Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100970 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Wisnubroto
"Pelayanan pembedahan rawat sehari (One Day Surgery) di Rumah Sakit Umum Tangerang sudah dijalankan selama 4 tahun sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan fungsional sebagai konsekuensi sebuah rumah sakit unit swadana daerah. Hasil selama ini menunjukkan kecenderungan jumlah pasien yang memanfaatkan pelayanan ini meningkat dari tahun ke tahun, tetapi dari segi pendapatan rumah sakit, kontribusi pelayanan ini kepada seluruh pendapatan swadana rumah sakit masih rendah.
Selama ini belum ada upaya pemasaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan pelayanan ini. Pasien yang memanfaatkan pelayanan Pembedahan Rawat Sehari ini kebanyakan datang atas arahan dokter spesialis yang menanganinya pada tingkatan konsultasi di Poliklinik Rawat Jalan.
Penelitian ini dilakukan secara eksploratif untuk menganalisa faktor -- faktor pada lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang berpengaruh terhadap pelayanan Pembedahan Rawat Sehari di Rumah Sakit Umum Tangerang."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sampeliling, Edwin M.
"Unit Rawat Jalan sebagai tulang punggung dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit karena merupakan pintu pertama pada sistem pelayanan memerlukan penywuaian terhadap perubahan-perubahan eksternal yang terjadi untuk meningkatkan profitabilitasnya. Perencanaan strategi memberikan pemikiran yang komprehensif tentang keadaan sekarang dan masa depan sehingga memberikan konsep dan panduan bagi rumah sakit tetap fokus dalam pencapaian visi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitik dengan proses penelitian dimulai dari analisa situasi, penetapan positioning, penetapan alternatif strategi dan penyusunan rencana tindak lanjut. Pengambilan keputusan dalam setiap proses kegiatan dilakukan dalam CDMG. Kemampuan pihak manajemen RS Azra dalam mengidentifikasi faktor-faktor sukses kunci eksternal dan internal menjadi sangat panting dalam menentukan strategi rumah sakit dalam lingkungan persaingan yang semakin ketat. Analisa 5 kekuatan, menunjukkan bahwa kekuatan kedua terbesar selain persaingan antar rumah sakit yang telah ada, adalah kekuatan tawar menawar pembeli.
Instrumen analisa SWOT dan IE matriks digunakan untuk menentukan alternatif strategi dan penetapan strategi terpilih dilakukan dengan metode QSPM. Hasil penelitian merekomendasikan RS Azra untuk melakukan pengembangan pasar, penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan prioritas QSPM, strategi yang ditetapkan adalah pengembangan unit rawat jalan khusus ibu dan anak, pembangunan unit rawat jalan bam (satelit) di Kabupaten Bogor. Selain pelaksanaan strategi ini, diperlukan beberapa kegiatan internal untuk rneminimalkan kelemahan rumah sakit diantaranya penerapan manajemen mutu dalam proses layanan.

Out-patient unit is essentially described as the ?backbone? of a hospital because health-services system in hospital commenced from out-patient. For this fundamental reason, it is very important to recognise and to react to the enviroment turbulances that affect the out-patient?s profitability. Strategic planning deploys understandings about present and future circumstances. It provides development concepts and guidances for out-patient unit to focus and to actualize the specific vision statement.
Basically, this operational rwearch is delined as qualitative research that starts from environmental analysis, positioning, formulating alternative strategies and generating plan of action. The process of decision making for each research-stage is characterized by intuitive judgement of the CDMG. It is necessary to be capable of identifying the external dan internal critical success factor with the purpose of formulate strategies responsing the high-competitive market. Five Forces analysis shows that instead of rivalry among existing hospital in Kota Bogor, competitive industry is secondary controlled by the bargaining power of buyers.
CDMG deploys TOWS matrix and IE matrix in order to recommend alternative strategies of market penetration, market development and product development. Based on QSPM, CDMG subsequently describes the priority strategies as out-patient services specialised for mother and children, construction of new out-patient unit in Kabupaten Bogor, and presenting general clinic in out-patient. Despite the strategy planned, it is crucially considerable to implement quality management to minimise hospital weaknesses."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T24037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delis Susilowati
"Kepala ruangan sebagai salah satu manajer keperawatan bertanggung jawab atas keberhasilan pelayanan keperawatan. Sebagai seorang manajer keperawatan, kepala ruangan harus memiliki kemampuan dalam manajerial, salah satunya kemampuan manajemen waktu. Manajemen waktu adalah menggunakan waktu yang tersedia secara optimal untuk menghasilkan aktivitas yang berguna sebesar mungkin dalam rangka meningkatkan produktivitas waktu kerja. Produktivitas waktu kerja perawat pelaksana di Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar ditunjukkan oleh fenomena perawat pelaksana yang tidak tepat waktu untuk memulai dan mengakhiri aktivitas. Hal ini yang menimbulkan minat peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kemampuan manajemen waktu kepala ruangan dengan produktivitas waktu kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap, sebab penelitian mengenai ini belum ada khususnya di Perjan RS. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebagai tempat penelitian memiliki 17 ruang rawat inap, dengan 17 kepala ruangan dan 200 perawat pelaksana yang menjadi responden dan 70 diantaranya diamati mengenai waktu kerja yang digunakan selama dinas pagi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis, pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan kemampuan manajemen waktu kepala ruangan sebagai variabel independent dan karakteristik kepala ruangan, karakteristik perawat pelaksana serta motivasi kerja perawat pelaksana sebagai variabel confounding dengan produktivitas waktu kerja perawat pelaksana sebagai variabel dependent.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat yang hasilnya menunjukkan bahwa 1) kemampuan manajemen waktu kepala ruangan dalam kategori baik dan produktivitas waktu kerja perawat pelaksana dalam kategori rendah. 2) kemampuan manajemen waktu kepala ruangan dan karakteristik perawat pelaksana serta motivasi kerja perawat pelaksana tidak berhubungan dengan produktivitas waktu kerja. 3) karak- teristik kepala ruangan tidak berhubungan dengan kemampuan manajemen waktu kepala ruangan. Namun demikian dengan uji analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor usia perawat pelaksana dan lama kerja perawat pelaksana berhubungan dengan produktivitas waktu kerja perawat pelaksana yang mampu dijelaskan sebesar 9,4%, sedangkan 90,6%nya dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Analisis multivariat ini menghasilkan model bahwa produktivitas waktu kerja perawat pelaksana di ruang rawat map = 82,102 - 1,238 usia perawat pelaksana + 1,312 lama kerja perawat pelaksana.
Penelitian ini merupakan masukan bahwa kemampuan manajemen waktu kepala ruangan masih perlu ditingkatkan melalui diklat yang berkelanjutan dengan disertai evaluasi yang terencana. Tidak berhubungannya karakteristik kepala ruangan dengan kemampuan manajemen waktunya menunjukkan bahwa Pimpinan RS harus bijaksana untuk menentukan kriteria kepala ruangan dengan memberikan kesempatan kepada staf keperawatan yang berusia muda dan belum memiliki masa kerja namun memiliki tingkat pendidikan S1 keperawatan untuk menjadi kepala ruangan. Masih rendahnya produktivitas waktu kerja perawat pelaksana menjadi tanggung jawab Pimpinan RS dan stafnya untuk meningkatkan produktivitas waktu kerja dengan melakukan pemeliharaan motivasi kerja melalui diklat untuk memelihara motivasi intrinsik dan memperhatikan kesejahteraan staff; insentif yang memadai, suasana kerja yang menyenangkan, aman dan nyaman, serta memenuhi rasa keadilan untuk memelihara motivasi ekstrinsik. Dengan demikian dapatlah diharapkan produktivitas waktu kerja perawat pelaksana dapat ditingkatkan.

The head nurse of ward as one of the nursing managers, takes the responsibility ofthe successfull nursing service. Being the nursing manager, the head nurse should has managerial skill, including time management skill. Time management is use time availability with optimal of the successful activities make useful to time work productivity for the productivity staf nurse can be improved. Time work productivity for the productivity staf nurse at the state hospital of Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar applied showing is the staf nurse phenomena with the activity wasnot timely. The researcher would like to conduct the research on correlations study of head nurse's time management skill with time work productivity for the productivity stat' nurse of ward because no research about it yet, especially at the state hospital of Dr, Wahidin Sudirohusodo Makassar.
The state hospital of Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar consists of 17 in patient wards with total 17 head nurse and 200 staf nurse who were involved in this study as responden, about 70 ofthe staf nurse are observed on time work productivity at morning. This study is descriptive analysis research with a cross sectional design to examine correlation between head nurse?s time management skill as independent variable, the characteristic of head nurse and stat' nurse including the nurse motivation as confounding variable and time work productivity for the productivity stef nurse as dependent variable.
Uni-varied and bi-varied analyses are conducted for this research, which is result in 1) the head nurse's management skill is in good category and the time work productivity of productivity staf nurse is in low category. 2) the head nurse's management skill, the characteristic and motivation of staf nurse has no correlation with the time work productivity of staf nurse. 3) the characteristic head nurse has no correlation with the head nurse?s time management skill. However, the multi-varied analysis test applied showing that the age factor and the working period of the staf nurse is correlated with the time work productivity of productivity staf nurse about 9,4% while the 90,6% of it caused by others. This type of analysis can delivered the model of time productivity of productivity staf nurse of ward that is 82,102 - 1,238 the age of staf nurse + 1,312 working period of staf nurse.
By conducting the research, it is known that the time management skill of head nurse needs to be improved through the continuing education and training, and planned evaluation. Since there is no correlation of the characteristic of head nurse with the head nurse's time management skill, the hospital manager needs to be wise in determining the head nurse criteria by giving the opportunity to the younger and new nursing stat; who graduated in nursing science to be the head nurse. It is the responsibility of hospital manager and its stat' in order to improve the time work productivity of productivity staf nurse by maintaing working motivation through education and training. It is conducted to maintain intrinsic motivation also to consider the prosperity of stat; the appropriate incentive, the safe, comfortable and oonvinient working atmosphere in order to keep the extrinsic motivation. Hopelixlly, the time productivity of productivity staf nurse can be improved."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T10978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fitriyani
"Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling umum terjadi dan menempat urutan ketiga setelah kanker serviks dan kanker uterus. Sebagian besar kasus kanker ovarium (60%) ditemukan pada stadium lanjut sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan hidup pasien kanker ovarium berdasarkan stadium di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014-2018. Desain Penelitian ini menggunakan kohort retrospektif. Pasien yang merupakan kasus baru dan mendapatkan perawatan hanya di rumah sakit masuk ke dalam penelitian. Sampel terdiri dari 295 pasien, 142 pasien dengan stadium awal dan 153 pasien dengan stadium akhir yang didapatkan dari sistem informasi rumah sakit pada periode Januari 2014 – Desember 2018. Pasien diamati dari waktu diagnosis hingga event (meninggal) dalam kurun waktu 57 bulan. Hasil analisis Kaplan Meier menunjukkan probabilitas ketahanan hidup pasien kanker ovarium stadium awal (84%) lebih tinggi dibandingkan pasien kanker ovarium stadium akhir (81%). Rata-rata ketahanan hidup pasien kanker ovarium stadium awal selama 15 bulan sedangkan pasien kanker ovarium stadium akhir selama 9 bulan. Hasil analisis cox regression didapatkan bahwa risiko kematian pasien kanker ovarium stadium akhir 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien kanker ovarium stadium awal setelah dikontrol dengan umur, derajat diferensial sel, dan keadaan umum.

Ovarian cancer is one of the most common gynecological cancers and ranks third after cervical cancer and uterine cancer. Most cases of ovarian cancer (60%) are found at an advanced stage so the treatment results are not as expected. This study aims to determine the survival of ovarian cancer patients based on the stadium at Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar in 2014-2018. Design This study uses a retrospective cohort. Patients who are new cases and get treatment only at the hospital were included in the study. The sample consisted of 295 patients, 142 patients with early stage and 153 patients with final stage obtained from the hospital information system in the period January 2014 - December 2018. Patients were observed from the time of diagnosis to event (death) in a period of 57 months. Kaplan Meier's analysis showed that the probability of survival of patients with early-stage ovarian cancer (84%) was higher than that of end-stage ovarian cancer patients (81%). The average survival of patients with early stage ovarian cancer for 15 months while patients with late stage ovarian cancer for 9 months. The results of cox regression analysis found that the risk of death of end-stage ovarian cancer patients was 1.4 times higher compared to patients with early-stage ovarian cancer after being controlled with age, grade, and performance status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pelayanan kesehatan harus mengupayakan kebutuhan dan kepuasan klien yang dilayani secara berkesinambungan. Perasaan puas yang dialami klien timbul akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya. Selain itu., klien menuntut unit rawat jalan harus dapat memberikan olayanan kesehatan yang seluruh kebutuhannya dilayani dengan cepat, tepat waktu, sopan santun, tanggap, biaya yang terjangkau, akurat, bermutu, dan mendapatkan kepuasan.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kepuasan klien unit rawat jalan Rumah Sakit HUSADA dengan desain deskriptif sederhana, yang dilakukan terhadap 170 responden. Ditemukan Iebih dari 80 % responden telah mendapatkan pelayanan yang cepat, keramahan petugas dan kelengkapan informasi serta menginginkan tempat bermain difungsikan sebagaimana mestinya.

Health services must find the needs' and satisfaction of clients served simultaneously. Feelings of satzlsfaction experienced by clients arising from the performance of health services available. ln addition, clients need outpatient unit should be able to provide all health neew are served quickly, timely, courteous, responsive, affordable, accurate, quality and get satisfaction.
This study aimed to identity client satisfaction Hospital outpatient unit HUSADA with simple descriptive design, which was conducted on 170 respondentsfound more than 80% of respondents had obtained a fast service, friendly staff and completeness of information on places to play and wants to function properly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5912
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Parida
"Pembayaran dengan sistem paket seringkali menimbulkan terjadinya selisih antara tarif paket INA-CBG dengan biaya pelayanan rumah sakit yang dianggap tidak mencukupi. Pembiayaan terbesar BPJS kesehatan terhadap penyakit katastropik adalah penyakit jantung dengan biaya sebesar 8,6T dan merupakan kasus terbanyak dibandingkan dengan kasus katastropik lainnya. RSWS merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Kawasan timur Indonesia dan menaungi sebuah instalasi pusat jantung terpadu. Pada tahun 2019, dr. Khalid Saleh, selaku Dirut di RSUP Wahidin Sudirohusodo, di dalam jumpa persnya menyatakan bahwa terjadi tunggakan oleh pihak BPJS Kesehatan yang mencapai ratusan miliar rupiah. Besarnya tunggakan tentunya akan memengaruhi proses pelayanan dan penangan pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar selisih yang terjadi antara biaya pelayanan penyakit jantung koroner dengan tarif INA-CBGs di RSWS dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya selisih. Penelitian ini adalah penelitian mix method dengan observasional analitik menggunakan pendekatan crosssectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 112 data pasien PJK yang menjalani rawat inap di RSWS. Hasil penelitian menunjukkan adanya selisih positif sebesar 171.908.682 jika dihitung secara keseluruhan namun jika dilihat perkasus terhadap selisih negatif pada kasus angina pektoris. Faktor yang mempengaruhi terjadinya selisih biaya pelayanan dan tari INA-CBG pada penyakit jantung koroner adalah Tingkat keparahan (p-value = 0,000), lama hari rawat (p-value = 0,001), dan pelayanan medis (p-value = 0,002). Hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya selisih biaya adalah adanya tindakan operasi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi selisih biaya yang terjadi di rumah sakit dengan melakukan subsidi silang, menginformasikan kepada pihak-pihak tertentu, mengadakan pertemuan dengan DPJP, dan membatasi tindakan-tindakan yang melebihi tarif rumah sakit pada kasus yang sifatnya tidak urgent. Rumah sakit perlu mengendalikan biaya agar tidak terjadi selisih negatif yang lebih besar antara pelayanan rumah sakit dengan tarif yang ditentukan BPJS dengan tetap memperhatikan kualitas pelayanan. Terus melakukan kendali mutu pelayanan yang efektif sebagaimana panduan praktik klinis.

Payment with a package system often result in a difference between the INA-CBG package rates and hospital service cost, which are considered insufficient. The largest BPJS health financing for catastrophic diseases is heart disease, with a cost of 8.6T, and it is the most common case compared to other catastrophic cases. RSWS is the highest referral hospital in Eastern Indonesia and houses an integrated heart center installation. In 2019, Dr. Khalid Saleh, as the President Director of RSUP Wahidin Sudirohusodo, stated in a press conference that there were arrears from BPJS Health reaching hundreds of billions of rupiah. The large amount of arrears will certainly affect the service and handling process for patients. This study aims to determine the magnitude of the difference between the cost of coronary heart disease services and the INA-CBGs rates at RSWS and the factors that influence the occurrence of the difference. This research is a mixed-method study with observational analytics using a cross-sectional approach. The sample used in this study was 112 data of CHD patients who underwent inpatient treatment at RSWS. The results showed a positive difference of 171.908.682 when calculated as a whole, but when viewed per case, there was a negative difference in cases of angina pectoris. Factors that influence the difference in service costs and INA-CBG rates in coronary heart disease are the severity level (p-value = 0.000), length of stay (pvalue = 0.001), and medical services (p-value = 0.002). Interview result indicated that the most influential factor in the cost difference is the presence of surgical procedures. Efforts are made to overcome the cost difference that occurs in hospitals by conducting crosssubsidies, informing certain parties, holding meetings with DPJP, and limiting actions that exceed hospital rates in cases that are not urgent. Hospitals need to control costs so that there is no greater negative difference between hospital services and the rates determined by BPJS while still paying attention to the quality of service. Continue to carry out effective quality control of services as guided by clinical practice guidelines."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tashadi
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992
923.292 TAS w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi
"Latar Belakang:
Kegawatan onkologi pada pasien kanker paru berhubungan dengan angka kesintasan pasien kanker paru. Pasien kanker paru yang memiliki kegawatan akan meningkatkan angka morbiditas dan angka mortalitas. Penelitian ini bertujuan memberikan data angka kesintasan pada penderita kanker paru dengan kegawatan di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Metode:
Studi kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder rekam medis di RS Wahidin Sudirohusodo dari Januari 2016 sampai Agustus 2017. Semua data penderita kanker paru di ambil melaluielectronic medical record. Perhitungan angka kesintasan menggunakan analisis Kaplan Meier beserta kurva kesintasan. Uji kemaknaan menggunakan uji Mantel-Cox log-rank-test. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang sudah tegak diagnosis kanker paru tanpa disertai dengan keganasan primer di organ lain.
Hasil:
Subjek penelitian 182 pasien kanker paru (122 laki-laki dan 60 perempuan). median. 135 pasien dengan kegawatan onkologi (74.18%). Usia median 55 (18-91 tahun). Jenis kegawatan pada pasien kanker paru yang paling sering ditemukan adalah efusi pleura masif. Angka kesintasan pasien kanker paru dengan tamponade jantung memiliki kesintasan paling rendah; angka tengah tahan hidup 0.6 bulan, dan angka kesintasan 1 tahun sebesar 0% (p<0.005). Pasien kanker paru yang memiliki lebih dari satu jenis kegawatan memiliki angka kesintasan yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien kanker paru yang hanya memliki satu jenis kegawatan onkologi dengan nilai (p=0.002).
Kesimpulan:
Penderita kanker paru dengan kegawatan, terutama tamponade jantung dan jenis kegawatan lebih dari satu kegawatan memiliki angka kesintasan yang rendah.

Background:
Oncological emergencies affect morbidity and mortality in lung cancer patients, which ultimately affects their survival. This study aims to estimate the survival rates of lung cancer patients with oncological emergencies treated at a general hospital in Indonesia.
Methods:
This retrospective study analyzed a cohort of lung cancer patients with oncological emergencies treated at Dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital, Makassar, Indonesia, between January 2016 and August 2017. Subjects were patients without any primary malignancies in the other organs. Their survival rate was estimated from the Kaplan-Meier survival curve and was analyzed using the Mantel-Cox log-rank test.
Results:
This study involved 182 lung cancer patients (122 males and 60 females) as subjects, in which 135 subjects (74.18%) presented with oncological emergencies. Their median age was 55 (18-91) years old. Massive pleural effusion was the most common oncological emergency found (53%). The subject presented with a cardiac tamponade had the lowest survival rate; their median survival rate was 0.6 months, and their 1-year overall survival rate was 0% (p<0.005). Subjects presented with more than one oncological emergency had a lower survival rate compared to subjects with only one type of oncological emergency (p=0.002).
Conclusion:
Lung cancer patients with oncological emergencies, mainly presented with cardiac tamponade and more than one emergency, had a lower survival rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Sabar M. H.
"Kesehatan merupakan salah satu faktor dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi kualitas kesehatan, semakin besar potensi bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan untuk jangka waktu yang panjang. Beberapa indikator penting untuk menggambarkan tingkat kesehatan suatu negara adalah pengeluaran kesehatan, angka kematian bayi, dan angka harapan hidup. Rata-rata pengeluaran kesehatan penduduk di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di pedesaan. Sebagai salah satu komponen dalam pengeluaran kesehatan, pengobatan rawat jalan teridentifikasi merupakan salah satu komponen penyusun terbesar terutama untuk daerah perkotaan seperti Provinsi DKI Jakarta. Seiring dengan semakin bertambahnya permintaan terhadap layanan rawat jalan di rumah sakit umum swasta di Jakarta maka ada potensi meningkatnya permasalahan kualitas layanan end-to-end process seperti lama antrian dan process bottleneck. Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah mengevaluasi proses layanan rawat jalan As-Is, menganalisis efektifitas dan efisiensi proses layanan rawat jalan terhadap potensi masalah antrian, menganalisis akar permasalahan dengan menggunakan pendekatan Business Process Managemement yang menggunakan Business Process Model and Notation (BPMN) dan Value Stream Mapping. Hasil analisis pada model proses To-Be menunjukkan bahwa adanya potensi efisiensi waktu dan efisiensi biaya operasional pada proses layanan rawat jalan yang dapat meningkatkan secara keseluruhan kinerja rumah sakit dan kepuasan pasien.

Health is one of the factors in economic development and growth. The higher the quality of health, the greater the potential for economic growth and prosperity over the long term. Some important indicators to illustrate the level of health of a country are health expenditure, infant mortality rate, and life expectancy. The average health expenditure of urban residents is higher than that of rural residents. As one of the components of health expenditure, outpatient treatment was identified as one of the largest constituent components, especially for urban areas such as DKI Jakarta Province. Along with the increasing demand for outpatient services in private public hospitals in Jakarta, there is the potential for increasing end-to-end process service quality problems such as queue length and process bottlenecks. The objectives of this study include evaluating the As-Is outpatient service process, analyzing the effectiveness and efficiency of the outpatient service process against potential queuing problems, analyzing the root of the problem using a Business Process Management approach that uses Business Process Model and Notation (BPMN) and Value Stream Mapping. The results of the analysis on the To-Be process model show that there is potential for time efficiency and operational cost efficiency in the outpatient service process that can improve overall hospital performance and patient satisfaction."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Papilaya, Johan
"Formularium Rumah Sakit merupakan suatu daftar obat baku beserta peraturan-peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di suatu rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat yang sahih dan sesuai kebutuhan pasien di rumah sakit.
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi yang merupakan rumah sakit kelas C dengan kapasitas tempat tidur 112 buah, dan mempunyai tenaga dokter spesialis di empat bagian dasar maupun unit-unit lainnya. Komite Farmasi dan Terapi yang terbentuk sejak 1989 telah berhasil membuat Formularium Rumah Sakit yang merupakan salah satu tugas dari komite tersebut.
Kenyataan yang ditemukan menunjukan bahwa Formularium Rumah Sakit ini belum digunakan secara optimal seperti terlihat di unit rawat jalan empat besar yaitu unit bedah, kesehatan anak, kebidanan dan penyakit kandungan serta unit penyakit dalam. Ditemukan 54,25 % resep antibiotik dan 59,91 % macam antibiotik serta 46,7 % resep analgetik dan 49,2 % macam analgetik yang menyimpang dari Formularium Rumah Sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang berhubungan dengan penggunaan Formularium Rumah Sakit di unit rawat jalan RSUD Bekasi dan upaya peningkatan penggunaannya. Penggunaan Formularium Rumah Sakit diukur dengan prosentase penggunaan antibiotik dan analgetik karena kedua macam obat inilah yang paling sering ditulis dokter dalam prakteknya.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan responden sebanyak 36 orang yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis maupun dokter gigi. Dengan melakukan wawancara dan pengisian kuesioner dicarilah hubungan variabelvariabel yang diduga secara teeri maupun empiris berhubungan dengan penggunaan Formularium Rumah Sakit.
Dengan uji chi-square dan uji korelasi Pearson's didapati 2 variabel mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik, sedangkan 7 variabel lainnya tidak terbukti mempunyai hubungan bermakna secara statistik.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa lama kerja dokter berhubungan dengan penggunaan analgetik dan ada tidaknya buku petunjuk yang informatif berhubungan dengan penggunaan antibiotik 'sesuai Formularium Rumah Sakit. Sedangkan variabel lainnya yaitu: umur dokter, pendidikan, pengetahuan dokter, sikap dokter, ketersediaan obat, kepercayaan dokter, dan komunikasi dokter tidak berhubungan dengan penggunaan anatibiotik maupun analgetik sesuai Formularium Rumah Sakit. Korelasi tertinggi antara variabel babas dan variabel terikat terdapat pada variabel komunikasi dokter dengan penggunaan analgetik sedangkan yang terendah antara umur dokter dengan penggunaan antibiotik.
Disarankan agar diterbitkan buku petunjuk penggunaan Formularium Rumah Sakit yang berukuran saku bagi tiap dokter di RSUD Bekasi, dan Formularium perlu direvisi secara berkala disesuaikan dengan pola penyakit dan kemajuan industri farmasi. Disarankan pula agar Komite Farmasi dan Terapi perlu ditingkatkan perannya sebagai penyebar informasi tentang Formularium Rumah Sakit dan evaluasi secara periodik terhadap penggunaannya perlu dilaksanakan untuk menilai kepatuhan penggunaan Formularium Rumah Sakit tersebut.

Hospital Formulary is a list of raw drugs and its regulations used as a directive in medicines usage at rationally elected hospital, in accordance with genuine medicines information and in line with patients requirements at hospital.
The research id conducted at Regional General Hospital Bekasi which is made up C-level hospital with 112 beds capacities, and consist of. medical specialist in four ground part units and other units. Pharmacy and Therapy Committee which was formed since 1989 is succeed to create Hospital Formulary which constitutes one of the committee task.
The fact that the Hospital Formulary has not optimally used as shown in four big part of outer treatment unit, that is in surgical operation unit, children health, obstetry and gynecology unit and internal decease units as well. It is found 54,25 %, of antibiotic prescription, 59,91 % sort of antibiotics, 46,7 % analgesics prescription and 49,2 % sort of analgesics which deviates from Hospital Formularium.
The purpose of this research is to identify any factors related to Hospital Formulary usage at outer treatment unit Regional General Hospital Bekasi and an effort to improve the usage. Hospital Formularium usage is measured with antibiotic and analgetic prosentage usage since the two kind of medicines are frequently recommended by doctor in their practicing.
This research type is analytic descriptive with total respondents is 36 people which consists of general practice, specialist and dentists. Conducting some interviews and filling questioners the variables are founded which is estimated theoretically or empirically have to do with Hospital Formularium usage.
By means of chi-square and Pearson's correlation test, it is found out 2 variables which significant correlation statistically each other, while other 7 variables proved no significant correlation statistically.
This research concludes that the length of doctor working is in line with analgetic usage and no informative guidance books as the antibiotic usage up to Hospital Formulary. While other variables are : doctor's age, education, doctoral's knowledge, doctor behavior, drugs supply, doctor belief and communication do not have to do both with anti-biotic usage and analgetic in accordance with Hospital Formularium. The highest correlation between free variable and unfree variable existed on doctor communication variable with analgetic usage while the lowest is doctor's age with antibiotic usage.
It is recommended to publish a pocket directive book concerning Hospital Formulary usage for every doctors at Regional General Hospital Bekasi, and the formulary has to be revised periodically which is corresponded with diseases types and the advanced of pharmacy industry. It is suggested also that Pharmacy and Therapy Committee plays more import-ant roles as an information disseminator regarding Hospital Formularium and does periodic evaluation on its usage to appraise the Hospital Formulary usage disciplines.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>