjuna equity fiord is the best mutual fund if it a sub-portfolio in a large investment fund.
Considering that the risk of equity mutual fiend is higher than the other type of mutual fund, investor should have a long investment horizon in equity mutual fund. Additionally, in selecting equity mutual fund, investors should considering his or her risk-return profile and investment scenario.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fennieka Kristianto
"Akuisisi saham adalah pengalihan seluruh atau sebagian saham perseroan yang dapat merubah pengendalian perseroan, semakin banyak dilakukan, terutama melalui transaksi jual-beli saham perseroan. Undang-Undang Perseroan Terbatas No.1 Tahun 1995 (UUPT) dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998(PP 27) mengatur mengenai tata cars pelaksanaan akuisisi saham perseroan. Sebelumnya transaksi jual bell saham perseroan menggunakan ketentuan dalam anggaran dasar perseroan dan ketentuan dalam Buku 111 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Menurut Pasal 103 ayat (6) UUPT akuisisi saham ada yang langsung diprakarsai dan dilakukan oleh pemegang saham, dan yang tidak langsung melalui Direksi perseroan. Akuisisi yang tidak langsung mengikuti ketentuan yang diatur dalam Pasal 103 ayat (3) sampai ayat (5) UUPT. Tata cam bagi akuisisi yang langsung tidak dijelaskan disini. Peraturan yang tidak jelas itu perlu dipahami melalui ketentuan umumnya yaitu Buku I11 KUHPer yang mengatur mengenai jual-beli. Tujuan penelitian memperoleh data dan kejelasan atas maksud ketentuan-ketentuan akuisisi dalam UUPT khususnya Pasal I03 dan bagian ketiga PP 27 mengenai pengambilalihan, khususnya kejelasan persyaratan dan tata caranya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yang bersumber pada data sekunder bahan hokum. Berdasarkan analisa isi diperoleh kesimpulan berikut. Melalui jual-beli saham, perseroan terakuisisi memperoleh dana. Ketentuan dalam UUPT merupakan "lex specialis" dari ketentuan jual-beii dalam KUHPer. UUPT ternyata hanya mengatur tata cars pelaksanaan pengalihan saham. Secara materiil pengalihan hak atas saham sudah diatur sebelumnya di KUHPer. Pengambilalihan yang merubah pengendalian harus Imengikuti ketentuan Pasal 103 ayat (3) sampai ayat (5) UUPT dan bagian ketiga PP 27 Tahun 1998. Akuisisi saham yang tidak merubah pengendalian dapat dilakukan dengan ketentuan jual-beli biasa. Tata cara akuisisi perlu dibedakan antara yang langsung melalui pemegang saham dan merubah pengendalian perseroan dengan yang tidal( merubah pengendalian. Juga yang tidak langsung melalui direksi perseroan dan merubah pengendalian dengan yang tidak merubah pengendalian perseroan. Tata cara yang diatur dalam UUPT penting bagi kreditur perseroan yang akan diakuisisi. Unsur merubah pengendalian yang terutama. Sistematika dari pasal-pasal pengambilalihan perlu disempurnakan, yaitu Pasal 103 ayat (6) UUPT bila ditujukan hanya untuk membedakan yang iangsung dan yang tidak langsung. Maka ayat (6) ini perlu ditiadakan, karena sudah diatur di KUHPer tentang jual-beli. Sistematika yang ada bisa diterima apabila unsur merubah pengendalian menjadi penting dalam akuisisi."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T19865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Desyetti
"Dalam kegiatan di pasar modal, laporan keuangan perusahaan yang go publik merupakan salah satu informasi yang tersedia bagi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan. Informasi mengenai laba akuntansi merupakan salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan suatu perusahaan. Laba akuntansi yang sering digunakan oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan adalah laba per lembar saham (earning per share).
Penelitian ini merupakan event study yang tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana reaksi harga saham dan volume perdagangan saham di sekitar waktu pengumuman laba akuntansi. Apabila pengumuman laba akuntansi mempunyai kandungan informasi yang relevan maka akan terjadi reaksi harga saham dan volume perdagangan saham disekitar waktu pengumuman. Dalam penelitian ini juga akan dilihat apakah ada hubungan yang positif antara besarnya laba tak terduga (unexpected EPS) dengan besarnya reaksi harga (abnormal return) dan antara perubahan harga saham dengan perubahan volume perdagangan. Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan di luar negeri oleh Ball & Brown (1968), Beaver (1968), dan Dale Morse (1981), dan di dalam negeri oleh Affandi & Utama (1997), Husnan, Hanafi dan Wibowo (1995), menemukan bahwa disekitar pengumuman labs akuntansi terjadi perubahan harga saham dan volume perdagangan saham yang signifikan. Sedangkan penelitian oleh Linda Smith Bamber (1986&1987) serta Bamber & Atiase (1994), menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara besarnya unexpected EPS dengan besarnya abnormal return dan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan.
Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Laba akuntansi (EPS) dikelompokkan atas 2 yakni kelompok EPS naik dimana !aim aktual lebih besar dari !aim prediksi dan kelompok EPS turun dimana laba aktual lebih kecil dari laba prediksi. Laba prediksi diasumsikan sama dengan laba tahun sebelumnya. Ada 4 pendekatan yang digunakan untuk menentukan expected return yakni market model, aktual return, market adjusted return dan mean adjusted return serta 2 pendekatan untuk menentukan expected volume yakni pendekatan median dan pendekatan mean. Uji statistik yang digunakan selain uji parametrik juga menggunakan uji non parametrik.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, dengan uji parametrik maupun non parametrik bahwa selama periode 1994-1996 dengan menggunakan empat pendekatan pengukuran abnormal return yang berbeda, pengumuman laba mengandung informasi yang relevan sehingga mempengaruhi harga saham dan menyebabkan investor memperoleh abnormal return. Hal ini terlihat dari nilai kumulatif abnormal return yang positif dan signifikan disekitar pengumuman kenaikan EPS dan kumulatif abnormal return yang negatif dan signifikan disekitar pengumuman penurunan EPS. Begitu juga halnya dengan volume perdagangan.
Informasi pengumuman laba akuntansi digunakan oleh investor untuk melakukan transaksi di pasar modal, sehingga disekitar waktu pengumuman laba akuntansi aktifitas perdagangan saham meningkat dan menyebabkan investor memperoleh abnormal volume. Akan tetapi reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ball & Brown (1968), Beaver (1968), Dale Morse (1981), Affandi & Utama (1997) dan Husnan, Hanafi & Wibowo (1995), walaupun dipasar modal Indonesia reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi.
Uji korelasi dengan korelasi spearman menunjukkan bahwa selama periode 1994-1996, membuktikan bahwa hubungan antara besarnya unexpected EPS dengan abnormal return adalah positif. Demikian juga halnya dengan uji korelasi pearson, kecuali untuk tahun 1994-1995, dimana tidak ada satupun koefisien korelasi yang signifikan.
Begitu juga dengan uji korelasi antara perubahan harga dan perubahan volume perdagangan, baik uji korelasi spearman maupun korelasi pearson menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan. Hasil penelitian juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda Smith Bamber (1986 &1987) dan Bamber & Atiase (1994)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T1536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Budi Widiyo Iryanto
"Pokok masalah penelitian ini ialah penetapan harga saham perdana di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan hubungannya dengan laba per saham. Secara rasional pihak emiten menginginkan harga saham perdana tinggi, agar mendapatkan agio saham yang besar. Sisi lain, pihak investor menginginkan harga saham perdana yang rendah, agar mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara harga saham perdana dengan laba per saham; Dan untuk mengetahui apakah harga saham perdana perusahaan yang emisi sampai dengan tanggal 31 Juli 1994, baik ditinjau dari kelompok tahun emisi; penjamin emisi dam jenis industri dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah; Serta untuk mengetahui apakah dalam penetapan harga perdana, telah dikaji lebih dulu prospek dan resiko perusahaan.
Data diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan dalam propektus terutama perkembangan modal sendiri, laba bersih dan kebijakan deviden. Disamping itu mencatat harga saham perdana dan perkembangan harga saham bulanan di BEJ selama lima bulan setelah listing. Metode pengambilan sampel digunakan metode populasi, yaitu seluruh perusahaan yang listing terakhir sampai 31 Juli 1994 di BEJ.
Ada dua model analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Model 1 : Y=a+bX dimana Y = harga saham perdana dan X = laba per saham. Model 1 ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 : Dalam penetapan harga saham per dana penjamin emisi mengkaji lebih dulu prospoek emiten. Model 2 : PER = f(pertumbuhan laba, deviden payout ratio, deviasi standar pertumbuhan laba). Model ini digunakan untuk menguji hipotesis 2 sampai dengan hipotesis 5.
Hasil penelitian ditemukan bahwa baik ditinjau seluruh emiten, menurut tahun emisi, penjamin emisi maupun industri, harga saham perdana mempunyai hubungan dengan laba per saham dengan tingkat keeratan berkisar antara sedang sampai sangat tinggi, namun hanya sebagian kecil yang mempunyai hubungan yang signifikan. Dengan menggunakan model 2 ternyata hanya sebagian kecil menurut tahun emisi, industri maupun penjamin emisi yang signifikan untuk memprediksi PER yang diharapkan dan sebagian besar menolak hipotesisi 2, 3 dan 4. Berdasarkan PER yang diharapkan tersebut ternyata bisa membuktikan bahwa sebagian besar harga saham perdana dinilai terlalu tinggi. Ini berarti hipotesis 5 diterima."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T3083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Frider
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 terhadap harga saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kalau Pemilu 2004 memiliki pengaruh terhadap harga saham akan menyebabkan perubahan harga saham yang diproxikan dengan abnormal return.
Penelitian ini menggunakan metodologi event study, yaitu penelitian yang memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh suatu event terhadap harga saham. Penelitian ini memilih Pemilu 2004 sebagai event. Karena Pemilu 2004 dilaksanakan dalam 3 tahap, maka setiap tahap akan dijadikan sebagai event sehingga dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) event.
Sampel yang digunakan adalah 45 saham yang masuk Indeks LQ 45. Saham yang masuk LQ 45 adalah saham-saham berkapitalisasi besar dengan tingkat likuiditas yang tinggi sehingga diharapkan dapat mewakili populasi saham di BEJ. Setiap 3 bulan BEJ melakukan review terhadap perkembangan saham dan setiap 6 bulan bisa terjadi perubahan komposisi saham dalam Indeks LQ 45. Karena hal tersebut, komposisi saham yang digunakan dalam Pemilu I dan II berbeda dengan Pemilu III.
Periode pengamatan diambil sebanyak 110 hari terdiri dari periode estimasi 100 hari dan periode kejadian 10 hari (5 hari sebelum dan 5 hari sesudah event). Hal ini sesuai dengan periode yang dianjurkan Peterson (1989).
Dalam perhitungan expected return sebagai satu langkah untuk menghitung abnormal return, digunakan model pasar (market model). Pemilihan model ini mengikuti MacKinlay (1997) yang mengatakan bahwa market model sangat baik dan kuat untuk berbagai kondisi terutama bila menggunakan data harian.
Alat uji statistik yang digunakan adalah (i) Kolmogorov-Smirnov test untuk mengetahui distribusi data, (ii) Standardized Cumulative Abnormal Return (SCAR) untuk mengetahui pengaruh event terhadap harga saham pada 10 hari periode kejadian, dan (iii) paired-samples t-test untuk mengetahui perbedaan harga saham antara 5 hari sebelum dan 5 hari setelah event.
Hasil penelitian menunjukkan (i) masing-masing tahap Pemilu 2004 (Pemilu I, II, dan III) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham di BEJ pada 10 hari periode kejadian, (ii) masing-masing tahap Pemilu 2004 (Pemilu I, II, dan III) tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada harga saham di BEJ pada periode 5 hari sebelum dengan 5 hari setelah kejadian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>