Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24050 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manggala, Rohana
"ABSTRAK
Pendekatan perencanaan melalui pembangunan masyarakat yang merupakan paradigma baru dalam pembangunan masa kini, harus dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara lebih terpadu.
Untuk itu melalui action research yang dilakukan oleh penulis dengan memilih Gelanggang Remaja Bulungan sebagai studi kasus, bertujuan untuk mengetahui apakah Community Development sebagai suatu pendekatan perencanaan pembangunan masyarakat di DKI Jakarta yang sekaligus merupakan salah satu prinsip Reinventing Government dapat diterapkan.
Selain itu pula melalui action research ini dimaksudkan untuk menggali pemikiran-pemikiran dalam rangka memantapkan program strategi melalui pendekatan community based development.
Sisi lain adalah memasyarakatkan pendekatan community base development kepada seluruh lapisan aparatur pemerintah, serta mengenalkan proses bottom-up planning yang berdasarkan pada people centred approach, dan bukan hanya atas dasar identifikasi keinginan semata.
Penelitian ini dilakukan pada Gelanggang Remaja Bulungan - Jakarta Selatan melalui action research dan juga melalui pengisian kuesioner, untuk dapat lebih memberikan penjelasan mengenai pemahaman aparat dan remaja mengenai proses Community Development.
Dari penelitian dapat disimpulkan sementara bahwa Gelanggang Remaja merupakan salah satu wadah atau sarana yang positif dan efektif untuk menyalurkan kegiatan serta kreatifitas generasi muda. Sehingga diharapkan dengan semakin berkembangnya Gelanggang Remaja yang ada selain dapat menumbuhkan kreasi para remaja dapat pula menekan problem-problem sosial yang ada di lingkungan sekitar remaja itu sendiri.
Untuk menjalankan hal tersebut, maka perlu dilakukanpendekatan-pendekatan dan strategi khusus yakni melalui prinsip Community Development yaitu : pengembangan yang berasal dari masyarakat itu sendiri dengan memelihara cara pelibatan serta partisipasi aktif masyarakat yang mampu menghasilkan kemandirian (khusus yang dimaksud masyarakat disini adalah para remaja atau generasi muda)."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zakky
"Gymnasium Universitas Indonesia merupakan sarana olahraga yang sering digunakan mahasiswa untuk melakukan latihan rutin dan pertandingan. Namun, hingga saat ini belum diketahui Gymnasium Universitas Indonesia sudah mencapai standar pencahayaan olahraga sehingga muncul lah ide untuk mengevaluasi kuat pencahayaan pada bangunan tersebut. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi sistem dan pengukuran kuat cahaya secara langsung. Hasil pengukuran tersebut diolah dan dari hasil analisis teridentifikasi bahwa kuat penerangan Gymnasium Universitas Indonesia jauh di bawah nilai standar BS EN 12193:2007 class III 300 lux yaitu untuk bulutangkis A,B, dan C berturut-turut adalah 130,8 lux, 134,68 lux, dan 117,24 lux untuk lapangan voli A dan B 122,625 lux dan 114,925 lux, dan lapangan basket 152,5066667 lux.
Setelah melakukan perancangan dengan mengganti jenis lampu dan luminairnya menjadi GentleSpace gen2 BY471P ECO250S/840 PSD WB GC SI dan membuat grup lampu sesuai dengan jenis lapangan diperoleh nilai kuat penerangan lapangan yang sesuai dengan yaitu 300 lux kuat pencahayaan pada masing-masing lapangan meningkat dari lapangan bulutangkis A,B,dan C 341 lux, 343 lux, dan 343 lux lalu untuk lapangan voli A 313 lux dan voli B 316 lux dan lapangan basket dengan memanfaatkan 14 buah lampu menjadi 414 lux. Lapangan basket mampu memanfaatkan 10 buah lampu dengan tetap menjaga nilai kuat pencahayaannya yaitu 302 lux sehingga dapat menghemat konsumsi energi listrik.

The University of Indonesia Gymnasium is a sporting facility used for routine and matching exercises. However, until now unknown Gymnasium University of Indonesia has reached the standard of sports education is indispensable for the building. This study was conducted using strong systems and measurements directly. The results of the measurements were processed and from the results identified that the strong lighting of the University of Indonesia Gymnasium was far below the standard value of BS EN 12193 2007 class III 300 lux ie for badminton A, B, and C were 130.8 lux, 134.68 lux, and 117.24 lux for volleyball field A and B 122,625 lux and 114,925 lux, and basketball field 152,5066667 lux.
After designing the lamps and luminaires into GentleSpace gen2 BY471P ECO250S 840 PSD WB GC SI and create a group of lights in accordance with the type of field obtained strong field lighting ratings corresponding to 300 lux strong lit on each field up from badminton field A, B and 341 lux, 343 lux and 343 lux for A 313 lux volleyball and B 316 lux volleyball and basketball court with 14 lamps to 414 lux. Basketball field is able to take advantage of 10 lights with a strong stay. The weight of the lighting is 302 lux.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Meirthon Togar
"Berbagai bentuk pembinaan diberikan oleh Pemerintah DKI dalam membina usaha kecil menengah seperti pembinaan dalam bantuan peralatan, bantuan modal, pelatihan-pelatihan maupun penyediaan tempat usaha. Salah satu bentuk pembinaan yang diberikan adalah membangun sentra industri kecil PIK Pulogadung. Sentra yang dibangun untuk menampung usaha kecil yang berasal dari lokasi yang sudah tidak layak lagi atau menimbulkan kemacetan namun usahanya memiliki potensi untuk berkembang, bertujuan untuk memudahkan pembinaan-pembinaan lanjutan agar usaha mereka semakin maju. Berbagai sarana dan prasarana disiapkan di PIK Pulogadung, dari rumah produksi dan hunian, barak kerja, show room bahkan pondok untuk buruh atau karyawan pun disediakan dengan harga sewa yang relatif murah.
Keberadaan pengusaha Red di PIK Pulogadung merupakan suatu komunitas. Mereka sama-sama berada di suatu lokasi dan sama-sama mempunyai satu tujuan yaitu bagaimana supaya usahanya dapat maju. Sebagai suatu komunitas tentunya mereka diharapkan dapat bekerjasama dengan baik, dapat saling bantu dan bertukar informasi sehingga kebersamaan yang ada dapat menunjang kemajuan usaha. Namun hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa yang terjadi tidak sebagaimana yang diharapkan, kebersamaan yang ada masih minim dan sifatnya sementara. Mereka bersama-sama hanya pada hari-hari raya tertentu saja seperti perayaan 17 Agustus maupun hari-hari besar lainnya itupun tidak semua mengikutinya. Himbauan kerja bakti tidak diikuti oleh seluruh warga, banyak dantara mereka yang mengupah atau membayar orang untuk menggantikannya kerja bakti. Demikian pula sebagai suatu komunitas, seyogyanya mereka dapat bersama-sama memanfaatkan sumber daya yang ada di PIK Pulogadung, sehingga kemajuan usaha yang diperoleh benar-benar merupakan hasil binaan Pemerintah yang telah menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan-kemudahan.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci fenomena sosial yang terjadi di PIK Pulogadung. Subjek penelitian adalah masing-masing satu orang pengusaha yang berkatagori sangat maju, maju, berkatagori sedang dan berkatagori tidak produksi. Disamping itu dilakukan juga wawancara dengan ketua RW dan Pejabat BPLIP. Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi non - partisipan.
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa para pengusaha kecil yang ada di PIK Pulogadung memiliki modal sosial yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari minimnya komunikasi antar warga, maupun warga dengan organisasi atau warga dengan pengelola. Demikian pula partisipasi warga terhadap kegiatan-kegiatan organisasi seperti di Koperasi maupun FPU sangat minim. Koperasi industri kecil PIK Pulogadung misalnya, tidak disukai oleh warga dengan alasan Koperasi tersebut hanya dimiliki sekelompok orang tertentu saja. Berbagai fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada Koperasi hanya dinikmati oleh segelintir orang dan Koperasi dinilai tidak transparan. Sedangkan satu-satunya organisasi yang dibentuk oleh warga dan memiliki kebersamaan adalah paguyuban Ikatan Keluarga Minang (IKM). Namun organisasi ini bersifat primordial karena hanya suku Minang saja yang menjadi anggotanya. Kegiatan IKM cukup aktif seperti arisan dan pengajian-pengajian.
Badan Pengelola Lingkungan Industri dan Pemukiman (BPLIP) Pulogadung berupaya agar komunikasi antar warga dapat barjalan dengan baik. BPLIP mendirikan Forum Pengembangan Usaha (FPU) dengan tujuan sebagai media komunikasi antar warga maupun warga dengan pengelola dengan harapan dapat terwujudnya kebersamaan. Disamping itu BPLIP berupaya mengikutsertakan warga PIK dalam proses pembangunan fisik, seperti pembangunan barak kerja diserahkan kepada FPU untuk melaksanakannya yang ternyata diduga disalahgunakan oleh pengurus lama. Namun demikian warga masih menaruh harapan besar terhadap FPU ini. Warga melihat FPU dengan pengurus yang baru diharapkan dapat berperan membantu usaha warga yang kurang maju. FPU diharapkan pula selain sebagai jembatan komunikasi juga dapat berperan sebagai jaringan usaha dan jaringan sosial yang dapat mewujudkan kebersamaan di PIK Pulogadung.
Rencana pembangunan Business Center di PIK Pulogadung yang akan berfungsi sebagai pusat perbelanjaan dan showroom bagi produk-produk PIK merupakan event yang tepat bagi BPLIP untuk mengoptimalkan peran KOPIK dan FPU. Peran lebih besar sepertinya harus diberikan kepada FPU jika BPLIP benar-benar ingin membangkitkan partisipasi warga dalam proses pembangunan Business Center ini. Melalui FPU, BPLIP harus mampu membangkitkan partisipasi warga, baik dalam perencanaan pembangunan termasuk dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan, partisipasi dalam menerima dan memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan, maupun partisipasi dalam menilai hasil pembangunan. Jika parlisipasi ini sudah terwujud, maka event pembangunan Business Center dapat lebih dikembangkan lagi dengan menjadikan PIK Pulogadung sebagai tujuan wisata belanja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desiwanti Astuti
"[Kemiskinan merupakan momok bagi pembangunan suatu negara. Selain menghambat pertumbuhan ekonomi, kemiskinan juga dapat menimbulkan masalah multidimensi. Untuk memecahkan masalah kemiskinan, pemerintah berupaya menggalakkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan. Saat ini, Program Pemberdayaan Masyarakat (Community Driven Development-CDD)
telah menjadi salah satu program yang sering dilakukan oleh negara-negara berkembang untuk mengelola tingkat kemiskinan. Konsep dasarnya sangat sederhana, yaitu pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Di Indonesia, pemerintah menerapkan Program CDD melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagai dasar dari kampanye pengurangan kemiskinan. Dalam pelaksanaannya, program PNPM membutuhkan keikutsertaan masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program. Sebuah studi dari keberhasilan PNPM dilakukan tak lama setelah program ini diluncurkan pada tahun 2007. Hasil studi terbaru menyebutkan bahwa PNPM
cenderung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu mengurangi jumlah orang miskin (pertumbuhan pro-kemiskinan). Namun ironisnya, program ini dihentikan oleh rezim baru di awal tahun 2015. Berangkat dari masalah ini, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari PNPM sebagai cara untuk mencapai pertumbuhan yang pro-kemiskinan (pro-poor growth). Cakupan makalah penelitian ini adalah merumuskan peran PNPM di tingkat nasional mengingat sebagian besar penelitian sebelumnya hanya terfokus pada daerahdaerah
tertentu. Studi ini menghasilkan kesimpulan bahwa PNPM adalah instrumen yang bisa diterapkan untuk mencapai pertumbuhan yang prokemiskinan (pertumbuhan yang menguntungkan orang miskin). Dengan membatasi definisi kemiskinan secara absolut, setiap peningkatan dana PNPM
yang menyertai pertumbuhan ekonomi, cenderung akan mengurangi kemiskinan.

Poverty is a scourge for development of a country. Besides inhibiting the economic growth, poverty may also cause multidimensional problems. Thus, to solve poverty matters, many governments attempt to promote poverty alleviation programs in their countries. Currently, Community-Driven Development (CDD) Program has become one of the systems which is often practiced by developing countries in order to manage the poverty rate. Its basic concept is very simple. It empowers the communities, especially the poor, to unleash them from the shackles of poverty. In Indonesia, the government implements CDD Program through the so-called Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) as
the basis of the poverty reduction campaign. In its implementation, PNPM program requires the poor communities to get involved in such actions as participation in planning, implementation, monitoring and evaluation of the
programs. A study of the success of the PNPM to eradicate poverty was conducted shortly after the program was launched in 2007. The results of the latest studies suggested that the PNPM will likely be able to reduce the number of poor people in Indonesia. Nevertheless, after running for several years, the program was terminated by the new regime at the beginning of 2015. Departing from this issue, this study aims to investigate the effectiveness of PNPM as a means of alleviating poverty. Since most of the previous studies only focused on certain areas, this research paper is trying to formulate the role of PNPM at the national level. This study has come up with a conclusion that the PNPM is a workable instrument to achieve pro-poor growth, the growth which favours the poor. By limiting the definition of poverty in absolute terms, any increase in the PNPM funds, accompanying the economic growth, will likely reduce poverty more.;Poverty is a scourge for development of a country. Besides inhibiting the
economic growth, poverty may also cause multidimensional problems. Thus, to
solve poverty matters, many governments attempt to promote poverty alleviation
programs in their countries. Currently, Community-Driven Development (CDD)
Program has become one of the systems which is often practiced by developing
countries in order to manage the poverty rate. Its basic concept is very simple. It
empowers the communities, especially the poor, to unleash them from the
shackles of poverty. In Indonesia, the government implements CDD Program
through the so-called Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) as
the basis of the poverty reduction campaign. In its implementation, PNPM
program requires the poor communities to get involved in such actions as
participation in planning, implementation, monitoring and evaluation of the
programs.
A study of the success of the PNPM to eradicate poverty was conducted
shortly after the program was launched in 2007. The results of the latest studies
suggested that the PNPM will likely be able to reduce the number of poor people
in Indonesia. Nevertheless, after running for several years, the program was
terminated by the new regime at the beginning of 2015. Departing from this issue,
this study aims to investigate the effectiveness of PNPM as a means of alleviating
poverty. Since most of the previous studies only focused on certain areas, this
research paper is trying to formulate the role of PNPM at the national level. This
study has come up with a conclusion that the PNPM is a workable instrument to
achieve pro-poor growth, the growth which favours the poor. By limiting the
definition of poverty in absolute terms, any increase in the PNPM funds,
accompanying the economic growth, will likely reduce poverty more;Poverty is a scourge for development of a country. Besides inhibiting the
economic growth, poverty may also cause multidimensional problems. Thus, to
solve poverty matters, many governments attempt to promote poverty alleviation
programs in their countries. Currently, Community-Driven Development (CDD)
Program has become one of the systems which is often practiced by developing
countries in order to manage the poverty rate. Its basic concept is very simple. It
empowers the communities, especially the poor, to unleash them from the
shackles of poverty. In Indonesia, the government implements CDD Program
through the so-called Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) as
the basis of the poverty reduction campaign. In its implementation, PNPM
program requires the poor communities to get involved in such actions as
participation in planning, implementation, monitoring and evaluation of the
programs.
A study of the success of the PNPM to eradicate poverty was conducted
shortly after the program was launched in 2007. The results of the latest studies
suggested that the PNPM will likely be able to reduce the number of poor people
in Indonesia. Nevertheless, after running for several years, the program was
terminated by the new regime at the beginning of 2015. Departing from this issue,
this study aims to investigate the effectiveness of PNPM as a means of alleviating
poverty. Since most of the previous studies only focused on certain areas, this
research paper is trying to formulate the role of PNPM at the national level. This
study has come up with a conclusion that the PNPM is a workable instrument to
achieve pro-poor growth, the growth which favours the poor. By limiting the
definition of poverty in absolute terms, any increase in the PNPM funds,
accompanying the economic growth, will likely reduce poverty more;Poverty is a scourge for development of a country. Besides inhibiting the
economic growth, poverty may also cause multidimensional problems. Thus, to
solve poverty matters, many governments attempt to promote poverty alleviation
programs in their countries. Currently, Community-Driven Development (CDD)
Program has become one of the systems which is often practiced by developing
countries in order to manage the poverty rate. Its basic concept is very simple. It
empowers the communities, especially the poor, to unleash them from the
shackles of poverty. In Indonesia, the government implements CDD Program
through the so-called Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) as
the basis of the poverty reduction campaign. In its implementation, PNPM
program requires the poor communities to get involved in such actions as
participation in planning, implementation, monitoring and evaluation of the
programs.
A study of the success of the PNPM to eradicate poverty was conducted
shortly after the program was launched in 2007. The results of the latest studies
suggested that the PNPM will likely be able to reduce the number of poor people
in Indonesia. Nevertheless, after running for several years, the program was
terminated by the new regime at the beginning of 2015. Departing from this issue,
this study aims to investigate the effectiveness of PNPM as a means of alleviating
poverty. Since most of the previous studies only focused on certain areas, this
research paper is trying to formulate the role of PNPM at the national level. This
study has come up with a conclusion that the PNPM is a workable instrument to
achieve pro-poor growth, the growth which favours the poor. By limiting the
definition of poverty in absolute terms, any increase in the PNPM funds,
accompanying the economic growth, will likely reduce poverty more, Poverty is a scourge for development of a country. Besides inhibiting the
economic growth, poverty may also cause multidimensional problems. Thus, to
solve poverty matters, many governments attempt to promote poverty alleviation
programs in their countries. Currently, Community-Driven Development (CDD)
Program has become one of the systems which is often practiced by developing
countries in order to manage the poverty rate. Its basic concept is very simple. It
empowers the communities, especially the poor, to unleash them from the
shackles of poverty. In Indonesia, the government implements CDD Program
through the so-called Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) as
the basis of the poverty reduction campaign. In its implementation, PNPM
program requires the poor communities to get involved in such actions as
participation in planning, implementation, monitoring and evaluation of the
programs.
A study of the success of the PNPM to eradicate poverty was conducted
shortly after the program was launched in 2007. The results of the latest studies
suggested that the PNPM will likely be able to reduce the number of poor people
in Indonesia. Nevertheless, after running for several years, the program was
terminated by the new regime at the beginning of 2015. Departing from this issue,
this study aims to investigate the effectiveness of PNPM as a means of alleviating
poverty. Since most of the previous studies only focused on certain areas, this
research paper is trying to formulate the role of PNPM at the national level. This
study has come up with a conclusion that the PNPM is a workable instrument to
achieve pro-poor growth, the growth which favours the poor. By limiting the
definition of poverty in absolute terms, any increase in the PNPM funds,
accompanying the economic growth, will likely reduce poverty more]
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T45046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Yulia Nurliani
Yogyakarta: Deepublish, 2018
725.2 YUL r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Safira
"Penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan Gelanggang Remaja di wilayah DKI Jakarta dan dampaknya pada masyarakat sejak tahun 1970-1980. Gelanggang remaja merupakan wadah atau tempat yang biasanya dipakai para remaja untuk memanfaatkan waktu luang dengan melakukan berbagai kegiatan yang berguna dan positif. Selain itu Gelanggang Remaja juga menjadi tempat bertanding atau berkompetisi para remaja dalam berbagai macam kegiatan. Pembahasan dalam penelitian ini diawali oleh latar belakang pendirian Gelanggang Remaja, kegiatan-kegiatan yang diadakan Gelanggang Remaja, dan dampaknya terhadap masyarakat. Penelitian ini menggunakan Metode Sejarah yang menerapkan Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi dalam penulisannya. Kesimpulan sementara yang penulis dapatkan, menunjukkan bahwa Gelanggang Remaja yang diawali pada tahun 70-an mengalami perkembangan yang signifikan sejak tahun 70an hingga 80an dengan menunjukan bahwa banyak diminati remaja, terkait dengan banyaknya aktivitas yang ditawarkan oleh gelanggang remaja tersebut, seperti kursus-kursus ilmu keterampilan, penyedia sarana olahraga dan kesenian. Di masa keemasannya Gelanggang Remaja merupakan penyelenggara sekaligus mewadahi berbagai acara berskala regional maupun nasional, seperti Festival Teater Remaja, Pekan Olahraga Nasional, Pemilihan Abang None. Banyaknya acara pada gelanggang remaja melatar belakangi terbentuknya organisasi Karang Taruna. Kemudian terdapat beberapa dampak dari Gelanggang Remaja pada masyarakat yaitu diantaranya dampak sosial, ekonomi, budaya dan olahraga. Dari dampak positif tersebut lahirlah beberapa tokoh besar yang kita kenal hingga saat ini seperti, Komeng (pelawak), Iwan Fals (penyanyi), Papa T Bob (pencipta lagu anak populer) dan masih banyak lagi.

This study explains the development of youth centers in the DKI Jakarta area and their impact on society from 1970-1980. A youth center is a place or place that‟s usually used by teenagers to take advantage of their spare time by doing various useful and positive activities. Besides that, the youth arena is also a place to compete or compete for teenagers in various kinds of activities. The discussion in this study begins with a background of establishment of youth arena, the activities held by the youth arena, and their impact on society. This study uses the Historical Method which applies Heuristics, Criticism, Interpretation, and Historiography in its writing. The temporary conclusion that the authors get, shows that the youth arena that was started in the 70s has developed from the 70s to the 80s by showing that it is in great demand by teenagers, related to the many activities offered by the youth arena, such as skills science courses, a provider of sports and arts facilities. In its golden age, Youth Center was the organizer as well as accommodating various regional and national scale events, such as the Youth Theater Festival, National Sports Week, Abang None Election. The number of events at the youth arena was the background for the formation of the Karang Taruna organization. Then there are several impacts of the Youth Center on society, including social, economic, cultural and sports impacts. From this positive impact, some great figures that we know today were born such as, Komeng (comedian), Iwan Fals (singer), Papa T Bob (composer of popular children's songs) and many more."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rustiwan Sofyan Pahlevi
"Menurut Suparlan (1996:3) kota itu ada dan hidup karena bisa memberikan pelayanan yang penting artinya bagi warga yang hidup di dalam kota dan sekitarnya. Salah satu bentuk pelayanan kota adalah penyediaan sarana olahraga yang memadai. Gelanggang Remaja Kecamatan Duren Sawit merupakan aset tanah dan bangunan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berfungsi memberikan pelayanan di bidang olahraga. Pada penelitian ini, ditemukan permasalahan bahwa pemanfaatan Gelanggang Remaja Kecamatan Duren Sawit rendah berdasarkan jumlah kunjungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari faktor penting dalam peningkatan pemanfaatan gedung dan mencari cara terbaik dalam pengelolaan aset dalam bentuk sebuah strategi. Dalam penelitian ini melalkui dua tahap analisis. Alat analisis tersebut berupa analisis faktor dan Analithycal Hierarchy Process (AHP). Faktor-faktor yang terkait dengan Peningkatan Pemanfaatan Gelanggang Remaja diperoleh dengan cara survey pendahuluan, tinjauan pustaka, benchmark, diskusi dengan pengelola gedung olahraga. Perumusan strategi didasarkan pada justifikasi pakar/stakeholder. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan cara pengumpulan data kuesioner yang pada 120 orang pengguna gelanggang remaja dan 5 pakar/stakeholder yang mengetahui dan terlibat dalam pengelolaan gelanggang remaja.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa faktor fisik, fasilitas, tarif, aksesibilitas, internal pengguna dan eksternal pengguna merupakan faktor yang terkait dengan Peningkatan Pemanfaatan dan dengan Peningkatkan Kualitas Manajemen Gedung, dan aspek yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan tujuan pelayana masyarakat antara lain faktor yang paling berpengaruh adalah Faktor Fisik dan faktor yang paling berperan adalah Pengelola Gedung. Implikasi dari penelitian ini 1) inspeksi atau monitor secara berkala terhadap kondisi fisik bangunan aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2) Pemberian pelatihan bagi Pengelola Gedung sebagai upaya peningkatan kemampuan pengelolaan aset atau peningkatan kualitas manajemen aset Pemerintah Daerah dan 3) melakukan Bencmark terhadap pengelolaan aset milik swasta baik di dalam dan di luar negeri, secara berkala untuk menambah pengalaman bagi pengelola aset Pemerintah Daerah dan 4) Pembentukan Pilot Project pengelolaan Gelanggang Remaja menjadi Strategic Business Unit (SBU) yang mandiri.

According to Suparlan (1996:3), the life and the existence of a city is determined by its ability to provide services which are important for the people living in or surround it. One of the city services is the adequate sport facility. Duren Sawit Youth Center is a DKI Jakarta?s physical asset which provides sport services. This research finds that Duren Sawit Youth Center?s utilization is considered low in terms of the visit level. The objectives of this research is to find important factors in improving the building utilization and find the best way to strategize the asset management. This research goes through two analytical steps which are factor analysis and Analytical Hierarchy Process (AHP). Factors related to Youth Center Utilization Improvement are taken through preliminary Survey, References, benchmark, discussion with the building management officer. The strategy formula is based on stakeholders?/experts? justification. This is a quantitative research using questionnaire collection from 120 Youth Center visitors and 5 experts/stakeholders who are involved in the Youth Center management.
The result shows that physics, facilities, fee, access, internal and external users are the factors related to the improvement of the utilization and building management quality. The important aspect influencing is a physical factor and the other aspect playing important role is Building management officer. The impacts of the research are: 1) periodical monitoring or inspection to the physical building condition of DKI Jakarta province assets. 2) conducting training for building management officers in order for them to improve the capability of managing asset and to improve the quality of the local Government management asset.3) conducting benchmarking with the local and abroad private asset management periodically in order to acquire more experience for local Government asset management. 4) starting Pilot Project from managing Youth Center to independent Strategic Business Unit (SBU)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S15130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windu Astutik
"ABSTRAK
Remaja merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental dan emosional. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah diketahuinya hasil pemberdayaan masyarakat dalam perkembangan identitas diri remaja dengan pendekatan model Adaptasi Stres dan Health Promotion Models di komunitas. Karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus, sebanyak 21 remaja dibagi dalam dua kelompok intervensi, kelompok pertama diberikan tindakan keperawatan ners pada remaja dan keluarga serta terapi kelompok terapeutik, sedangkan kelompok dua diberikan tindakan keperawatan ners pada remaja dan terapi kelompok terapeutik. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan peningkatan kemampuan remaja dalam menstimulasi perkembangan dan perkembangan identitas diri lebih tinggi pada kelompok yang diberikan tindakan keperawatan ners remaja dan keluarga, serta terapi kelompok terapeutik. Terapi kelompok terapeutik direkomendasikan untuk dilakukan pada tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat dengan melibatkan keluarga dan kader kesehatan jiwa menggunakan pendekatan kelompok untuk mencapai perkembangan remaja yang lebih optimal.

ABSTRACT
Adolescent is a period of transition from childhood to adulthood which is characterized by the acceleration of the development of physical, mental and emotional. The purpose of writing this paper is known the result of the application of group therapy as a form of therapeutic stimulation of adolescent development with Stuart models and models of health promotion approach. This study used case study method. The responden in first group of 7 adolescents given therapeutic group therapy, nurse intervention for adolescent and family and empowerment of cadres, the second group 14 adolescents given therapeutic group therapy and health education for adolescent only. The results showed a higher increase in the ability to stimulate the development and adolescent identity development in the group given therapeutic group therapy, nurse intervention for adolescent and family and empowerment cadres. Group therapeutic recommended to do at the stage of mental health services in communities with involving family and cadres mental health using a group approach to achieve a more optimal adolescent development.
"
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>