Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150563 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benny Purwanto
"Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif secara cross sectional yang meneliti tentang perilaku konsumen dalam proses keputusan memilih rawat Map di Rumah-Sakit Umum Kodya Semarang. Bagi Rumah-Sakit Umum Kodya Semarang yang relatif masih baru dan tingkat huniannya masih tergolong rendah, memerlukan evaluasi untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam perilaku konsumen yang mempengaruhi penggunaan rawat inap.
Variabel yang diteliti adalah faktor-faktor yang menjadi kriteria dalam proses keputusan yang dikelompokkan dalam 9 kategori yaitu : (1) Frekuensi Rawat Inap; (2) Lokasi; (3) Keragarnan Pelayanan; (4) Harga; (5) Informasi; (6) Personel; dan (7) Atribut Fisik Rumah Sakit; (8) Pelayanan Yang Diberikan; dan (9) Kesamaan Karaketeristik Pasien. Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan masalah yang dihadapi rumah-sakit sehubungan dengan perilaku konsumen sasarannya dalam menentukan pilihannya akan tempat pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kriteria yang dirasakan.
Hasil penelitian mengungkapkan adanya beberapa faktor yang berpengaruh kuat terhadap keputusan memilih rawat inap, tetapi tidak semua faktor tersebut dapat dikendalikan karena merupakan faktor eksternal. Karakteristik konsumen juga tidak mudah untuk dilakukan intervensi, yang harus dilakukan adalah menjaga karakteristik konsumen tersebut sebagai peluang dengan memperhatikan setiap kebijaksanaan yang berhubungan dengan karakteristik konsumen tersebut. Beberapa faktor lainnya merupakan faktor-faktor yang mempunyai korelasi sedang saja, tetapi lebih mudah untuk dikendalikan karena merupakan faktor internal rumah-sakit atau faktor eksternal yang masih mungkin dipengaruhi untuk dilakukan perbaikan.
Penggunaan sumber dan usaha yang dilakukan Rumah-Sakit Umum Kodya Semarang dalam upaya meningkatkan penggunaan pelayanan kesehatannya oleh konsumen akan lebih tepat bila diarahkan untuk upaya yang lebih strategis dengan usaha-usaha untuk merubah faktor internal rumah-sakit dan faktor eksternal yang masih mungkin diubah daripada memaksakan untuk merubah faktor eksternal yang diluar kendali rumah-sakit.

Kodya Semarang General Hospital is relative a new hospital and its occupation is still Iow. An evaluation is necessary to reveal and indentify the factors in the consumer behaviour which influence the decission in using inpatient services. The variables being studied are those factors which serve as the criteria in the decision proccess. They can be classified into 9 categories : (1) Inpatient utilization frequencies; (2) Location; (3) The kinds of services; (4) Cost ; (5) Information; (6) Personnels; (7) Physical attribute of the hospital; (8) The given services; (9) The similarity of the consumer characteristics. It is hoped that this study can reveal the problem faced by the hospital dealing with the captive consumer behaviour in making a choice decission based on their criteria.
The study has brought some certain factors up which closely correlate with the choice decission in using the inpatient services in Kodya Semarang General Hospital, but not all those certain factors are manageable since they are external ones and more over it is not easy to be intervened. The consumer characteristics are also not easy to be intervened, but it is important to maintain them and the implementation of the hospital policy must take them into consideration. There are also some other factors having moderate correlation and they are easier to manage since they are either the hospital internal or other external factors which may possibly to intervened.<
The utilization of the resources and efforts done by Kodya Semarang General Hospital to increase the consumer readiness to make use of its health seervices is better to be targeted on the strategic efforts, that is on the hospital internal and external factors which may possibly be intervened, and not on the external ones which are beyond the hospital control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Hardjono
"Pendahuluan. Rata-rata lama hari rawat merupakan salah satu indikator effisiensi pengelolaan rumah sakit dan juga merupakan tolak ukur pelayanan medis rumah sakit. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatic paraplegia yang dirawat di Instalasi Rehabilitasi Media Rumah sakit Fatmawati belum diketahui dan berkisar antara 1 hari sampai dengan 360 hari.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia serta faktor-faktor apa yang berhubungan dan mempengaruhi rata-rata lama hari rawat tersebut.
Metodologi. 71 Penderita traumatik paraplegia yang dapat ditelusuri . datanya melalui telaah rekam medic merupakan bagian dari 93 penderita traumatik paraplegia yang dirawat di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati mulai awal tahun 1990 sampai dengan akhir tahun 1993. Penderita dikelompokan menurut awal kedatangan penderita yaitu penderita yang langsung dirawat di RSUP Fatmawati, penderita yang datang dari rumah sakit lain dan penderita yang pergi ke dukun terlebih dahulu. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan analisis Marian dari Kruskal Wallis serta analisis regresi berganda.
Hasil. Didapatkan 71 penderita traumatik paraplegia yang terdiri dari 13 orang penderita yang langsung berobat ke R.S.Fatmawati, 10 orang penderita berobat ke dukun terlebih dahulu dan 48 penderita berobat ke RS Lain terlebih dahulu. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia secara umum yang dirawat di RSUP Fatmawati 100 hari, sedangkan yang langsung dirawat di RSUP Fatmawati 73 hari, yang pergi ke dukun terlebih dahulu 178 hari dan yang datang dari rumah sakit lain 104 hari. Kurangnya variasi data khususnya pada penderita yang datang langsung ke RS.Fatmawati dan penderita yang datang dari dukun terlebih dahulu menyebabkan analisis dengan uji mean tidak bisa dilakukan. Hanya penderita yang datang dari R.S.Lain dapat memenuhi syarat dan dapat dilakukan analisis. Faktor yang mempengaruhi rata-rata lama hari rawat (α = 0.05 ) adalah dekubitus. Besarnya penganth dekubitus terhadap rata-rata lama hari rawat adalah 36 had setiap peningkatan stadium ( Grade) dekubitus.
Kesimpulan. Hasilpenelitian menyimpulkan bahwa rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia yang dirawat langsung di RSVP Fatmawati terpendek dibandingkan penderita yang datang dari nwmah sakit lain atau dukun terlebih dahulu.. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia dipeugatuhi oleh komplikasi dekubitus. Diharapkan hasil penelitian dan saran-saran dapat membantu dalam upaya peningkatan katalitas pelayanan penderita traumatik paraplegia tidak saja terbatas bagi RSUP Fatmawati tetapi bagi rumah sakit lainnya di Indonesia.

Introduction. The average length of stay is one of the indicator of hospital management efficiency and also a parameter of hospital medical services. The average length of stay of paraplegia traumatic patient which is treated at RSUP Fatmawati hasn't been known yet and the range are from 1 to 360 days.
Purpose. The purpose of this research is to gain the profile of the average length of stay of paraplegia traumatic patient and its connected and influencing factors.
Methodology. 71 traumatic paraplegia were observed from the medical record at RSup Fatmawati between 1990 to 1993. The patients are categorized into 1) patients who are treated directly at RSUP Fatmawati hospital (13 patients), 2) coming from other hospital before treated at Fatmawati hospital (48 patients), 30 patients coming from traditional healers before treated at Fatmawati Hospital (10 patients). The predicted factors which influence the length of stay of the traumatic paraplegia are sex, age, decubitus, uriterary tract infections, other complications, type of paralysis, treatment and method of payment. The statistical analysis that is used is univariance analysis, bivariance with analysis of variance (anova) and Kruskall Wallis and multiple regression analysis.
Result. In general, the length of stay of the traumatic paraplegia is 100 days, patients which is coming directly to fatmawati Hospital is 73 days, patients coming from other hospitals 104 days and patients coming from traditional healers 178 days. Factor which influence the length of stay is decubitus (p=0,00) and the increasing of the length of stay is 36 days/grade of decubitus.
Conclusion. the result of this research conclude that the average length of stay of the traumatic paraplegia patients who are treated directly at RSUP Fatmawati is the shortest period comparing to others coming from other hospitals or traditional healers. The influence factor of the length of stay is decubitus which is prolong 36 days/ grade decubitus. This is indicated that nursing care is very important part in the treatment of the traumatic paraplegia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestiningsih
"Predikat status swadana yang telah disandang sejak akhir tahun 1992 oleh Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta akan bergeser menjadi BUMD pada awal tahun 2005. Seiring dengan Keputusan Presiden Nomor 40 tahun 2001 mengenai kelembagaan rumah sakit BUMD, maka pengelolaan rumah sakit akan mengarah kepada operasional pelayanan secara mandiri dan otonom. Dengan adanya issue kemandirian, rumah sakit terus didorong untuk melakukan upaya pembenahan dan peningkatan kinerja di setiap unitnya. Untuk dapat mengukur kinerja pada setiap instalasi di rumah sakit, diperlukan suatu tolok ukur yang tidak hanya bertumpu pada kinerja aspek keuangan, tetapi juga non keuangan. Balanced Scorecard merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur secara seimbang aspek keuangan dan non keuangan, melalui 4 perpektif yaitu : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan dan pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan design metode penelitian deskriptif, yang bertujuan memotret kinerja instalasi rawat inap pada kurun waktu tertentu. Untuk pengambilan data primer, dilakukan wawancara dan survey kepada pasien rawat inap dan karyawan dengan sample masing -masing sebanyak 100 orang. Data sekunder diambil dari laporan keuangan dan protap rumah sakit.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari aspek keuangan, terjadi pertumbuhan tingkat pendapatan di instalasi rawat inap seiring dengan peningkatan biayanya pada periode tahun 2001-2003. Dari aspek pelanggan diketahui bahwa tingkat kepuasan pasien dengan batas median adalah sebesar 66% , pangsa pasar rawat inap selama 3 tahun sebesar 25%, dan retensi pelanggan meningkat dari tahun 2001-2003.
Dari aspek proses bisnis internal diketahui bahwa inovasi yang telah dilakukan terhadap pengembangan jenis dan jumlah ruangan, adalah dengan menambah ruangan dan jumlah TT untuk kelas I dan VIP serta bare dikembangkan VVIP. Rencana ke depan akan dibentuk CVCU dan ICU serta NICU anak. Kinerja pelayanan yang dilihat dan angka indikator pelayanan menunjukan bahwa BOR selama tiga tahun diatas 60% (BOR tahun 2001 dan 2002 sebesar 78% dan tahun 2003 sebesar 63%). TOI 2001 dan 2003 sebesar 3 dan 2002 sebesar 1. LOS 2001 sebesar 12 hari, 2002sebesar 4 hari, 2003 sebesar 4 hari. BTO tahun 2001 25x, 2002 sebanyak 67x, dan 2003 sebanyak 56x. Angka GDR perseribu pada tahun 2001 sebesar 60 , 2002 sebesar 20 dan 2003 sebesar 30. NDR tahun 2001 sebesar 30, tahun 2002 dan 2003 sebesar 10. Jumlah komplain pasien belum tercatat dan layanan puma jual dilakukan sebatas keringanan pembayaran berupa pembayaraan cicilan.
Pada perpektif pertumbuhan dan pembelajaran diketahui kapabilitas karyawan dari tingkat kepuasan karyawan di instalasi rawat inap 93% puns, retensi karyawan tinggi, turn over yang rendah (tahun 2001-2002 tidak ada turn over). Kapabilitas informasi di instalasi rawat inap dalam hal kecepatan penyeberan informasi dan sosialisi informasi ke karyawan dirasakan masih kurang baik oleh karyawan. Keempat perpektif kinerja keuangan, kinerja pelanggan, kinerja proses bisnis internal dan pertumbuhan pembelajaran pada instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Pasar Rebo secara keseluruhan menunjukan nilai positif yang bagi kemajuan rumah sakit.

Pasar Rebo Jakarta District Hospital Fund Autonomy status which had been gained since 1992 will be changed to District Owned Enterprise in the beginning of 2005. In line with the Presidential Decree No. 40 I2001 concerning District Owned Hospital, then the hospital management will tend to the autonomy and independent service operation. In the raise of the independency issue, hospital has been urged to undertake the restructuring and the performance enhancement in each unit. In order to measure the performance of each hospital unit, it is a need to have a measurement which not only relies on the financial performance aspect but also non financial aspect. Balanced Scorecard is a tool which could be used to measure booth financial and non financial aspects in balance through 4 perspectives; finance, customers, internal business process, and learning and growth.
This study is using descriptive research methodology, which aimed to portrait the inpatient performance during the specific period. Primary data was taken by interview and survey to the inpatient patients and employees by samples 100 respectively. Secondary data was taken from the hospital financial report and hospital manual procedures.
The result from this study pinpoints that from the financial aspect, there is a growth in the revenue in the inpatient installation in line with the increase in its cost during the period 2001-2003, From the customers aspect, it is known that patient satisfaction degree with the median border of 66%, inpatient market share during 3 years 25%, and customers retention increase from the years 2001-2003. From the internal business process, it is discovered that the innovation had been done in terms of the development in the room kind and amount, that is by adding the rooms and TT amount for Class I and VIP and the new developed VVIP. In the future it is planned to develop CVCU, ICU and children NICU. Service performance which could be seen from the service indicator showed that BOR during 3 years had been above 60% (BOR 2001 and 2002 reached 78% and 2003 reached 63%). TDI 2001 and 2003 was 3 and 2002 was 1. LOS 2001 was 12 days, 2002 was 4 days and 2003 was 4 days. BTO 2001 was 25x, 2002 was 67x and 2003 was 56x. GDR per thousand in 2001 was 60, 2002 was 20 and 2003 was 30. NDR 2001 was 30, 2002 and 2003 was 10. Patients complaints had not yet been recorded and after sales service was done limited to the installment payment.
From the learning and growth perspective, it was found out that employee capability, from the employee satisfaction in the inpatient unit was 93% satisfy, employee retention was high, low turn over ( year 2001-2002 there was no turn over). Information capability in the inpatient unit in terms of the speed of information spread and informing the employees, need to be improved. The four perspective performance consists of financial, customers, internal business process and learning and growth in the inpatient unit of Pasar Rebo Jakarta District Hospital in general shows the positive value for the development of the hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Mufied
"Pimpinan rumah sakit dalam mengambil keputusan membutuhkan informasi yang memenuhi aspek kualitas, termasuk informasi akuntansi yang dirangkum dalam laporan keuangan, agar keputusan yang diambil sesuai dengan kenyataan. Sistem pengakuan pendapatan pasien rawat inap yang diberlakukan di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo saat ini didasarkan pada saat pasien pulang dan membayar biaya perawatan, sehingga pencatatannya didasarkan hanya pada semua uang kas yang masuk saja, ini merupakan ciri dari sistem pencatatan cash basis.
Sedangkan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Rumah Sakit Pemerintah yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, pengakuan pendapatan pasien rawat inap diakui pada saat pelayanan diberikan atau paket pelayanan/perawatan dilakukan, dan pencatatannya didasarkan pada saat timbulnya hak dan kewajiban, ini merupakan ciri dari sistem pencatatan accrual basis. Dengan adanya perubahan sistem pengakuan pendapatan dari saat pasien pulang menjadi saat pelayanan diberikan atau paket pelayanan/perawatan dilakukan, merupakan aspek yang harus diteliti.
Tujuan penelitian adalah diperolehnya gambaran tentang pelaporan pendapatan pasien rawat inap sesuai dengan sistem pengakuan pendapatan menurut Standar Akuntansi Keuangan Rumah Sakit Pemerintah, agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan manajerial dan mengukur kinerja rumah sakit.
Penelitian dilakukan melalui pengumpulan data primer dengan pengamatan terhadap aktivitas yang ditelaah, yaitu setiap pasien yang masuk dirawat di ruang rawat dan pulang sehat atau meninggal, melalui teknik pengamatan berperan serta selama 3 bulan sejak bulan April 1995 s/d bulan Juni 1995. Observasi dilakukan dengan mencatat dan menghitung besarnya pendapatan dari perawatan, pendapatan dari pemeriksaan penunjang serta pendapatan dari tindakan, yang dirinci satu persatu terhadap 754 pasien pulang dan pasien yang masih dalam perawatan. Dalam perhitungan tersebut diketahui berapa pembayaran yang lunas dan berapa yang belum lunas yang mengakibatkan piutang.
Data yang terkumpul selama 3 bulan tersebut, dianalisa dengan proses pembuatan laporan keuangan berdasarkan pengakuan pendapatan pasien rawat inap menurut standar akuntansi keuangan rumah sakit pemerintah yang berorientasi pada accrual basis, dan proses pembuatan laporan keuangan berdasarkan kebiasaan yang sudah berjalan selama ini yang berorientasi pada cash basis.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pencatatan pengakuan pendapatan rawat inap yang didasarkan pada saat pasien pulang selama 3 bulan berjumlah Rp. 67.243.812,00 , sedangkan pencatatan pengakuan pendapatan rawat inap pada saat pelayanan diberikan atau paket pelayanan/perawatan dilakukan berjumlah Rp. 82.469.987,00, sehingga terdapat perbedaan jumlah pendapatan sebesar Rp. 15.226.175,00. yang merupakan kinerja yang tidak terukur.
2. Pengakuan pendapatan rawat inap saat pasien pulang yang diberlakukan RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo saat ini, kurang memberikan aspek kualitas yang memadai terutama dalam memberikan informasi bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.
3. Pencatatan dan pelaporan pendapatan yang dilakukan saat ini, dibuat hanya bersifat keselarasan/kesesuaian antara pelaksanaan dan peraturan, sehingga lapaorannya sulit untuk dilakukan analisa.
4. Pengakuan pendapatan berdasarkan standar akuntansi keuangan rumah sakit pemerintah ternyata sangat memadai dalam memenuhi aspek kualitas laporan keuangan, sehingga dapat memberikan informasi bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan, karena mu dahnya dilakukan analisa keuangan, serta bermanfaat dalam me ngukur kinerja.
5. Piutang pasien dalam perawatan yang selama ini belum pernah diketahui, maka dengan adanya pengakuan pendapatan berdasarkan standar akuntansi rumah sakit pemerintah, piutang tersebut dapat diketahui.
Disarankan agar dibentuk Tim Penyusunan Sistem Akuntansi, diadakan pelatihan, pengolahan data dengan komputer, untuk sementara diterapkan akuntansi paralel.

Based on Government Hospital Accounting Standard for the Dr. Cipto Mangunkusumo State Hospital makes Ambulatory Care Unit Patient?s Income Acknowledgement System AnalysisThe head of hospital makes decision, he needs an information have to met a quality aspect, including and accounting information reviewed by financial statement, in order to his decision made in accordance with reality. The ambulatory care unit patients' income acknowledgement system analysis utilities in the Dr. Cipto Mangunkusumo State Hospital, it is current based on patients, back to their home and pay medical charge, so the their medical record is just only in cash, this is a characteristic from cash basis record system.
In the other hand, Government Hospital Accounting Standard issued by Ministry of Health, ambulatory care unit patients' income acknowledgement system analysis acknowledged when management makes service of service/treatment packet demonstrated and their own record upon when an arising of their rights and obligation, this is a basis accrual record system characteristic. With income acknowledgement transfer to when they back and to become service/treatment packet demonstrated, this is aspect must be examined.
The subject of study is getting an illustration about ambulatory care unit patients' income report in accordance with income acknowledgement system base on Government Hospital Accountancy Standard, rather, to be utilities to makes managerial decision and to make hospital performance.
A study made with primer data collecting with our observation toward our activities studied, i.e., each patients entered in unit treatment and back either health or dead, with our observation technique played for three months from April to June of 1995. Our observation made with record and calculate total their own income from treatment, income from supporting treatment, income from supporting medical aids and income from medical action, and details one by one to 754 of patients' back to home and of patients are still being medical aids. Within those treatments, known whether how much settlement their payment or not.
Our data collected for three months, they analysis with preparation financial report process based on ambulatory care unit non patients' income based on Government Hospital Accountancy Standard oriented to accrual basis and its medical report, formally, have been applied today oriented to cash basis.
Following Our result study :
1. Ambulatory care unit patients' income acknowledgement record based on they will be back to home for three months : Rp. 67,243,812.00, and in the other hand, when service served or service/treatment made total Rp. 82,469,987.00, so that getting deviation total income : Rp. 15,226,175.00 whose irregular performance.
2. Currently, the Dr. Cipto Mangunkusumo State Hospital gives a ambulatory service income acknowledgement when its patients going to back home, lack of solid quality aspect, particularly, it gives information to superior when the making decision.
3. It is now, both record and income record demonstrated, just make accurated between implementation and management, so that, it is just difficult for the report to make an analysis.
4. An income acknowledgement based on Government Hospital Accountancy Standard appeared more suitable to specify finance statement quality aspect, so that its given an information to superior in the making decision, because it was simple demonstrated the finance analysis and useful to make a performance.
5. Patients' account receivable are treated current service, they had never known, and by it is based on Government Hospital Accountancy Standard, that account receivable will be known.
Suggested that establishing a Accountancy Preparation System Team, held training, processing data with the computer, while applied parallel accounting.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toding, Florida Irene
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembangunan Rumah Sakit Medika Galaxi yang tidak terencana sehingga mengakibatkan timbulnya banyak kendala dalam pengoperasiannya- Kendala utama yang dihadapi adalah kekurangan ruang rawat untuk pasien dengan jenis penyakit tertentu dan pasien dari kelompok atau golongan tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihak manajemen merencanakan untuk tetap memanfaatkan bangunan yang ada. Masalah yang dihadapi adalah apakah kondisi bangunan fisik dan sarana yang ada di Rumah Sakit Medika Galaxi saat ini sudah memadai dalam memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap pasien rawat inap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi bangunan dan sarana fisik Rumah Sakit Medika Galaxi yang ada saat ini dalam hubungannya dengan kebutuhan ruangan bagi pasien rawat inap. Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif terhadap lima faktor utama yang mempunyai pengaruh terhadap disain ruang rawat inap serta perbandingannya dengan standar yang berlaku. Faktor-faktor tersebut adalah jumlah tempat tidur, pembagian kelas perawatan, luas ruang rawat, jenis pelayanan medik, dan fasilitas ruangan. Jumlah tempat tidur perkelas, luas ruang rawat, jenis pelayanan medik, dan fasilitas ruangan secara umum dipandang sudah memadai sedangkan pembagian kelas perawatan belum memadai. Janis pelayanan medik dan fasilitas ruangan sudah memenuhi standar sedangkan jumlah tempat tidur total, pembagian kelas perawatan, dan Iuas ruangan belum memenuhi standar yang berlaku. Faktor utama yang belum mendukung kebutuhan pelayanan rawat inap adalah pembagian kelas perawatan yang berkaitan erat dengan belum terpenuhinya kapasitas tempat tidur total di Rumah Sakit Medika Galaxi. Ukuran luas masing-masing ruang rawat belum ada yang memenuhi standar dan beberapa ruangan kelas perawatan berisi jumlah tempat tidur yang tidak sesuai dengan standar maksimal yang berlaku. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien rawat inap dan kemungkinan pengembangannya saat ini dan dimasa yang akan datang maka pihak manajemen Rumah Sakit Medika Galaxi perlu memperbaiki kondisi yang ada melalui suatu studi kelayakan yang komprehensif.

Study on Physical Design and Facilities of Medika Galaxi Hospital Inpatient RoomThe study background arise from the construction of Medika Galaxi Hospital which is not planned and causes many problems in operation. The primary problem was inadequacy of inpatient rooms expecially for patient with specific condition and for patient from specific gender or different socioeconomic status. To solve the problem, the management wants to renovate the existing building. The facing problem are where the physical condition and facility of Medika Galaxi Hospital at this time are adequate enough to comply with the need for inpatient care. The purpose of this study are to draw a picture about Medika Galaxi Hospital physical condition & facility in conjuction with the need of rooms for impatient care. Study design are descriptive analytic of five primary factors which having influence to the design of inpatient room and it's comparison with standard requirements. The factors are number of patient bed, inpatient class division, size of inpatient room, classification of medical care, and room facilities. Number of patient bed for each impatient class, size of inpatient room, classification of medical care, and room facilities are generally accepted adequate enough but inpatient class division were not adequate. Classification of medical care and room facilities have comply with standard requirements but total number of patient bed, inpatient class division, and size of inpatient room do not comply with standard requirements. The primary factor that not support the need for impatient care are inpatient class division which is related largely with the total patient bed capacity of Medika Galaxi Hospital. The size of each inpatient room do not fulfill the standard requirements and some of the rooms were loaded with patient bed in quantity larger then the maximal standard requirements. To comply with the need for impatient care and the development possibility in this time and in the future, the Medika Galaxi Hospital management need to improve the present condition via a comprehensive feasibility study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Imelda
"Latar Belakang: Stroke iskemik merupakan penyebab kecacatan no 1 didunia yang membutuhkan perawatan jangka panjang sehingga akan mempengaruhi lama hari rawat di rumah sakit. Berdasarkan data statistik tahun 2012 rumah sakit PMI Bogor terjadi peningkatan kasus stroke iskemik yang cukup tinggi. Namun belum ada gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien stroke iskemik.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat inap pasien stroke iskemik baik faktor karakteristik rumah sakit (Kelas Perawatan, Pemakaian ruangan intensive, Hari masuk, Hari keluar) maupun faktor karakteristik pasien (Umur, Jenis kelamin, Komplikasi, Penyakit Penyerta, Cara Bayar Dan Cara Keluar).
Metode: Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional, jumlah sampel 112 pasien dengan data sekunder dari sistem informasi rekam medis rumah sakit. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.
Hasil dan kesimpulan: Penelitian menunjukkan bahwa rata–rata lama hari rawat inap pasien stroke iskemik di rumah sakit PMI Bogor tahun 2012 adalah 5,88 hari, dan hasil uji bivariat yang berhubungan adalah yang memiliki nilai (p<0,005). Faktor yang mempengaruhi lama hari rawat yang panjang adalah pasien diruangan intesive (p=0,006), memiliki komplikasi (p=0,001) dan penyakit jumlah penyerta (p=0,035). Sedangkan faktor yang mempengaruhi lama hari rawat lebih singkat adalah cara keluar pasien yang keluar atas permintaan sendiri (p=0,003). Variabel kelas perawatan, hari masuk, hari keluar, umur, jenis kelamin, cara bayar tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Saran: segera menetapkan standar lama hari rawat pasien stroke iskemik dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat yaitu pada variabel pemakaian ruangan intesive, komplikasi, penyakit penyerta, dan cara keluar.

Background: Stroke Ischemic is the no.1 cause of disability in the world and long-term care that will affect the long days hospitalized. Based on the statistical data of 2012 PMI Bogor hospital increased cases of ischemic stroke is high enough. But there is no picture and the factors related with lenght of stay inpatient for stroke ischemic.
Objective: This study was to describe and factors related to the old days of hospitalization for ischemic stroke patients both hospital characteristic factors (Class Care, Intensive Care Use, Day In, Day Out) and factors of patient characteristics (Age, Sex, Complications, Infectious Host, How To Pay And How To Get Out).
Methode: This study is a quantitative cross-sectional design, the sample size of 112 patients with secondary data from the medical record information system hospital. Data were analyzed using univariate and bivariate.
Results and conclusions: The study showed that the average length of stay inpatient of for stroke ischemic patients in the hospital PMI Bogor in 2012 was 5.88 days, and the test results are related bivariate who has value (p<0.005). Factors affecting long long day care is patient room of intesive (p=0.006), had a complication (p=0.001) and the number of comorbid diseases (p=0.035). While the factors that affect the long days shorter hospitalization is the way out the exit at the request of the patient 's own (p=0.003). Variable-class care, day in, day out, age, gender, how to pay did not show any significant relationship.
Suggestion: immediately set the standard lenght of stay inpatient ischemic stroke ischemic and control the factors that affect the day care is the use of variable intesive room, complications, comorbidities, and the way out.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Utami Sudiro
"Masalah penelitian. Hasil pembangunan yang meningkatkan pendidikan dan penghasilan, dan adanya peluang sektor swasta didalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan serta adanya kebijakan rumah sakit pemerintah menjadi rumah sakit swadana, meningkatkan persaingan antar rumah sakit dalam usaha untuk tetap mempertahankan keberadaannya. Di sisi lain terdapat keterbatasan sumber daya, sehingga rumah sakit tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan dan segala segmen pasar yang ada. Dengan pertimbangan ekonomi maka dipilih beberapa segmen pasar yang ditarik guna menjaga kelangsungan hidupnya Rumah sakit harus mengutamakan kepada segmen pasar yang paling menguntungkan.Rumah Sakit Setia Mitra adalah rumah sakit swasta dengan kekhususan kasus-kasus bedah, tidak lepas dari pengaruh persaingan antar RS untuk merebut pangsa pasar. Rumah sakit ini mengalami penurunan BOR sejak tahun 1992 yaitu sekitar 50-60 %. Ditambah pada tahun 1993 mengalami musibah kebakaran, sehingga terjadi pula penurunan sumber daya.
RUANG LINGKUP. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan segmen rawat inap. Lingkup penelitian dibatasi pada faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan segmen rawat inap yang meliputi faktor pendidikan, penghasilan, pelayanan penerimaan, pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan obat, pelayanan makanan, dan ruang rawat.
METODOLOGI. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain `cross sectional'. Populasi penelitian adalah pasien pasca rawat inap dan sampel adalah total populasi. Instrumen pengumpul data yaitu kuesioner.
HASIL. Dari 8 variabel bebas yang diteliti ternyata ada 6 variabel yang terbukti menunjukkan hubungan statistik bermakna dengan segmen rawat inap. Sedangkan 2 variabel lainnya tidak menunjukkan hubungan statistik bermakna.
KESIMPULAN. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan, penghasilan, pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan makanan dan ruang rawat berhubungan dengan segmen rawat inap. Sedangkan 2 faktor lainnya yaitu pelayanan penerimaan dan pelayanan obat tidak berhubungan dengan segmen rawat inap.
SARAN. Perlu adanya kerjasama dengan dokter praktek disekitar rumah sakit dalam memberikan informasi (promosi), Dan untuk meningkatkan `performance' rumah sakit diperlukan upaya perbaikan pelayanan medik dan keperawatan tanpa membedakan segmen dan mengembangkan komite medik dan komite keperawatan untuk memantaunya, untuk pelayanan makanan dan ruang rawat perlu dikembangkan adanya gugus kendali mutu di bidang pelayanan makanan serta kenyamanan dan kebersihan ruang rawat disamping adanya perbaikan fasilitas ruang rawat. Perlu adanya `internal marketing' bagi seluruh karyawan terutama dokter dan perawat. Diperlukan juga adanya penelitian lebih lanjut untuk menentukan target pasar kemudian posisi pasar beserta bauran pemasarannya.

Research problem. The development results increasing education and incomes, and there has time to spare the private sector in carrying out of health service, and by the policy of public hospital becomes self funds, raising hospital competition in an attempt to keep constantly their existences. Other side there are resources limitation, of course those of hospital. Cannot covered all of the segmentation needs. There is must be chosen about profitability segmentation. Setia mitra hospital is a private hospital with speciality surgery case not influenced from hospital competition to catch market share. This hospital had decreased BOR from 1992 about 50-60%, additional in 1993 had fired and also decreasing human resources.
Scope. The research is aimed to find information about factors related to impatient segmentation. It is limited on factors that are believed to have a correlation with inpatient segmentation. They consist of education, income, perception of admission service, medical service, nursing care service, medication service, food service and inpatient room.
Methodology. The research is classified as a cross sectional study. The population is inpatient who had recovered, while its sample is total population instrument of data collection is questionary.
Result. It turned out only 6 out of 8 variables showed a significant correlation. Where as the other 2 which failed to be proved.
Summary. This study included that a significant correlation about variables education, income, medical service, nursing care service, food service and inpatient room. Where as the other about admission service and medication service were failed to be proved. Suggestion. Setia Mitra hospital should consider in promotion to set up a good relation ship between practical doctors whose rounded hospital and to raise hospital performance need increasing medical service and nursing care without difference segment and monitoring them with develop a medical committee and nursing committee for monitoring food service and inpatient room should also develop a quality control in preparing food, convenience and room service. Beside increasing facilities have to internal marketing for employee especially for doctors and nurses. Also have to forward research to make market target decession then the position and there marketing mix.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Sutjiati
"Kepres.No.361 tahun 1992 tentang Rumah Sakit sebagai Unit Swadana, merupakan Dasar Hukum RSCM untuk mengikut sertakan dana masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Paviliun Mawar merupakan salah satu bukti upaya realisasi Kepres. tersebut, namun masih belum diikuti dengan pemanfaatan yang optimal oleh masyarakat sebagai pengguna jasa, baik pasien maupun dokter-dokter spesialis RSCM. sebagai pemberi jasa pelayanan kepada masyarakat. Melihat kenyataan tersebut diatas, maka diadakan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien yang sudah memanfaatkan jasa Paviliun Mawar, dan mengetahui bagairnana pendapat mereka terhadap pelayanan yang ada. Selain itu juga perlu mengetahui bagaimana pendapat para dokter serta menejer dalam menilai kualitas pelayanan Paviliun Mawar saat ini, menuju- ke pengembangan pelayanan Paviliun Mawar ke arah pelayanan yang lebih profesional dalam mengantisipasi era globalisasi perumah sakitan di tahun 2000.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan disain penelitian deskriptif eksploratif. Metoda pengumpulan data vaitu wawancara biasa dan wawancara mendalam, serta dilengkapi data kuantitatif yang diperoleh meialui pengisisan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis persentase dilanjutkan dengan analisis kualitatif untuk seluruh hasil penelitian. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran karakteristik pasien yang mempunyai peluang baik bila ditilik dari sudut segmentasi pemasaran rurnah sakit,yaitu sebagian terbesar adalah usia produktif, pria, kepala keluarga dan dengan latar pendidikan Akademi dan Perguruan Tinggi. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan cukup memadai,penilaian terhadap, tarif yang berlaku tidak menjadi niasalah bagi pasien, kecuali peserta PHB. Oleh karena itu apabila dikelola dengan baik , Paviliun Mawar akan menjadi asset yang baik bagi RSCM di kemudian hari. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa temyata belum semua dokter spesialis di RSCM mengetahui dan memperoleh informasi mengenai adanya fasilitas pelayanan rawat inap kelas VIP Paviliun Mawar yang dapat digunakan sebagai lahan praktek pribadi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sekaligus memperoleh dana sesuai yang diharapkan (tarif swasta).
Paviliun Mawar RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta dapat meningkatkan peranannya sebagai salah satu Unit Swadana RSCM dengan lebih baik apabila dapat mengoperasionalkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Hal ini dapat diwujudkan apabila faktor penghambat yang ada pada saat ini dapat dikurangi dan informasi yang rnasih minim ditingkatkan secara lebih proporsional dan profesional. Dalam hal ini keterlibatan Pimpinan Puncak RSCM bersama-sama para pengelola Unit Swadana, dalam penysunan Strategi dan kebijakan Rumah Sakit adalah merupakan kunci sukses keberhasilan dalam meningkatkan Pemanfaatan Paviliun Mawar RSCM. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Setiawan
"ABSTRAK
Lama rawat berhubungan erat dengan mutu dan efisiensi rumah sakit, dan jumlah pengeluaran biaya oleh keluarga pasien, agar dapat mewujudkan kepuasan pasien dan keluarga pasien. dengan mengetahui faktor-faktor yang terkait dengan lama rawat , maka hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja rumah sakit.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional , dengan mempergunakan data sekunder yang diambil dari data rekam medis di Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) Semarang. Variabel bebas penelitian terdiri dari : (1) identitas meliputi jenis kelamin, dan umur ; (2) kondisi medis yang terdiri dari perawatan sebelumnya, diagnosa, dan alasan pemulangan pasien. Variabel terikat adalah lama rawat di rawat inap RSJP Semarang. Analisis data secara statistik menggunakan analisa univarian dan chi -square.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut . variabel yang berhubungan dengan lama rawat yaitu umur, perawatan sebelumnya, dan alasan pemulangan pasien. Hipotesis penelitian setelah melalui uji statistik adalah benar, bahwa lama rawat berhubungan dengan umur,perawatan sebelumnya, dan alasan pemulangan (X2 > harga kritik chi-square). Sedangkan lama rawat tidak berhubungan dengan jenis kelamin, dan diagnosa ( X2 < harga kritik chi square )
Agar dapat meningkatkan kinerja RSJP Semarang disarankan untuk intensifikasi dan perluasan integrasi kesehatan jiwa, konseling keluarga pasien, dan meningkatkan usaha pemasaran.
Daftar pustaka 33 ( 1973 - 1997 )

ABSTRACT
The Factors that Correlate with Length of Stay at Rumah Sakit Jiwa Pusat SemarangLength of stay correlate with hospital quality and efficiency, beside that length of stay influence the price that must be paid by patient to get satisfaction. By knowing factors that correlates with length of stay, could use to get better work hospitality.
This examination is cross sectional design and used secondary data from medical record of Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) Semarang. Dependent variabel examination are :
1. Identity are : gender, and age.
2. Medical situation are: last inpatient care ,diagnostic, and discharge reason.
Length of stay is inpatient variable independent RSJP Semarang. Secondary data analysis statistic use univarian analysis and chi-square.
Outcome of this examination : factors that correlate with length of stay are, age, and last inpatient care. Hypothesis examination are true by statistical trial, that length of stay correlated with age, last inpatient care, and discharge reason ( x2 > critic chi-square value). While length of stay not correlated with gender, and diagnostic x2 < critic chi-square value ).
Length of stay not correlated with gender, and diagnostic ( X2 < critic chi-square value ) .
To get better work hospitality , hospital advice to ascending psychiatric health intensification and integration extension psychiatric health, patient family counseling, and intensive marketing.
Bibliography : 33 ( 1973 - 1997 )
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Fitrianti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26494
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>