Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116566 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Matondang, Saiful Anwar
"ABSTRAK
The rise of gender as a category of analysis in the humanities since early 1980's strikes a system of domination in which men as a group has a hegemony power over women. It reacts to the men's oppression over women in a patriarchal system. Refers to an idea that reveals 'Gender is not a biological fact but a cultural formation', this study treats the characters' behaviour on The Root of All Evil and Parallel Forces as a socio-cultural formation. This research applies the focalization method to find out the cultural background that influences gender problems which hide inside those two novels. Focalization method is a way of tracing an ideological viewpoint of narrative's focalizer. Focalizer, (he or she) as an agent of orientations, mediates events, places, and persons.
The focalizer of The Root of All Evil, a migrant from Indonesia that has been in Melbourne for about nine years, sees the highly dependence of middle class women in Jakarta from her internalized - Australian "egalitarism" and "fair go" concepts. She confronts those ideas to refined, submissive, and domestic oriented of an early 1980's women situation in Jakarta. She compares her new situation Jakarta with Australian perception of women's roles. She can not understand the position of women, and political system of Indonesia. She tries to do her idea in her home town. She fails and she is up set.
The second novel, Parallel Forces has two focalizers. A cultural hibridity that makes a very individual behaviour in a cosmopolitan environment becomes the central focus of this text. More various characters and cultural transactions happen in this novel. The twins , Amyrra and Amyrta were born in Singapore have a permissive - French mother, Claudine and a traditional Javanesse (Priyayi) father, Hardoyo.
The twins' parents come from two different culture (s). They also grew up in Melbourne. Amyrra lives in a very ambigious situation. She both believes in Catholic and Reincarnation of Ken Dedes. She is sure that she is caught by "Myth of the old Javanesse Queen Ken Dedes? Reincarnation". But She is a believer anyway. Claudine as a model for Amyrra and Amyrta. She is very successful in surviving in two worlds. As a good mother, Claudine in the long run makes Western's progress and Eastern's tolerance harmonized as the best way of life. She stresses it to her twins daughters.
Both novels still exposure the patriarchal system that makes man dominate all social relations. Social practice of patriarchal system are found in all sectors. Only in a limited space women can participate. Women still need more struggles to live in justice atmosphere.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Budaya Indonesia tidak bisa dilepaskan dari budaya agama, bahkan budaya agama sudah mengakar sejak awal kedatangan generasi pertama di negeri ini. tapi dalam tahun-tahun belakangan ini agama sering dijadikan alat oleh sekelompok orang untuk melakukan tindak kekerasan, munculnya radikalisme, dan fundamentalisme yang menegasikan the other. Suatu fenomena yang sangat menyedihkan sekali, jika dibandingkan dengan kondisi kehidupan beragama di masyarakat Indonesia pada masa klasik. Dalam khazanah ilmu-ilmu social modern, agama ternyata tidak dikaitkan dengan konflik, melainkan lebih kepada integrasi dan harmoni. Di Indonesia agama, khususnya Islam telah menjadi satu dasar pemersatu yang penting, dan mampu beradaptasi dengan budaya setempat, sehingga agama menjadi system pemertahanan kultur dan harmoni. Selanjutnya agama Islam tidak hanya berfungsi sebagai priestly religion, sebagai penyanggsa status qua, tetapi ia juga berfungsi sebagai propethic religion, yang menjadi model mobilisasi massa untuk menggerakan perubahan. Tulisan ini bertujuan mendiskripsikan bagaimana nilai luhur dan ideal dalam agama pada masa klasik di Indonesia telah menjadi sumber pemertahanan kultur dan harmoni dalam relasi pergaulan sesama, yakni Indonesia yang bineka tunggal ika. Gambaran data sejarah agama pada masa klasik di Indonesia dipandang penting untuk merekonstruksi masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural pada masa sekarang dan akan datang., Indonesian culture can not be separated from religious culture. Religious culture had been in this state since the first generation. But recently the face of moderate religion turned into a radical religion. The rise of radicalism is increasingly enforcing to negate the other.
In the discourse of modern social sciences, religion is not associated with the conflict, but rather to the integration and harmony. The religion in Indonesia, especially Islam is capable to adapt the local culture, thus showing a harmony. So the role of religion as an institution of the priesthood__creating a harmony in society at one hand__and on the other hand plays a role as a prophetic religion, as liberator force.
This paper aims to describe how the values ​​and ideals in religion have become a source of preservation of culture and harmony in Indonesian society as in the past and construct the plural dan muliticultural society in Indonesia in the future.]"
[, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia],
MK-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Maharani
"Kedudukan autos pahlawan olahraga mempunyai peran lebih dari sekedar atlit dalam masyarakat majemuk Amerika sejak tahun 1950an. Mereka tidak hanya dituntut untuk mendominasi bidang olahraganya tetapi juga mewakili perjuangan berbagai kelompok dalam proses penerapan multikulturalisme. Isu-isu yang timbul yaitu pengakuan identitas kolektif dan berbagai isu lain sehubungan dengan perubahan tradisi dalam institusi olahraga tersebut. Tiger Woods seorang pemain golf profesional yang mendominasi bidang olahraganya menjadi sarana dari isu-isu berbagai kelompok yang saling bertentangan, saling mendominasi ataupun benegosiasi. Tiger Woods yang dalam hal ini menjadi media bersikap pragmatis dengan memanfaatkan kembali isu-isu tersebut bagi kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok lain.
Melalui pendekatan kualitatif dan cultural studies, dengan menganalisa representasi tokoh Tiger Woods maka dapat ditunjukkan adanya tuntutan suatu media yang dapat mengakomodasi berbagai benturan dan dukungan dalam berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat Amerika sehubungan dengan proses multikulturalisme. Representasi dari Tiger Woods yang dimaknai berbeda-beda membuat perubahan pada pemahaman suatu identitas yang sifatnya fixed atau stasis menjadi dinamis dan merupakan negosiasi antara masa lalu dan masa kini. Tiger Woods juga menjadi representasi dalam masyarakat multikultural Amerika bukan hanya karena identitas yang ada pada dirinya tetapi karena fungsi representasi dari Tiger Woods bagi kepentingan berbagai kelompok tersebut.
Identitas individu yang dipahami oleh masyarakat didasari oleh kalegori yang berdasarkan pads ras, etnik, gender dan kelas sehingga muncul berbagai tuntutan pada diri Tiger Woods yang memiliki latar belakang biologis multiras dan multi etnik. Kesadaran akan klasifkasi identitas bagi general multiras dimunculkan dalam fenomena ini. Hal ini menunjukan bahwa klasifikasi identitas yang ada dalam masyarakat dituntut untuk dapat disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi sehubungan dengan proses multikulturalisme.
Tiger Woods dapat mendominasi olahraga golf yang menjadi supremasi monokulturalisme (rich, middle-age white men). Perubahan yang terjadi dalam tradisi golf menjadikan Tiger Woods dimaknai sebagai simbol perjuangan multikulturalisme. Olahraga golf disini menjadi sarana pergesekan antara monokulturalisme dan multikulturalisme. Representasi Tiger Woods dalam perubahan tradisi golf dimanfaatkan oleh berbagai kelompok untuk kepentingan mereka sehubungan dengan olahraga golf isu sendiri maupun kepentingan diluar urusan golf.
Dari berbagai pemaknaan dan penggunaan mitos pahlawan olahraga Tiger Woods ini menunjukkan bahwa masyarakal Amerika memerlukan suatu media yang tidak saja merefleksikan suatu proses multikulturalisme tetapi juga terlibat dan berperan dalam pembentukan proses itu sendiri. Representasi Tiger Woods menjadi signifikan karena memproduksi berbagai simbol dan anti, mengorganisir berbagai pemaknaan dan digunakan sebagai acuan berbagai objek, isu, golongan, peristiwa ataupun aturan-aturan secara nyata dalam masyarakat majemuk Amerika, berdasarkan kode-kode yang sesuai dengan latar belakang konsep pemikiran masing-masing kelompok.

The myth of sports heroes or heroines has played some important role in the American multicultural society since the 1950s. They are not demanded not only to dominate the sports but also to represent some groups in the process of implementing multiculturalism. The issues raised are collective identity recognition and some other issues related to the tradition changes in the related sports institutions. Tiger Woods, a dominant professional golfer has facilitated the issues from different groups that opposites, dominated, and negotiated to each other. He, in this respect a negotiator, is pragmatic by employing the issues for his own or other groups' interests.
Through qualitative approach in cultural studies, analyzing the representation of the sports figure Tiger Wood, I can demonstrate that there is a demand that media must be capable of accommodating various conflicts and supports within the American social groups especially if connected to the multicultural process. The representation of Tiger Woods, which is interpreted differently, has changed the understanding of an identity that used to be fixed or static into the one dynamic and negotiating the past and present. Tiger Woods represents the multicultural American society not because of what he has personally but because of his functioning as the representative of those groups.
Individual identity is understood as categorization with the basis of race, ethnic, gender, and class; therefore, there come demands to Tiger Woods, the one who is biologically of multi races and multi ethnics. The awareness of identity classification of the multiracial generation is raised in this phenomenon. This shows that such social classification is required to adjust to the progress of multicultural process.
Tiger Woods can dominate golf, a monoculture hegemony (rich, middle-aged white men). The changes of this tradition have made Tiger Woods a symbol of the multicultural movement. Golf facilitates the negotiation of monoculture-multicultural conflicts. This representation in changing golf tradition is made good use of by some groups for sports and non-sports purposes.
From the meaning and use of the myth of sports heroes, Tiger Woods shows that American society needs a medium that not only reflects the multicultural process but also involves and takes part in the process itself. The representation becomes significant because it produces symbols and meanings, manages several meaning-makings, and is used as standards of various objects, issues, social groups, events or regulations explicitly in the multicultural America with the basis of codes which conform the background thoughts of each social group.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Wahyu Danaparamita Dewi
"ABSTRACT
Perpindahan penduduk di zaman ini tidak terelakkan. Di satu sisi, hal ini dapat berdampak positif bagi perkembangan ekonomi di sebuah wilayah. Namun di sisi lain, secara psikologis, banyaknya kelompok pendatang dapat berpotensi menimbulkan gesekan antar kelompok, yang salah satunya disebabkan oleh adanya persepsi bahwa eksistensi dan identitas dari kelompok lokal-mayoritas terancam akibat keberadaan kelompok pendatang. Oleh karena itu, untuk menjaga keharmonisan antar kelompok, penting untuk memahami upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan outgroup attitude yang positif. Penelitian ini berusaha melihat pengaruh persepsi ancaman terhadap outgroup attitude. Lebih lanjut, penelitian ini juga ingin melihat peran multikulturalisme dan polikulturalisme dalam memoderasi hubungan antara persepsi ancaman dan outgroup attitude. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, 302 partisipan yang merupakan masyarakat Hindu-Bali dengan rentang usia 18 ndash; 64 tahun, dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa persepsi ancaman memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan outgroup attitude B = -0,50, 95 CI [-0,6, -0,39], p < 0,01. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa polikulturalisme dapat memoderasi hubungan antara persepsi ancaman dan outgroup attitude secara signifikan B = -0.29, 95 CI [-0.49, -0.09], p < 0.01. Namun demikian, tidak ditemukan efek yang signifikan pada multikulturalisme dalam memoderasi hubungan antara persepsi ancaman dan outgroup attitude B = 0.08, 95 CI [-0.10, 0.25], p > 0.05. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi ancaman yang dipersepsi individu, maka semakin negatif outgroup attitude atau sikap yang ia tunjukkan kepada kelompok luar. Selain itu, hasil analisis moderasi menunjukkan bahwa polikulturalisme merupakan salah satu ideologi budaya yang efektif dalam menanggulangi dampak persepsi ancaman terhadap outgroup attitude.

ABSTRACT
In todays world, migration is inevitable. On the one side, this phenomenon has positive impact for the economic development of that respective region. But on the other side, from the perspective of psychology, this massive amount of immigrants could potentially give rise to intergroup conflict, due to the perception that local majority group rsquo s existence and cultural identity are being threatened because of the immigrants presence. Therefore, to maintain intergroup harmony, it is essential to understand how positive outgroup attitude could be developed. This study aimed to examine the effect of threat perception on outgroup attitude. Furthermore, this study also seek to understand the role of multiculturalism and polyculturalism in moderating the effect of threat perception on outgroup attitude. To answer these questions, 302 participants of Balinese Hindu people with the age range of 18 ndash 64 years, are involved in this study. The result of this study found that threat perception has negative and significant relationship with outgroup attitude B 0,50, 95 CI 0,6, 0,39, p 0,01. This study also found that polyculturalism can significantly moderate the relationship between threat perception and outgroup attitude B 0.29, 95 CI 0.49, 0.09, p 0.01. However, there is no significant moderating effect found of multiculturalism on the relationship between threat perception and outgroup attitude B 0.08, 95 CI 0.10, 0.25, p 0.05. These results may indicate that the higher the threat an individual perceives, their outgroup attitude toward other groups would also be more negative. Moreover, moderation analysis shows that polyculturalism is one of cultural ideology that could effectively overcome the impact of threat to outgroup attitude."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Karina Rosliana
"Fokus penelitian kualitatif berperspektif feminis ini adalah menjelaskan dekonstruksi tubuh dan seksualitas perempuan yang hidup dalam masyarakat patriarkat dan berkasta di Bali yang dilakukan Oka Rusmini. Penelitian ini menggunakan pendekatan praktik penulisan feminin Cixous juga teori seks dan kekuasaan milik Foucault. Terdapat tiga temuan, yaitu pertama, perempuan Bali yang hidup dalam sistem patriarkat dan kasta diposisikan sebagai warga kelas dua. Lebih jauh lagi, perempuan Sudra mengalami diskriminasi ganda karena posisinya berada paling rendah dalam tatanan kasta Bali. Kedua, adat budaya Bali yang patriarkat mengkonstruksi tubuh dan seksualitas perempuan sebagai objek dari hasrat laki-laki. Hasrat perempuan dikonstruksi sebagai liyan dari hasrat laki-laki. Oka merekonstruksi nilai tersebut dengan menampilkan tokoh perempuan yang berani untuk mengekspresikan hasrat seksual sekaligus menikmati eksplorasi tubuh dan seksualitas mereka. Ketiga, munculnya dekonstruksi tubuh dan seksualitas dalam kelima prosa Oka Rusmini menunjukkan konsistensi Oka dalam mengkritisi dan mendobrak konstruksi nilai dan seksualitas perempuan Bali yang selama ini dikungkung dalam mitos dan tabu seksual oleh penulisan maskulin. Dalam prosa-prosanya, Oka menggambarkan perempuan Bali sebagai perempuan yang memiliki otonomi atas tubuh dan seksualitas sendiri

The focus of this qualitative feminist study is to explicate Oka Rusmini’s deconstruction of women’s body and sexuality in the caste system in Balinese society as written in her five prose works. Using Cixous’ feminine writing approach as well as Foucault’s sex and power theory as the framework to analyze her works, I came with three findings. Firstly, Balinese women who live in patriarchal and caste society are considered assecond class citizens. In addition to that, Sudra’s women in particular are going through multiple discriminations due to their gender and low rank in the caste system in Bali. Secondly, the patriarchal society constructed women’s body and sexuality as the object of desire of men. Women’s desire was constructed as ‘the Other’ of men’s desire. Through her works, Oka reconstructed these values by creating women characters who dare to express their sexual desire and enjoy the exploration of their body and sexuality. Thirdly, the emergence of the deconstructed women’s body and sexuality in all of her works show her consistency in criticizing and breaking the values of women’s body and sexuality that have always been restricted by myth and sexual taboo in masculine writing. In her works, Balinese women were reconstructed as women who have autonomy for their own body and sexuality."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandi Pardian
"Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra produksi beberapa komoditas unggulan agribisnis di Jawa Barat, namun tingkat pemanfaatan sebagian hasil produksi agribisnis sebagai bahan baku agroindustri melalui kegiatan mandiri wirausaha dari masyarakat petani yang masih kurang menjadi faktor yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Usaha mikro dan usaha kecil sudah terbukti mampu memberikan kontribusi yang signifikan kepada perekonomian nasional di Indonesia. Berdasarkan hal ini maka menjadi sebuah kepentingan untuk melakukan pelatihan pembinaan kepada para petani sebagai salah satu pelaku agribisnis dalam upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan mengenai manajemen praktis usaha mikro berbasis agroindustri dalam upaya menumbuhkan jiwa beriwrausaha, untuk membantu berkontribusi secara nyata bagi peningkatan pendapatan ekonomi keluarga. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan, pengetahuan manajemen praktis, serta pengetahuan dan keterampilan teknik pembuatan produk olahan hasil pertanian bagi para petani diantaranya wanita tani, serta mampu meningkatkan kemampuan manajemen bisnis usaha mikro di bidang agroindustri dan mengembangkan usaha produktif petani. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan metode integratif teoritis pengalaman praktis dan praktek mengenai pendekatan manajemen praktis manajemen produksi, manajemen keuangan manajemen pemasaran, manajemen usaha kecil mikro dan kewirausahaan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini menunjukkan bahwa petani terutama wanita tani di kedua desa yang menjadi sasaran perserta kegiatan sangat mengapresiasi dan antusias terhadap dilaksanakannya kegiatan ini. Peserta merasa masih belum terlalu banyak informasi yang langsung datang kepada mereka mengenai banyaknya peluang yang dapat diperoleh melalui kegiatan berwirausaha di bidang agroindustri yang disesuaikan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari di bidang agribisnis. Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala terutama yang dengan waktu dan biaya dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Sehingga diharapkan pada masa yang akan datang kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat dilakukan dengan lebih efisien sehingga memberikan aktivitas hasil yang efektif, produktif dan optimal."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yunus
"Penelitian ini menunjukkan bagaimana hubungan antara orientasi entrepreneurial internasional, strategi internasional dan kinerja internasional pada industri kecil dan menengah. Industri kecil dan menengah yang diteliti adalah industri yang bergerak di bidang kerajinan dan telah melakukan pemasaran internasional selama minimal 2 tahun.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis bahwa dengan penerapan orientasi entrepreneurial internasional dan strategi internasional yang balk dapat meningkatkan kinerja internasional industri kecil dan menengah tersebut. Orientasi entrepreneurial internasional dalam penelitian ini terdiri dari empat dimensi yaitu (1) orientasi riset pasar dan konsumen, (2) orientasi pemasaran, (3) orientasi manajemen dan (4) orientasi respon terhadap pasar. Sedangkan strategi internasional dijelaskan oleh tiga aktivitas kunci perusahaan yaitu (1) kompetensi strategik, (2) akuisisi teknologi dan (3) persiapan internasionalisasi.
Sampel penelitian adalah industri kecil dan menengah terinternasionalisasi dalam bidang kerajinan yang mengikuti Pameran Produksi Indonesia (PPI) mulai tanggal 20 sampai 29 Mei 2003 di Pekan Raya Jakarta dan berasal dari berbagai kota di seluruh Indonesia dengan jumlah 31 responden. Para responden yang berpartisipasi aktif dalam penelitian ini menjabat sebagai pemilik atau manajer di industri kecil dan menengah yang diteliti.
Hubungan antara orientasi entrepreneurial internasional, strategi internasional dan kinerja internasional pada industri kecil dan menengah ini dianalisis dengan menggunakan analisis faktor dan analisis regresi dengan bantuan software SPSS 10.0.
Hasil penelitian ini menunj ukkan bahwa :
1. Orientasi entrepreneurial internasional pada industri kecil dan menengah yang diteliti dalam penelitian ini yang terdiri dari orientasi riset pasar dan konsumen, orientasi pemasaran, orientasi manajemen dan orientasi respon terhadap pasar tidak signifikan membentuk strategi internasional yang dijelaskan oleh tiga aktivitas kunci perusahaan yaitu kompetensi strategik, akuisisi teknologi dan persiapan internasionalisasi.
2. Proses pengembangan kompetensi strategik perusahaan, persiapan memasuki pasar internasional dan penyerapan teknologi baru dalam industri kecil dan menengah yang diteliti masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak sinergi.
3. Proses akuisisi teknologi pada industri kecil dan menengah yang bergerak di bidang kerajinan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja internasional. Sedangkan kompetensi strategik dan persiapan internasionalisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja internasional.
Hasil penelitian yang dihasilkan oleh Knight (2001) berkebalikan dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti yang menunjukkan bahwa proses akuisisi teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja internasional sedangkan kompetensi strategik dan persiapan internasionalisasi tidak berpengaruh secara signifikan. Begitu pula hubungan antara Orientasi entrepreneurial internasional dan strategi internasional tidak signifikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Muslich
"Vegetasi yang tumbuh pada zona riparian memiliki peran penting dalam melindungi fungsi dan struktur sungai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies dan struktur vegetasi serta perspektif masyarakat terhadap nilai kepentingan vegetasi pada zona riparian. Penelitian dilakukan pada Maret-September 2014 di Ciliwung segmen Bogor-Depok. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode petak (quadrat) berukuran 40 x 50 m. Sebanyak 15 pasang petak pengamatan di kanan-kiri sungai ditempatkan secara systematic sampling pada interval jarak 4 km mengikuti panjang aliran sungai. Seluruh tumbuhan berdiameter ≥ 2 cm dalam petak pengamatan diidentifikasi nama spesiesnya dan diukur diameternya. Perspektif masyarakat terhadap nilai vegetasi diidentifikasi dengan pendekatan etnobotani melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok masyarakat di tiga lokasi yang mewakili komplek perumahan dan perkampungan. Data kuantitatif nilai kepentingan spesies dan kategori fungsi vegetasi dihitung dengan pendekatan LUVI (Local's User Value Index). Jumlah spesies tumbuhan yang ditemukan di dalam petak pengamatan sebanyak 105 spesies dari 36 famili. Famili yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah Fabaceae dan Moraceae, masing-masing 11 spesies. Indeks keanekaragaman (H') spesies tumbuhan pada seluruh lokasi penelitian sebesar 3,23 dengan indeks kemerataan spesies (E) 0,69. Spesies tumbuhan yang mendominasi di antaranya Gigantochloa apus (INP 42,90 %), Musa paradisiaca (INP 38,44 %), Paraserianthes falcataria (INP 16,20 %), Swietenia macrophylla (INP 15,46 %), dan Cecropia peltata (INP 13,76 %). Masyarakat mengetahui 14 kategori fungsi vegetasi yang tumbuh pada zona riparian. Kategori yang memiliki nilai kepentingan tertinggi adalah mencegah longsor tebing sungai dengan LUVI 31,00. Spesies tumbuhan yang memiliki nilai kepentingan tertinggi menurut perspektif masyarakat adalah Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults) dengan LUVI 15,62.

Riparian vegetation has important rules on protection of the river functions and structure. The objectives of the study were to identify species diversity and vegetation structure and also to define local's perspectives of the riparian vegetation function in Ciliwung River segment Bogor-Depok. Fifteen pairs of 40 x 50 m quadrat plots have been used to analyse diversity and structure of riparian vegetation. All plants ≥ 2 cm diameter were identified and measured for diameter. Local's perspectives on riparian vegetation values were identified by ethnobotany approach through in-depth interview, field observation, and Focus Group Discussion. Quantitative data on local's perspectives were analysed by Local's User Value Index (LUVI). The total number plants species were 105 species and 36 families. Fabaceae and Moraceae were highest number in species member (11 species). The diversity index (H) was 3.23 and the equitability species index (E) was 0.69. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultz) Kurz is the most dominant species that has highest Important Values Index (42.90 %), followed by Musa paradisiaca (IVI 38.44 %), Paraserianthes falcataria (IVI 16.20 %), Swietenia macrophylla (IVI 15.46 %), and Cecropia peltata (INP 13.76 %). 14 functions of the riparian vegetation were known by local people. The most important function of the riparian vegetation was prevention of riverbank from landslide (LUVI 31.00) and the most important species for the whole category functions was Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults) Kurz with LUVI 15.62."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009
305.8 MUL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Pati Hadikara
"Keberagaman merupakan suatu ciri khas identitas yang selalu melekat pada nilai-nilai sosial
budaya masyarakat Indonesia. Keberagaman juga menjadi motto bangsa Indonesia yang mempersatukan perbedaan yang ada, dalam nilai-nilai multikulturalisme. Namun pemahaman atas makna keberagaman ini tampak belum bisa membawa masyarakat Indonesia mengerti hingga ke akar pengertian atas keberagaman itu sendiri. Hingga sering sekali, kita melihat banyaknya perpecahan dan salah pengertian tentang bentuk keragaman yang ada didalam masyarakat Indonesia itu sendiri. Dengan demikian penulis mencoba untuk memberikan sedikit pandangannya terhadap persoalan atas ragam yang ada dengan menulis sebuah artikel ilmiah. Dengan menggunakan metode Dekonstruksi Jacques Derrida, teori Dekonstruksi Jacques Derrida digunakan dalam penelitian ini untuk membongkar dan merekonstruksi ulang makna keberagaman. Hal tersebut akan memperkaya pemahaman dan pengertian atas bentuk keberagaman yang ada di dalam masyarakat Indonesia itu sendiri. Dengan begitu masyarakat Indonesia dengan sendirinya bisa paham dan mengerti lebih baik tentang makna keberagaman. Dengan hasil penelitian bahwa perlunya rekonstruksi pemaknaan ulang makna keberagaman dengan sikap kritis, revitalisasi budaya hingga Pendidikan multikultural.
Diversity is a characteristic of identity that is always attached to social values Indonesian culture. Diversity is also the motto of the Indonesian nation which unites existing differences, in the values ​​of multiculturalism. However, this understanding of the meaning of diversity does not seem to be able to bring Indonesian people to understand the roots of the understanding of diversity itself. Until very often, we see many divisions and misunderstandings about the forms of diversity that exist within Indonesian society itself. Thus the author tries to provide a bit of his views on the problem of the existing variety by writing a scientific article. By using Jacques Derrida's Deconstruction method, Jacques Derrida's Deconstruction theory is used in this study to dismantle and reconstruct the meaning of diversity. This will enrich the understanding and understanding of the forms of diversity that exist within Indonesian society itself. That way the Indonesian people themselves can better understand and understand the meaning of diversity. With the results of the research that it is necessary to reconstruct the meaning of diversity with a critical attitude, cultural revitalization to multicultural education."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>